"Kamu lihat apa?" tanya Keyra pada suaminya yang tiba-tiba berhenti. "Tidak ada," jawab Reyhan langsung. Sesaat ia sempat berhenti berjalan saat merasa melihat sosok yang familiar berjalan tak jauh darinya. Kenapa akhir-akhir ini rasanya aku selalu melihat Hazel, batin Reyhan. "Sepertinya aku harus mengunjungi mereka besok," gumam Reyhan sepelan mungkin. Entah kenapa rasanya Reyhan selalu melihat keponakannya di banyak tempat. Dia bertanya-tanya, apakah karena terlalu menyayangi dan merindukan keponakannya sampai di banyak kesempatan yang ia lihat adalah siluet Hazel.Keyra dan Reyhan masuk ke dalam mobil mereka. Yudha telah mereka pulangkan sejak satu jam yang lalu, alhasil Reyhan harus mengemudikan sendiri mobilnya. "Apa ada lagi tempat yang ingin kamu kunjungi?" tawar Reyhan tepat saat sabuk pengaman telah mengikat istrinya di sebelahnya. Ternyata, acara jamuan kantor sudah berakhir sejak dua jam yang lalu. Setelah acara berakhir mereka berdua lanjut berkencan dengan menonton
Setelah kembali dari ruang VVIP keyra segera melanjutkan pekerjaannya. Hatinya begitu senang mendengar cerita hidup Rachel yang jauh lebih bahagia dari sebelumnya. Tak hanya itu, mengetahui tidak akan ada lagi orang yang menjadi korban atas kebejatan Mario membuat Keyra senang bukan main. "Mbak Keyra, wajah anda terlihat sangat senang," ucap Rivaldi saat berpapasan dengan Keyra di lift. "Aku tahu, pasti anda memenangkan tiket sukarelawan sejuta project dari JFL?" kata Nadine menerka. Nadine dan Naumi sangat kenal betul atasannya itu, mereka sangat tahu betapa gilanya Keyra mengidolakan Janice. "JFL apa?" tanya Rivaldi saat mereka bertiga keluar dari lift. "Janice Full of Love." balas Nadine. Keyra langsung berdiri mematung. Akibat terlalu banyak bekerja ia bahkan sampai lupa bahwa ada event open volunteer dari JFL sang idolanya. Padahal ia sudah memasang alarm untuk pembukaan pendaftarannya siang ini. Keyra kemudian bergegas kembali ke meja kerja, meninggalkan kedua staff utamany
Reyhan berjalan menyusuri lorong depan kediaman Dirgantara. Beberapa pelayan yang melihat kedatangan Reyhan langsung membungkuk memberi hormat. "Dimana keponakanku?" suara pertama yang keluar dari mulut Reyhan saat memasuki ruang makan. Di sana hanya terlihat Janice dan Daniel yang tengah bersiap untuk sarapan. "Dia akhir-akhir ini selalu sibuk, tadi dia pergi terburu-buru." jawab kakak Reyhan dengan santai. "Apa kamu sudah sarapan?" tanya Daniel. "Kak, ini sudah jam 10 pagi, apa pantas disebut sarapan? Dan yah, tentu saja aku sudah sarapan." balas Reyhan. Reyhan duduk di depan Kakak dan Kakak iparnya. Bingkisan yang ia bawa dengan segera diambil oleh pelayan yang berdiri di sudut ruangan. "Kenapa kalian baru sarapan sekarang?" tanya Reyhan, hal itu sangat tidak wajar baginya. Kediaman Dirgantara biasanya selalu ketat dengan jadwal makan, bahkan ketika kakek terbaring di rumah sakit, mereka tetap teguh pada prinsip yang telah diajarkan sejak kecil. "Dia baru selesai meeting deng
Hazel bangun dari tempat duduknya. Ini hampir jam tujuh pagi tapi Ayah dan Mamanya belum ada yang satupun yang keliatan batang hidungnya. Gadis itu melangkah keluar dari ruang tamu. "Ayah apa kita tidak akan sarapan?" tanya Hazel pada Ayah dan Mamanya yang terlihat sedang sibuk sendiri di ruang tamu. "Sayang, kamu makan duluan saja." kata Ayah Hazel. Terlihat dengan jelas Ayah Hazel sibuk mengurus beberapa lighting yang biasa digunakan saat fotografi atau syuting. Hazel bahkan tidak tahu ayahnya bisa melakukan hal seperti itu. Inilah yang menjadi salah satu penyebab Mama Hazel jatuh cinta, Ayah Hazel adalah sosok yang bisa melakukan banyak hal di luar ilmu medis yang dia miliki. "Istriku coba lihat ini, apa kamu menyukai pencahayaannya?" tanya Daniel setelah mengatur tingkat kecerahan dari lighting yang ia pasang. "Ini sebenarnya ada acara apa? Kenapa Ayah harus repot-repot mengerjakan studio kecil seperti ini? Dimana tim kreator Mama yang biasa mengurus ini?" Hazel benar-benar t
