Share

Bab 3. Kembali ke Rumah

Author: Lemongrass
last update Last Updated: 2024-10-30 13:51:56

Camelia bukan tak bisa mengurus sendiri perceraiannya dengan Rainer. Tentu saja dia sudah mencoba mengurusnya sendiri tapi ditolak. Pengadilan mengatakan hanya Rainer yang bisa mengurus perceraian itu, aneh bukan?

Camelia tidak mengerti apa mau Rainer, dulu pria itu begitu menggebu dan memaksanya untuk segera bercerai. Sekarang disaat dirinya sudah setuju, Rainer justru menutup semua akses.

“Rai, lihatlah baju mahalku jadi kotor karena ulah wanita kampungan itu,” rengek Agnes.

Rainer tak peduli dengan rengekan Agnes, tak peduli dengan bajunya yang juga kotor, tak peduli dengan dokumen dan mejanya yang ikut kotor. Rainer langsung mengejar istrinya.

Harga dirinya sebagai seorang pria koyak mendapatkan perlakuan seperti itu dari Camelia, lebih tepatnya Rainer syok dengan tingkah laku istrinya. Camelia seperti menjelma menjadi orang yang berbeda.

“Tutup akses keluar untuk wanita itu! Jangan biarkan dia keluar dari gedung ini barang satu langkahpun dan siapkan mobilku,” titah Rainer pada Levi.

“Baik, Pak.”

“Rai! Rainer! Tunggu, Rai. Kenapa malah pergi?” Agnes pun mengejar langkah Rainer, tetapi Levi menghalangi.

“Lebih baik Mbak Agnes segera membersihkan diri, saya akan suruh Rossa untuk membantu Anda,” ucap pria itu.

“Minggir, Levi.”

Levi tak menggubris dan meminta Rossa untuk membantu Agnes.

“Aduh, kenapa liftnya lama sekali,” Camelia menggerutu di depan lift.

Ada kepuasan tersendiri setelah dia meluapkan kekesalannya pada Rainer dan juga Agnes. Tetapi, masalah baru pasti akan timbul karena ulahnya.

“CAMELIA AGATHA!” teriak Rainer. Suaranya begitu menggelegar bak petir di siang bolong.

Mendengar suara suaminya yang memekakan telinga membuat Camelia mendadak cemas.

“Gawat!” gumam Camelia. Dengan tidak sabar dia terus menekan tombol lift agar segera terbuka.

“Aduh lama sekali.”

Ting.

Pintu lift akhirnya terbuka, Camelia bisa sedikit merasa lega. Dia segera masuk ke dalam lift dan buru-buru menutup pintu. Namun, jantungnya kembali harus terpacu saat belum sempurna pintu itu menutup, Rainer dengan sigap menekan tombol open dan menggerakkan tangan agar pintu kembali terbuka.

“Kamu benar-benar cari mati, Camelia!”

Camelia nyengir kuda, perlahan gadis itu berjalan miring ingin keluar dari lift. Namun, Rainer langsung menarik tangan istrinya hingga masuk ke dalam pelukannya. Dengan sigap menekan tombol tutup dan lantai tujuan.

Rainer langsung mengangkat kedua tangannya membuat Camelia yang tak seimbang terhuyung ke lantai.

Camelia mendesis lalu mencebikkan bibir dengan kesal. Dia berdiri dengan terus menatap kesal pada suami yang memandangnya penuh remeh.

Camelia memilih membersihkan diri dan menganggap suaminya tak ada. Wanita itu menarik napas dalam-dalam untuk meredam amarah kemudian mengeluarkannya dengan kasar.

Lift terus bergerak turun, Camelia memasang kuda-kuda untuk segera keluar dari sana dan menyelamatkan diri.

Rainer tak akan membiarkan Camelia kabur begitu saja, dia langsung mengangkat tubuh Camelia dan menggendongnya seperti karung beras di pundaknya, begitu lift berhenti.

“Rainer! Turunkan aku! Cepat turunkan aku!” pekik Camelia seraya menggerak-gerakkan badan dan memukul punggung Rainer agar mau melepaskannya.

Rainer bergeming dan mengeratkan pegangannya agar Camelia tidak terlepas.

“Rai! Lepaskan! Aku bukan karung beras!”

