Hazel bangun dari tempat duduknya. Ini hampir jam tujuh pagi tapi Ayah dan Mamanya belum ada yang satupun yang keliatan batang hidungnya. Gadis itu melangkah keluar dari ruang tamu. "Ayah apa kita tidak akan sarapan?" tanya Hazel pada Ayah dan Mamanya yang terlihat sedang sibuk sendiri di ruang tamu. "Sayang, kamu makan duluan saja." kata Ayah Hazel. Terlihat dengan jelas Ayah Hazel sibuk mengurus beberapa lighting yang biasa digunakan saat fotografi atau syuting. Hazel bahkan tidak tahu ayahnya bisa melakukan hal seperti itu. Inilah yang menjadi salah satu penyebab Mama Hazel jatuh cinta, Ayah Hazel adalah sosok yang bisa melakukan banyak hal di luar ilmu medis yang dia miliki. "Istriku coba lihat ini, apa kamu menyukai pencahayaannya?" tanya Daniel setelah mengatur tingkat kecerahan dari lighting yang ia pasang. "Ini sebenarnya ada acara apa? Kenapa Ayah harus repot-repot mengerjakan studio kecil seperti ini? Dimana tim kreator Mama yang biasa mengurus ini?" Hazel benar-benar t
"Kenapa kamu diam saja?" tanya Miki yang melihat Hazel hanya duduk termenung di depannya. "Iya, apa, ah-""Apa yang membuatmu sampai melamun begitu? "Bukan apa-apa kak," jawab Hazel, tatapannya terlihat kosong. "Haz, aku juga ingin minta tolong padamu. Berikan ini pada pamanmu juga," Miki menyodorkan sebuah kotak kecil. Hazel membuka kotak itu, berisi jam tangan dan sebuah tiket bioskop, "Tiket nonton?" tanya Hazel. "Seperti kataku tadi, pamanmu sangat susah dihubungi. Di Eropa biasanya Kenzo yang mencarikan kami bertiga tiket nonton, kalau di Indonesia aku harus memberikan sendiri pada pamanmu. Tapi sepertinya dia terlalu sibuk, aku benar-benar tidak bisa menjangkaunya." kata Miki. Dia sebenarnya tahu bahwa Reyhan pasti akan menolak ajakan nonton Miki, tapi Miki yakin jika itu diberikan oleh keponakannya dia pasti akan datang. "Kak Miki sudah tahu paman menikah, tapi kakak tetap mengajaknya nonton berdua?" Hazel tak percaya dengan permintaan Miki. Sebenarnya dari dulu Hazel sang
Sudut bibir Hazel yang sebelumnya terangkat karena tersenyum kini perlahan turun kembali. Gadis itu melihat tajam ke arah gadis yang dipanggil Miss Freya. "Apa yang membawa anda ke sini?" tanya Joe. Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dia ke sini untuk makan, ini kan restaurant, batin Hazel. "Aku hanya datang untuk mampir dan memesan beberapa cake," jawab Freya. "Omong-omong aku sangat amat berterima kasih padamu. Next event sepertinya aku akan mereservasi di sini lagi. Anda tidak keberadaan bukan?" tanya Freya. "Tentu saja, tidak. Dengan senang hati, pesanan anda akan kami eksekusi sebaik mungkin." jawab Joe dengan wajah tersenyum khasnya, wajah yang biasa ia gunakan untuk menarik minat para pelanggan. Freya adalah anak tunggal seorang politikus terkenal yang kaya raya. Bahkan, hanya untuk perayaan hari ulangtahunnya dia memesan restaurant Joe seharga ratusan juta hanya dalam satu malam. Bagaimana mungkin Joe tidak akan bersikap ramah tamah pada pelanggan VVIP tersebut. Freya
Keyra berjalan beriringan dengan Reyhan saat memasuki rumah sakit. Seperti biasa beberapa pegawal berdiri di ruangan VVIP kakeknya. "Selamat malam, Tuan Muda!" sapa mereka serentak. Klek!Reyhan membuka pintu kamar kakeknya dan mempersilahkan Keyra masuk duluan, "Selamat malam, Tuan Muda!" sapa Rambo, asisten yang merangkap sebagai penjaga keamanan kakeknya. "Bisa tolong panggilkan Dokter Lintang," pinta Reyhan pada Rambo. Pria tua itu bergegas melakukan tugasnya. Reyhan mempersilahkan istrinya duduk di kursi samping ranjang kakeknya, "Sayang, duduklah di sini."Reyhan menyusul duduk di samping istrinya, suami Keyra itu dengan lembut meraih tangan kakeknya dan mengelusnya perlahan, "Kek, aku datang bersama cucu menantu." ucapnya pelan. Reyhan menyikut Keyra pelan, "Ayo kenalkan dirimu." Keyra kaget untuk beberapa saat, "Hallo kakek, aku Keyra, istri cucu anda. Terima kasih sudah membesarkan cucu anda menjadi pria keren seperti sekarang. Aku harap anda akan segera bangun dan meny
