Keesokan harinya pagi-pagi sekali Anna sudah membangunkan putranya. Dibantu Marie dan beberapa pelayan menyiapkan kebutuhan serta perbekalan untuk perjalanan ke kediaman orangtuanya. Anna mengecup kening putranya, lalu menggandengnya menuju halaman depan paviliun utama.
Lucas yang sesekali menguap bertanya pada ibunya, "Ibu, kita mau kemana?""Kita akan mengunjungi kakek dan nenek. Maaf ya, Lucas pasti masih mengantuk. Nanti tidurlah selama perjalanan."Lucas menganggukan kepala menanggapi jawaban ibunya. Dari kejauhan ia bisa melihat ayahnya dengan seragam militer beserta beberapa ksatria berjejer di depan dan belakang kereta."Ayah juga ikut?" tanya Lucas pada ayahnya setelah jarak mereka dekat.Peter menggeleng. "Ayah akan menemani perjalanan kalian. Sementara ini Lucas tinggal dengan kakek dan nenek ya? Lucas bisa bermain dengan Black, kuda hitam milik kakek. Kau tidak merindukannya?"Lucas terdiam sejenak menatap ayahnya, ibunya lalu sekitarnya. Ia hanya merasa aneh dengan penampilan sang ayah serta banyaknya prajurit disini. Ia juga mengenali seragam prajurit kerajaan diantaranya."Ayah mau ke mana?" tanya Lucas alih-alih menjawab pertanyaan ayahnya tadi.Peter menggendong Lucas menaikkannya ke kereta lalu membantu Anna untuk naik juga."Ayah pergi bekerja sebentar. Setelah selesai ayah akan jemput. Lucas ingin dibawakan apa?"Kepala Lucas menggeleng. Ia sedikit tidak puas mendengar jawaban ayahnya. Apa terjadi sesuatu?Peter melihat kening putranya yang mengerut pun menunduk mengecupnya dilanjutkan dengan mencium ringan bibir Anna istrinya. Meski Anna terlihat sedikit malu tapi ia senang karna ini adalah bentuk kasih sayang suaminya padanya.Peter menutup pintu kereta kuda lalu menaiki kudanya. Seruan Peter menjadi penanda bahwa perjalanan mereka pun dimulai.Lucas menatap ibunya. "Ibu, ayah mau pergi ke mana?"Anna mengelus lembut kepala putranya itu. "Ayah pergi karena ada misi dari yang mulia Raja. Tenang saja ayah tidak akan pergi lama." Di akhir perkataannya terdengar tidak jelas yang membuat Lucas dilingkupi perasaan buruk.Mengetahui jika putranya ikut cemas Anna pun tersenyum sembari melontarkan kata-kata untuk menenangkannya. Tetapi, meski begitu firasat buruk dalam hati Lucas tidak berkurang. Ia mengutuk dalam hati pada dirinya yang masih bocah dulu itu tidak ingat apa pun. Yang ia ingat hanyalah kompetisi antara ayahnya dalam hal memperebutkan perhatian Anna.Lucas menoleh ke jendela menatap ayahnya yang berjalan tepat di samping. Peter yang merasa sedang ditatap pun menoleh dan tersenyum mendapati mata bulat Lucas yang memandangnya. Entah mengapa ia seakan mengerti bahwa Lucas saat ini tengah gelisah. Sama seperti istrinya yang dari semalam terlihat tidak tenang membiarkan dirinya pergi bahkan memaksa membawa Matthew untuk menemaninya.Matthew adalah kepala ksatria dari duchy Chester serta tangan kanannya selain Sebastian sang kepala pelayan yang mengatur urusan kediaman. Kemanapun ia pergi selalu ada Matthew yang menemani. Namun, semenjak ia menikah dan memiliki Lucas. Ia memutuskan untuk menempatkan Matthew berada di sisi mereka berdua. Meskipun dirinya telah menunjuk ksatria pendamping untuk mereka, ia tetap merasa tidak puas jika bukan Matthew sendiri yang melakukannya.Kini karena istrinya bersikeras untuk mengajak Matthew membuat Peter mau tak