"Tunggu, Miki dengar baik-baik." Reyhan menghentikan langkah Miki yang tengah sibuk mencari lokasi yang pas untuk menaruh bunga segar bawaannya. Kring... Kring... Kring... Sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel Miki. Wanita itu segera meletakkan buket bunga ke atas meja kerja Reyhan kemudian merogoh handphone di dalam tas kecilnya. "Miki, segera kembali ke London sekarang!" tanpa aba-aba, Ayah Miki memberi perintah dengan suara tinggi dari seberang. Miki dengan cepat menurunkan volume handphonenya. "Ayah, aku baru tiba di Indonesia," sambung Miki tak terima. "Kamu ke Indonesia bahkan sebelum pameran utamamu berakhir? Apa kamu gila? Ayah akan memblokir semua kartumu jika kamu tidak kembali sekarang juga!" tegas Ayah Miki. Miki sebenernya mendapat jatah libur ke Indonesia setelah sekian lama memohon pada Ayahnya. Awalnya, Miki bisa terbang ke Indonesia bersama Kenzo di awal bulan depan. Tapi karena banyak hal tidak biasa terjadi, seperti Reyhan yang untuk pertama kalinya tidak m
"Kita sudah sampai," kata Yudha lagi. "Pak Reyhan, kita sudah sampai." ucap Yudha yang ketiga kalinya. Reyhan yang duduk di kursi belakang terlihat diam dengan tatapan kosong. Sepanjang jalan menuju lokasi meeting Reyhan hanya menatap ke luar jendela."Ah, sudah sampai ya?"gumam Reyhan. "Saya rasa Anda sedang dalam kondisi yang tidak bagus untuk bertemu Pak Samuel," kata Yudha menerka. Yudha menatap khawatir ke arah Reyhan dari kaca spion. Reyhan adalah orang paling profesional dan realistis yang dia kenal. Bahkan ketika sedang sakit sekalipun Reyhan akan menjalani rapat dengan sempurna tanpa kesalahan. Kali ini berbeda, Yudha sangat khawatir jika suasana hati Reyhan dapat mempengaruhi pertemuan kali ini. Bagaimanapun juga, G.Rio Cooperation harus bisa bekerjasama dengan pihak Aman Group sebagai perusahaan nomer satu yang mengelola bahan tambang. "Bagaimana jika kita menghubungi Mbak Keyra saja. Biarkan beliau yang mengurus pertemuan ini. Anda istirahat saja." saran Yudha. "TIi
"Astaga," ucap Yudha pelan. Wajahnya terlihat jelas rasa kesal dan pasrah yang tercampur aduk. Yudha segera berdiri dan menarik Reyhan untuk berdiri dari tempat duduknya, "Pak Samuel. Maafkan kami, kami akan pulang duluan. Secepat mungkin untuk urusan penandatanganan kontrak akan kami jadwalkan. Saya harus membawa Pak Reyhan kembali," jelas Yudha. Samuel yang penuh pengertian membiarkan Yudha menyeret pergi Reyhan dari ruang makan. "Aku padahal tidak apa-apa. Untuk apa menghentikan makan malam ini? Tindakan bodohmh itu bisa membuat Pak Samuel tersinggung!" Reyhan protes dengan sikap semena-mena yang Yudha lakukan. Saat ini kondisi Reyhan sudah setengah tidak sadar. Yudha terus mendorong langkah kaki Reyhan menuju lift, "Semoga anda tetap sadar sampai rumah," balas Yudha. Bukannya merasa bersalah saat Reyhan memarahinya, Yudha malah berdoa semoga Reyhan tetap sadar.Ting! Pintu lift terbuka, Reyhan dan Yudha keluar dari lift tersebut. Beberapa menit berlalu sejak Reyhan meneguk alk
