Share

Bab 6. Kabur Lagi

Penulis: Lemongrass
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-18 14:52:01

Wanita paruh baya itu tersenyum lalu menjawab, “Itu bukan masakan Bibi, Mbak. Tadi itu Mas Rai yang masak.”

Tidak ada angin tidak ada hujan seketika Camelia terbatuk mendengar ucapan Ella.

“Rai?” tanya Camelia memastikan.

“Iya, Mas Rai.”

“Dia bisa masak?”

“Tadi rasanya enak kan? Berarti tidak diragukan lagi, Mbak,” ucap Ella dengan mantap dan mengacungkan dua ibu jarinya sambil memainkan kedua alisnya.

“Kesambet kali ya?” celetuk Camelia.

“Sepertinya Mas Rai mulai peduli pada Mbak Lia. Mungkin menyesal sudah cuek sama Mbak Lia selama ini.”

“Aah, Bibi bisa aja ngomongnya. Sudah terlambat, Bi. Kenapa nggak dari dulu?”

“Belum terlambat, kan belum ketok palu,” ucap Ella menggoda.

“Bibi ini, jangan mencoba membuatku berharap pada harapan semu. Sudah ah. Aku ke kamar dulu ya.”

Camelia masih menampik semua fakta itu, kemudian berlalu kembali ke kamar.

“Semua belum terlambat, Mbak. Coba kembali buka hatimu,” ucap Ella setengah berteriak. Camelia hanya mengibaskan tangannya tanda tidak mau.

Beberapa menit kemudian Camelia kembali turun dengan membawa tasnya.

“Mau kemana, Mbak?” tanya Ella.

“Tentu saja kembali ke tempatku, untuk apa aku tetap berada di sini? Aku sudah memutuskan untuk bercerai, tak ada gunanya lagi tetap tinggal di sini.”

“Tapi, Mbak, kata Mas Rai, Mbak Lia tidak boleh pergi dari rumah ini, kecuali mau mengambil barang-barang yang ada di tempat tinggal Mbak Lia yang sekarang.”

Camelia dibuat melongo oleh ucapan Ella.

“Iya, Mbak. Mas Rai juga siapkan supir untuk mengantar Mbak Lia mengambil barang-barang itu,” terang Ella karena paham dengan ekspresi Camelia.

Camelia mengedipkan mata beberapa kali masih mencerna perkataan Ella.

“Sepertinya majikanmu itu sudah nggak waras, Bi,” ucap Camelia kemudian melenggang keluar dari rumah itu.

Benar saja di depan, supir yang tadi mengantar mereka masih menunggu. Rupanya, Rainer kembali ke kantor dijemput oleh Levi.

“Tidak perlu mengantarku, aku akan pergi sendiri,” ucap Camelia pada si supir sebelum pria itu sempat berkata-kata.

“Ta-tapi, Bu–”

“Tidak apa-apa, bilang saja pada Rai kalau itu kemauanku,” sahut Camelia.

Camelia kembali melangkah menuju gerbang, kemudian menghadang taksi yang sedang melintas.

Gadis cantik itu memutuskan untuk mampir ke sebuah mall di dekat apartemen, ada sesuatu yang ingin dibelinya. Dia pun turun di area drop zone di dekat lobi.

Camelia berjalan menuju ke pintu utama, tiba-tiba seorang anak kecil berlari melewatinya. Camelia melihat ke sekeliling di drop zone ramai kendaraan berlalu lalang keluar masuk.

Netranya menangkap sebuah mobil SUV yang hendak menuju ke drop zone. Reflek tubuh ramping itu berlari mengejar bocah yang kira-kira berumur 4 sampai 5 tahun itu.

“Awas!” teriak Camelia seraya meraih anak itu. Dia khawatir anak sekecil itu akan masuk ke blind spot pengendara yang sedang melajukan kendaraannya.

Nyaris saja anak kecil terserempet oleh mobil, beruntung Camelia berhasil meraih dan memeluknya meski mereka akhirnya terjatuh bersama, dia berhasil menyelamatkannya.

Kejadian itu sontak menyita perhatian, beberapa orang langsung menghampiri Camelia dan membantunya berdiri, sebagian lagi menyayangkan karena orang tua si anak yang lalai.