mau mengiyakannya. Lagipula dengan keberadaan Anna dan Lucas di kediaman mertuanya setidaknya membuatnya sedikit tenang akan keamanannya. Mertuanya atau ayah dari istrinya ---Marquess Abelard Leonardo--- merupakan mantan kepala pasukan kerajaan di masa kepemimpinan raja terdahulu. Beliau telah mengundurkan diri dan sekarang menjadi penasihat ahli militer. Beliau akan memberikan banyak arahan dan saran yang sangat membantu. Seperti yang terjadi saat ini, hal ini juga tidak lepas akan masukan dari beliau yang meminta Peter untuk mengurusnya. Meskipun Peter bukan yang berjabat kepala keamanan kerajaan, Peter juga memegang peranan penting dalam hal keamanan kerajaan. Bisa dibilang dirinya adalah menteri pertahanan dan keamanan kerajaan."Aku menerima suratmu semalam. Meskipun mendadak tapi aku berterimakasih karena sudah mempertimbangkan ini untuk keamanan Anna dan Lucas." Abel menyambut kedatangan keluarga putrinya itu."Maaf ayah, itu semua karena aku yang meminta Peter," jawab Anna setelah memeluk ayah dan ibunya.Abel menggelengkan kepalanya. "Tidak masalah putriku. Lagipula aku justru merasa aman Kau dan anakmu disini. Aku juga merindukan cucuku yang tampan ini."Lucas membungkuk memberi salam sebelum ia beralih memeluk kakek dan neneknya."Ayo masuk! Kalian pasti lelah setelah perjalanan yang panjang," ajak Marchioness Alia pada Anna dan Lucas.Abel menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan sang istri. Perjalanan yang mereka tempuh ini memakan dua hari satu malam. Apalagi melihat wajah kuyu Lucas pasti ia tidak bisa istirahat dengan nyaman."Berhati-hatilah! Segera kirimkan surat jika Kau sudah tiba di sana. Aku merindukanmu ...." Anna memeluk Peter begitupula Lucas juga memeluk ayahnya dan mengucapkan perpisahan. Setelah itu Alia menuntun Anna dan Lucas masuk ke dalam mansion diikuti beberapa pelayan.Melihat bayangan Anna dan Lucas yang telah masuk ke mansiun, Peter menoleh dan berpamitan pada mertuanya. "Ayah mertua, saya minta tolong untuk jaga Anna dan Lucas sementara saya pergi."Marquess Abelard Leonardo mengangguk. "Ya jangan khawatir tentang mereka. Tetap fokus! Jangan lupa untuk mengabari situasi yang terjadi di sana. Aku akan membantumu dari sini."Usai memberi salam Peter berserta rombongan segera berangkat menuju tujuan. Sementara itu Lucas memandang kepergian ayahnya dari balik jendela. Ia tidak bisa melepaskan firasat tak enak dalam hatinya. Karena hal itu, ia mencoba memikirkan hal-hal yang terjadi di kehidupan pertamanya. Dan ia masih belum mendapatkan jawabannya. Lucas menghela napas berat, kuharap aku tidak terlambat lagi kali ini.*****Sinar matahari telah berada di puncaknya membuat panas di siang ini kian terasa. Lucas berbaring di lapangan rerumputan dengan napas terengah-engah. Semalam ia tidur sangat nyenyak. Mungkin kelelahan dalam perjalanan kemarin membuatnya tidur lelap dengan mudah. Namun, keesokan paginya usai sarapan Abel langsung memboyongnya ke istal.Di sana mereka mengunjungi Black si kuda kecil berwarna hitam. Tangan Lucas terulur mengelus lembut surai Black. Setelah itu ia mulai menyibukkan diri dengan memandikan, memberi makan dan bermain bersama Black. Kuda hitam yang masih muda itu milik Abel yang diberikan sebagai hadiah ulang tahunnya bulan lalu. Untuk membangun ikatan antara kuda dengan sang pemilik, kakeknya