Pintu lift terbuka. Camelia masih berusaha melepaskan diri dengan kembali memukul-mukul punggungnya.

“Rai, lepaskan aku!”

“Diam atau kamu akan terjatuh dengan patah tulang di salah satu anggota tubuhmu,” ancam Rainer.

Sepasang suami istri itu sontak menjadi tontonan. Namun, Rainer seperti tidak peduli dan terus berjalan menuju mobil yang sudah menunggu di area drop zone.

Seorang petugas membukakan pintu belakang. Rainer langsung melempar tubuh Camelia ke jok dengan pelan lalu dia menyusul masuk.

“Jalan!” titah Rainer pada sang Sopir.

Camelia langsung merapikan dirinya termasuk rambut yang acak-acakan karena ulah Rainer. Gadis itu memilih untuk membuang muka dan melihat ke arah jendela. Keheningan menyelimuti ruangan sempit itu.

“Kita kemana, Tuan?” tanya Sopir.

“Pengadilan,” jawab Camelia.

“Ke rumah,” jawab Rainer.

Camelia melotot ke arah suaminya.

“Aku hanya ingin kita segera menyelesaikan perceraian ini, Rai. Tolong kooperatif sedikit, ayo kita ke pengadilan sekarang juga.”

“Kamu pikir perceraian kita akan mudah? Kita harus mendapatkan izin para tetua dulu jika ingin bercerai,” balas Rainer.

“Hah? Sejak kapan perceraian kita melibatkan para tetua? Satu tahun yang lalu kamu tak pernah menyinggung soal itu,” cicit Camelia.

“Itu kan satu tahun yang lalu, sekarang kondisinya sudah berbeda.” Camelia tertawa sumbang.

“Kondisi apanya yang berbeda? Aku rasa tidak ada yang berbeda. Tolong jangan mencari-cari alasan untuk memperlama proses perceraian kita, Rai.”

Mendengar ucapan istrinya membuat Rainer semakin geram. Batinnya bertanya-tanya kenapa istri yang sangat tergila-gila padanya itu mendadak bersikeras ingin bercerai?

Apakah ini hanya permainan Camelia saja agar hatinya goyah? Atau memang kehendak hati Camelia? Sekeras apapun Rainer berpikir tak bisa mendapatkan jawabanya.

Rainer menatap tajam istrinya kemudian mendekat secara perlahan.

“Mengapa kamu bersikeras ingin bercerai, Camelia?” tanya Rainer dengan menekan segala rasa di dalam jiwa.

“Memangnya apa lagi? Bukankah itu yang kamu inginkan dan aku mengabulkan, kenapa kamu justru berbelit-belit dan terkesan plin-plan?” balas Carmila dengan sedikit menantang.

Camelia terpojok di pintu mobil yang terus melaju menuju ke rumah Rainer.

“Rai, menjauhlah. Ini di mobil.”

“Jadi, kalau tidak di mobil kamu ingin aku terus mendekat padamu? Bukankah ini yang kamu inginkan sejak dulu?” Rainer semakin mendekatkan tubuhnya menekan Camelia seraya mengukir wajah cantik itu dengan punggung jari telunjuknya.

Sang supir hanya bisa menarik napas agar bisa membawa mobil dengan tenang. Jangan sampai terjadi kesalahan atau riwayatnya akan tamat dalam sekejap.

“Menyingkirlah, Rai!”

“Kamu yakin ingin aku menyingkir?”

Tiba-tiba saja sebuah sepeda motor keluar dari gang tepat di depan mobil Rai. Mau tidak mau supir pun menekan rem secara mendadak.

Kejadian itu membuat Rainer reflek memeluk tubuh dan memegang kepala Camelia untuk melindunginya. Siapa sangka tanpa sengaja bibir mereka saling bersentuhan. Camelia hanya terpaku tanpa berkedip, sama halnya dengan Rainer.

“Maafkan saya, Pak, barusan ada–.” Supir itu menghentikan kalimatnya setelah melihat keadaan di jok belakang.

“Mati aku,” batin si supir.

Rainer sontak melepas pelukannya, dengan salah tingkah dia duduk di kursinya seraya merapikan jas dan berdehem.

Camelia pun melakukan hal yang sama, duduk dengan tenang dan merapikan pakaiannya. Namun, jantungnya begitu tidak tenang bagai sirine ambulans, bersentuhan dengan Rainer mampu membuat otak dan sarafnya kacau.