Reyhan terus tersenyum seperti anak anjing, "Kenapa dia imut sekali kalau sedang mabuk?" tanya Misun lagi. Reyhan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak imut. Aku tampan!" tegas Reyhan. "Hahaha, ya ampun imut sekali," kata Misun sembari tertawa lepas. Yudha hanya mematung menyaksikan percakapan ter aneh sepanjang perjalanan hidupnya menemani Reyhan. Reyhan langsung duduk di lantai aspal saat Misun tak kunjung mengatakannya tampak dan malah mengulang-ulang terus fakta bahwa Reyhan itu imut. "Aku tidak imut!" kata Reyhan kesal. Poteretnya sekarang mirip seperti anak usia enam tahun yang sedang merajuk pada ibunya. Yudha yang melihat bosnya tergeletak di trotoar dengan sigap membantu Reyhan untuk kembali berdiri. "Ah iya iya, Anda tidak imut. Anda tampan, jadi ayo berdiri Pak Reyhan yang tampan," kata Misun lagi. Dengan susah payah akhirnya Reyhan berdiri berkat bantuan Yudha. Sebagai asisten yang baik Yudha bahkan membantu Reyhan membersihkan debu yang melekat di pakaiannya akibat ke
"Ini sudah mau jam 11 dan kamu masih belum pulang?" gumam Keyra yang melihat ke arah jam dinding di ruang tamu. Keyra telah memeriksa jadwal Reyhan malam ini. Seharusnya meeting dengan Pak Samuel berakhir jam 8 malam. "Dia tidak mungkin ikut mabuk kan?" tanya Keyra. Biasanya untuk acara pertemuan pertama seperti itu, Reyhan hanya memastikan sampai kerjasama terbentuk, bagian makan dan minum biasanya hanya diwakili oleh Yudha. Kenapa juga aku mengkhawatirkannya, batin Keyra kesal. Keyra memilih menyalakan televisi di rumahnya. Hingga beberapa menit kemudian bel rumahnya berbunyi secara brutal. Tring, Trring, Tring, Tring, Tring. "Orang gila mana yang memencet bel sebanyak itu?" sindir Keyra saat bek gerbang rumahnya berbunyi. Keyra melirik lagi jam dinding di rumahnya, ia mulai berpikir siapa yang akan bertamu di jam selarut itu. Keyra berjalan ke arah pintu rumahnya, kemudian membuka pintu itu berapa kagetnya ia saat tubuh besar suaminya langsung menimpanya, ya suaminya kini se
Yudha berdiri di depan gerbang kediaman Reyhan dan Keyra. Pria itu menekan tombol bel gerbang. Dia berdiri diam beberapa saat, pikirannya terus denial, merasa bahwa semua yang terjadi semalam adalah mimpi."Ini tidak benar kan, tadi malam pasti hanya mimpi." ucap Yudha, tatapannya kosong, wajahnya terlihat lelah karena semalaman tidak bisa tidur dan erus kepikiran banyak hal luar ekspektasi yang ia saksikan.Yudha menampar wajahnya sendiri beberapa kali, "Ini pasti mimpi!" ucapnya. Pria itu menghentikan aksi konyolnya saat terdengar suara gerbang yang berderit. Dret... Gerbang rumah Keyra dan Reyhan perlahan terbuka secara otomatis. Yudha melangkah beberapa langkah ke dalam kediaman. "Masuklah!" sambut Keyra saat membuka pintu. Yudha menarik napas panjang, ternyata semalam bukan mimpi. Rumah yang ia singgahi sekarang adalah rumah Keyra dan Reyhan. "Tunggu di sofa sebentar," kata Keyra datar."Rey, tolong layani Yudha. Dia tamu kedua kita setelah Bi Misun," kata Keyra setengah ber
Reyhan dan Yudha berjalan beriringan melewati ruangan sekretaris, "Selama pagi Pak," sapa Keyra seperti biasanya. Yudha sedikit mengerling ke arah Keyra. Itu memang sapaan biasa yang sudah Keyra lakukan selama empat tahun. Terdengar lumrah dan wajar bagi para karyawan lainnya, tapi bagi Yudha itu adalah sapaan paling aneh yang pernah ia dengar. Bagaimana bisa Keyra berakting begitu sempurna seperti itu. Padahal beberapa waktu yang lalu Yudha mendengar dengan telinga sendiri bagaimana Keyra memanggil Reyhan sekenanya tanpa embelan Pak.Enam jam berlalu sejak jam operasional G.Rio Cooperation berjalan. Ting! Satu alarm otomatis perusahaan berbunyi. Itu adalah alarm pengingat bahwa kinerja satu bulan sudah berakhir. Sebentar lagi akan keluar siapa departemen dengan kinerja terbaik selama satu bulan penuh, biasanya departemen terkait akan mendapatkan reward makan besar. Tradisi ini telah melekat di G.Rio Cooperation sejak tiga tahun yang lalu. Keyra selaku penggagas membiarkan Yudha me
