Share

Bab 6. Kabur Lagi

Penulis: Lemongrass
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-18 14:52:01

Wanita paruh baya itu tersenyum lalu menjawab, “Itu bukan masakan Bibi, Mbak. Tadi itu Mas Rai yang masak.”

Tidak ada angin tidak ada hujan seketika Camelia terbatuk mendengar ucapan Ella.

“Rai?” tanya Camelia memastikan.

“Iya, Mas Rai.”

“Dia bisa masak?”

“Tadi rasanya enak kan? Berarti tidak diragukan lagi, Mbak,” ucap Ella dengan mantap dan mengacungkan dua ibu jarinya sambil memainkan kedua alisnya.

“Kesambet kali ya?” celetuk Camelia.

“Sepertinya Mas Rai mulai peduli pada Mbak Lia. Mungkin menyesal sudah cuek sama Mbak Lia selama ini.”

“Aah, Bibi bisa aja ngomongnya. Sudah terlambat, Bi. Kenapa nggak dari dulu?”

“Belum terlambat, kan belum ketok palu,” ucap Ella menggoda.

“Bibi ini, jangan mencoba membuatku berharap pada harapan semu. Sudah ah. Aku ke kamar dulu ya.”

Camelia masih menampik semua fakta itu, kemudian berlalu kembali ke kamar.

“Semua belum terlambat, Mbak. Coba kembali buka hatimu,” ucap Ella setengah berteriak. Camelia hanya mengibaskan tangannya tanda tidak mau.

Beberapa menit kemudian Camelia kembali turun dengan membawa tasnya.

“Mau kemana, Mbak?” tanya Ella.

“Tentu saja kembali ke tempatku, untuk apa aku tetap berada di sini? Aku sudah memutuskan untuk bercerai, tak ada gunanya lagi tetap tinggal di sini.”

“Tapi, Mbak, kata Mas Rai, Mbak Lia tidak boleh pergi dari rumah ini, kecuali mau mengambil barang-barang yang ada di tempat tinggal Mbak Lia yang sekarang.”

Camelia dibuat melongo oleh ucapan Ella.

“Iya, Mbak. Mas Rai juga siapkan supir untuk mengantar Mbak Lia mengambil barang-barang itu,” terang Ella karena paham dengan ekspresi Camelia.

Camelia mengedipkan mata beberapa kali masih mencerna perkataan Ella.

“Sepertinya majikanmu itu sudah nggak waras, Bi,” ucap Camelia kemudian melenggang keluar dari rumah itu.

Benar saja di depan, supir yang tadi mengantar mereka masih menunggu. Rupanya, Rainer kembali ke kantor dijemput oleh Levi.

“Tidak perlu mengantarku, aku akan pergi sendiri,” ucap Camelia pada si supir sebelum pria itu sempat berkata-kata.

“Ta-tapi, Bu–”

“Tidak apa-apa, bilang saja pada Rai kalau itu kemauanku,” sahut Camelia.

Camelia kembali melangkah menuju gerbang, kemudian menghadang taksi yang sedang melintas.

Gadis cantik itu memutuskan untuk mampir ke sebuah mall di dekat apartemen, ada sesuatu yang ingin dibelinya. Dia pun turun di area drop zone di dekat lobi.

Camelia berjalan menuju ke pintu utama, tiba-tiba seorang anak kecil berlari melewatinya. Camelia melihat ke sekeliling di drop zone ramai kendaraan berlalu lalang keluar masuk.

Netranya menangkap sebuah mobil SUV yang hendak menuju ke drop zone. Reflek tubuh ramping itu berlari mengejar bocah yang kira-kira berumur 4 sampai 5 tahun itu.

“Awas!” teriak Camelia seraya meraih anak itu. Dia khawatir anak sekecil itu akan masuk ke blind spot pengendara yang sedang melajukan kendaraannya.

Nyaris saja anak kecil terserempet oleh mobil, beruntung Camelia berhasil meraih dan memeluknya meski mereka akhirnya terjatuh bersama, dia berhasil menyelamatkannya.

Kejadian itu sontak menyita perhatian, beberapa orang langsung menghampiri Camelia dan membantunya berdiri, sebagian lagi menyayangkan karena orang tua si anak yang lalai.