Canggung melanda ketiganya hingga menciptakan keheningan, hanya deru suara mesin yang mendominasi perjalanan mereka, hingga akhirnya tiba di rumah Rainer.

“Turun!” titah Rainer.

“Kenapa kamu malah membawaku kemari?” cibir Camelia.

Sepertinya Rainer sudah mulai pikun hingga lupa dengan kata-katanya beberapa hari yang lalu.

“Turun atau aku akan menyeretmu dengan paksa?” tekan Rainer.

Related chapters

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 4. Godaan Suamiku

    Camelia mencebikkan bibir dan melirik Rainer dengan wajah kesal lalu turun dari mobil dan menutup pintu dengan kasar.“Dasar wanita itu, sengaja ingin menghancurkan mobilku,” lirih Rainer dengan kesal lalu menutup pintu mobil. Kelakuan Camelia membuat Rainer harus menekan emosinya agar tidak terpancing.Wanita itu mengekor mengikuti langkah suaminya masuk ke dalam rumah. Di dalam benaknya Camelia merasa kesal mengapa Rainer justru membawanya kembali ke rumah ini. Bukankah pria itu tidak ingin dirinya kembali ke rumah ini.Tak ingin berangsur-angsur dalam kekesalan Camelia akhirnya bertanya, “Kenapa kamu malah membawaku kembali ke rumah ini?”Rainer berhenti tanpa aba-aba, Camelia berada tepat di belakangnya pun menabrak punggung kokoh itu tanpa sempat menghindar.“Ya ampun, main berhenti saja sih,” keluh Camelia seraya mengusap-usap kening dan mundur beberapa langkah menjauh.Rainer membalikkan badan, terlihat sekali jika dia sedang menahan kesal, lalu lepaskan dasi dan membuka jasny

    Last Updated : 2024-10-30
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 5. Makan Siang Bersama

    Sementara itu di lantai satu, Rainer masih tidak habis pikir dengan tingkah laku istrinya.“Bisa-bisanya dia berbuat sesuka hatinya seperti ini!” kesal Rainer kemudian memijat pelipisnya.“Sejak kapan wanita itu menjadi begitu pemberontak?” gumam Rainer.Semejak Rainer mengajak Camelia bercerai satu tahun yang lalu dia memang jarang pulang, biasanya dia akan pulang ke apartemen pribadinya dan hanya sesekali datang ke rumah itu. Itu sebabnya dia tidak begitu memperhatikan perubahan Camelia.Rainer menendang dan memukul ke segala arah untuk menyalurkan emosi, lalu berteriak sekuat tenaga, “Camelia Agatha!”Ella yang terusik dengan teriakan Rainer berjalan tergopoh-gopoh menghampiri pria itu.“Ada apa, Mas?”Dada bidang pria itu masih terlihat naik turun karena luapan emosi yang memuncak, sayangnya dia tidak bisa melampiaskannya pada Camelia. Pantang bagi Rainer menyakiti fisik seorang wanita.Rainer menoleh ke arah Ella dengan tatapan tajam.“Cuci pakaian ini sampai bersih!” titah Raine

    Last Updated : 2024-10-30
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 6. Kabur Lagi

    Wanita paruh baya itu tersenyum lalu menjawab, “Itu bukan masakan Bibi, Mbak. Tadi itu Mas Rai yang masak.”Tidak ada angin tidak ada hujan seketika Camelia terbatuk mendengar ucapan Ella.“Rai?” tanya Camelia memastikan.“Iya, Mas Rai.”“Dia bisa masak?”“Tadi rasanya enak kan? Berarti tidak diragukan lagi, Mbak,” ucap Ella dengan mantap dan mengacungkan dua ibu jarinya sambil memainkan kedua alisnya.“Kesambet kali ya?” celetuk Camelia.“Sepertinya Mas Rai mulai peduli pada Mbak Lia. Mungkin menyesal sudah cuek sama Mbak Lia selama ini.”“Aah, Bibi bisa aja ngomongnya. Sudah terlambat, Bi. Kenapa nggak dari dulu?”“Belum terlambat, kan belum ketok palu,” ucap Ella menggoda.“Bibi ini, jangan mencoba membuatku berharap pada harapan semu. Sudah ah. Aku ke kamar dulu ya.” Camelia masih menampik semua fakta itu, kemudian berlalu kembali ke kamar.“Semua belum terlambat, Mbak. Coba kembali buka hatimu,” ucap Ella setengah berteriak. Camelia hanya mengibaskan tangannya tanda tidak mau.B