"Saya Yudha," ucap Yudha dari luar ruangan. Yudha sempat berpikir sejenak, merasa aneh kenapa Reyhan bertanya itu siapa, padahal biasanya Reyhan langsung menyuruhnya masuk. Keyra dan Reyhan langsung bernapas lega saat mendengar suara Yudha. Keyra dengan santai kembali melanjutkan aktivitas makannya. "Masuk!" seru Reyhan. Yudha masuk ke dalam ruangan sesaat setelah Reyhan memberi intruksi untuk masuk. Yudha sempat kaget sebentar saat melihat Reyhan dan Keyra yang tengah duduk bersama menikmati makan siang mereka. Yudha kemudian kembali fokus, melakukan tugasnya untuk melaporkan beberapa pekerjaan. "Proposal kerjasama dengan Pak Samuel yang sudah tertandatangani tadi pagi dan seluruh berkas-berkss lainnya yang sudah dirapikan ini saya taruh di meja Bapak. Kemudian perihal mereka yang bergosip di group perusahaan sudah kena sanksi semua. Penyebar video CCTV juga sudah dipecat sesuai intruksi Pak Reyhan, sekarang sedang mengurus surat pengunduran diri di bagian personalia," kata Yudha
"Nenek," gumam Kenzo lagi dengan suara lirihnya. Terlena beberapa detik membuat Kenzo kembali fokus dengan situasi yang terjadi. Pria berambut gelombang itu sempat tertegun hebat melihat paras Keyra yang begitu mirip dengan potret neneknya semasa muda. Keyra melangkah masuk ke dalam ruangan dan mengambil satu kursi kosong di samping Reyhan. Keyra melihat lurus ke depan, ada Miki yang menatapnya tak percaya, di samping Miki ada pria yang tak dia kenal juga menatap tak percaya ke arahnya. "Siapa kamu?" tanya Kenzo kelepasan. Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Bagaimana bisa ada orang yang begitu mirip dengan figur neneknya. Mata dan Hidung Keyra juga persis seperti milik Ibunya. Siapapun dari keluarga Regaldo yang melihat paras Keyra sekarang akan mempertanyakan hal yang sama. "Kenapa pertanyaanmu konyol begitu, tentu saja dia istriku!" tegas Reyhan. "Dia sangat mirip nenekku. Kamu ingat buku history keluarga Regaldo yang pernah aku tunjukkan padamu waktu itu? Saat kamu meng
Kita bertemu di ruang VVIP HAZA Group Begitulah bunyi pesan singkat Reyhan pada Kenzo dan Miki. Dua orang yang telah melewati banyak hal dengan Reyhan selama kurang lebih 20 tahun. Miki berdiri dengan perasaan yang penuh keraguan. Dia berkali-kali melihat pesan yang Reyhan kirimkan padanya. Pertemuan terakhir antara Miki dan Reyhan berakhir cukup tragis. Reyhan dengan sangat jelas memberitahukan bahwa dia sangat kesal dengan kelakuan semena-mena Miki yang menampar sembarang orang dan menyerang sekretaris Reyhan. Miki hanya malu menampakkan mukanya lagi. "Kenapa diam seperti patung?" tanya Kenzo. Kenzo dengan setelan jas navy membuatnya terlihat lebih rapi dari hari sebelumnya saat Miki menjemputnya di bandara. Ckclek! Kenzo membuka pintu di depannya. Di dalam ruangan VVIP itu terpampang sebuah meja bundar besar dengan empat kursi yang sudah disiapkan oleh Reyhan. Kenzo dan Miki langsung mengambil tempat duduk mereka. "Kamu tidak terlihat baik-baik saja," celetuk Kenzo. Miki s