“Kamu tidak apa-apa, Mbak?” tanya salah seorang yang menolong Camelia.

Sebelum menjawab Camelia merengkuh anak kecil yang sudah menangis itu ke dalam pelukannya.

“Aku tidak apa-apa, Mas. Terima kasih sudah menolongku,” jawab Camelia.

“Eh, Mbak, sepertinya lututmu terluka, itu berdarah,” ucap salah seorang lainnya.

“Ah, iya kah. Tidak apa-apa yang penting anak ini selamat,” ucap Camelia masih dalam kondisi menenangkan anak kecil itu.

“Tenang ya, tidak apa-apa. Kamu pasti kaget, maafkan Tante,” ucap Camelia pada anak kecil itu.

“Clay!” seru seorang pria seraya membelah kerumunan.

“Nah, ini bapaknya.”

“Yang benar dong jaga anak!”

“Untung ada yang menyelamatkan!”

Suara-suara itu bersahutan menyalahkan dan mencemooh pria itu.

“Clay.”

Anak kecil yang dipanggil Clay itu menoleh ke arah pria dewasa berwajah tegas, dengan jambang tipis, dilihat dari pakaiannya sudah dapat dipastikan pria itu adalah konglomerat.

“Papi!” seru Clay lalu melepaskan pelukannya dari Camelia.

Pria itu langsung mengangkat Clay dalam gendongannya. Tidak ada sepatah kata pun dari pria itu, dia hanya mengusap air mata Clay.

“Lain kali jaga anaknya dengan baik, Tuan. Untung saja ada Mbak-nya yang menyelamatkannya.”

Pria itu memindai Camelia dari atas sampai bawah kemudian berkata, “Terima kasih, Nona. Mari ikut saya ke klinik. Lutut Anda terluka.”

Sekarang barulah Camelia melihat lutut yang mulai terasa perih.

“Ya, ampun,” gumam Camelia seraya sedikit meringis.

“Ah, sepertinya tidak harus sampai ke klinik, Tuan. Cukup diobati saja.”

“Anda yakin?” Camelia mengangguk mantap.

“Kalau begitu mari ke mobil saya, ada kotak P3K di sana.” Camelia kembali mengangguk.

“Apa Anda bisa berjalan dengan baik?”

“Ya, tentu saja,” jawab Camelia.

Camelia mengikuti langkah pria itu menuju mobil yang baru saja berhenti di dekat mereka.

“Mari masuk.” Camelia masuk ke dalam mobil mengikuti pria itu.

Pria tampan dengan tinggi kurang lebih 175 cm itu mengambil sebuah kotak bertanda plus dari belakang joknya. Pria itu menyuruh Camelia sedikit bergeser dan menghadap ke arahnya.

“Maaf, bisa tolong Anda naikkan sedikit roknya, saya akan mulai membersihkan lukanya,” ucap pria itu dengan tidak enak hati.

“Biarkan saya sendiri yang mengobatinya, Tuan,” ucap Camelia dengan ekspresi wajah canggung.

“Tidak akan bersih jika Anda sendiri yang melakukannya. Saya akan membantu Anda.”

Dengan tidak enak hati Camelia menaikkan sedikit gaunnya. Dia sedikit menyesal mengapa tadi dia tidak berganti pakaian saat di rumah Rainer.

“Tahan sedikit, sepertinya akan sakit,” ujar pria itu kemudian menuangkan alkohol ke sebuah kapas dan mengusapkannya di lutut Camelia.

Camelia meringis menahan sakit, perih sekali, tetapi tidak seperih hatinya yang menjadi istri tak dianggap selama dua tahun.

“Apa sakit sekali? Saya akan lebih pelan-pelan.”

Clay memandangi sepasang pria wanita itu dari jok depan.

Terakhir pria itu memasang plester luka di lutut Camelia.

“Sudah.”

“Terima kasih, Tuan.”

“Saya yang berterima kasih padamu, Nona. Siapa namamu?”

“Saya Camelia. Camelia Agatha.”

“Hai, Tante Camelia, namaku Clay dan ini Papiku namanya Danar. Terima kasih sudah menolongku,” sahut Clay dari jok depan.