    Last Updated : 2024-11-18
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 7. Tiba-tiba Berbeda Sikap

    Dengan tampang tidak suka wanita itu bertanya, “Siapa wanita ini?” “Oma, Tante ini yang menyelamatkanku,” jawab anak kecil itu. Carmelia menoleh ke arah wanita paruh baya itu, tersenyum kemudian mengangguk hormat. Wanita paruh baya itu memandang Camelia dengan pandangan yang sulit diartikan. Wanita paruh baya itu bergegas mencari anak dan cucunya setelah mendapat kabar tentang Clay yang hampir mengalami kecelakaan, tapi dia justru menemukan ada seorang wanita di mobil anaknya. Dari sisi yang lain Danar memberi isyarat pada ibunya jika Camelia ingin keluar, dia pun mundur beberapa langkah memberi ruang pada Camelia untuk keluar dari mobil mewah itu. Danar ikut keluar dari sisi yang lain dan mendekat ke arah dua wanita berbeda generasi itu. “Selamat siang, Nyonya,” sapa Camelia dengan santun. “Mami, dia Camelia. Wanita yang sudah menyelamatkan Clay,” terang Danar. Seketika wajah wanita paruh baya itu berubah dan menyunggingkan senyum ramah. “Terima kasih banyak sudah menyelama

    Last Updated : 2024-11-18
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 8. Dijemput Paksa

    “Ayolah, Rai, kamu tak perlu membuat drama suami istri. Cukup kamu tanda tangani surat pengajuan cerai itu dan mengurusnya. Maka kita tidak perlu lagi mencampuri satu sama lain.” “Kooperatiflah sedikit, Camelia. Kondisi Kakekku sedang tidak baik-baik saja, tidak mungkin kita bercerai saat kondisi Kakek seperti itu,” ucap Rainer. Benar. Kondisi Kakek Wijaya memang sedang tidak baik beberapa waktu ini, Camelia bahkan sempat mengunjunginya sehari sebelum dia memutuskan untuk bercerai dari Rainer. Camelia nampak berpikir. Melihat istrinya yang seperti sedang memikirkan sesuatu, Rainer kembali berbicara, “Kakek juga meminta kita untuk menghadiri pesta ulang tahun Tuan dan Nyonya Adiwangsa bersama. Apa kamu masih ingin menolak permintaannya?” Karena kebohongannya pada Agnes Rainer justru mendapatkan ide. Camelia sangat menyayangi dan juga patuh pada Kakeknya. Rainer akan menggunakan Kakeknya untuk mengikat Camelia. “Kemasi barang-barangmu dan kita akan kembali ke rumah,” ujar Rainer s

    Last Updated : 2024-11-18
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 9

    Rainer menarik napas pelan lalu menghembuskan perlahan, mengumpulkan serpihan-serpihan kesabaran agar tidak berhamburan hingga terjadi sebuah ledakan yang membara di dalam jiwa.Camelia melirik ke arah Rainer yang hidungnya kembang-kempis seperti orang yang sedang meniup balon.“Kenapa malah diam? Yakin kamu ingin aku yang memilihkan? Aku tidak tahu makanan kesukaanmu lho,” tanya Camelia. Gadis cantik itu sengaja memancing Rainer, ingin tahu sebesar apa harga dirinya.“Coba kita lihat, apakah gengsimu akan sebesar gunung Everest, Rai,” batin Camelia.“Tidak perlu, aku pilih sendiri saja, bisa-bisa kamu memilihkan makanan yang membuatku alergi,” ucap Rainer kemudian meraih buku menu, melihat sekilas dan menyebutkan satu per satu makanan yang dia mau.Sedangkan Camelia duduk bersandar dan menatap sinis suaminya.“Memangnya kamu saja yang bisa berbuat seenaknya? Rasakan saja pembalasanku, akan kubuat kamu melepaskanku, Rai

    Last Updated : 2024-11-21
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 10

