Lucas menatap pantulan dirinya yang tengah dibantu oleh pelayan memakaikan baju pada dirinya. Dia melamun memikirkan pertemuan pertamanya setelah kembali dari kehidupan pertama dengan ayahnya.
Tindakan impulsif yang didorong oleh kemarahan dalam dirinya. Setelah Lucas berpikir sesaat dia sadar bahwa pasti tindakannya membuat orang-orang terheran akan perubahan sikapnya. Memang dimasa lalu ia sering bertengkar berebut perhatian pada Anna dengan ayahnya. Namun, itu berbeda dengan saat ini. Dulu tindakannya bercampur dengan sikap kekanakannya tapi saat ini jiwanya adalah lelaki dewasa berumur dua puluh tahun meski fisiknya anak kecil.Lucas menghela napas yang membuat Marie menatap tuan kecilnya itu bingung. Sikap tuan kecilnya itu hari ini terlihat berbeda. Tadi pagi ia tiba-tiba menjadi sangat cengeng, lalu disiang hari ia seperti anak ayam yang mengikuti kemanapun induknya pergi. Pernah tak sengaja Marie menyadari tatapan Lucas pada nyonyanya seperti tak biasanya.Matanya seolah menyiratkan penyesalan, kesedihan dan kerinduan yang membuat Marie terheran. Bagaimana bisa anak kecil berumur lima tahun bisa memberikan tatapan seperti itu? Meskipun ia tahu seberapa jenius tuan kecilnya itu, tetapi ia tetaplah seorang anak kecil. Jadi, darimana tatapan itu berasal? Apa hal yang membuatnya menatap ibunya sedemikian itu?Marie sempat berpikir apakah ia salah melihat atau tengah berhalusinasi. Tapi semenjak tadi ia menemani tuan kecilnya di kamarnya ini membuat Marie yakin bahwa ia tidak salah melihat."Tuan muda, apa ada masalah? Apa anda tidak menyukai baju anda saat ini?"Lucas tersentak dari lamunannya. Ia benar-benar lupa keberadaan Marie. Dirinya lupa jika tadi Marie diminta ibunya untuk melayaninya. Dan semenjak tadi tanpa sadar ia terus melamun memikirkan hal-hal lain."Tidak, Bibi Marie. Aku hanya ingin cepat-cepat bertemu ibu." Lucas tersenyum lebar menampilkan giginya."Baiklah, tunggu sebentar. Tadi nyonya berkata akan menjemput anda, mungkin sebentar lagi tiba."Dan benar saja tak lama suara orang berteriak mengumumkan kedatangan pasangan Duke dan Duchess. Lucas pun berlari untuk menyambut.Anna dan Peter tersenyum melihat putra mereka datang menyambutnya. Peter maju seperti biasa mengulurkan tangan untuk menggendongnya. Lucas sempat terhenti sejenak. Namun, segera tersadar dan menyambut uluran ayahnya tersebut. Melihat Lucas yang kembali seperti biasa membuat Anna tersenyum lega. Sepertinya suasana hati putranya sudah membaik sehingga tidak menampilkan sikap bermusuhan pada ayahnya seperti tadi.Rasanya aneh digendong ayah diusia ini. Biarpun aku terlihat seperti anak kecil tapi tetap saja jiwaku adalah lelaki dewasa, pikir Lucas dalam hati sembari menundukkan kepala karena malu.Peter melihat putranya yang menunduk malu dengan telinga memerah pun terkekeh. Ia tidak tahu apa yang membuat Lucas tiba-tiba bersikap malu."Tadi Matthew bilang kau tidak datang menemui para prajurit yang sedang berlatih. Padahal mereka menunggumu," ucap Peter yang akhirnya membuat Lucas mendongak menatapnya."Aku bosan melihat mereka, jadi aku ingin bermain dengan ibu.""Ahh ... benar! Kata ibumu kau seharian menempelinya seperti anak ayam," goda Peter yang membuat Lucas merengut."Aku bukan anak ayam! Aku anak ibuku!" sungut Lucas dengan mulut mengerucut membuatnya terlihat menggemaskan. Hal itu memicu Peter untuk semakin menggodanya."Lihat bibirmu yang mengerucut itu, sudah seperti paruh ayam saja. Memang benar kau anak ayam ya ....""Ayah!" teriak Lucas yang membuat tawa Peter membahana. Namun, tak lama tawanya berhenti digantikan oleh suara yang mengaduh sakit. Rupanya Anna mencubitnya disertai kalimat untuk berhenti menggoda