“Kamu tidak apa-apa, Mbak?” tanya salah seorang yang menolong Camelia.

Sebelum menjawab Camelia merengkuh anak kecil yang sudah menangis itu ke dalam pelukannya.

“Aku tidak apa-apa, Mas. Terima kasih sudah menolongku,” jawab Camelia.

“Eh, Mbak, sepertinya lututmu terluka, itu berdarah,” ucap salah seorang lainnya.

“Ah, iya kah. Tidak apa-apa yang penting anak ini selamat,” ucap Camelia masih dalam kondisi menenangkan anak kecil itu.

“Tenang ya, tidak apa-apa. Kamu pasti kaget, maafkan Tante,” ucap Camelia pada anak kecil itu.

“Clay!” seru seorang pria seraya membelah kerumunan.

“Nah, ini bapaknya.”

“Yang benar dong jaga anak!”

“Untung ada yang menyelamatkan!”

Suara-suara itu bersahutan menyalahkan dan mencemooh pria itu.

“Clay.”

Anak kecil yang dipanggil Clay itu menoleh ke arah pria dewasa berwajah tegas, dengan jambang tipis, dilihat dari pakaiannya sudah dapat dipastikan pria itu adalah konglomerat.

“Papi!” seru Clay lalu melepaskan pelukannya dari Camelia.

Pria itu langsung mengangkat Clay dalam gendongannya. Tidak ada sepatah kata pun dari pria itu, dia hanya mengusap air mata Clay.

“Lain kali jaga anaknya dengan baik, Tuan. Untung saja ada Mbak-nya yang menyelamatkannya.”

Pria itu memindai Camelia dari atas sampai bawah kemudian berkata, “Terima kasih, Nona. Mari ikut saya ke klinik. Lutut Anda terluka.”

Sekarang barulah Camelia melihat lutut yang mulai terasa perih.

“Ya, ampun,” gumam Camelia seraya sedikit meringis.

“Ah, sepertinya tidak harus sampai ke klinik, Tuan. Cukup diobati saja.”

“Anda yakin?” Camelia mengangguk mantap.

“Kalau begitu mari ke mobil saya, ada kotak P3K di sana.” Camelia kembali mengangguk.

“Apa Anda bisa berjalan dengan baik?”

“Ya, tentu saja,” jawab Camelia.

Camelia mengikuti langkah pria itu menuju mobil yang baru saja berhenti di dekat mereka.

“Mari masuk.” Camelia masuk ke dalam mobil mengikuti pria itu.

Pria tampan dengan tinggi kurang lebih 175 cm itu mengambil sebuah kotak bertanda plus dari belakang joknya. Pria itu menyuruh Camelia sedikit bergeser dan menghadap ke arahnya.

“Maaf, bisa tolong Anda naikkan sedikit roknya, saya akan mulai membersihkan lukanya,” ucap pria itu dengan tidak enak hati.

“Biarkan saya sendiri yang mengobatinya, Tuan,” ucap Camelia dengan ekspresi wajah canggung.

“Tidak akan bersih jika Anda sendiri yang melakukannya. Saya akan membantu Anda.”

Dengan tidak enak hati Camelia menaikkan sedikit gaunnya. Dia sedikit menyesal mengapa tadi dia tidak berganti pakaian saat di rumah Rainer.

“Tahan sedikit, sepertinya akan sakit,” ujar pria itu kemudian menuangkan alkohol ke sebuah kapas dan mengusapkannya di lutut Camelia.

Camelia meringis menahan sakit, perih sekali, tetapi tidak seperih hatinya yang menjadi istri tak dianggap selama dua tahun.

“Apa sakit sekali? Saya akan lebih pelan-pelan.”

Clay memandangi sepasang pria wanita itu dari jok depan.

Terakhir pria itu memasang plester luka di lutut Camelia.

“Sudah.”

“Terima kasih, Tuan.”

“Saya yang berterima kasih padamu, Nona. Siapa namamu?”

“Saya Camelia. Camelia Agatha.”

“Hai, Tante Camelia, namaku Clay dan ini Papiku namanya Danar. Terima kasih sudah menolongku,” sahut Clay dari jok depan.