Hening sejenak, Keyra merasa bersalah karena telah berpikiran aneh tentang paman Reyhan. "Maaf, aku tidak bermaksud mengatakan kalau pamanmu penjahat di sini. Aku hanya ingin kamu lebih berhati-hati pada semua pihak yang terlibat." kata Keyra meluruskan. "Aku paham maksudmu," balas Reyhan. Keheningan kembali terjadi saat satu panggilan masuk ke telepon mobil milik Reyhan. Terpampang nama Supriyanto di depan mereka sontak membuat kedua suami istri itu diam sesaat. Baru saja mereka membicarakan Paman Reyhan dan sekarang Supriyanto malah menelepon Reyhan. Kring... Kring... Kring... Reyhan menjawab panggilan tiba-tiba dari pamannya itu, "Hallo, Reyhan.""Iya, paman, silahkan bicara." "Apa kamu mengganti dokter yang bertanggungjawab pada ayah mertua?" tanyanya langsung dari seberang. Langsung to the point tanpa aba-aba. Reyhan menurunkan kecepatan mobil yang ia kendarai, ia menepi ke pinggir jalan, "Kenapa paman bertanya hal seperti itu? Apa paman dapat kabar sesuatu tentang doktern
Keyra terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Perbincangan serius semalam cukup membuat pikirannya terusik, ditambah lagi hari ini dia harus bertemu dengan keluarga Reyhan. Belum pernah dia merasa segugup ini sepanjang hidupnya. Gadis itu merangsek dari tempat tidurnya, dia meraih benda pipih dengan warna silver yang tergeletak di atas nakas. "Ada apa ini?" tanya Keyra yang melihat ada begitu banyak notifikasi yang masuk ke ponselnya. Musisi terkenal Janice Aq terlibat skandal kencan dengan seorang dokter. Begitulah bunyi judul berita yang menggemparkan seluruh sosial media. Keyra yang masuk ke beberapa group chat penggemar Janice Aq akhirnya memiliki ribuan bahkan ratusan ribu notifikasi. "Berita konyol macam apa ini?" kata Keyra kesal. Pasalnya Janice Aq adalah perempuan berusia 43 tahun yang tidak pernah berkencan sepanjang karirnya. Belasan tahun yang lalu saat dia diterpa banyak skandal kencan, dia selalu dengan tegas membantah rumor itu. Tapi kali ini tidak ada pernyat
"Haz, anakku sayang, ayo berangkat!" seru Daniel dari lantai bawah. "Ayah, kalian bisa pergi duluan saja. Aku ada sedikit urusan penting. Nanti aku pakai mobilku." jawab Hazel berteriak dari lantai dua. "Dia bilang apa?" Istri Daniel bertanya karena tidak bisa mendengar jelas suara anaknya."Kita duluan saja, dia ada urusan penting katanya." balas Daniel. Sebenarnya orangtua Hazel khawatir karena harus jalan terpisah, tapi kalau anaknya yang meminta, maka sudah seperti itu saja, "Kalau begitu kita duluan saja." kata Daniel. "Baiklah, kita juga belum membeli hadiah untuk saudari ipar kita." kata Istrinya mengingatkan. Mereka harus berangkat lebih awal agar tidak terlambat. "Haz, kami berangkat duluan ya! Jangan lupa belikan bibi iparmu hadiah juga!" Daniel kembali berseru dengan suara setengah berteriak. Hazel masih berkutat dengan laptopnya, beberapa menit yang lalu Rivaldi menelponnya dan memberitahu bahwa ada kesalahan penulisan berita yang dia input. Rivaldi meminta perbaikan
Kembali ke beberapa menit yang lalu, "Baiklah, aku duluan ya!" seru Keyra yang bergegas keluar dari mobil. Reyhan yang hendak melaju ke tempat parkir di depan berhenti ketika melihat tas kecil Keyra yang tertinggal di kursi sebelahnya, "Astaga, dia melupakan tasnya." kata Reyhan. Reyhan segera keluar dan berlari menyusul Keyra. Dia tahu kalau istrinya datang kesana membantu teman kantor yang tidak sempat membawa dompet dan handphonenya. Apa gunanya Keyra mendatangi temannya kalau dia juga tidak membawa ponsel dan dompetnya. "Key, tasmu!" Reyhan berlari menyusul dari belakang. Kemana perginya cepat sekali? tanya Reyhan membatin. Jeda satu menit saja bisa membuatnya kehilangan batang hidung istrinya. "Permisi, apa anda melihat perempuan cantik dengan dress putih dan cardingan biru. Rambutnya gelombang panjang, tingginya segini," ucap Reyhan yang menafsirkan tinggi Keyra dengan tangannya. Suara Reyhan terdengar sedikit memburu karena aktivas berlari yang terus ia lakukan tanpa henti