Lucas."Peter jangan membuatnya marah!" protes Anna pada Peter, suaminya.Tahu jika ibunya membelanya, Lucas berontak mengulurkan tangan pada ibunya meminta untuk digendong. "Ibu, ayah membuliku ...," adunya dengan wajah memelas.Hehe ... tak apa jika ibu yang menggendongku. Lagipula aku kan anak kecil, ucap Lucas dalam hati yang benar-benar tidak tahu malu. Dia memanfaatkan dirinya yang menjadi anak kecil untuk bermanja-manja dengan ibunya padahal ia tadi sempat malu saat digendong ayahnya. Ya begitulah manusia, mudah berubah pikiran.."Ibumu lelah seharian, biar ayah yang tetap menggendongmu," ucap Peter.Mendengar perkataan tersebut membuat Lucas menatap Peter dengan sebal. Bilang saja kalau kau tidak mau aku bermanjaan dengan istrimu!Peter hanya tersenyum seolah tahu apa yang sedang ada dalam pikiran Lucas. Sedangkan, Anna hanya menggelengkan kepala melihat 'perang dingin' diantara dua orang laki-laki yang sangat ia cintai itu.*****Anna menuangkan teh lalu memberikannya pada Peter. Usai makan malam yang diwarnai celotehan Lucas yang tiada henti, kini mereka berdua menghabiskan waktu sejenak di kamar. Meski sempat juga Lucas merengek tidak mau tidur karena tidak ingin berpisah dengan Anna. Hingga Anna menemani putranya tersebut sampai terlelap karena lelah. Mungkin efek seharian mengekorinya ke mana pun.Mereka berdua duduk berdampingan dengan Anna yang bersandar pada sang suami yang dibalas dengan rangkulan. Tangan hangat Peter bergerak mengelus lembut lengan istrinya."Bagaimana pekerjaanmu hari ini? Kau berangkat pagi-pagi karena panggilan dadakan dari yang mulia Raja. Kupikir kau akan pulang tengah malam tapi melihat kau sudah disini aku senang." Anna menggenggam tangan Peter satunya yang menganggur itu."Hmm ... beliau memanggilku karena ada masalah," jawab Peter dengan wajah lesu.Anna mengangkat kepalanya. "Ada apa? Ada masalah besar?""Ada wabah di daerah selatan. Tiba-tiba seluruh warga disana pingsan. Ada yang muntah hebat seperti keracunan, pusing dan lemas. Untungnya penyebab sudah ditemukan, waduk yang berada di perbatasan ternyata tercemar. Maka dari itu, untuk sementara kami sudah menyegel waduk lalu mengirimkan obat beserta stok makanan, karena kami yakin jika bahan makanan yang tumbuh di sana pasti juga sudah tercemar."Anna terdiam mendengar penjelasan Peter. " Mungkinkah ...," tebak Anna yang diangguki oleh Peter."Ya, yang kau pikirkan saat ini juga hal yang dipikirkan oleh Yang Mulia Raja. Kami mencurigai kalau ada indikasi kecemaran air oleh kerajaan itu. Tapi itu baru kecurigaan. Oleh karena itu, beliau menugaskanku bersama pasukan kerajaan untuk berjaga sekaligus mencari kebenarannya."Kening Anna berkerut tak suka. Rasa khawatir tercetak jelas pada wajahnya membuat Peter tersenyum lembut dan mencium kening istrinya tersebut."Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Ada pasukan kerajaan untuk menjagaku. Aku justru khawatir dengan kalian karena harus kutinggalkan untuk jangka waktu yang mungkin akan lama. Matthew akan disini untuk menjaga duchy."Peter menghela napas, ia tidak suka harus berjauhan dengan Anna dan Lucas. Apalagi hal ini berkaitan dengan kerajaan seberang ditambah kecurigaan tentang adanya pengkhianat diantara bangsawan."Bawalah Matthew," pinta Anna yang membuat Peter menolaknya.Peter menggeleng tak setuju. "Tidak Anna. Justru Matthew harus disini untuk menjaga kalian.""Peter ...," bujuk Anna ditambah dengan ekspresinya yang memelas membuat Peter tak kuasa untuk menolak. Tidak bisa!" Anna ... pasukan kerajaan sudah cukup untuk melindungiku. Aku akan aman dan biarkan Matthew disini untuk menjaga kalian." Peter menggenggam tangan Anna mencoba meyakinkannya." Aku