sering menyuruh Lucas untuk sering berinteraksi seperti contohnya hari ini.Awalnya Black susah didekati namun berkat kakeknya kini Lucas sudah terbilang mampu untuk memberikan makanan secara langsung tanpa halangan. Jika dulu Black selalu menolak atau bahkan yang terparah akan menggigit tangannya. Kini Black dengan kalem mengambil makanan tersebut dari tangannya.Ia pun mulai teringat akan kenangan dulu dimana ia membawa Black ke medan perang. Memacu kuda hitam itu yang gagah berani, mengantarnya ke setiap pertempuran dan membawa pulang kemenangan.Ahh.. ia jadi tiba-tiba teringat akan kejadian masa lalu.Lucas turun dari kudanya dan bergegas masuk menuju kamar Anna. Ia pulang dari perbatasan usai mengurus penyusup kerajaan seberang yang mencoba membuat kerusuhan.Usai mengunjungi ibunya, Lucas berjalan menuju kamarnya. Ditengah perjalanan, seorang pelayan berlari menghampirinya. Sang pelayan memberitahu jika Eva ---saudara tirinya--- anak dari istri kedua ayahnya tengah berbuat ulah dengan kudanya. Karena itu, Winna ---istri kedua ayahnya--- mengamuk pada penjaga."Kau tidak mau mendengar perintahku Matthew?! Aku menyuruhmu untuk memenggal kuda ini!" teriak Winna."Kau berani melakukannya maka aku yang akan memenggal kepalamu saat ini juga!" geram Lucas pada wanita itu. Langkahnya yang lebar tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di hadapannya.Winna sesaat membeku mendengar ancaman Lucas namun hal itu tak membuat dirinya gentar. Dengan gemetar ia berkata, "perkataan Anda sangat kejam. Apakah Anda tidak tahu jika kuda ini mencoba menyakiti Eva adikmu?"Lucas tetap diam menatap dingin Winna. Ia tidak perduli dengan perkataan wanita itu apalagi kasihan dengan anaknya itu. Meski mereka berbagi darah yang sama ia tidak sudi mengakui jika dirinya memiliki saudara dari wanita yang merangkak naik ke ranjang laki-laki yang telah beristri."Tutup mulutmu dan pergilah dari sini sebelum aku benar-benar melaksanakan ancamanku sebelumnya!" ancam Lucas yang kali ini membuat Winna tersadar untuk berhenti.Setelah kejadian itu, malamnya Lucas dipanggil oleh Peter. Ia tahu pasti ayahnya akan membahas kejadian tadi."Jika Anda memintaku datang hanya untuk menyuruhku meminta maaf pada mereka, maka jangan lakukan. Itu hanya membuang waktu. Gundik dan anak haram itu tak pantas mendapat maaf dariku, bahkan jika dibalik pun aku tak akan pernah memaafkan mereka sekalipun mereka mati"Usai mengucapkan hal itu Lucas pergi meninggalkan ruang kerja Peter tanpa mendengarkan jawabannya. Meski begitu pun Peter juga tak tampak menahannya. Kedua mata Peter menatap nanar kepergian putranya. Kesalahannya 10 tahun lalu menghancurkan segalanya. Istrinya keguguran, putranya membencinya dan keluarganya berantakan."Maafkan aku Anna ... maafkan ayah Lucas.. "Kalimat lirih yang keluar dari mulutnya tersebut membuat Sebastian menunduk sedih. Entah dari mana kemalangan ini muncul. Bagaimana bisa dalam satu malam keluarga yang tadinya harmonis ini berubah menjadi dingin seperti ini.Ingatan kala itu membuat Lucas terbangun menyadari sesuatu. Bukankan keadaan ini bisa menjadi kesempatanku untuk menyelamatkan ibu? Mencegahnya mengalami hal-hal seperti ini."Kakek, Lucas ingin istirahat ...." Dengan cepat Lucas pergi setelah mendapat persetujuan dari kakeknya."Tuan muda, apakah Anda ingin