“Hai, Clay. Lain kali hati-hati ya jangan membuat Papimu panik.”

“Siap, Tante.”

Sejak tadi Danar memang hanya diam, terkesan membiarkan kesalahan Clay, tetapi dia hanya menunggu waktu, tidak mungkin memarahi anak itu di tempat umum.

“Ka-kalau begitu saya keluar dulu, Tuan Da-danar.”

“Sebantar.”

Pria itu mengeluarkan sebuah kartu nama dari saku jasnya.

“Hubungi aku jika terjadi sesuatu denganmu, Nona Camelia.”

Camelia menerima kartu nama itu dan membaca nama yang tertera dalam kertas berwarna hitam itu.

“Danar Andrian,” ucap Camelia dalam hati.

Belum sempat Camelia keluar dari mobil itu, seorang wanita membuka pintu dengan kasar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 7. Tiba-tiba Berbeda Sikap

    Dengan tampang tidak suka wanita itu bertanya, “Siapa wanita ini?” “Oma, Tante ini yang menyelamatkanku,” jawab anak kecil itu. Carmelia menoleh ke arah wanita paruh baya itu, tersenyum kemudian mengangguk hormat. Wanita paruh baya itu memandang Camelia dengan pandangan yang sulit diartikan. Wanita paruh baya itu bergegas mencari anak dan cucunya setelah mendapat kabar tentang Clay yang hampir mengalami kecelakaan, tapi dia justru menemukan ada seorang wanita di mobil anaknya. Dari sisi yang lain Danar memberi isyarat pada ibunya jika Camelia ingin keluar, dia pun mundur beberapa langkah memberi ruang pada Camelia untuk keluar dari mobil mewah itu. Danar ikut keluar dari sisi yang lain dan mendekat ke arah dua wanita berbeda generasi itu. “Selamat siang, Nyonya,” sapa Camelia dengan santun. “Mami, dia Camelia. Wanita yang sudah menyelamatkan Clay,” terang Danar. Seketika wajah wanita paruh baya itu berubah dan menyunggingkan senyum ramah. “Terima kasih banyak sudah menyelama

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 8. Dijemput Paksa

    “Ayolah, Rai, kamu tak perlu membuat drama suami istri. Cukup kamu tanda tangani surat pengajuan cerai itu dan mengurusnya. Maka kita tidak perlu lagi mencampuri satu sama lain.” “Kooperatiflah sedikit, Camelia. Kondisi Kakekku sedang tidak baik-baik saja, tidak mungkin kita bercerai saat kondisi Kakek seperti itu,” ucap Rainer. Benar. Kondisi Kakek Wijaya memang sedang tidak baik beberapa waktu ini, Camelia bahkan sempat mengunjunginya sehari sebelum dia memutuskan untuk bercerai dari Rainer. Camelia nampak berpikir. Melihat istrinya yang seperti sedang memikirkan sesuatu, Rainer kembali berbicara, “Kakek juga meminta kita untuk menghadiri pesta ulang tahun Tuan dan Nyonya Adiwangsa bersama. Apa kamu masih ingin menolak permintaannya?” Karena kebohongannya pada Agnes Rainer justru mendapatkan ide. Camelia sangat menyayangi dan juga patuh pada Kakeknya. Rainer akan menggunakan Kakeknya untuk mengikat Camelia. “Kemasi barang-barangmu dan kita akan kembali ke rumah,” ujar Rainer s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 9

    Rainer menarik napas pelan lalu menghembuskan perlahan, mengumpulkan serpihan-serpihan kesabaran agar tidak berhamburan hingga terjadi sebuah ledakan yang membara di dalam jiwa.Camelia melirik ke arah Rainer yang hidungnya kembang-kempis seperti orang yang sedang meniup balon.“Kenapa malah diam? Yakin kamu ingin aku yang memilihkan? Aku tidak tahu makanan kesukaanmu lho,” tanya Camelia. Gadis cantik itu sengaja memancing Rainer, ingin tahu sebesar apa harga dirinya.“Coba kita lihat, apakah gengsimu akan sebesar gunung Everest, Rai,” batin Camelia.“Tidak perlu, aku pilih sendiri saja, bisa-bisa kamu memilihkan makanan yang membuatku alergi,” ucap Rainer kemudian meraih buku menu, melihat sekilas dan menyebutkan satu per satu makanan yang dia mau.Sedangkan Camelia duduk bersandar dan menatap sinis suaminya.“Memangnya kamu saja yang bisa berbuat seenaknya? Rasakan saja pembalasanku, akan kubuat kamu melepaskanku, Rai