akan pergi ke rumah ayah jika kau khawatir pada kami. Di sana juga aman, ingatlah jika ayahku adalah mantan panglima keamanan kerajaan di masa Raja terdahulu." Anna tetap bersikeras meminta Peter menerima permohonannya. "Kumohon, Peter..."Peter menarik memeluk tubuh istrinya. Tidak biasanya Anna seperti ini. Mungkin karena berhubungan dengan kerajaan seberang pasti membuatnya khawatir pada dirinya."Baiklah kalau begitu, aku tidak akan lama. Aku akan secepatnya menyelesaikan semua dan segera kembali menjemput kalian."Anna mengangguk lega mendengar suaminya menuruti permintaannya. Setelah itu Peter mengajak istrinya untuk istirahat mengingat besok mereka akan pergi jauh.Keesokan harinya pagi-pagi sekali Anna sudah membangunkan putranya. Dibantu Marie dan beberapa pelayan menyiapkan kebutuhan serta perbekalan untuk perjalanan ke kediaman orangtuanya. Anna mengecup kening putranya, lalu menggandengnya menuju halaman depan paviliun utama. Lucas yang sesekali menguap bertanya pada ibunya, "Ibu, kita mau kemana?" "Kita akan mengunjungi kakek dan nenek. Maaf ya, Lucas pasti masih mengantuk. Nanti tidurlah selama perjalanan." Lucas menganggukan kepala menanggapi jawaban ibunya. Dari kejauhan ia bisa melihat ayahnya dengan seragam militer beserta beberapa ksatria berjejer di depan dan belakang kereta. "Ayah juga ikut?" tanya Lucas pada ayahnya setelah jarak mereka dekat. Peter menggeleng. "Ayah akan menemani perjalanan kalian. Sementara ini Lucas tinggal dengan kakek dan nenek ya? Lucas bisa bermain dengan Black, kuda hitam milik kakek. Kau tidak merindukannya?" Lucas terdiam sejenak menatap ayahnya, ibunya lalu sekitarnya. Ia hanya merasa aneh dengan p
Ingatan kala itu membuat Lucas terbangun menyadari sesuatu. Bukankan keadaan ini bisa menjadi kesempatanku untuk menyelamatkan ibu? Mencegahnya mengalami hal-hal seperti ini."Kakek, Lucas ingin istirahat ...." Dengan cepat Lucas pergi setelah mendapat persetujuan dari kakeknya."Tuan muda, apakah Anda ingin disiapkan air untuk bebersih?" tanya seorang pelayan padanya.Lucas mengangguk, ia butuh segera membersihkan diri agar dapat membantunya berpikir jernih untuk memikirkan suatu rencana. Rencana yang akan mengubah takdir.Tak lama air untuk mandi sudah siap, tanpa berlama-lama Lucas segera menyelesaikan mandinya dan lekas berpakaian dengan bantuan pelayan."Aku ingin makan camilan. Bawakan kesini dan aku minta selembar kertas juga tinta," pinta Lucas yang segera diangguki oleh pelayan tersebut. Setelah permintaannya terpenuhi, Lucas minta untuk ditinggal sendiri. Ia bilang akan keluar jika waktu makan malam tiba."Baiklah, darimana aku akan memulainya ...," gumamnya.Suara ketukan ja
"Anderson? Maksudmu Marquess dari wilayah utara?" tanya Lucas yang dijawab dengan anggukan ringan oleh Alice."Apa Anda tersesat? Kalau begitu mari kita kembali, saya hapal jalannya." Alice melaju melewati Lucas untuk memimpin jalan.Melihat hal itu Lucas sempat tertegun. Sekilas tadi ia sempat menangkap ekspresi berbinar dari Alice, lalu sekejap berubah. Kini anak perempuan yang tengah melangkah ringan itu menampilkan ekspresi wajah yang tenang seolah tadi Lucas seperti berhalusinasi."Apa Anda tidak balik bertanya namaku?" tanya Lucas yang membuat langkah Alice terhenti. Ia berbalik dengan gugup, lalu tersenyum canggung."Maaf atas ketidaksopanan saya. Kalau begitu siapa nama Anda?"Lucas mendengkus menahan senyum. Ia sepertinya tahu jika Alice sempat malu melihat senyumnya tadi. "Aku Lucas Wynne Chester," jawabnya dengan senyum jumawa. Entah mengapa Lucas ingin memamerkan identitasnya ini. Ia penasaran seperti apa ekspresi yang akan ditunjukkan pada wajah perempuan tersebut."Ohh!"