    “Pelakor? Maksudmu aku pelakor?” tanya Camelia seraya menunjuk dirinya sendiri.“Memangnya ada orang lain di sini?” balas Wulan.“Asal kamu tahu, hanya Nona Agnes yang pantas bersanding dengan Tuan Rainer! Wanita yang hanya mengincar hartanya seperti kamu benar-benar menjijikan,” ejek Wulan.“Mulutmu benar-benar tak tahu sopan santun,” balas Camelia.Brak!!!Pintu ruang ganti itu dibuka dengan kasar hingga menimbulkan suara yang memekakan telinga dan mengundang banyak perhatian, termasuk manajer butik. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Rainer.Wulan langsung tertunduk karena pria itu menatapnya dengan tajam. Sedangkan Camelia bersikap biasa saja tidak terpengaruh dengan kedatangan Rainer.Pegawai yang lain berkumpul dan mulai saling berbisik sambil menatap aneh ke arah ruang ganti itu. Manajer butik pun bergegas melihat apa yang sebenarnya terjadi.“Siapa kamu, berani sekali berkata seperti itu pada istriku?” ben

    Last Updated : 2024-11-22
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 11

    Langkah Camelia terhenti lalu kembali melihat ke arah Rainer dengan kesal.“Benar kamu memang masih suamiku, tetapi–.”Ucapan Camelia terhenti karena Rainer langsung mengangkat tubuh wanita itu seperti karung beras.“Rai!” pekik Camelia.Rainer membawa Camelia dan mengambil koper yang ada di tangan Ella, masuk ke dalam kamar, menutup pintu, terakhir menguncinya.Melihat kedua majikannya, Ella pun tersenyum semringah dan bergumam, “Sepertinya Kakek Wijaya akan segera mendapatkan cicit yang sudah lama ditunggu.”“Rai! Turunkan aku! Kenapa kamu suka berbuat seenaknya?” teriak Camelia seraya memukuli punggung suaminya.“Diamlah!” bentak Rainer. Dia hanya tidak ingin istrinya terjatuh jika terus meronta.Camelia terus memukul dan berteriak meminta Rainer untuk menurunkannya.Rainer menjatuhkan Camelia di atas ranjang berukuran king size miliknya sampai terdengar deritan.Belum sempat Camelia mengger

    Last Updated : 2024-11-23

Latest chapter

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 29. Memberi Pelajaran

    Rasa penasaran mengalahkan etika pribadinya, Camelia melangkah mendekat dan mengintip layar ponsel yang menyala. Nama yang tertera di layar datar itu membuatnya terdiam sejenak—Agnes.Seharusnya, melihat nama itu membuatnya marah atau cemburu, tapi Camelia hanya mendesah pelan. "Lagi-lagi dia, pasti semalam mereka baru saja bertemu," pikirnya, tetapi tidak ada emosi berarti yang muncul. Camelia merasa sudah terlalu sering berhadapan dengan situasi seperti ini dan entah sejak kapan, rasa cemburu dan kesalnya seolah hilang. Namun, sempat terbesit pikiran untuk mengangkat telepon tersebut, sekedar menunjukkan eksistensinya pada wanita ulat bulu itu. Camelia tersenyum sinis.Beberapa saat kemudian, suara air yang mengalir dari kamar mandi berhenti, dan Rainer keluar dengan handuk melilit pinggangnya.Sebelum suaminya benar-benar keluar dari kamar mandi, Camelia sudah sempat mengangkat telepon dan meletakkan ponsel kembali di tempatnya.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 28. Aku atau Dia?

    Melihat reaksi kekasihnya yang begitu tenang bahkan terkesan tidak peduli padanya membuat Agnes semakin jengkel.“Kenapa cuma diam saja? Benar sekarang kamu lebih memilih wanita itu ketimbang aku? Mana janjimu, Rai, mana?” geram Agnes."Agnes, Camelia baru saja menjalani serangkaian pengobatan dan baru pulang dari rumah sakit. Dia butuh aku sekarang. Ini bukan soal memilih, tolong mengertilah," jawabnya dengan suara rendah, mencoba menenangkan situasi. Namun, Agnes tampak tidak terima."Kamu selalu saja punya alasan! Selalu Camelia! Aku nggak bisa terus-terusan seperti ini, Rainer! Kamu janji akan menyelesaikan semuanya, tapi sampai sekarang tidak ada yang berubah, malahan kamu terlihat lebih perhatian padanya akhir-akhir ini, jangan katakan kamu telah jatuh cinta padanya." Agnes melanjutkan dengan kesal, emosinya semakin memuncak.Rainer menatap Agnes dengan tatapan lelah. Dia tahu situasi ini tidak mudah untuk diatasi. Selama ini, dia terjebak a