disiapkan air untuk bebersih?" tanya seorang pelayan padanya.Lucas mengangguk, ia butuh segera membersihkan diri agar dapat membantunya berpikir jernih untuk memikirkan suatu rencana. Rencana yang akan mengubah takdir.Tak lama air untuk mandi sudah siap, tanpa berlama-lama Lucas segera menyelesaikan mandinya dan lekas berpakaian dengan bantuan pelayan."Aku ingin makan camilan. Bawakan kesini dan aku minta selembar kertas juga tinta," pinta Lucas yang segera diangguki oleh pelayan tersebut. Setelah permintaannya terpenuhi, Lucas minta untuk ditinggal sendiri. Ia bilang akan keluar jika waktu makan malam tiba."Baiklah, darimana aku akan memulainya ...," gumamnya.Suara ketukan ja
"Anderson? Maksudmu Marquess dari wilayah utara?" tanya Lucas yang dijawab dengan anggukan ringan oleh Alice."Apa Anda tersesat? Kalau begitu mari kita kembali, saya hapal jalannya." Alice melaju melewati Lucas untuk memimpin jalan.Melihat hal itu Lucas sempat tertegun. Sekilas tadi ia sempat menangkap ekspresi berbinar dari Alice, lalu sekejap berubah. Kini anak perempuan yang tengah melangkah ringan itu menampilkan ekspresi wajah yang tenang seolah tadi Lucas seperti berhalusinasi."Apa Anda tidak balik bertanya namaku?" tanya Lucas yang membuat langkah Alice terhenti. Ia berbalik dengan gugup, lalu tersenyum canggung."Maaf atas ketidaksopanan saya. Kalau begitu siapa nama Anda?"Lucas mendengkus menahan senyum. Ia sepertinya tahu jika Alice sempat malu melihat senyumnya tadi. "Aku Lucas Wynne Chester," jawabnya dengan senyum jumawa. Entah mengapa Lucas ingin memamerkan identitasnya ini. Ia penasaran seperti apa ekspresi yang akan ditunjukkan pada wajah perempuan tersebut."Ohh!"
Suara dentingan pedang disertai teriakan di luar kereta itu membuat Anna panik. Meski ia mempercayai kehebatan para ksatria Chester hal itu tetap tak dapat membuatnya tenang. Keberadaan Lucas bersamanya menimbulkan rasa takut dan khawatir. Ia memeluk erat tubuh mungil putranya sedangkan Marie pelayan pribadinya merentangkan tangan melindungi mereka berdua.Tak lama suara ketuka terdengar. "Nyonya apakah semua baik-baik saja?" tanya salah seorang ksatria membuat Anna mendesah lega begitu pula Lucas mengucapkan syukur dalam hati. Ia tahu dan percaya akan kehebatan ksatria Chester."Ya, kami baik-baik saja. Bagaimana dengan kalian?" jawab Anna masih dengan memeluk Lucas."Tidak ada yang terluka. Maaf kami terlalu lama karena mereka ada banyak sekali, tetapi semua sudah kami kalahkan. Mohon maaf untuk dapat menunggu sebentar lagi untuk membereskan mereka.""Terimakasih atas kerja keras kalian. Jangan khawatirkan kami dan lakukan tugas kalian!""Baik, Nyonya! Terimakasih."Anna melepas pelu
Suasana makan malam terasa menyenangkan. Usai kejadian tadi siang aktivitas kembali seperti biasa seolah kejadian tadi tidak ada. Meski begitu Lucas tidak bisa melupakannya dan ia sepanjang hari di kamar memikirkannya."Lucas!" panggil Anna dengan suara keras membuat Lucas terlonjak kaget. "Ada apa? Daritadi ibu dan ayah memanggil tapi Lucas diam saja. Apa kau sakit?"Lucas menggelengkan kepala. Astaga terlalu larut berpikir membuat ia tidak fokus. Ia merutuki dirinya dalam hati. Kepalanya menggeleng lalu menjawab pertanyaan ibunya, "tadi Ibu janji membuatkan aku pai apel.""Astaga ... kau membuat ibu khawatir Lucas. Tenang saja pai apel mu sudah siap. Tunggu habiskan makanmu lalu kau boleh menyantapnya.""Eh ... ayah juga mau pai apel!" sahut Peter dengan rengekan yang membuat Anna terkekeh geli."Semua akan kebagian. Ayo lanjutkan makannya!" Usai mengatakan itu mereka kembali menikmati makan malam mereka.Tak jarang selingan ca