“Hai, Clay. Lain kali hati-hati ya jangan membuat Papimu panik.”

“Siap, Tante.”

Sejak tadi Danar memang hanya diam, terkesan membiarkan kesalahan Clay, tetapi dia hanya menunggu waktu, tidak mungkin memarahi anak itu di tempat umum.

“Ka-kalau begitu saya keluar dulu, Tuan Da-danar.”

“Sebantar.”

Pria itu mengeluarkan sebuah kartu nama dari saku jasnya.

“Hubungi aku jika terjadi sesuatu denganmu, Nona Camelia.”

Camelia menerima kartu nama itu dan membaca nama yang tertera dalam kertas berwarna hitam itu.

“Danar Andrian,” ucap Camelia dalam hati.

Belum sempat Camelia keluar dari mobil itu, seorang wanita membuka pintu dengan kasar.

Bab terkait

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 7. Tiba-tiba Berbeda Sikap

    Dengan tampang tidak suka wanita itu bertanya, “Siapa wanita ini?” “Oma, Tante ini yang menyelamatkanku,” jawab anak kecil itu. Carmelia menoleh ke arah wanita paruh baya itu, tersenyum kemudian mengangguk hormat. Wanita paruh baya itu memandang Camelia dengan pandangan yang sulit diartikan. Wanita paruh baya itu bergegas mencari anak dan cucunya setelah mendapat kabar tentang Clay yang hampir mengalami kecelakaan, tapi dia justru menemukan ada seorang wanita di mobil anaknya. Dari sisi yang lain Danar memberi isyarat pada ibunya jika Camelia ingin keluar, dia pun mundur beberapa langkah memberi ruang pada Camelia untuk keluar dari mobil mewah itu. Danar ikut keluar dari sisi yang lain dan mendekat ke arah dua wanita berbeda generasi itu. “Selamat siang, Nyonya,” sapa Camelia dengan santun. “Mami, dia Camelia. Wanita yang sudah menyelamatkan Clay,” terang Danar. Seketika wajah wanita paruh baya itu berubah dan menyunggingkan senyum ramah. “Terima kasih banyak sudah menyelama

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 8. Dijemput Paksa

    “Ayolah, Rai, kamu tak perlu membuat drama suami istri. Cukup kamu tanda tangani surat pengajuan cerai itu dan mengurusnya. Maka kita tidak perlu lagi mencampuri satu sama lain.” “Kooperatiflah sedikit, Camelia. Kondisi Kakekku sedang tidak baik-baik saja, tidak mungkin kita bercerai saat kondisi Kakek seperti itu,” ucap Rainer. Benar. Kondisi Kakek Wijaya memang sedang tidak baik beberapa waktu ini, Camelia bahkan sempat mengunjunginya sehari sebelum dia memutuskan untuk bercerai dari Rainer. Camelia nampak berpikir. Melihat istrinya yang seperti sedang memikirkan sesuatu, Rainer kembali berbicara, “Kakek juga meminta kita untuk menghadiri pesta ulang tahun Tuan dan Nyonya Adiwangsa bersama. Apa kamu masih ingin menolak permintaannya?” Karena kebohongannya pada Agnes Rainer justru mendapatkan ide. Camelia sangat menyayangi dan juga patuh pada Kakeknya. Rainer akan menggunakan Kakeknya untuk mengikat Camelia. “Kemasi barang-barangmu dan kita akan kembali ke rumah,” ujar Rainer s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 9

    Rainer menarik napas pelan lalu menghembuskan perlahan, mengumpulkan serpihan-serpihan kesabaran agar tidak berhamburan hingga terjadi sebuah ledakan yang membara di dalam jiwa.Camelia melirik ke arah Rainer yang hidungnya kembang-kempis seperti orang yang sedang meniup balon.“Kenapa malah diam? Yakin kamu ingin aku yang memilihkan? Aku tidak tahu makanan kesukaanmu lho,” tanya Camelia. Gadis cantik itu sengaja memancing Rainer, ingin tahu sebesar apa harga dirinya.“Coba kita lihat, apakah gengsimu akan sebesar gunung Everest, Rai,” batin Camelia.“Tidak perlu, aku pilih sendiri saja, bisa-bisa kamu memilihkan makanan yang membuatku alergi,” ucap Rainer kemudian meraih buku menu, melihat sekilas dan menyebutkan satu per satu makanan yang dia mau.Sedangkan Camelia duduk bersandar dan menatap sinis suaminya.“Memangnya kamu saja yang bisa berbuat seenaknya? Rasakan saja pembalasanku, akan kubuat kamu melepaskanku, Rai