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 10

    “Pelakor? Maksudmu aku pelakor?” tanya Camelia seraya menunjuk dirinya sendiri.“Memangnya ada orang lain di sini?” balas Wulan.“Asal kamu tahu, hanya Nona Agnes yang pantas bersanding dengan Tuan Rainer! Wanita yang hanya mengincar hartanya seperti kamu benar-benar menjijikan,” ejek Wulan.“Mulutmu benar-benar tak tahu sopan santun,” balas Camelia.Brak!!!Pintu ruang ganti itu dibuka dengan kasar hingga menimbulkan suara yang memekakan telinga dan mengundang banyak perhatian, termasuk manajer butik. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Rainer.Wulan langsung tertunduk karena pria itu menatapnya dengan tajam. Sedangkan Camelia bersikap biasa saja tidak terpengaruh dengan kedatangan Rainer.Pegawai yang lain berkumpul dan mulai saling berbisik sambil menatap aneh ke arah ruang ganti itu. Manajer butik pun bergegas melihat apa yang sebenarnya terjadi.“Siapa kamu, berani sekali berkata seperti itu pada istriku?” ben

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 11

    Langkah Camelia terhenti lalu kembali melihat ke arah Rainer dengan kesal.“Benar kamu memang masih suamiku, tetapi–.”Ucapan Camelia terhenti karena Rainer langsung mengangkat tubuh wanita itu seperti karung beras.“Rai!” pekik Camelia.Rainer membawa Camelia dan mengambil koper yang ada di tangan Ella, masuk ke dalam kamar, menutup pintu, terakhir menguncinya.Melihat kedua majikannya, Ella pun tersenyum semringah dan bergumam, “Sepertinya Kakek Wijaya akan segera mendapatkan cicit yang sudah lama ditunggu.”“Rai! Turunkan aku! Kenapa kamu suka berbuat seenaknya?” teriak Camelia seraya memukuli punggung suaminya.“Diamlah!” bentak Rainer. Dia hanya tidak ingin istrinya terjatuh jika terus meronta.Camelia terus memukul dan berteriak meminta Rainer untuk menurunkannya.Rainer menjatuhkan Camelia di atas ranjang berukuran king size miliknya sampai terdengar deritan.Belum sempat Camelia mengger

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 12

    Camelia membangunkan tubuhnya dan mendesis kesal, dia mulai mendengar suaminya menghitung.“Ya ampun, kenapa dia begitu keras kepala?” Dengan terus menggerutu Camelia bangkit dari ranjang. Benar saja Rainer mulai mendobrak pintu itu.“Dia pikir mudah mendobrak pintu? Coba saja, sampai tulangmu patah, kamu tidak akan bisa membuka pintu ini kecuali membawa pasukan,” cemooh Camelia. Pada kenyataannya Rainer tidak mendobrak pintu kamar Camelia. Pria itu hanya menendang agar menimbulkan suara yang bising untuk memancing Camelia keluar. Tiba-tiba saja pintu terbuka tanpa Rainer mendengar suara kunci yang diputar, padahal posisi Rainer sudah siap menendang ke arah pintu.“Aaaaa,” teriak Camelia.Rainer mencoba mengendalikan tubuhnya agar tidak menendang sang istri, tetapi justru membuat tubuh oleng dan menerjang Camelia hingga mereka terjatuh di lantai.Brruugghhh!Rainer masih sempat menukar posisi sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 13