Max tengah membujuk Alice untuk berani mengelus surai kuda. Dari samping Lucas memperhatikan betapa lembutnya suara Max ketika berbicara pada Alice. Mendorongnya untuk mengalahkan rasa takutnya akan kuda."Alice, tidak selamanya kau bisa menghindar dari rasa takutmu. Kakak juga tidak akan memaksamu secara langsung untuk menghadapinya. Pelan-pelan kalahkan ketakutanmu hingga kau bisa mengatasinya sendiri," bujuk Max pada gadis kecil di sampingnya itu."Kan ada kakak. Kak Max sendiri yang bilang akan selalu melindungi Alice," rajuknya dengan mata melirik pada kuda berjaga-jaga kalau hewan itu tiba-tiba mengamuk."Kakak akan selalu melindungimu. Tapi bagaimana kalau saat itu kakak tidak ada di dekatmu. Apa kau hanya akan terus menunggu? Bagaimana kalau kakak tidak bisa datang?"Alice menunduk, kedua tangannya bermain memilin pita pada gaunnya. "Tapi, Alice takut ...," gumamnya dengan suara bergetar.Mendengar suara bergetar dari gadis bergau
Terdengar suara gemuruh orang-orang yang sedang berlatih di lapangan kediaman Chester. Di tengah lapangan itu terlihat sesosok mungil yang ikut menyempil di antara badan besar dan kekar pada lapangan tersebut.Sudah hampir dua bulan ini Lucas memulai pelatihan dasar berpedang. Semenjak ibunya memilih Julian untuk menjadi ksatria pribadinya ia pun meminta dimajukan pula pelatihan bela dirinya. Kini ia saat ini sedang melakukan pose dasar berpedang yang diawasi secara langsung oleh Matthew. Tak jauh darinya Julian ---putra Matthew--- sedang mengayunkan pedangnya. Di usia yang sama dengan dirinya Julian sudah tertarik dengan pedang berkat melihat ayahnya. Menyadari hal itu Matthew secara khusus mengajari langsung anaknya sekaligus mempersiapkan dirinya untuk dapat mengabdi pada penerus Chester.Sudah menjadi tradisi turun menurun dari leluhur Matthew untuk mengabdi pada Chester. Ayahnya dulu menjadi ksatria pribadi sekaligus tangan kanan sang Duke terdahulu atau ayah
"Bagaimana dengan penyelidikan kematian para bandit itu?" tanya Peter pada Matthew.Saat ini di ruang kerjanya berkumpullah dirinya, Anna, Matthew dan Sebastian yang saat ini membahas kematian mendadak para bandit. Dari awal penangkapan pihak keamanan ibukota memberikan keterangan akan pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh bandit tersebut. Diantaranya penculikan, perbudakan secara ilegal, perampokan dan masih banyak lagi. Awalnya Peter menganggap mereka sama seperti orang-orang lain yang terlibat kejahatan, tetapi ketika mendengar berita kematian para bandit membuatnya curiga.Para pihak keamanan hanya mengatakan mereka bunuh diri karena takut akan hukuman. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut mereka menemukan fakta bahwa para bandit telah mati diracuni. Kejanggalan inilah yang membuat Peter memberikan perintah pada Matthew untuk diam-diam menyelidikinya. Sementara kehadiran Sebastian sebagai kepala pelayan Chester ini karena ia ingin menanyakan salah se