Suara dentingan pedang disertai teriakan di luar kereta itu membuat Anna panik. Meski ia mempercayai kehebatan para ksatria Chester hal itu tetap tak dapat membuatnya tenang. Keberadaan Lucas bersamanya menimbulkan rasa takut dan khawatir. Ia memeluk erat tubuh mungil putranya sedangkan Marie pelayan pribadinya merentangkan tangan melindungi mereka berdua.Tak lama suara ketuka terdengar. "Nyonya apakah semua baik-baik saja?" tanya salah seorang ksatria membuat Anna mendesah lega begitu pula Lucas mengucapkan syukur dalam hati. Ia tahu dan percaya akan kehebatan ksatria Chester."Ya, kami baik-baik saja. Bagaimana dengan kalian?" jawab Anna masih dengan memeluk Lucas."Tidak ada yang terluka. Maaf kami terlalu lama karena mereka ada banyak sekali, tetapi semua sudah kami kalahkan. Mohon maaf untuk dapat menunggu sebentar lagi untuk membereskan mereka.""Terimakasih atas kerja keras kalian. Jangan khawatirkan kami dan lakukan tugas kalian!""Baik, Nyonya! Terimakasih."Anna melepas pelu
Suasana makan malam terasa menyenangkan. Usai kejadian tadi siang aktivitas kembali seperti biasa seolah kejadian tadi tidak ada. Meski begitu Lucas tidak bisa melupakannya dan ia sepanjang hari di kamar memikirkannya."Lucas!" panggil Anna dengan suara keras membuat Lucas terlonjak kaget. "Ada apa? Daritadi ibu dan ayah memanggil tapi Lucas diam saja. Apa kau sakit?"Lucas menggelengkan kepala. Astaga terlalu larut berpikir membuat ia tidak fokus. Ia merutuki dirinya dalam hati. Kepalanya menggeleng lalu menjawab pertanyaan ibunya, "tadi Ibu janji membuatkan aku pai apel.""Astaga ... kau membuat ibu khawatir Lucas. Tenang saja pai apel mu sudah siap. Tunggu habiskan makanmu lalu kau boleh menyantapnya.""Eh ... ayah juga mau pai apel!" sahut Peter dengan rengekan yang membuat Anna terkekeh geli."Semua akan kebagian. Ayo lanjutkan makannya!" Usai mengatakan itu mereka kembali menikmati makan malam mereka.Tak jarang selingan ca
Max tengah membujuk Alice untuk berani mengelus surai kuda. Dari samping Lucas memperhatikan betapa lembutnya suara Max ketika berbicara pada Alice. Mendorongnya untuk mengalahkan rasa takutnya akan kuda."Alice, tidak selamanya kau bisa menghindar dari rasa takutmu. Kakak juga tidak akan memaksamu secara langsung untuk menghadapinya. Pelan-pelan kalahkan ketakutanmu hingga kau bisa mengatasinya sendiri," bujuk Max pada gadis kecil di sampingnya itu."Kan ada kakak. Kak Max sendiri yang bilang akan selalu melindungi Alice," rajuknya dengan mata melirik pada kuda berjaga-jaga kalau hewan itu tiba-tiba mengamuk."Kakak akan selalu melindungimu. Tapi bagaimana kalau saat itu kakak tidak ada di dekatmu. Apa kau hanya akan terus menunggu? Bagaimana kalau kakak tidak bisa datang?"Alice menunduk, kedua tangannya bermain memilin pita pada gaunnya. "Tapi, Alice takut ...," gumamnya dengan suara bergetar.Mendengar suara bergetar dari gadis bergau
Terdengar suara gemuruh orang-orang yang sedang berlatih di lapangan kediaman Chester. Di tengah lapangan itu terlihat sesosok mungil yang ikut menyempil di antara badan besar dan kekar pada lapangan tersebut.Sudah hampir dua bulan ini Lucas memulai pelatihan dasar berpedang. Semenjak ibunya memilih Julian untuk menjadi ksatria pribadinya ia pun meminta dimajukan pula pelatihan bela dirinya. Kini ia saat ini sedang melakukan pose dasar berpedang yang diawasi secara langsung oleh Matthew. Tak jauh darinya Julian ---putra Matthew--- sedang mengayunkan pedangnya. Di usia yang sama dengan dirinya Julian sudah tertarik dengan pedang berkat melihat ayahnya. Menyadari hal itu Matthew secara khusus mengajari langsung anaknya sekaligus mempersiapkan dirinya untuk dapat mengabdi pada penerus Chester.Sudah menjadi tradisi turun menurun dari leluhur Matthew untuk mengabdi pada Chester. Ayahnya dulu menjadi ksatria pribadi sekaligus tangan kanan sang Duke terdahulu atau ayah