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 27. Cemas

    Rainer berdiri, lalu berjalan mondar-mandir, sesekali menyentuh mulutnya karena gelisah. Bagaimana jika terjadi sesuatu yang tak terduga? Bagaimana jika Camelia keluar dari ruang operasi dengan keadaan yang tak baik-baik saja?Rainer kembali duduk di kursi tunggu.“Ya, Tuhan, kenapa lama sekali, tolong berikan keselamatan pada Camelia,” gumam Rainer.Kedua tangan menangkup di depan wajahnya, beberapa kali menghembuskan napas berat.Tiba-tiba, pintu ruang operasi terbuka. Seorang dokter keluar dengan senyum di wajahnya. Rainer sontak berdiri dan menyambut dokter itu.“Bagaimana keadaan Camelia, Dok?”“Ablasinya berjalan dengan lancar hanya saja tadi ada sedikit kendala membuat prosesnya sedikit lama. Kondisi Nyonya Camelia baik-baik saja, hanya butuh istirahat. Namun, kami harus tetap mengobservasi selama 24 jam untuk memastikan dia boleh pulang kapan,” tutur Dokter Samudra.“Terima kasih banyak, Dokter.”

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 26. Ablasi

    Camelia mendengkus, tetapi memilih untuk tidak memperpanjang apalagi memperdebatkan hal itu.“Tidak sampai harus dibuang, Rai. Kamu bisa menyimpannya di dalam lemari pendingin atau diberikan pada perawat yang sedang berjaga. Maafkan aku, aku memang sedang menghindari makan makanan yang mengandung kopi,” tutur Camelia dengan lembut.Wanita itu membangunkan tubuhnya dan berusaha turun dari brankar, meraih kotak tiramisu itu dari tangan Rainer.“Karena kamu sudah membelinya, sepertinya tidak masalah kalau hanya satu potong. Mau makan bersama?” tanya Camelia lalu tersenyum.Wanita itu mengambil dua piring yang tadi disiapkan oleh Rainer. Mengambil dua potong tiramisu dan meletakkan di masing-masing piring tersebut.“Ini.” Camelia memberikan satu piring untuk Rainer yang masih berdiri dalam diam menatapnya.Camelia kembali naik ke atas ranjang, lalu meraih tiramisu miliknya.“Kenapa diam saja? Duduklah! Ayo kita makan bersama

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 25. Cemburu?

    Rainer memandang wajah Agnes yang masam karena kesal. “Semua tidak akan seindah yang kamu bayangkan, Agnes. Dan aku juga memikirkan perasaanmu.”“Maksudmu?” tanya Agnes.“Seluruh anggota keluargaku sangat menyayangi Camelia, aku tidak bisa menjamin kamu akan bisa mendapatkan kasih sayang yang sama dari mereka,” jujur Rainer.“Rai, aku tidak masalah, yang penting kita bersama,” balas Agnes.“Kamu yakin?” Agnes mengangguk dengan manatap dan berkata, “Bukankah dulu kamu bilang kalau kita cukup hidup berdua saja tanpa memikirkan pandangan mereka, lalu kenapa sekarang justru kamu terlihat ragu-ragu?”Rainer menghela napas pelan, kembali menyelami sudut hatinya yang paling dalam. Namun, semakin lama masuk ke dasar hatinya kemantapan yang sudah sempat tercipta kembali menjadi sebuah keraguan.Suara dering ponsel Rainer memecahkan ketegangan yang sempat tercipta, sebuah panggilan masuk dari Levi. Tanpa ragu, pria itu