"Apa yang kau lakukan disini!?"Sebastian terkejut menemukan Winna yang berada di ruang kerja sang Duke. Apalagi ruangan tersebut tidak ada penghuninya. Winna sontak berbalik menatap Sebastian dengan gugup."Saya diperintah untuk membersihkan kediaman utama," jawab Winna dengan suata bergetar. Wanita itu tidak dapat menyembunyikan ketakutannya.Tatapan Sebastian memicing melihat gemetar pada suara wanita di hadapannya. "Jika tidak ada perintah khusus cukup bersihkan area lorong. Untuk ruang lainnya sudah ada yang menangani sendiri. Kali ini aku memaklumimu karena masih baru, tapi lain kali kau akan mendapatkan hukuman. Segera kembalilah!" hardik keras Sebastian yang langsung membuat Winna segera kabur keluar dari ruangan.Dalam hatinya ia mendesah lega karena bisa lolos. Tadi ia benar-benar sangat ketakutan, untung saja orang itu Sebastian sang kepala pelayan Chester. Ia masih bisa mengelak meskipun dirinya yakin jika pria tua itu menaruh kecuriga
Setelah penangkapan Selir Helena dan bansgawan lain, maka keesokan harinya mereka langsung diadili. Raja Eron bahkan mengumumkan akan mengadakan pengadilan terbuka dan meminta rakyat Diedrich untuk menghadirinya. Maka, keesokan harinya tribun telah dipenuhi oleh rakyat Diedrich. Mereka dengan patuh duduk dan dibantu oleh ksatria penjaga mengawasi agar tak terjadi kericuhan. Namun, mereka mulai berisik saat para tahanan memasuki lapangan. Mereka menyorakinya dan melemparinya dengan kata-kata kasar.Peter bersama Lucas membawakan semua bukti kejahatan semuanya termasuk Selir Helena. Bahkan menghadirkan Winna sebagai saksi kejahatan Selir Helena selama ini. Rakyat Diedrich terkejut saat mengetahui bahwa ibu dari Pangeran Alaric memiliki saudara tiri yang lahir dari seorang pelayan. Yang lebih membuat mereka terkejut adalah rupanya Selir Helena ini sejak awal adalah orang yang jahat. Wanita itu memanfaatkan saudara tirinya dengan mengirimnya ke Chester untuk mengendalikannya. Dia berencan
“Selamat tinggal, Yang Mulia!” Usai meminumkan racun itu pada Raja Eron, Selir Helena berbalik dan melangkah keluar dengan wajah yang puas. Tinggal menunggu waktu kematian suaminya itu, setelah itu semua akan menjadi miliknya.Saat ia akan membuka pintu tiba-tiba saja pintu dibuka oleh seseorang. Kedua mata Selir Helena melebar saat melihat putranya, Pangeran Alaric berada di hadapannya. Bukan hanya ia terkejut melihat kehadiran putranya, namun adanya rombongan ksatria kerajaan di balik punggung putranya. Firasat buruk muncul dalam hatinya.“Apa yang ka—” ucapan Selir Helena terputus oleh suar Pangeran Alaric.“Periksa keadaan Yang Mulia sekarang!” perintah Pangeran Alaric pada dokter yang selalu merawat Raja Eron.Dokter tersebut langsung mengangguk dan masuk begitu saja diikuti oleh dua orang perawat melewati Selir Helena seolah-olah wanita itu tidak ada. Wajah Selir Helena pun menjadi kaku. Raja Eron baru saja meminum racun miliknya yang pasti racun itu sudah mulai bereaksi. Namun,