"Bagaimana dengan penyelidikan kematian para bandit itu?" tanya Peter pada Matthew.Saat ini di ruang kerjanya berkumpullah dirinya, Anna, Matthew dan Sebastian yang saat ini membahas kematian mendadak para bandit. Dari awal penangkapan pihak keamanan ibukota memberikan keterangan akan pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh bandit tersebut. Diantaranya penculikan, perbudakan secara ilegal, perampokan dan masih banyak lagi. Awalnya Peter menganggap mereka sama seperti orang-orang lain yang terlibat kejahatan, tetapi ketika mendengar berita kematian para bandit membuatnya curiga.Para pihak keamanan hanya mengatakan mereka bunuh diri karena takut akan hukuman. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut mereka menemukan fakta bahwa para bandit telah mati diracuni. Kejanggalan inilah yang membuat Peter memberikan perintah pada Matthew untuk diam-diam menyelidikinya. Sementara kehadiran Sebastian sebagai kepala pelayan Chester ini karena ia ingin menanyakan salah se
Setelah penangkapan Selir Helena dan bansgawan lain, maka keesokan harinya mereka langsung diadili. Raja Eron bahkan mengumumkan akan mengadakan pengadilan terbuka dan meminta rakyat Diedrich untuk menghadirinya. Maka, keesokan harinya tribun telah dipenuhi oleh rakyat Diedrich. Mereka dengan patuh duduk dan dibantu oleh ksatria penjaga mengawasi agar tak terjadi kericuhan. Namun, mereka mulai berisik saat para tahanan memasuki lapangan. Mereka menyorakinya dan melemparinya dengan kata-kata kasar.Peter bersama Lucas membawakan semua bukti kejahatan semuanya termasuk Selir Helena. Bahkan menghadirkan Winna sebagai saksi kejahatan Selir Helena selama ini. Rakyat Diedrich terkejut saat mengetahui bahwa ibu dari Pangeran Alaric memiliki saudara tiri yang lahir dari seorang pelayan. Yang lebih membuat mereka terkejut adalah rupanya Selir Helena ini sejak awal adalah orang yang jahat. Wanita itu memanfaatkan saudara tirinya dengan mengirimnya ke Chester untuk mengendalikannya. Dia berencan
“Selamat tinggal, Yang Mulia!” Usai meminumkan racun itu pada Raja Eron, Selir Helena berbalik dan melangkah keluar dengan wajah yang puas. Tinggal menunggu waktu kematian suaminya itu, setelah itu semua akan menjadi miliknya.Saat ia akan membuka pintu tiba-tiba saja pintu dibuka oleh seseorang. Kedua mata Selir Helena melebar saat melihat putranya, Pangeran Alaric berada di hadapannya. Bukan hanya ia terkejut melihat kehadiran putranya, namun adanya rombongan ksatria kerajaan di balik punggung putranya. Firasat buruk muncul dalam hatinya.“Apa yang ka—” ucapan Selir Helena terputus oleh suar Pangeran Alaric.“Periksa keadaan Yang Mulia sekarang!” perintah Pangeran Alaric pada dokter yang selalu merawat Raja Eron.Dokter tersebut langsung mengangguk dan masuk begitu saja diikuti oleh dua orang perawat melewati Selir Helena seolah-olah wanita itu tidak ada. Wajah Selir Helena pun menjadi kaku. Raja Eron baru saja meminum racun miliknya yang pasti racun itu sudah mulai bereaksi. Namun,
