Reyhan terus tersenyum seperti anak anjing, "Kenapa dia imut sekali kalau sedang mabuk?" tanya Misun lagi. Reyhan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak imut. Aku tampan!" tegas Reyhan. "Hahaha, ya ampun imut sekali," kata Misun sembari tertawa lepas. Yudha hanya mematung menyaksikan percakapan ter aneh sepanjang perjalanan hidupnya menemani Reyhan. Reyhan langsung duduk di lantai aspal saat Misun tak kunjung mengatakannya tampak dan malah mengulang-ulang terus fakta bahwa Reyhan itu imut. "Aku tidak imut!" kata Reyhan kesal. Poteretnya sekarang mirip seperti anak usia enam tahun yang sedang merajuk pada ibunya. Yudha yang melihat bosnya tergeletak di trotoar dengan sigap membantu Reyhan untuk kembali berdiri. "Ah iya iya, Anda tidak imut. Anda tampan, jadi ayo berdiri Pak Reyhan yang tampan," kata Misun lagi. Dengan susah payah akhirnya Reyhan berdiri berkat bantuan Yudha. Sebagai asisten yang baik Yudha bahkan membantu Reyhan membersihkan debu yang melekat di pakaiannya akibat ke
"Ini sudah mau jam 11 dan kamu masih belum pulang?" gumam Keyra yang melihat ke arah jam dinding di ruang tamu. Keyra telah memeriksa jadwal Reyhan malam ini. Seharusnya meeting dengan Pak Samuel berakhir jam 8 malam. "Dia tidak mungkin ikut mabuk kan?" tanya Keyra. Biasanya untuk acara pertemuan pertama seperti itu, Reyhan hanya memastikan sampai kerjasama terbentuk, bagian makan dan minum biasanya hanya diwakili oleh Yudha. Kenapa juga aku mengkhawatirkannya, batin Keyra kesal. Keyra memilih menyalakan televisi di rumahnya. Hingga beberapa menit kemudian bel rumahnya berbunyi secara brutal. Tring, Trring, Tring, Tring, Tring. "Orang gila mana yang memencet bel sebanyak itu?" sindir Keyra saat bek gerbang rumahnya berbunyi. Keyra melirik lagi jam dinding di rumahnya, ia mulai berpikir siapa yang akan bertamu di jam selarut itu. Keyra berjalan ke arah pintu rumahnya, kemudian membuka pintu itu berapa kagetnya ia saat tubuh besar suaminya langsung menimpanya, ya suaminya kini se
Yudha berdiri di depan gerbang kediaman Reyhan dan Keyra. Pria itu menekan tombol bel gerbang. Dia berdiri diam beberapa saat, pikirannya terus denial, merasa bahwa semua yang terjadi semalam adalah mimpi."Ini tidak benar kan, tadi malam pasti hanya mimpi." ucap Yudha, tatapannya kosong, wajahnya terlihat lelah karena semalaman tidak bisa tidur dan erus kepikiran banyak hal luar ekspektasi yang ia saksikan.Yudha menampar wajahnya sendiri beberapa kali, "Ini pasti mimpi!" ucapnya. Pria itu menghentikan aksi konyolnya saat terdengar suara gerbang yang berderit. Dret... Gerbang rumah Keyra dan Reyhan perlahan terbuka secara otomatis. Yudha melangkah beberapa langkah ke dalam kediaman. "Masuklah!" sambut Keyra saat membuka pintu. Yudha menarik napas panjang, ternyata semalam bukan mimpi. Rumah yang ia singgahi sekarang adalah rumah Keyra dan Reyhan. "Tunggu di sofa sebentar," kata Keyra datar."Rey, tolong layani Yudha. Dia tamu kedua kita setelah Bi Misun," kata Keyra setengah ber
Reyhan dan Yudha berjalan beriringan melewati ruangan sekretaris, "Selama pagi Pak," sapa Keyra seperti biasanya. Yudha sedikit mengerling ke arah Keyra. Itu memang sapaan biasa yang sudah Keyra lakukan selama empat tahun. Terdengar lumrah dan wajar bagi para karyawan lainnya, tapi bagi Yudha itu adalah sapaan paling aneh yang pernah ia dengar. Bagaimana bisa Keyra berakting begitu sempurna seperti itu. Padahal beberapa waktu yang lalu Yudha mendengar dengan telinga sendiri bagaimana Keyra memanggil Reyhan sekenanya tanpa embelan Pak.Enam jam berlalu sejak jam operasional G.Rio Cooperation berjalan. Ting! Satu alarm otomatis perusahaan berbunyi. Itu adalah alarm pengingat bahwa kinerja satu bulan sudah berakhir. Sebentar lagi akan keluar siapa departemen dengan kinerja terbaik selama satu bulan penuh, biasanya departemen terkait akan mendapatkan reward makan besar. Tradisi ini telah melekat di G.Rio Cooperation sejak tiga tahun yang lalu. Keyra selaku penggagas membiarkan Yudha me