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 10

    “Pelakor? Maksudmu aku pelakor?” tanya Camelia seraya menunjuk dirinya sendiri.“Memangnya ada orang lain di sini?” balas Wulan.“Asal kamu tahu, hanya Nona Agnes yang pantas bersanding dengan Tuan Rainer! Wanita yang hanya mengincar hartanya seperti kamu benar-benar menjijikan,” ejek Wulan.“Mulutmu benar-benar tak tahu sopan santun,” balas Camelia.Brak!!!Pintu ruang ganti itu dibuka dengan kasar hingga menimbulkan suara yang memekakan telinga dan mengundang banyak perhatian, termasuk manajer butik. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Rainer.Wulan langsung tertunduk karena pria itu menatapnya dengan tajam. Sedangkan Camelia bersikap biasa saja tidak terpengaruh dengan kedatangan Rainer.Pegawai yang lain berkumpul dan mulai saling berbisik sambil menatap aneh ke arah ruang ganti itu. Manajer butik pun bergegas melihat apa yang sebenarnya terjadi.“Siapa kamu, berani sekali berkata seperti itu pada istriku?” ben

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 11

    Langkah Camelia terhenti lalu kembali melihat ke arah Rainer dengan kesal.“Benar kamu memang masih suamiku, tetapi–.”Ucapan Camelia terhenti karena Rainer langsung mengangkat tubuh wanita itu seperti karung beras.“Rai!” pekik Camelia.Rainer membawa Camelia dan mengambil koper yang ada di tangan Ella, masuk ke dalam kamar, menutup pintu, terakhir menguncinya.Melihat kedua majikannya, Ella pun tersenyum semringah dan bergumam, “Sepertinya Kakek Wijaya akan segera mendapatkan cicit yang sudah lama ditunggu.”“Rai! Turunkan aku! Kenapa kamu suka berbuat seenaknya?” teriak Camelia seraya memukuli punggung suaminya.“Diamlah!” bentak Rainer. Dia hanya tidak ingin istrinya terjatuh jika terus meronta.Camelia terus memukul dan berteriak meminta Rainer untuk menurunkannya.Rainer menjatuhkan Camelia di atas ranjang berukuran king size miliknya sampai terdengar deritan.Belum sempat Camelia mengger

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 12

    Camelia membangunkan tubuhnya dan mendesis kesal, dia mulai mendengar suaminya menghitung.“Ya ampun, kenapa dia begitu keras kepala?” Dengan terus menggerutu Camelia bangkit dari ranjang. Benar saja Rainer mulai mendobrak pintu itu.“Dia pikir mudah mendobrak pintu? Coba saja, sampai tulangmu patah, kamu tidak akan bisa membuka pintu ini kecuali membawa pasukan,” cemooh Camelia. Pada kenyataannya Rainer tidak mendobrak pintu kamar Camelia. Pria itu hanya menendang agar menimbulkan suara yang bising untuk memancing Camelia keluar. Tiba-tiba saja pintu terbuka tanpa Rainer mendengar suara kunci yang diputar, padahal posisi Rainer sudah siap menendang ke arah pintu.“Aaaaa,” teriak Camelia.Rainer mencoba mengendalikan tubuhnya agar tidak menendang sang istri, tetapi justru membuat tubuh oleng dan menerjang Camelia hingga mereka terjatuh di lantai.Brruugghhh!Rainer masih sempat menukar posisi sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 13