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 24. Tamu Spesial

    Ucapan ibunya membuat hati Rainer seperti dipelintir, perih dan sakit, tetapi tak paham apa yang menjadi penyebabnya. Harusnya Rainer senang mendengar ucapan ibunya, orang yang terus memaksa dirinya untuk tetap bersama Camelia akhirnya menyerah. Namun, lagi-lagi hatinya terusik. Apa benar perceraian adalah hal yang benar-benar dia inginkan? Suami Camelia Agatha itu memilih keluar dari ruangan tersebut untuk mencari udara segar. Daisy hanya bisa pasrah dan membiarkan anak laki-lakinya berpikir dengan baik. “Bu, Ibu yakin bicara seperti itu pada Rai? Kalau dia benar-benar menceraikan Camelia bagaimana?” tanya Clara. Daisy menghela napas berat mendengar ucapan Clara. “Apa boleh buat, Ra. Ibu lebih memilih Camelia bebas dari belenggu ini, yang penting Ibu masih bisa melihat dia. Ibu ingin melihat dia hidup bahagia dengan pilihannya sendiri tanpa campur tangan kita lagi.”

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 23. Kejadian yang Sebenarnya

    Camelia merasakan sesak di dada, denyut jantungnya tidak stabil. Namun, di otaknya hanya ada memikirkan Rainer. Camelia memang memiliki riwayat gangguan irama jantung akibat trauma yang dideritanya, akan kambuh dan parah jika mendapat tekanan atau teringat akan traumanya.“Camelia!” Daisy dengan panik membantu menantunya untuk kembali membaringkan diri. Sedangkan Yasa menekan tombol bantuan.“Jangan pikirkan Rainer, Lia, kamu harus sembuh.”Dokter yang menangani Camelia berjalan dengan tergesa menuju ke ruang rawat inap wanita itu setelah mendapat telepon dari perawat. Tidak sengaja dokter spesialis jantung itu berpapasan dengan Rainer dan hanya menyunggingkan senyum. Rainer hanya berwajah datar.Dokter itu memerintahkan perawat untuk membawa peralatan yang akan digunakan untuk menangani Camelia. Dokter segera memeriksa kondisi Camelia, karena iramanya begitu lambat wanita itu harus mendapatkan pacu jantung.Dokter akhirnya mera

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 22. Sedikit Perhatian

    Belum sempat Camelia mendengar jawaban Rainer, dia kembali tak sadarkan diri.“Lia, hei Camelia!”“Pak Lukman, cepat!” titah Rainer dengan panik.Hanya tinggal sedikit saja hingga mereka sampai di rumah sakit, tetapi Camelia sudah tak sadarkan diri. “Lia, Camelia!”Sesampainya di rumah sakit, Lukman segera berlari meminta bantuan. Camelia segera mendapatkan penanganan.“Tuan Muda, sebaiknya Anda berganti pakaian lebih dulu, saya yang akan menunggu Nyonya Muda. Jangan sampai Anda juga sakit karena harus merawat Nyonya Muda,” ujar Lukman setengah menggoda.Rainer hanya melirik sekilas, untung saja mereka datang ke rumah sakit menggunakan mobilnya, baju ganti dan segala macam selalu tersedia di sana.Saat kembali ke IGD, Camelia telah selesai ditangani, pakaiannya pun telah diganti. Sekarang hanya tinggal mengurus untuk keperluan rawat inap. Kondisi Camelia lemah, mungkin karena trauma yang dialaminya waktu kecil.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 21. Insiden di Pesta

    Perbuatan Rainer jelas terlihat di padangan mata Agnes yang sejak tadi mengawasi mereka berdua, hati wanita itu pun merasakan sakit dan kecewa. Bagaimana bisa orang yang tidak mencintai mencium seorang wanita dengan begitu lembut?“Rainer! Kamu–.” Agnes kehabisan kata-kata, dia memilih kembali masuk ke pesta untuk menenangkan diri dari gemuruhnya api cemburu.“Camelia. Kenapa kamu selalu saja menjadi penghalang dalam hidupku?” gumam Agnes dengan menahan amarah.Rainer melepas pagutan bibirnya, napas terengah pelan, entah mengapa bibir Camelia seakan menjadi candu baginya.“Dengarkan aku Camelia, kamu tidak akan mudah lepas dariku jika alasanmu bercerai adalah untuk pria lain,” bisik Rainer.“Coba saja jika kamu bisa kabur dariku, karena kamu pasti akan memohon untuk kembali padaku.”Buugghhh. Sebuah tinju mendarat di perut Rainer. Rainer yang terkejut sontak melepaskan kunciannya. Rupanya tinju yang dilayangk

DMCA.com Protection Status