Ratu Camellia yang sedang menjalani pengurungan di istananya tengah menikmati secangkir teh di balkon kamarnya. Sudah hampir sepuluh hari dia berada di kamarnya terus hingga merasa bosan. Sehari-hari yang ia lakukan hanyalah menikmati pemandangan dengan menyesap teh kesukaannya, membaca buku yang ia minta pelayannya untuk mengambilkannya di perpustakaan, lalu menyulam sesuatu untuk cucunya. Ia tak ambil pusing dengan nasib hidupnya karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan berakhir selamat atau bebas. Ratu Camellia yakin bahwa Selir Helena akan menjatuhinya hukuman yang mana hukuman tersebut akan membuatnya tak dapat di istana. Wanita tersebut pasti sangat menikmati situasi yang sedang menguntungkannya saat ini. Pasti di setiap malamnya sekarang Selir Helena tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah. Ratu Camellia tak khawatir tentang nasibnya. Ia memikirkan bagaimana dengan menantu dan cucunya serta suaminya yang belum kunjung sadar. Kekuatan istana sedang tak seimbang semenjak Putra Mah
Lucas dan Peter menaiki kudanya masing berjalan paling depan. Di belakangnya ada kereta kuda kecil, lalu paling belakang ada dua ksatria Chester. Hari sudah petang dan mereka telah memasuki gerbang ibu kota. Perjalanan yang memakan waktu tiga hari tersebut tak terasa telah berakhir. Mereka berhasil membawa barang bukti dengan aman dan selamat. Hanya saja tidak berupa barang yang mereka bawa melainkan juga saksi. Saksi tersebut tak lain adalah Winna. Wanita itu telah menceritakan segalanya. Rupanya Winna dan Selir Helena adalah saudara tiri. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan mereka berdua. Siapa sangka jika Count Earnest memiliki anak dengan seorang pelayan. Mereka juga telah mendengar secara garis besar apa saja hal yang dilakukan Winna untuk Selir Helena. Tak menyangka bahwa kegilaan Selir Helena didapatkannya dari Count Earnest. Winna juga menceritakan bahwa ia diselamatkan oleh Pangeran Alaric yang merupakan keponakannya itu. Selama perawatan dari Pangeran Alaric, Winna perlahan
Peter bersama dua orang lainnya memasuki penginapan. Ia mengambil ruang paling besar yang terdapat dua ruang tidur. Masing-masing kamar berisi dua ranjang terpisah. Salah seorang ksatria pergi mencegat Lucas sedangkan yang lain memesan makanan. Peter sedang berada di kamarnya duduk terdiam dengan badan menyandar. Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Tiba-tiba sekelebat bayangan terlintas dalam otaknya saat belati itu akan terlempar ke arahnya. Sebuah memori berputar acak yang membuatnya pusing. Namun, gambaran-gambaran tersebut sangat tak asing baginya. Beberapa hal pernah ia lihat dalam mimpinya. Hal itu membuat dadanya sesak dan nyeri. Tangan Peter terulur menyentuh dada kirinya merasakan detak jantungnya. Lucas memacu kudanya dengan sangat cepat sehingga dirinya dapat menyusul ayahnya yang telah berada di penginapan desa terdekat. Di gerbang salah seorang ksatria Chester sudah menunggunya. Usai makan bersama semua memasuki kamar untuk beristirahat tak terkecuali dirinya dan ayah
“Apa yang kau lakukan di sini?!” Lucas menatap tak percaya pada Alice. Seharusnya gadis itu sedang istirahat di kamarnya. Melihat sosoknya yang berjalan dengan kepala tertunduk membuat Lucas kesal. Alice ini benar-benar ceroboh. Dari mana datang pikirannya membuntuti mereka diam-diam begini. Beruntung sekelompok orang yang menghadang mereka tak menyadari kehadiran Alice. Kalau mereka tahu pasti orang itu akan melukai atau mungkin akan membunuhnya. Jika begitu, siapa yang bisa menolongnya karena Lucas atau bahkan seorang pun tak tahu tentang keberadaannya. “Ayah, maaf aku akan mengantar Alice kembali. Aku akan menyusul kalian secepatnya.” Tanpa menunggu jawaban dari sang ayah, Lucas langsung membawa pergi Alice. Kedua orang itu menaiki kudanya masing-masing. Peter hanya diam menatap kepergian putranya dan calon menantunya itu. Ia paham jika sekarang Lucas marah karena tunangannya diam-diam membuntuti mereka yang mana kepergian mereka ini sangat berbahaya. Baru saja mereka melewati ger