    “Ada apa?” tanya Camelia seraya berjalan ke arah pintu ruangan lemari raksasa itu. Rainer terlihat sedang melihat rak dasi miliknya.“Apa kamu lihat dasiku?”“Dasi yang mana? Dasimu terlalu banyak, aku tidak mungkin menghafalnya satu per satu,” balas Camelia.“Dasi berwarna marun yang bercorak garis-garis hitam,” jawab Rainer dengan wajah serius.Camelia terdiam sejenak, dasi yang dimaksud suaminya adalah dasi dari pemberian darinya di awal pernikahan mereka. Benda yang sama sekali tak pernah Rainer sentuh bahkan dipakai barang satu kali pun lalu untuk apa sekarang ditanyakan? “Oh, dasi itu? Aku sudah membuangnya,” jawab Camelia tanpa rasa bersalah. “Kenapa dibuang? Siapa yang menyuruhmu membuangnya?” tanya Rainer. Ada nada kekecewaan dari ucapan Rainer.“Dari awal aku memberikannya kepadamu, kamu tidak pernah mau menyentuh apalagi memakainya. Jadi lebih baik aku buang saja,” jawab Camelia dengan enteng.Wanit

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 14

    “Apa kamu senang selalu bersama Rainer?” ucap seorang wanita yang sejak tadi sudah menunggu Camelia keluar dari bilik toilet.Camelia berjalan menuju wastafel lalu mencuci tangan sebelum menanggapi wanita itu.“Selalu katanya? Aku baru 24 jam bersama Rainer dia bilang selalu, apa dia sengaja mengejekku? Dasar wanita ulat bulu,” monolog Camelia dalam hati seraya melirik Agnes yang berdiri tak jauh darinya melalui cermin besar yang ada di atas wastafel.Merasa diacuhkan oleh Camelia, wanita itu kembali berkata, “Jangan senang dulu, karena Rainer pasti akan segera menceraikanmu. Jadi aku akan sedikit membiarkanmu dekat dengannya, baik sekali bukan?”“Baguslah kalau memang seperti itu. Aku sangat menantikannya perceraian ini, syukur-syukur kamu bisa membantuku untuk segera bercerai dari Rai, tetapi sepertinya dia tidak ingin cerai dariku tuh,” balas Camelia dengan setengah mengejek Agnes lalu membuang tisu ke tong sampah dan berjalan melewati wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26

Bab terbaru

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 116. Pengusik

    "Di mana Agnes?" tanya orang itu tanpa basa basi seraya mengunci tubuh Rainer di tembok.Ya, orang itu adalah Steve, kakak kandung Agnes.Rainer menyeringai."Sudah lama sekali kita tidak bertemu, dan ini caramu memberi salam? Setidaknya kamu harus menanyakan kabarku lebih dulu, bukan langsung pada intinya?" balas Rainer.Steve mendengkus kesal, sorot matamya tajam. "Jangan pura-pura. Aku sudah cukup bersabar. Setahun lebih aku mencari adikku, dan satu-satunya orang yang mungkin tahu keberadaannya adalah kamu."Rainer mengangkat bahu. "Maaf mengecewakanmu, tapi aku tidak tahu di mana dia."Ketegangan di wajah Steve semakin nyata. Tatapan semakin tajam, penuh amarah yang siap meledak kapan saja. "Kamu pikir aku bodoh? Agnes menghilang begitu saja setelah terakhir kali bersamamu. Kamu benar-benar ingin aku percaya ini kebetulan?"Nada bicara Steve menekan, sarat dengan tuduhan.Rainer tetap tenang.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 115. Menang Lagi

    Camelia langsung melihat ke Levi, penasaran. "Kenapa tiba-tiba ingin cuti?" tanya Camelia.Levi melirik lewat kaca spion, menyeringai. "Mau kencan, tentu saja. Usiaku sudah matang, tapi jangankan menikah, berkencan saja aku tidak punya waktu."Ekspresi Camelia menjadi bersemangat. "Serius? Akhirnya kamu punya kekasih?"Rainer terkekeh. "Kekasih? Jangankan kekasih, dekat dengan wanita saja tidak. Pasti itu hanya alasan dia saja agar bisa cuti," sahut Rainer.Levi langsung memasang ekspresi pura-pura tersinggung. "Astaga, kamu benar-benar tidak percaya padaku? Padahal, karena siapa aku tidak pernah dekat dengan wanita."Rainer melipat tangan di dada. "Jadi kamu menyalahkanku? Bukankah itu komitmen yang sudah kamu ambil ketika memutuskan menjadi orang kepercayaanku."“Ya, ya, terserah kamu saja,” balas Levi.Camelia tertawa. "Kenapa kalian malah berdebat?”Camelia mencondongkan tu

