Reyhan melangkah masuk ke dalam Hotel Garnia. Dia meminta Yudha mengurusi pesanan ruangan pertemuannya sementara ia sendiri pergi ke toilet. Ketika di toilet, terjadilah insdien tidak mengenakkan itu. Dua orang pria masuk ke dalam toilet. Sama-sama Reyhan dapat mendengar suara mereka."Hey, siapa wanita tadi?" "Ah, dia wanita yang aku temui di bar." jawab pria satunya. "Oh, jadi dia incaran baru?""Boleh juga, tapi apa kamu tahu. Sekretaris G.Rio Cooperation sangat amat cantik. Aku ingin memburunya,""Sekretaris G.Rio Cooperation, berarti Mbak Keyra?" Mendengar nama Keyra dan perusahaannya disebutkan, Reyhan yang hendak keluar dari dalam toilet menghentikan langkahnya. Tangan Reyhan yang mengait di pintu toilet kini terlepas perlahan. Ia memilih mendengarkan kedua pria di luar yang tengah berbicara di depan wastafel. "Wah kamu kenal Keyra?""Aku sudah sering mendengar nama Mbak Keyra. Dia memang terkenal cantik di kalangan pria kantor. Wanita secantik dia siapa yang tidak tergoda
"Tunggu, Miki dengar baik-baik." Reyhan menghentikan langkah Miki yang tengah sibuk mencari lokasi yang pas untuk menaruh bunga segar bawaannya. Kring... Kring... Kring... Sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel Miki. Wanita itu segera meletakkan buket bunga ke atas meja kerja Reyhan kemudian merogoh handphone di dalam tas kecilnya. "Miki, segera kembali ke London sekarang!" tanpa aba-aba, Ayah Miki memberi perintah dengan suara tinggi dari seberang. Miki dengan cepat menurunkan volume handphonenya. "Ayah, aku baru tiba di Indonesia," sambung Miki tak terima. "Kamu ke Indonesia bahkan sebelum pameran utamamu berakhir? Apa kamu gila? Ayah akan memblokir semua kartumu jika kamu tidak kembali sekarang juga!" tegas Ayah Miki. Miki sebenernya mendapat jatah libur ke Indonesia setelah sekian lama memohon pada Ayahnya. Awalnya, Miki bisa terbang ke Indonesia bersama Kenzo di awal bulan depan. Tapi karena banyak hal tidak biasa terjadi, seperti Reyhan yang untuk pertama kalinya tidak m
"Kita sudah sampai," kata Yudha lagi. "Pak Reyhan, kita sudah sampai." ucap Yudha yang ketiga kalinya. Reyhan yang duduk di kursi belakang terlihat diam dengan tatapan kosong. Sepanjang jalan menuju lokasi meeting Reyhan hanya menatap ke luar jendela."Ah, sudah sampai ya?"gumam Reyhan. "Saya rasa Anda sedang dalam kondisi yang tidak bagus untuk bertemu Pak Samuel," kata Yudha menerka. Yudha menatap khawatir ke arah Reyhan dari kaca spion. Reyhan adalah orang paling profesional dan realistis yang dia kenal. Bahkan ketika sedang sakit sekalipun Reyhan akan menjalani rapat dengan sempurna tanpa kesalahan. Kali ini berbeda, Yudha sangat khawatir jika suasana hati Reyhan dapat mempengaruhi pertemuan kali ini. Bagaimanapun juga, G.Rio Cooperation harus bisa bekerjasama dengan pihak Aman Group sebagai perusahaan nomer satu yang mengelola bahan tambang. "Bagaimana jika kita menghubungi Mbak Keyra saja. Biarkan beliau yang mengurus pertemuan ini. Anda istirahat saja." saran Yudha. "TIi
"Astaga," ucap Yudha pelan. Wajahnya terlihat jelas rasa kesal dan pasrah yang tercampur aduk. Yudha segera berdiri dan menarik Reyhan untuk berdiri dari tempat duduknya, "Pak Samuel. Maafkan kami, kami akan pulang duluan. Secepat mungkin untuk urusan penandatanganan kontrak akan kami jadwalkan. Saya harus membawa Pak Reyhan kembali," jelas Yudha. Samuel yang penuh pengertian membiarkan Yudha menyeret pergi Reyhan dari ruang makan. "Aku padahal tidak apa-apa. Untuk apa menghentikan makan malam ini? Tindakan bodohmh itu bisa membuat Pak Samuel tersinggung!" Reyhan protes dengan sikap semena-mena yang Yudha lakukan. Saat ini kondisi Reyhan sudah setengah tidak sadar. Yudha terus mendorong langkah kaki Reyhan menuju lift, "Semoga anda tetap sadar sampai rumah," balas Yudha. Bukannya merasa bersalah saat Reyhan memarahinya, Yudha malah berdoa semoga Reyhan tetap sadar.Ting! Pintu lift terbuka, Reyhan dan Yudha keluar dari lift tersebut. Beberapa menit berlalu sejak Reyhan meneguk alk
