"Saya Yudha," ucap Yudha dari luar ruangan. Yudha sempat berpikir sejenak, merasa aneh kenapa Reyhan bertanya itu siapa, padahal biasanya Reyhan langsung menyuruhnya masuk. Keyra dan Reyhan langsung bernapas lega saat mendengar suara Yudha. Keyra dengan santai kembali melanjutkan aktivitas makannya. "Masuk!" seru Reyhan. Yudha masuk ke dalam ruangan sesaat setelah Reyhan memberi intruksi untuk masuk. Yudha sempat kaget sebentar saat melihat Reyhan dan Keyra yang tengah duduk bersama menikmati makan siang mereka. Yudha kemudian kembali fokus, melakukan tugasnya untuk melaporkan beberapa pekerjaan. "Proposal kerjasama dengan Pak Samuel yang sudah tertandatangani tadi pagi dan seluruh berkas-berkss lainnya yang sudah dirapikan ini saya taruh di meja Bapak. Kemudian perihal mereka yang bergosip di group perusahaan sudah kena sanksi semua. Penyebar video CCTV juga sudah dipecat sesuai intruksi Pak Reyhan, sekarang sedang mengurus surat pengunduran diri di bagian personalia," kata Yudha
Tring... Satu pesan masuk ke ponsel Hazel, gadis itu meletakkan sejenak cangkir kopi yang ia pegang kemudian merogoh benda pipih di saku celananya. Terlihat pesan dari pamannya di group keluarga yang mengirimkan lokasi restaurant yang sudah direservasi untuk pertemuan mereka dengan istri pamannya. Acaranya akan berlangsung minggu besok, sempat tertunda karena Hazel yang katanya ada kegiatan camping. Hazel juga sempat menduga bahwa bibi iparnya adalah Miki, hal itulah yang membuatnya menyetujui ajakan bertemu dari pamannya dua hari yang lalu. Hazel tidak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi. "Apa kalian pernah melihat Kak Miki akhir-akhir ini ke kantor?" tanya Hazel lagi. "Kak?" tanya Rivaldi, seakan ingin memperjelas maksud Hazel yang memanggil orang tak dikenal dengan sebutan Kak. "Apa kamu tidak lihat berita? Dia sudah berada di London sejak kemarin," sambung Naumi, dia tidak seperti Rivaldi yang mempertanyakan hal sepele seperti itu. Baginya, Keyra memang orang yan
Brug! Hazel langsung tertunduk ke bawah meja makan. "Kamu kenapa?" tanya Nadine terkesiap saat melihat sosok Hazel yang tiba-tiba saja menunduk ke bawah. "Ah, ini ada sesuatu yang nyangkut di sepatuku." ujar Hazel berbohong, padahal aslinya dia hanya ingin bersembunyi dari pamannya. "Aduh, aduh, perutku sakit sekali. Aku sepertinya aku harus ke toilet," kata Hazel dengan cepat sambil membawa tasnya berlari keluar dari ruangan. Wajahnya terus menunduk sampai ke pintu keluar. Beruntung kondisi aula yang begitu ramai hingga Reyhan tidak menyadari keberadaannya. Sementara itu, semua mata kini tertuju pada Reyhan yang mendekat ke kursi duduk Keyra. Keyra terlihat gelisah dan kebingungan atas kedatangan Reyhan yang di luar rencana. Dia tidak mungkin mau memublikasikan hubungannya bukan? Kursi duduk Keyra mudur perlahan tanpa ia sadari. Reyhan berhenti tepat di samping Keyra, kemudia melihat sekitar ke arah seluruh staff sekretaris yang kini hanya diam menatapnya. Prok Prok...