Ratu Camellia yang sedang menjalani pengurungan di istananya tengah menikmati secangkir teh di balkon kamarnya. Sudah hampir sepuluh hari dia berada di kamarnya terus hingga merasa bosan. Sehari-hari yang ia lakukan hanyalah menikmati pemandangan dengan menyesap teh kesukaannya, membaca buku yang ia minta pelayannya untuk mengambilkannya di perpustakaan, lalu menyulam sesuatu untuk cucunya. Ia tak ambil pusing dengan nasib hidupnya karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan berakhir selamat atau bebas. Ratu Camellia yakin bahwa Selir Helena akan menjatuhinya hukuman yang mana hukuman tersebut akan membuatnya tak dapat di istana. Wanita tersebut pasti sangat menikmati situasi yang sedang menguntungkannya saat ini. Pasti di setiap malamnya sekarang Selir Helena tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah. Ratu Camellia tak khawatir tentang nasibnya. Ia memikirkan bagaimana dengan menantu dan cucunya serta suaminya yang belum kunjung sadar. Kekuatan istana sedang tak seimbang semenjak Putra Mah
Lucas dan Peter menaiki kudanya masing berjalan paling depan. Di belakangnya ada kereta kuda kecil, lalu paling belakang ada dua ksatria Chester. Hari sudah petang dan mereka telah memasuki gerbang ibu kota. Perjalanan yang memakan waktu tiga hari tersebut tak terasa telah berakhir. Mereka berhasil membawa barang bukti dengan aman dan selamat. Hanya saja tidak berupa barang yang mereka bawa melainkan juga saksi. Saksi tersebut tak lain adalah Winna. Wanita itu telah menceritakan segalanya. Rupanya Winna dan Selir Helena adalah saudara tiri. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan mereka berdua. Siapa sangka jika Count Earnest memiliki anak dengan seorang pelayan. Mereka juga telah mendengar secara garis besar apa saja hal yang dilakukan Winna untuk Selir Helena. Tak menyangka bahwa kegilaan Selir Helena didapatkannya dari Count Earnest. Winna juga menceritakan bahwa ia diselamatkan oleh Pangeran Alaric yang merupakan keponakannya itu. Selama perawatan dari Pangeran Alaric, Winna perlahan
Peter bersama dua orang lainnya memasuki penginapan. Ia mengambil ruang paling besar yang terdapat dua ruang tidur. Masing-masing kamar berisi dua ranjang terpisah. Salah seorang ksatria pergi mencegat Lucas sedangkan yang lain memesan makanan. Peter sedang berada di kamarnya duduk terdiam dengan badan menyandar. Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Tiba-tiba sekelebat bayangan terlintas dalam otaknya saat belati itu akan terlempar ke arahnya. Sebuah memori berputar acak yang membuatnya pusing. Namun, gambaran-gambaran tersebut sangat tak asing baginya. Beberapa hal pernah ia lihat dalam mimpinya. Hal itu membuat dadanya sesak dan nyeri. Tangan Peter terulur menyentuh dada kirinya merasakan detak jantungnya. Lucas memacu kudanya dengan sangat cepat sehingga dirinya dapat menyusul ayahnya yang telah berada di penginapan desa terdekat. Di gerbang salah seorang ksatria Chester sudah menunggunya. Usai makan bersama semua memasuki kamar untuk beristirahat tak terkecuali dirinya dan ayah
“Apa yang kau lakukan di sini?!” Lucas menatap tak percaya pada Alice. Seharusnya gadis itu sedang istirahat di kamarnya. Melihat sosoknya yang berjalan dengan kepala tertunduk membuat Lucas kesal. Alice ini benar-benar ceroboh. Dari mana datang pikirannya membuntuti mereka diam-diam begini. Beruntung sekelompok orang yang menghadang mereka tak menyadari kehadiran Alice. Kalau mereka tahu pasti orang itu akan melukai atau mungkin akan membunuhnya. Jika begitu, siapa yang bisa menolongnya karena Lucas atau bahkan seorang pun tak tahu tentang keberadaannya. “Ayah, maaf aku akan mengantar Alice kembali. Aku akan menyusul kalian secepatnya.” Tanpa menunggu jawaban dari sang ayah, Lucas langsung membawa pergi Alice. Kedua orang itu menaiki kudanya masing-masing. Peter hanya diam menatap kepergian putranya dan calon menantunya itu. Ia paham jika sekarang Lucas marah karena tunangannya diam-diam membuntuti mereka yang mana kepergian mereka ini sangat berbahaya. Baru saja mereka melewati ger