"Kenapa kamu diam saja?" tanya Miki yang melihat Hazel hanya duduk termenung di depannya. "Iya, apa, ah-""Apa yang membuatmu sampai melamun begitu? "Bukan apa-apa kak," jawab Hazel, tatapannya terlihat kosong. "Haz, aku juga ingin minta tolong padamu. Berikan ini pada pamanmu juga," Miki menyodorkan sebuah kotak kecil. Hazel membuka kotak itu, berisi jam tangan dan sebuah tiket bioskop, "Tiket nonton?" tanya Hazel. "Seperti kataku tadi, pamanmu sangat susah dihubungi. Di Eropa biasanya Kenzo yang mencarikan kami bertiga tiket nonton, kalau di Indonesia aku harus memberikan sendiri pada pamanmu. Tapi sepertinya dia terlalu sibuk, aku benar-benar tidak bisa menjangkaunya." kata Miki. Dia sebenarnya tahu bahwa Reyhan pasti akan menolak ajakan nonton Miki, tapi Miki yakin jika itu diberikan oleh keponakannya dia pasti akan datang. "Kak Miki sudah tahu paman menikah, tapi kakak tetap mengajaknya nonton berdua?" Hazel tak percaya dengan permintaan Miki. Sebenarnya dari dulu Hazel sang
Sudut bibir Hazel yang sebelumnya terangkat karena tersenyum kini perlahan turun kembali. Gadis itu melihat tajam ke arah gadis yang dipanggil Miss Freya. "Apa yang membawa anda ke sini?" tanya Joe. Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dia ke sini untuk makan, ini kan restaurant, batin Hazel. "Aku hanya datang untuk mampir dan memesan beberapa cake," jawab Freya. "Omong-omong aku sangat amat berterima kasih padamu. Next event sepertinya aku akan mereservasi di sini lagi. Anda tidak keberadaan bukan?" tanya Freya. "Tentu saja, tidak. Dengan senang hati, pesanan anda akan kami eksekusi sebaik mungkin." jawab Joe dengan wajah tersenyum khasnya, wajah yang biasa ia gunakan untuk menarik minat para pelanggan. Freya adalah anak tunggal seorang politikus terkenal yang kaya raya. Bahkan, hanya untuk perayaan hari ulangtahunnya dia memesan restaurant Joe seharga ratusan juta hanya dalam satu malam. Bagaimana mungkin Joe tidak akan bersikap ramah tamah pada pelanggan VVIP tersebut. Freya
Keyra berjalan beriringan dengan Reyhan saat memasuki rumah sakit. Seperti biasa beberapa pegawal berdiri di ruangan VVIP kakeknya. "Selamat malam, Tuan Muda!" sapa mereka serentak. Klek!Reyhan membuka pintu kamar kakeknya dan mempersilahkan Keyra masuk duluan, "Selamat malam, Tuan Muda!" sapa Rambo, asisten yang merangkap sebagai penjaga keamanan kakeknya. "Bisa tolong panggilkan Dokter Lintang," pinta Reyhan pada Rambo. Pria tua itu bergegas melakukan tugasnya. Reyhan mempersilahkan istrinya duduk di kursi samping ranjang kakeknya, "Sayang, duduklah di sini."Reyhan menyusul duduk di samping istrinya, suami Keyra itu dengan lembut meraih tangan kakeknya dan mengelusnya perlahan, "Kek, aku datang bersama cucu menantu." ucapnya pelan. Reyhan menyikut Keyra pelan, "Ayo kenalkan dirimu." Keyra kaget untuk beberapa saat, "Hallo kakek, aku Keyra, istri cucu anda. Terima kasih sudah membesarkan cucu anda menjadi pria keren seperti sekarang. Aku harap anda akan segera bangun dan meny
Hening sejenak, Keyra merasa bersalah karena telah berpikiran aneh tentang paman Reyhan. "Maaf, aku tidak bermaksud mengatakan kalau pamanmu penjahat di sini. Aku hanya ingin kamu lebih berhati-hati pada semua pihak yang terlibat." kata Keyra meluruskan. "Aku paham maksudmu," balas Reyhan. Keheningan kembali terjadi saat satu panggilan masuk ke telepon mobil milik Reyhan. Terpampang nama Supriyanto di depan mereka sontak membuat kedua suami istri itu diam sesaat. Baru saja mereka membicarakan Paman Reyhan dan sekarang Supriyanto malah menelepon Reyhan. Kring... Kring... Kring... Reyhan menjawab panggilan tiba-tiba dari pamannya itu, "Hallo, Reyhan.""Iya, paman, silahkan bicara." "Apa kamu mengganti dokter yang bertanggungjawab pada ayah mertua?" tanyanya langsung dari seberang. Langsung to the point tanpa aba-aba. Reyhan menurunkan kecepatan mobil yang ia kendarai, ia menepi ke pinggir jalan, "Kenapa paman bertanya hal seperti itu? Apa paman dapat kabar sesuatu tentang doktern