"Ada apa ini?" tanya wanita yang tadi duduk di meja favorit Hazel. Wanita dengan dress putih itu seperti bintang utama malam ini. "Nona Freya, maafkan saya. Ada orang tidak dikenal masuk ke pesta anda." jawab wanita yang sedari tadi berdebat dengan Hazel. "Kamu, siapa? Kita sepertinya tidak saling kenal?" tanya Freya pada Hazel. "Astaga, maafkan saya. Dia kenalan saya," Joe Ryan datang menyela. Joe yang mendapat laporan di dapur bahwa ada indikasi keributan di pesta segera keluar dari areal dapur. Betapa terkejutnya dia melihat Hazel yang adu mulut dengan orang-orang di pesta itu. "Ayo, ikut aku!" Joe Ryan langsung menarik tangan Hazel menuju dapur. "Hey berhenti menarikku. Tanganku sakit," protes Hazel. Joe melepaskan tangan Hazel. Beberapa koki yang tengah sibuk itu mondar mandir di dalam ruangan dapur, suasana sibuk yang membuat kesan ramai. Joe dan Hazel melangkah ke pojok belakang agar tidak ada yang terganggu. "Jika aku melihat wajah tidak bersalahmu, aku yakin kamu tidak
"Kamu lihat apa?" tanya Keyra pada suaminya yang tiba-tiba berhenti. "Tidak ada," jawab Reyhan langsung. Sesaat ia sempat berhenti berjalan saat merasa melihat sosok yang familiar berjalan tak jauh darinya. Kenapa akhir-akhir ini rasanya aku selalu melihat Hazel, batin Reyhan. "Sepertinya aku harus mengunjungi mereka besok," gumam Reyhan sepelan mungkin. Entah kenapa rasanya Reyhan selalu melihat keponakannya di banyak tempat. Dia bertanya-tanya, apakah karena terlalu menyayangi dan merindukan keponakannya sampai di banyak kesempatan yang ia lihat adalah siluet Hazel.Keyra dan Reyhan masuk ke dalam mobil mereka. Yudha telah mereka pulangkan sejak satu jam yang lalu, alhasil Reyhan harus mengemudikan sendiri mobilnya. "Apa ada lagi tempat yang ingin kamu kunjungi?" tawar Reyhan tepat saat sabuk pengaman telah mengikat istrinya di sebelahnya. Ternyata, acara jamuan kantor sudah berakhir sejak dua jam yang lalu. Setelah acara berakhir mereka berdua lanjut berkencan dengan menonton
Setelah kembali dari ruang VVIP keyra segera melanjutkan pekerjaannya. Hatinya begitu senang mendengar cerita hidup Rachel yang jauh lebih bahagia dari sebelumnya. Tak hanya itu, mengetahui tidak akan ada lagi orang yang menjadi korban atas kebejatan Mario membuat Keyra senang bukan main. "Mbak Keyra, wajah anda terlihat sangat senang," ucap Rivaldi saat berpapasan dengan Keyra di lift. "Aku tahu, pasti anda memenangkan tiket sukarelawan sejuta project dari JFL?" kata Nadine menerka. Nadine dan Naumi sangat kenal betul atasannya itu, mereka sangat tahu betapa gilanya Keyra mengidolakan Janice. "JFL apa?" tanya Rivaldi saat mereka bertiga keluar dari lift. "Janice Full of Love." balas Nadine. Keyra langsung berdiri mematung. Akibat terlalu banyak bekerja ia bahkan sampai lupa bahwa ada event open volunteer dari JFL sang idolanya. Padahal ia sudah memasang alarm untuk pembukaan pendaftarannya siang ini. Keyra kemudian bergegas kembali ke meja kerja, meninggalkan kedua staff utamany
Reyhan berjalan menyusuri lorong depan kediaman Dirgantara. Beberapa pelayan yang melihat kedatangan Reyhan langsung membungkuk memberi hormat. "Dimana keponakanku?" suara pertama yang keluar dari mulut Reyhan saat memasuki ruang makan. Di sana hanya terlihat Janice dan Daniel yang tengah bersiap untuk sarapan. "Dia akhir-akhir ini selalu sibuk, tadi dia pergi terburu-buru." jawab kakak Reyhan dengan santai. "Apa kamu sudah sarapan?" tanya Daniel. "Kak, ini sudah jam 10 pagi, apa pantas disebut sarapan? Dan yah, tentu saja aku sudah sarapan." balas Reyhan. Reyhan duduk di depan Kakak dan Kakak iparnya. Bingkisan yang ia bawa dengan segera diambil oleh pelayan yang berdiri di sudut ruangan. "Kenapa kalian baru sarapan sekarang?" tanya Reyhan, hal itu sangat tidak wajar baginya. Kediaman Dirgantara biasanya selalu ketat dengan jadwal makan, bahkan ketika kakek terbaring di rumah sakit, mereka tetap teguh pada prinsip yang telah diajarkan sejak kecil. "Dia baru selesai meeting deng
Hazel bangun dari tempat duduknya. Ini hampir jam tujuh pagi tapi Ayah dan Mamanya belum ada yang satupun yang keliatan batang hidungnya. Gadis itu melangkah keluar dari ruang tamu. "Ayah apa kita tidak akan sarapan?" tanya Hazel pada Ayah dan Mamanya yang terlihat sedang sibuk sendiri di ruang tamu. "Sayang, kamu makan duluan saja." kata Ayah Hazel. Terlihat dengan jelas Ayah Hazel sibuk mengurus beberapa lighting yang biasa digunakan saat fotografi atau syuting. Hazel bahkan tidak tahu ayahnya bisa melakukan hal seperti itu. Inilah yang menjadi salah satu penyebab Mama Hazel jatuh cinta, Ayah Hazel adalah sosok yang bisa melakukan banyak hal di luar ilmu medis yang dia miliki. "Istriku coba lihat ini, apa kamu menyukai pencahayaannya?" tanya Daniel setelah mengatur tingkat kecerahan dari lighting yang ia pasang. "Ini sebenarnya ada acara apa? Kenapa Ayah harus repot-repot mengerjakan studio kecil seperti ini? Dimana tim kreator Mama yang biasa mengurus ini?" Hazel benar-benar t