    “Ada apa?” tanya Camelia seraya berjalan ke arah pintu ruangan lemari raksasa itu. Rainer terlihat sedang melihat rak dasi miliknya.“Apa kamu lihat dasiku?”“Dasi yang mana? Dasimu terlalu banyak, aku tidak mungkin menghafalnya satu per satu,” balas Camelia.“Dasi berwarna marun yang bercorak garis-garis hitam,” jawab Rainer dengan wajah serius.Camelia terdiam sejenak, dasi yang dimaksud suaminya adalah dasi dari pemberian darinya di awal pernikahan mereka. Benda yang sama sekali tak pernah Rainer sentuh bahkan dipakai barang satu kali pun lalu untuk apa sekarang ditanyakan? “Oh, dasi itu? Aku sudah membuangnya,” jawab Camelia tanpa rasa bersalah. “Kenapa dibuang? Siapa yang menyuruhmu membuangnya?” tanya Rainer. Ada nada kekecewaan dari ucapan Rainer.“Dari awal aku memberikannya kepadamu, kamu tidak pernah mau menyentuh apalagi memakainya. Jadi lebih baik aku buang saja,” jawab Camelia dengan enteng.Wanit

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 14

    “Apa kamu senang selalu bersama Rainer?” ucap seorang wanita yang sejak tadi sudah menunggu Camelia keluar dari bilik toilet.Camelia berjalan menuju wastafel lalu mencuci tangan sebelum menanggapi wanita itu.“Selalu katanya? Aku baru 24 jam bersama Rainer dia bilang selalu, apa dia sengaja mengejekku? Dasar wanita ulat bulu,” monolog Camelia dalam hati seraya melirik Agnes yang berdiri tak jauh darinya melalui cermin besar yang ada di atas wastafel.Merasa diacuhkan oleh Camelia, wanita itu kembali berkata, “Jangan senang dulu, karena Rainer pasti akan segera menceraikanmu. Jadi aku akan sedikit membiarkanmu dekat dengannya, baik sekali bukan?”“Baguslah kalau memang seperti itu. Aku sangat menantikannya perceraian ini, syukur-syukur kamu bisa membantuku untuk segera bercerai dari Rai, tetapi sepertinya dia tidak ingin cerai dariku tuh,” balas Camelia dengan setengah mengejek Agnes lalu membuang tisu ke tong sampah dan berjalan melewati wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26

Bab terbaru

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 51. Agnes

    “Kekasih yang pada akhirnya tak bisa bersatu maksudmu? Kamu tahu kenapa sampai sekarang Rainer tidak juga menceraikanku dan menikahimu?” tanya Camelia penuh intimidasi.Agnes menatap Camelia dengan kekesalan yang menggunung.“Karena sebenarnya Rainer itu mencintai dan peduli padaku lebih dari yang dia rasakan, alias dia tidak sadar,” jawab Camelia dengan percaya diri. Dia sengaja memprovokasi Agnes.“Kamu hanya istri status, tidak lebih! Aku juga tahu Rainer belum pernah menyentuhmu, jangan sombong di depanku!” balas Agnes.Camelia menyeringai lalu berjalan mendekati Agnes dan berbisik di telinganya, “Kamu tidak tahu betapa dahsyatnya Reiner di atas ranjang.”Setelah mengatakan itu Camelia berjalan menjauh dari Agnes dengan senyum penuh kemenangan telah berhasil membuat kekasih suaminya itu kesal. Meskipun semua itu hanya sebuah kebohongan untuk menjatuhkan lawan.Agnes memandang punggung Camelia yang semakin membaur diantara kerumunan. Hatinya kesal.“Kamu pikir kamu sudah menang? Ka

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 50. Gala Dinner

    Rainer hanya menatap datar pada Agnes dan Camelia bergantian.“Maaf, Nona. Tapi kami tidak ingin diganggu oleh siapapun, jadi kalian bisa menggunakan meja lain, di restoran ini masih banyak yang kosong,” sahut Danar.Dia bukan hanya ingin membantu Camelia tetapi juga tidak mau ada orang lain mengganggu sarapannya bersama wanita itu.“Kenapa begitu, aku hanya ingin mengobrol dengan Camelia, kami sudah lama tidak bertemu?” balas Agnes.Tentu saja itu bukan alasan yang sebenarnya, dia hanya ingin menunjukan kepemilikan atas Rainer.“Masih bertanya kenapa? Coba kalau tukar posisi, kalau jadi kami apa Anda juga akan setuju ada orang lain bergabung?” ucap Danar lagi, nada bicara sedikit meninggi.Camelia menyentuh tangan Danar dengan lembut dan berkata, “Kakak, tenangkan dirimu. Aku juga tidak mau ada ulat bulu duduk bersama kita, nanti aku gatal-gatal.”Rainer dan Agnes menatap kesal ke arah Camelia, tetapi berbeda kondisi. R

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 49. Apa yang Harus Kulakukan?