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 114. Kebahagiaan Bersama

    Maura dan Daniel saling pandang. Wanita itu lalu memberikan sebuah undangan bernuansa emas berkilauan di bawah cahaya lampu.Camelia membulatkan mata sempurna, mulutnya menganga karena terkejut. Lalu, mengambil benda itu dari tangan Maura. Jari-jari meraba teksturnya yang elegan, sementara matanya membaca nama-nama yang tertulis di sana.Maura & Daniel.Ekspresi wajah Camelia semakin terkejut, lalu menatap.dua insan itu bergantian.“Jangan bilang kamu masih syok?” ujar Maura tawa kecil meluncur dari bibirnya. “Aku pikir kamu sudah bisa menebaknya sejak lama. Tidak mungkin ‘kan kami pacaran selamanya, kami juga ingin merajut masa depan bersama.”Camelia menggeleng, tetapi ekspresi wajahnya masih tercengang. Dia benar-benar tidak menduga hari itu akan tiba, mengingat mereka tidak benar-benar serius membahas pernikahan selama ini. Atau bisa saja banyak hal yang dia lupakan karena memang fokusnya pada diri sendiri dan kehidupan bersama Rainer

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 113. Bukan Aku

    Tanpa sadar Danar menghela napas. Pandangan matanya tertuju ke arah lain, bagian dari restoran tempatnya menikmati makan malam hari ini. Kenapa dia harus bertemu dengan Camelia malam ini? Dari sekian banyak restoran kenapa harus berada di tempat yang sama? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Danar, membentuk sebuah penyesalan akan kebetulan yang baru saja terjadi.Sosok itu masih terlihat dari kejauhan. Senyumnya, caranya berbicara, bahkan gestur kecil yang selalu begitu familiar. Camelia tetap sama, hanya saja kali ini bukan dia yang berdiri di sampingnya.Danar menyesap minumannya perlahan, membiarkan cairan dingin itu melewati tenggorokannya, berharap sensasi itu bisa meredam sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya. Tetapi tidak.Bukan pahit dari kopi yang tersisa di lidahnya, melainkan rasa kehilangan yang sejak tadi berusaha dia abaikan.Dia memang sudah melepaskan Camelia, tetapi bukan berarti perasaannya lenyap beg

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 112. Perayaan Kecil

    Pelayan membungkuk sopan, memastikan setiap detail di meja sudah tertata sempurna. Rainer menyusuri area restoran dengan tatapan teliti, sesekali mengangguk puas.Camelia berdiri di sampingnya, satu tangan menyentuh perutnya dengan lembut. "Semua sudah sesuai rencana," bisiknya dengan senyum tipis.Rainer melirik ke arah istrinya, sudut bibirnya terangkat. "Tentu saja. Aku sudah pastikan semuanya sempurna untuk malam ini. Kita harus memberi mereka kejutan yang tidak terlupakan."“Ayo, kita selesaikan sebelum mereka datang.”Langkah keduanya berhenti saat mereka berpapasan dengan beberapa orang. Sosok yang familiar berdiri tidak jauh dari mereka, bersama seorang wanita paruh baya dan seorang pria yang membawa anak kecil dalam gendongannya.Senyum Sofia merekah saat bertemu pandang dengan Camelia. "Camelia! Ya ampun, sudah lama sekali. Bagaimana kabarmu?" sapa Sofia.Wanita paruh baya itu bahkan tidak segan mend