"Saya Yudha," ucap Yudha dari luar ruangan. Yudha sempat berpikir sejenak, merasa aneh kenapa Reyhan bertanya itu siapa, padahal biasanya Reyhan langsung menyuruhnya masuk. Keyra dan Reyhan langsung bernapas lega saat mendengar suara Yudha. Keyra dengan santai kembali melanjutkan aktivitas makannya. "Masuk!" seru Reyhan. Yudha masuk ke dalam ruangan sesaat setelah Reyhan memberi intruksi untuk masuk. Yudha sempat kaget sebentar saat melihat Reyhan dan Keyra yang tengah duduk bersama menikmati makan siang mereka. Yudha kemudian kembali fokus, melakukan tugasnya untuk melaporkan beberapa pekerjaan. "Proposal kerjasama dengan Pak Samuel yang sudah tertandatangani tadi pagi dan seluruh berkas-berkss lainnya yang sudah dirapikan ini saya taruh di meja Bapak. Kemudian perihal mereka yang bergosip di group perusahaan sudah kena sanksi semua. Penyebar video CCTV juga sudah dipecat sesuai intruksi Pak Reyhan, sekarang sedang mengurus surat pengunduran diri di bagian personalia," kata Yudha
Tring... Satu pesan masuk ke ponsel Hazel, gadis itu meletakkan sejenak cangkir kopi yang ia pegang kemudian merogoh benda pipih di saku celananya. Terlihat pesan dari pamannya di group keluarga yang mengirimkan lokasi restaurant yang sudah direservasi untuk pertemuan mereka dengan istri pamannya. Acaranya akan berlangsung minggu besok, sempat tertunda karena Hazel yang katanya ada kegiatan camping. Hazel juga sempat menduga bahwa bibi iparnya adalah Miki, hal itulah yang membuatnya menyetujui ajakan bertemu dari pamannya dua hari yang lalu. Hazel tidak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi. "Apa kalian pernah melihat Kak Miki akhir-akhir ini ke kantor?" tanya Hazel lagi. "Kak?" tanya Rivaldi, seakan ingin memperjelas maksud Hazel yang memanggil orang tak dikenal dengan sebutan Kak. "Apa kamu tidak lihat berita? Dia sudah berada di London sejak kemarin," sambung Naumi, dia tidak seperti Rivaldi yang mempertanyakan hal sepele seperti itu. Baginya, Keyra memang orang yan
Brug! Hazel langsung tertunduk ke bawah meja makan. "Kamu kenapa?" tanya Nadine terkesiap saat melihat sosok Hazel yang tiba-tiba saja menunduk ke bawah. "Ah, ini ada sesuatu yang nyangkut di sepatuku." ujar Hazel berbohong, padahal aslinya dia hanya ingin bersembunyi dari pamannya. "Aduh, aduh, perutku sakit sekali. Aku sepertinya aku harus ke toilet," kata Hazel dengan cepat sambil membawa tasnya berlari keluar dari ruangan. Wajahnya terus menunduk sampai ke pintu keluar. Beruntung kondisi aula yang begitu ramai hingga Reyhan tidak menyadari keberadaannya. Sementara itu, semua mata kini tertuju pada Reyhan yang mendekat ke kursi duduk Keyra. Keyra terlihat gelisah dan kebingungan atas kedatangan Reyhan yang di luar rencana. Dia tidak mungkin mau memublikasikan hubungannya bukan? Kursi duduk Keyra mudur perlahan tanpa ia sadari. Reyhan berhenti tepat di samping Keyra, kemudia melihat sekitar ke arah seluruh staff sekretaris yang kini hanya diam menatapnya. Prok Prok...
"Ada apa ini?" tanya wanita yang tadi duduk di meja favorit Hazel. Wanita dengan dress putih itu seperti bintang utama malam ini. "Nona Freya, maafkan saya. Ada orang tidak dikenal masuk ke pesta anda." jawab wanita yang sedari tadi berdebat dengan Hazel. "Kamu, siapa? Kita sepertinya tidak saling kenal?" tanya Freya pada Hazel. "Astaga, maafkan saya. Dia kenalan saya," Joe Ryan datang menyela. Joe yang mendapat laporan di dapur bahwa ada indikasi keributan di pesta segera keluar dari areal dapur. Betapa terkejutnya dia melihat Hazel yang adu mulut dengan orang-orang di pesta itu. "Ayo, ikut aku!" Joe Ryan langsung menarik tangan Hazel menuju dapur. "Hey berhenti menarikku. Tanganku sakit," protes Hazel. Joe melepaskan tangan Hazel. Beberapa koki yang tengah sibuk itu mondar mandir di dalam ruangan dapur, suasana sibuk yang membuat kesan ramai. Joe dan Hazel melangkah ke pojok belakang agar tidak ada yang terganggu. "Jika aku melihat wajah tidak bersalahmu, aku yakin kamu tidak