    "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Camelia, nada suaranya tetap santai meski ada sedikit kekhawatiran. “Aku sudah menghubungi beberapa orang untuk menyelidiki hal ini,” jawab Rainer. "Kamu berhati-hatilah. Jangan percaya siapa pun, bahkan Danar sekalipun,” imbuh Rainer. Kata-kata terakhir Rainer membuat Camelia tersentak. “Kamu masih menuduh Kak Danar? Rai, dia orang yang bisa aku percaya, dan aku tidak melihat alasan mengapa dia akan mengkhianatiku. Aku lihat selama ini kalian juga bersaing secara adil. Kalau begitu aku juga harus berhati-hati denganmu,” balas Camelia. Rainer mendengkus pelan, kesal mendengar istrinya membela Danar mati-matian, apalagi memanggil rivalnya itu dengan sebutan “Kak” sedangkan dengannya wanita itu hanya menyebut nama. “Lia, kamu harus sadar. Dunia ini tidak sehitam dan seputih itu. Orang-orang bisa berubah menjadi abu-abu. Bahkan mereka yang terlihat pa

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 48. Berdebat

    Camelia tak menampik ucapan suaminya, meski ucapan pria itu tak sepenuhnya benar. “Menyebalkan!” batin Camelia. Meski hati Camelia dipenuhi keraguan, ada sesuatu dalam cara Rainer berbicara yang membuatnya sedikit goyah. Mata suaminya itu, meski sering kali penuh dengan perhitungan, kali ini tampak tulus dan khawatir. "Aku tahu ini sulit untukmu," Rainer melanjutkan, suaranya lebih lembut, "tapi aku hanya ingin kamu aman. Itulah sebabnya aku memastikan malam ini, Danar tidak bisa mengganggu kita." Camelia mengangkat alisnya. "Apa maksudmu?" Rainer menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, dengan santai dia menjawab, "Tidak perlu khawatir aku hanya membuatnya sedikit sibuk dengan masalah pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan. Dia terlalu sibuk sekarang untuk memikirkan kita." "Jangan macam-macam kamu, Rai!"

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 47. Makan Malam Romantis

    Waktu menunjukkan pukul 19.00, Camelia sudah bersiap di lobi hotel, mengenakan gaun yang dikirim oleh Rainer. Rainer tiba tepat waktu, seperti yang dijanjikan. Saat pintu mobilnya terbuka, senyumnya yang penuh misteri menyambut Camelia."Senang kamu datang, Sayang. Ini akan menjadi malam yang tidak akan kamu lupakan," ucap Rainer.Camelia menatapnya tanpa ekspresi, mencoba menahan kegelisahan yang semakin dalam. "Apa sebenarnya yang kamu inginkan, Rainer?"Rainer hanya tersenyum tipis, memberikan isyarat untuk masuk ke mobil. "Hai, harusnya kamu menanyakan kabarku lebih dulu, bukan menanyakan hal lain," protes Rainer. "Jangan bermain-main, Rai--"Tanpa diduga Rainer menyandarkan kepalanya di bahu Camelia."Tolong biarkan aku seperti ini, Camelia, aku lelah. Benar-benar lelah," ucap Rainer seraya menutup matanya. Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang tercipta. Camelia membiarkan suaminya tetap p

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 46. Duduk Berdampingan

    “Halo, Sayang, sepertinya dunia ini begitu sempit sampai kita bisa duduk berdampingan seperti ini,” ucap Rainer penuh kemenangan. Tidak sulit bagi Rainer untuk melakukan hal seperti itu, dengan uang dan koneksi dia bisa melakukan yang diinginkan.Camelia mengeraskan rahang seraya menatap kesal suaminya. Dengan sekuat tenaga dia menginjak kaki Rainer dengan ujung highheel-nya. Rainer menahan sakit di punggung kakinya, lalu menatap kesal istrinya.“Menyebalkan!” gumam Camelia. Dia menyilangkan tangan di dada dan fokus ke depan.Sesi pertemuan itu dimulai dengan presentasi dari berbagai pemimpin industri. Hingga tiba perusahaan Camelia melakukan presentasi, dia berusaha untuk tetap fokus, tetapi sulit untuk mengabaikan tatapan dingin Rainer yang terus mengawasinya. Wanita itu tahu Rainer sedang merencanakan sesuatu. Sesuatu yang mungkin bisa menghancurkan segalanya jika dia tidak berhati-hati.Benar saja, baru saja seles