Lucas menjemput Alice ke kamar gadis itu dan mengajaknya pergi ke taman. Mereka berdua tengah menikmati pemandangan hamparan bunga yang bermekaran cantik di halaman tersebut. Alice yang sedang menikmati kue cokelatnya menggumam dengan puas. Melihat Alice yang sangat menikmati kegiatannya hari ini membuat Lucas jadi menatapnya dengan senang. Hari ini ia mengajak Alice bertemu karena dirinya ingin berpamitan dengan kekasihnya itu. Nanti malam ia dan ayahnya akan pergi ke tempat yang cukup jauh. Mungkin akan membutuhkan waktu hampir satu minggu untuk berangkat dan pulang. Maka dari itu, ia akan berpamitan pada Alice sekaligus memintanya untuk tetap berada di kediaman selama ia pergi. Tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, lebih baik mereka berjaga-jaga agar terhindar dari hal buruk. Istana saat ini sedang berduka akan kematian Putra Mahkota. Maka, selama satu minggu pusat kota akan libur berativitas untuk menunjukkan kesedihan mereka. Namun, berbeda dengan kubu rival Putra Mahkota,
Lucas berdiri menunggu kedatangan seseorang dengan dua orang ksatria Chester bersamanya. Mereka bertiga sedang duduk di atas pohon yang lebat daunnya sehingga bisa menyembunyikan diri mereka dengan baik. Bahkan pakaian mereka yang gelap semakin menyempurnakan persembunyian ketiga orang itu. Saat ini ketiga orang tersebut sedang menjalankan misi. Sesuai dengan yang dijanjikan di dalam surat Pangeran Alaric, Lucas saat ini berada di lokasi untuk menunggu. Lucas mengamati sebuh pintu kayu yang masih tertutup rapat itu. Itu adalah satu-satunya pintu masuk yang ada di sana. Lamanya ia mengamati dari atas pohon, akhirnya pintu itu terbuka. Seseorang memakai jubah bertudung warna hitam berjalan keluar dari pintu tersebut. Orang tersebut berhenti sejenak dan mengangkat tangannya membentuk sebuah kode yang ditangkap oleh Lucas. Dia pun melompat turun dan segera menghampirinya. “Yang Mulia …,” sapa Lucas dan orang itu mendongak menatapnya. “Apa kau sudah lama menunggu?” tanya orang tersebut. “
Di sebuah bangunan yang besar dipenuhi oleh orang-orang yang berpakaian hitam. Semua orang duduk berbaris rapi di sederet bangku panjang yang telah penuh itu. Beberapa menundukkan kepalanya dan sisanya menghadap ke depan menatap sesuatu di sana. Namun, ada kesamaan di antara mereka. Semua orang di sana memakai kain penutup mulut dan hidung karena bau busuk menguar membuat orang yang tidak tahan menciumnya akan muntah. Di ujung ruangan terdapat sebuah kotak kayu yang panjang dengan karangan bunga menghiasi di sekitarnya sekaligus menghalau bau busuk tersebut. Di sana ada seseorang tengah terbaring kaku dengan wajah pucat dan badan yang dingin. Pada bangku paling depan terdengar isak tangis seorang wanita. Wanita tersebut tak lain adalah Ratu Camellia. Sedangkan yang tengah ditangisinya adalah Putra Mahkota Albert. Pria tersebut semalam dinyatakan meninggal akibat penyakitnya yang rupanya semakin hari parah dan merusak organ tubuhnya. Tubuhnya menghitam dan membusuk membuat semua orang t