Miki mengeratkan gigi gerahamnya saat melihat beberapa foto Reyhan dan Keyra yang tertangkap oleh mata-mata suruhannya. Detik berikutnya, Miki tersenyum puas saat melihat foto Reyhan dengan Hazel. "Ah, ternyata Reyhan hanya dekat dengan pegawainya saja." gumam Miki. Miki sempat kesal saat melihat sederet foto Reyhan dan Keyra. Tapi dia langsung tenang saat melihat foto Reyhan dan Hazel. Itu menandakan bahwa Reyhan hanya berurusan dengan wanita-wanita yang punya kepentingan dengannya saja. Tangan Miki yang membolak-balikan lembaran foto itu berhenti saat ia melihat sebuah foto yang terlihat mengganjal. "Apa ini?" tanya Miki saat melihat sebuah foto yang berisi Reyhan sedang membuka pintu mobil untuk Keyra. Tangan kanan Reyhan mengganjal di atas pintu masuk bermaksud melindungi kepala Keyra dari benturan mobil. Miki menggeram kesal. Dia merobek foto itu. Miki mulai mengingat kembali moment saat Reyhan begitu peduli pada Keyra. Pikiran Miki mulai berkecamuk. ***Koper dengan size X
"Ada apa?" tanya Reyhan serius. Keyra segera menggeleng saat menyadari perkataannya telah membuat suasana yang ribut itu terdiam, "Ah, bukan apa-apa.""Tidak apa-apa, tanyakan saja jika ada hal yang kamu ingin tahu, kami keluargamu sekarang!" seru Miki. Keyra meletakkan sendok yang sedari tadi melekat di tangannya, gadis itu menarik napas panjang, "Aku, sebagai seorang fans berat darimu, aku bertanya-tanya kenapa anda merahasiakan hal sebesar ini? Maksudku, anda ternyata sudah menikah dan punya anak. Itu adalah fakta paling mengejutkan bagiku." Keyra sempat syok beberapa hari setelah mengetahui fakta itu. Dia bahkan di beberapa kesempatan sempat menyangkal bahwa semua yang dia lihat dan alami adalah sebuah mimpi panjang. Tapi lagi-lagi dia kembali ke fakta bahwa idolanya memang benar adalah kakak iparnya sekaligus ibu dari anak magang yang bekerja di bawah bimbingannya. Diam, hening sesaat. Keyra merasa cemas setelah membahas hal itu. Rasanya dia ingin mengulang waktu dan menarik
"Kita satu kamar?" tanya Keyra saat terkejut melihat suaminya duduk di ujung ranjang saat dirinya keluar dari kamar mandi. "Akan aneh kalau kita tidak sekamar," balas Reyhan singkat. Meski kehidupan rumah tangga mereka terbilang sudah sangat romantis. Akan tetapi mereka sampai saat ini belum pernah berbagai kamar yang sama. Menginap di kediaman Dirgantara dengan status sebagai suami istri tentu saja harus membuat mereka berada di satu kamar yang sama. Tok... Tok... Tok... "Tuan, ini pakaian Nyonya Muda yang anda pesan." suara seorang pelayan di luar kamar terdengar dengan jelas di telinga Keyra dan Reyhan. Cklek. Reyhan membuka pintu kamarnya, mengambil beberapa setelan pakaian yang telah dibawakan. "Apa kakakku masih belum kembali?" tanya Reyhan pada pelayan yang berdiri di depannya. "Belum Tuan," jawab pelayan itu singkat. "Baiklah, kamu bisa pergi."Pelayan itu dengan patuh pergi sesuai perintah Reyhan. Pria itu kembali masuk ke kamar dan menutup pintu perlahan. Alis kirin
Brag!Kodo kecil berisikan tiket nonton itu jatuh bebas ke tanah saat tangan kekar Reyhan mendarat di pipi kiri Miki. "Rey, kamu baru saja menamparku?" tanya Miki tak percaya, tangan kirinya memegang pipinya yang baru saja terkena tamparan Reyhan. Mata Miki terbelalak sempurna. Reyhan bukan orang yang kasar dan suka main tangan pada perempuan, apalagi jika itu berurusan dengannya. "Kelakuanmu membuatku sangat malu," ujar Reyhan. Wajah Reyhan terlihat merah padam. "Minta maaflah pada mereka dan aku tidak akan memperhitungkan apapun lagi," kata Reyhan mengamcam. Miki mengepalkan tangannya, "Kenapa aku harus minta maaf?""Kenapa? Kamu tanya kenapa? Apa kamu gila? Kamu baru saja melakukan kekerasan di depan umum, dan lebih memalukan lagi kamu melakukan hal itu pada orangku?Kamu tahu dia sekretarisku dan tetap berlaku seperti itu padanya? Apa kamu sedang menantangku?" tanya Reyhan dengan nada marahnya yang semakin terdengar jelas. Miki mengumpat di dalam hatinya. Dia berusaha keras