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 45. Berusaha Sekuat Tenaga

    Setelah kejadian malam itu, Camelia benar-benar mengerahkan semua pikiran dan tenaganya agar bisa memberikan yang terbaik saat pertemuan global di Singapura nanti. Dia tidak boleh kalah dari Rainer Wijaya atau semuanya akan sia-sia.“Hei, Lia, sepertinya akhir-akhir ini kamu terlalu memforsir diri,” ucap Danar lalu menghembuskan napas pelan, “apa ada yang terjadi saat makan malam beberapa hari lalu?” “Tidak ada, Kak. Aku hanya harus menang dari Rainer atau dia akan semakin menginjak-injak harga diriku,” jawab Camelia masih fokus pada layar laptopnya. “Biarpun begitu, kamu tidak boleh seperti ini, lihatlah dirimu saat ini, sudah seperti mayat hidup. Jangan sampai di hari H nanti kamu malah sakit,” tutur Danar.Camelia menghela napas kasar dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Memejamkan mata sejenak seraya mengenyahkan segala gejolak dalam hatinya.“Aku tahu kamu harus menang dan aku akan selalu di sampingmu untuk mewujudkan itu.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 44. Rindu yang Tak Terucap

    Kakek Wijaya tersenyum miring lalu berkata, “Baguslah, kalau kamu paham apa yang aku maksud, kamu memang pintar, Camelia.”Camelia memaksakan senyum, untuk beberapa saat suasana di antara keduanya menjadi canggung, beruntung Daisy datang menghampiri mereka.“Ayah jangan terlalu menekan Camelia, sudah lama dia tidak datang ke rumah ini jangan sampai dia benar-benar pergi,” ucap Daisy seraya menepuk pelan pundak ayah mertuanya, mengisyaratkan menenangkan urat-urat syaraf yang menegang.“Ah, sudahlah, sudahlah. Lebih baik kalian ngerumpi saja di dapur, aku ingin bersantai.” Kakek Wijaya mengusir secara halus.Daisy tersenyum lalu mengajak Camelia meninggalkan kakek tua itu sendirian.“Kamu ‘kan baru pulang kerja, lebih baik segera membersihkan diri. Ibu sudah suruh asisten untuk membersihkan kamar kalian dan menyiapkan pakaian kalian. Sudah lama tidak pernah dipakai, semuanya apek, jadi ibu sudah mencucinya.”“Aku jadi merepotkan ib

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 43. Peringatan

    Camelia berpikir sejenak, pilihan yang sulit. Danar masih menatap Camelia, menuntut sebuah jawaban atas pertanyaannya.Dengan ekspresi sedikit tidak enak Camelia menjawab, “Kalau malam ini aku tidak bisa, Kak. Aku ada acara keluarga.”Benar, keluarga Wijaya atau keluarga Rainer bukan hanya sekedar keluarga karena pernikahan, melainkan keluarga yang telah membesarkan, mengayomi dan melindunginya sejak kecil. Mana mungkin Camelia tega menghancurkan harapan orang tua yang ingin bertemu dengan anaknya, padahal itu hanya sekedar makan malam.Danar mengernyitkan keningnya, “Keluarga?”Camelia memaksakan senyum lalu menjawab, “Ibu memintaku untuk makan malam bersama, dia sudah tahu kabar tentangku. Aku tidak bisa mengecewakan orang tua yang ingin bertemu dengan anaknya.”“Ibu?” tanya Danar semakin bingung, yang dia tahu Camelia yatim piatu, seketika dia ingat siapa yang dimaksud.“Maksudmu, Nyonya Daisy, Ibu Rainer?”

DMCA.com Protection Status