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 111. Terlalu Berlebihan

    Pintu kamar mandi bergeser dengan kasar, tangan Camelia berpegangan erat pada wastafel, sementara rasa mual kembali menghantamnya tanpa ampun. Cairan asam meluncur keluar, meninggalkan sensasi terbakar di tenggorokannya.Punggungnya terasa hangat, dibelai dengan lembut. Rainer berdiri di sampingnya, ekspresinya penuh kecemasan yang sulit dia sembunyikan.“Pelan-pelan, Sayang.” Suaranya nyaris berbisik, seakan takut mengganggu momen rapuh istrinya.Camelia menghela napas panjang setelah muntahnya mereda, lalu menyandarkan tubuh pada suaminya. “Ini nikmat sekali, Rai,” kata Camelia lemah.“Tunggu di sini, aku ambilkan air minum.”Belum sempat Rainer melangkah, Camelia menahan pergelangan tangannya. “Jangan pergi, temani aku sebentar lagi.”Rainer menatap istrinya sejenak, lalu tanpa ragu duduk di kursi yang ada di kamar mandi, membiarkan Camelia bersandar padanya. Kursi itu sengaja dia letakkan semenjak Camelia

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 110. Kebahagiaan yang Utuh

    Rainer duduk di sofa dengan satu tangan menopang dagu, sementara mata tajamnya tidak lepas dari sosok Camelia yang tengah sibuk membaca buku novel romansa. Senyum di wajahnya tidak kunjung memudar, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua.Camelia, yang menyadari tatapan itu pun menutup buku, lalu ikut menopang dagu dan menatap Rainer. “Kenapa dari tadi kamu melihatku seperti itu?”Rainer menggeser duduknya lebih dekat, lalu tanpa peringatan mengecup pipi istrinya. “Karena aku masih tidak percaya.”Camelia tertawa lirih. “Tidak percaya apa?” tanyanya.“Tuhan benar-benar memberiku hadiah terbaik setelah semua yang kita lalui.” Rainer mengulurkan tangannya, mengusap perut Camelia yang masih rata. “Aku tidak pernah menyangka akan sebahagia ini.”Camelia tersenyum lembut, menumpangkan tangannya di atas tangan Rainer. “Aku juga. Rasanya seperti mimpi.”Rainer tertawa pelan, lalu menarik Camelia ke dalam pelu

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 109. Hadiah Spesial

    Beberapa hari setelah Rainer kembali ke kediaman Wijaya, mau tidak mau dia harus segera muncul ke publik. Setelah memberitahu rencananya pada Levi, hari ini dia pun datang ke perusahaan. Diajaknya Camelia turut serta, agar semua orang tahu siapa wanita itu. Wanita yang beberapa waktu terakhir menggemparkan dunia bisnis dan berita terbaru tentang hengkangnya Camelia dari Adiwangsa grup. Ya wanita itu adalah istrinya.Mobil mewah itu berhenti di depan lobby. Rainer keluar lebih dulu lalu membukakan pintu untuk istrinya.“Silakan, Nyonya Muda,” ujar Rainer setengah bergurau.“Terima kasih, Tuan Rainer WIjaya,” balas Camelia.Mereka melangkah berdampingan memasuki lobi utama Wijaya Grup. Sontak keduanya menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana. Levi menyambut kedatangan mereka seperti sudah lama menunggu.Bisikan pelan berubah menjadi dengungan di antara para karyawan yang melihat sepasang suami istri itu.Tatapan me

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 108. Melepas dan Kembali

    Tak ada yang lebih sulit dari melepaskan sesuatu yang begitu erat menggenggam hati. –Danar Adiwangsa.***Danar duduk di ruang rapat yang terasa lebih luas dari biasanya. Dokumen di hadapannya sudah tertata rapi, menunggu tanda tangan terakhir. Tangannya menggenggam pena, tetapi tak kunjung bergerak. Tatapannya jatuh pada sosok di seberangnya—Camelia Agatha, wanita yang selama ini selalu berdiri sejajar dengannya dalam dunia bisnis.Camelia duduk dengan punggung tegak, ekspresinya tenang seperti biasa. Tidak ada sedikitpun keraguan dalam matanya. Seolah semua ini memang sudah menjadi bagian dari rencana yang matang.“Apa keputusanmu sudah final? Kamu tidak akan menyesali keputusan ini?” tanya Danar. Berharap wanita itu akan berubah pikiran.“Aku sudah mempertimbangkan semuanya,” balas Camelia, suaranya terdengar stabil, tanpa getaran. “Setelah ini, aku ingin fokus pada diriku sendiri, aku akan menikmati hari-hariku dengan santai dan menikmati hasil investasi yang kulakukan.”Walau ya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status