Reyhan terus tersenyum seperti anak anjing, "Kenapa dia imut sekali kalau sedang mabuk?" tanya Misun lagi. Reyhan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak imut. Aku tampan!" tegas Reyhan. "Hahaha, ya ampun imut sekali," kata Misun sembari tertawa lepas. Yudha hanya mematung menyaksikan percakapan ter aneh sepanjang perjalanan hidupnya menemani Reyhan. Reyhan langsung duduk di lantai aspal saat Misun tak kunjung mengatakannya tampak dan malah mengulang-ulang terus fakta bahwa Reyhan itu imut. "Aku tidak imut!" kata Reyhan kesal. Poteretnya sekarang mirip seperti anak usia enam tahun yang sedang merajuk pada ibunya. Yudha yang melihat bosnya tergeletak di trotoar dengan sigap membantu Reyhan untuk kembali berdiri. "Ah iya iya, Anda tidak imut. Anda tampan, jadi ayo berdiri Pak Reyhan yang tampan," kata Misun lagi. Dengan susah payah akhirnya Reyhan berdiri berkat bantuan Yudha. Sebagai asisten yang baik Yudha bahkan membantu Reyhan membersihkan debu yang melekat di pakaiannya akibat ke
"Ini sudah mau jam 11 dan kamu masih belum pulang?" gumam Keyra yang melihat ke arah jam dinding di ruang tamu. Keyra telah memeriksa jadwal Reyhan malam ini. Seharusnya meeting dengan Pak Samuel berakhir jam 8 malam. "Dia tidak mungkin ikut mabuk kan?" tanya Keyra. Biasanya untuk acara pertemuan pertama seperti itu, Reyhan hanya memastikan sampai kerjasama terbentuk, bagian makan dan minum biasanya hanya diwakili oleh Yudha. Kenapa juga aku mengkhawatirkannya, batin Keyra kesal. Keyra memilih menyalakan televisi di rumahnya. Hingga beberapa menit kemudian bel rumahnya berbunyi secara brutal. Tring, Trring, Tring, Tring, Tring. "Orang gila mana yang memencet bel sebanyak itu?" sindir Keyra saat bek gerbang rumahnya berbunyi. Keyra melirik lagi jam dinding di rumahnya, ia mulai berpikir siapa yang akan bertamu di jam selarut itu. Keyra berjalan ke arah pintu rumahnya, kemudian membuka pintu itu berapa kagetnya ia saat tubuh besar suaminya langsung menimpanya, ya suaminya kini se
Yudha berdiri di depan gerbang kediaman Reyhan dan Keyra. Pria itu menekan tombol bel gerbang. Dia berdiri diam beberapa saat, pikirannya terus denial, merasa bahwa semua yang terjadi semalam adalah mimpi."Ini tidak benar kan, tadi malam pasti hanya mimpi." ucap Yudha, tatapannya kosong, wajahnya terlihat lelah karena semalaman tidak bisa tidur dan erus kepikiran banyak hal luar ekspektasi yang ia saksikan.Yudha menampar wajahnya sendiri beberapa kali, "Ini pasti mimpi!" ucapnya. Pria itu menghentikan aksi konyolnya saat terdengar suara gerbang yang berderit. Dret... Gerbang rumah Keyra dan Reyhan perlahan terbuka secara otomatis. Yudha melangkah beberapa langkah ke dalam kediaman. "Masuklah!" sambut Keyra saat membuka pintu. Yudha menarik napas panjang, ternyata semalam bukan mimpi. Rumah yang ia singgahi sekarang adalah rumah Keyra dan Reyhan. "Tunggu di sofa sebentar," kata Keyra datar."Rey, tolong layani Yudha. Dia tamu kedua kita setelah Bi Misun," kata Keyra setengah ber
Reyhan dan Yudha berjalan beriringan melewati ruangan sekretaris, "Selama pagi Pak," sapa Keyra seperti biasanya. Yudha sedikit mengerling ke arah Keyra. Itu memang sapaan biasa yang sudah Keyra lakukan selama empat tahun. Terdengar lumrah dan wajar bagi para karyawan lainnya, tapi bagi Yudha itu adalah sapaan paling aneh yang pernah ia dengar. Bagaimana bisa Keyra berakting begitu sempurna seperti itu. Padahal beberapa waktu yang lalu Yudha mendengar dengan telinga sendiri bagaimana Keyra memanggil Reyhan sekenanya tanpa embelan Pak.Enam jam berlalu sejak jam operasional G.Rio Cooperation berjalan. Ting! Satu alarm otomatis perusahaan berbunyi. Itu adalah alarm pengingat bahwa kinerja satu bulan sudah berakhir. Sebentar lagi akan keluar siapa departemen dengan kinerja terbaik selama satu bulan penuh, biasanya departemen terkait akan mendapatkan reward makan besar. Tradisi ini telah melekat di G.Rio Cooperation sejak tiga tahun yang lalu. Keyra selaku penggagas membiarkan Yudha me