"Mbak, astaga yang benar saja, anda menampar teman saya di depan umum seperti ini?" ucap gadis berambut hitam lurus tak percaya dengan sikap sembrono Miki. Miki memutar bola matanya, "Aish, kalian membuatku kesal.""Orang ini benar-benar tidak punya sopan santun. Apa anda tidak malu sebagai orang dewasa?" tanya pria yang berdiri di samping gadis berambut hitam lurus. Ketiga remaja itu benar-benar tersulut emosi. "Aku kasih melihat anda setua ini tapi tidak punya adab. Apa orangtua anda tidak mengajari sopan santun? Atau suami anda tidak mengajarkan hal itu? Atau anda belum menikah, hingga tidak ada yang bisa mendidik anda?"Plak! Satu tamparan keras kini mendarat di wajah gadis berambut hitam lurus. Tamparan itu membuatnya terpaksa menghentikan komentar pedasnya pada Miki. Pria yang berdiri disampingnya dengan penuh emosi balas maju mendekati Miki hendak bermaksud balas dendam. "Pikirlah sebelum kamu melukaiku di sini!" tandas Miki. "Bukan aku yang harus dididik, tapi kalian. Ora
"Ada apa?" tanya Daniel yang melihat kedatangan Reyhan di pintu masuk ke ruang makan. "Bukankah kalian yang memanggilku kesini?" tanya Reyhan balik. "Huh, kapan kami memanggilmu?" tanya Janice yang sedang asyik menyantap makan malamnya. "Istriku bilang kalian mencariku, jadi aku sebaiknya makan malam di kediaman Dirgantara saja." kata Reyhan menimpali. "Aku yang memanggil kalian," suara rendah Hazel terdengar saat memasuki ruang makan. Reyhan, Janice dan Daniel menatap tak percaya saat mendapati sosok Hazel melangkah masuk. Dahulu, jika Hazel keluar dari percakapan seperti yang dilakukannya tadi pagi. Hazel tidak akan kembali ke kediaman 3 sampai 5 hari. Bahkan bisa sampai satu minggu. Ini pertama kalinya Hazel langsung kembali setelah beradu melarikan diri tadi pagi. Reyhan mengambil posisi duduk di sebelah saudarinya. Sementara Hazel duduk di depan 3 keluarga yang paling ia sayangi. "Maafkan aku," kata Hazel lirih. "Maafkan aku, karena tidak dewasa menyikapi perbedaan pendap
Keyra mendapati keributan di lantai staff sekretaris. "Bagaimana ini, kita dilarang bergosip dan membahas hal ini. Tapi Miki membuat kita ingin terus membahasnya," kata Nadine setengah berbisik. "Benar juga. Bagaimana mungkin satu kantor tidak bergosip jika kelakuan Miki seperti itu pada Pak CEO." sahut Surya. Kini Miki tengah membawa buket bunga segar di tangan kirinya dan sebuah rantang makanan di tangan kanannya. Miki seperti biasa masuk ke ruangan Reyhan tanpa permisi. Penampilannya sekarang mirip sekali seperti seorang istri yang mengantarkan makan siang suaminya. Keyra yang menyadari apa yang terjadi langsung masuk ke ruang Reyhan, "Permisi, apa anda ada urusan dengan Pak Reyhan? Beliau sedang inspeksi di luar kantor." kata Keyra mengabarkan. Miki yang sedari tadi tengah mengatur bunga segarnya di atas meja Reyhan kini beralih menatap tajam ke arah Keyra, "Kamu bahkan tidak mengetuk pintu saat masuk? Dimana sopan santunmu?" tanya Miki kesal. Keyea tak habis pikir deng