Lucas menjemput Alice ke kamar gadis itu dan mengajaknya pergi ke taman. Mereka berdua tengah menikmati pemandangan hamparan bunga yang bermekaran cantik di halaman tersebut. Alice yang sedang menikmati kue cokelatnya menggumam dengan puas. Melihat Alice yang sangat menikmati kegiatannya hari ini membuat Lucas jadi menatapnya dengan senang. Hari ini ia mengajak Alice bertemu karena dirinya ingin berpamitan dengan kekasihnya itu. Nanti malam ia dan ayahnya akan pergi ke tempat yang cukup jauh. Mungkin akan membutuhkan waktu hampir satu minggu untuk berangkat dan pulang. Maka dari itu, ia akan berpamitan pada Alice sekaligus memintanya untuk tetap berada di kediaman selama ia pergi. Tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, lebih baik mereka berjaga-jaga agar terhindar dari hal buruk. Istana saat ini sedang berduka akan kematian Putra Mahkota. Maka, selama satu minggu pusat kota akan libur berativitas untuk menunjukkan kesedihan mereka. Namun, berbeda dengan kubu rival Putra Mahkota,
Lucas berdiri menunggu kedatangan seseorang dengan dua orang ksatria Chester bersamanya. Mereka bertiga sedang duduk di atas pohon yang lebat daunnya sehingga bisa menyembunyikan diri mereka dengan baik. Bahkan pakaian mereka yang gelap semakin menyempurnakan persembunyian ketiga orang itu. Saat ini ketiga orang tersebut sedang menjalankan misi. Sesuai dengan yang dijanjikan di dalam surat Pangeran Alaric, Lucas saat ini berada di lokasi untuk menunggu. Lucas mengamati sebuh pintu kayu yang masih tertutup rapat itu. Itu adalah satu-satunya pintu masuk yang ada di sana. Lamanya ia mengamati dari atas pohon, akhirnya pintu itu terbuka. Seseorang memakai jubah bertudung warna hitam berjalan keluar dari pintu tersebut. Orang tersebut berhenti sejenak dan mengangkat tangannya membentuk sebuah kode yang ditangkap oleh Lucas. Dia pun melompat turun dan segera menghampirinya. “Yang Mulia …,” sapa Lucas dan orang itu mendongak menatapnya. “Apa kau sudah lama menunggu?” tanya orang tersebut. “
Di sebuah bangunan yang besar dipenuhi oleh orang-orang yang berpakaian hitam. Semua orang duduk berbaris rapi di sederet bangku panjang yang telah penuh itu. Beberapa menundukkan kepalanya dan sisanya menghadap ke depan menatap sesuatu di sana. Namun, ada kesamaan di antara mereka. Semua orang di sana memakai kain penutup mulut dan hidung karena bau busuk menguar membuat orang yang tidak tahan menciumnya akan muntah. Di ujung ruangan terdapat sebuah kotak kayu yang panjang dengan karangan bunga menghiasi di sekitarnya sekaligus menghalau bau busuk tersebut. Di sana ada seseorang tengah terbaring kaku dengan wajah pucat dan badan yang dingin. Pada bangku paling depan terdengar isak tangis seorang wanita. Wanita tersebut tak lain adalah Ratu Camellia. Sedangkan yang tengah ditangisinya adalah Putra Mahkota Albert. Pria tersebut semalam dinyatakan meninggal akibat penyakitnya yang rupanya semakin hari parah dan merusak organ tubuhnya. Tubuhnya menghitam dan membusuk membuat semua orang t