Beranda / Romansa / Ayah Untuk Anakku / Kehilangan Semuanya

Share

Ayah Untuk Anakku
Ayah Untuk Anakku
Penulis: MeilyyanaM

Kehilangan Semuanya

Penulis: MeilyyanaM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jika saja malam itu Clarita lebih mendengarkan ucapan dari sang ibu tentu saja hal ini tak akan terjadi. Ia tak harus kehilangan semua kemewahan di hidupnya, masa depan dan juga cita-citanya. Sayang nasi sudah menjadi bubur, ia tak mungkin bisa kembali ke 8 bulan lalu saat ia tanpa sadar telah dijebak teman sekampusnya dulu. Seharusnya ia tak menuruti ucapan temannya untuk berbohong pada ibunya.

Clarita menghela nafas lelah, ia sudah berkeliling dari satu parbik ke pabrik lain. Dan pabrik garment ini merupakan pabrik terakhir yang masuk ke dalam list kujungannya hari ini. Perut membuncit, wajah lesu belum lagi kemeja putih yang warnanya telah pudar tentu saja tak ada yang mau menerima Clarita sebagai karyawan.

“Aku harus ke mana lagi? Uang pesangonku hanya tersisa dua ratus ribu. Uang kost sudah jatuh tempo. Oh Tuhan, ayolah berbaik hati sedikit padaku. Aku tengah mengandung anak dari lelaki kurang ajar itu, ayolah. Bantulah aku kali ini, aku harus segera bekerja,” keluh wanita seraya menatap langit yang tampak mulai murung.

Ia semakin mendesah lirih kala kandungannya bergerak seakan meminta dirinya untuk tetap bersemangat. “Iya oke sayang, kita coba lagi ya? Kau berodalah, agar aku segera mendapat pekerjaan. Oke?” Jemari lentik Clarita bergerak mengusap perutnya yang semakin membuncit.

Tak pernah terpikirkan oleh Clarita hidupnya akan berubah drastis begini. Ia yang selalu hidup serba berkecukupan mendadak menjadi wanita kekurangan dan harus bekerja keras hanya untuk membeli sebungkus nasi rames di warung makan pinggir jalan. Ia yang terbiasa keluar masuk mobil mewah kini harus berganti dengan angkutan umum, membiasakan diri berdesak-desakan dengan penumpang lain belum lagi ia harus rela berdiri dengan membawa 2 nyawa di dalam perutnya.

Bisa saja Clarita menghubungi teman-temannya hanya saja, ia tak mau melakukannya. “Tak ada lagi yang bisa ia percaya kini.” Itulah ucapnya kala ia mengingat kejadian yang merusak masa depan dan semua rencana indahnya.

Langkah kaki Clarita semakin lama semakin melemah, ia berhenti sejenak di sebuah halte mini, menghirup udara dalam-dalam lantas membuangnya perlahan. “Perasaan aku berjalan pelan, tetapi kenapa aku merasa begitu lelah? Apa karena mereka?” tanya Clarita pada perutnya sendiri. Ia menggeleng dan tertawa, ia bak wanita gila yang berbicara dan tertawa sendiri di siang hari bolong.

“Come on Clarita kau bukan wanita lemah, bukan karena mereka membuangku lantas aku kehilangan hidupku. Ayo kita berjalan lebih jauh!” ujar Clarita menyemangati dirinya sendiri. Kini tawa Clarita berganti menjadi senyuman miris, hidupnya sangat amat miris. Tak ada pakaian mewah, tak ada tas branded, tak ada perawatan diri mewah lagi, semua sirna karena malam petaka itu.

Wanita berumur 22 tahun itu masih mencoba menyemangati dirinya sendiri. Ia kini benar-benar hidup sebatang kara, ucapannya beberapa tahun lalu telah dikabulkan Tuhan lengkap dengan segala penderitaan yang datang bersamaan. Clarita membenarkan ikatan rambutnya lantas memakai cardigan rajut yang selalu berada di dalam tas jinjingnya. Sekali lagi ia mengusap perut buncitnya seraya mengucapkan kata maaf berulang kali. “Maaf jika nanti ibu tak bisa memberikanmu kehidupan yang mewah, Nak. Tetaplah tumbuh dengan baik, meski seluruh dunia menolak kehadiranmu.” Setelah itu Clarita bangkit dan kembali menyusuri trotoar dengan keringat yang menetes silih berganti.

Turun naik kendaran angkutan umum merupakan kebiasaan baru Clarita terlebih sejak ia dipecat dari tempat kerjanya terdahulu. Dan lagi-lagi karena ulah teman kerjanya yang tak suka jika Clarita menjadi pegawai terbaik. Kini ia kembali turun dari angkutan jurusan 34, netra Clarita menatap gerbang yang menjulang tinggi melindungi seisi pabrik. Ia memejamkan mata rapat-rapat, ia berharap kali ini Tuhan membantunya. Jika saja kali ini ia kembali di tolak maka ia akan secara resmi menyandang status sebagai seorang “Wanita hamil gelandangan.”

“Permisi mba ada yang bisa kami bantu?” tanya seorang pria dengan seragam security.

Clarita terperanjat sejenak setelah itu ia tersenyum tipis dan berkata, “Permisi pak, apa saya bisa melamar pekerjaan di sini? Saya melihat iklan lowongan pekerjaan dari media cetak yang terbit hari kemarin.”

Satpam itu hanya diam menatap penampilan wanita di depannya dari ujung rambut hingga ke ujung sepatu flat shoes murah Clarita. Ia tampak berbisik dengan rekan seprofesinya, tak lama pria lain mengulang apa yang satpam tadi lakukan.

Kejadian selanjutnya membuat Clarita menatapnya nyalang. Bagaimana tidak dua pria gadun itu berkata yang menyakitkan hati setiap wanita. “Kau? Mau bekerja di sini?” tanyanya dengan nada merendahkan.

“Bermimpi saja kau tak berhak. Kau tahu di sini tempatnya wanita cantik dan molek. Kau sendiri?” tanyanya seraya tertawa merendahkan. “Kau lihat kau ini tengah mengandung, pakaian lusuh, wajah tanpa make up, kau hamil nganggur ya? Ke mana suamimu?” imbuhnya.

“Sudahlah pergi saja di sini tidak menerima karyawan sepertimu.” Keduanya berlalu begitu saja membiarkan Clarita dengan segala kegondokan dan emosinya.

“Apa dia bilang? Aku hamil nganggur? Enak saja kalau bicara! Dasar! Pria gadun! Kau itu hanya satpam kau juga karyawan di sini tak usah belagu! Lihat saja jika nanti aku menjadi pekerja di sini dan bisa dapat jabatan lebih tinggi kupastikan kau akan menderita‼” pekik Clarita menggebu-gebu, sedangkan 2 pria gadun itu hanya mengibaskan tangan tak peduli seolah ucapan wanita hamil di depannya hanyalah bualan mimpi.

Clarita berbalik meninggalkan pabrik dengan perasaan tak menentu, ia kesal dan marah atas sikap kedua satpam itu, namun ia tak menampik dengan fakta yang diucapkan mereka. Fakta tentang ‘Hamil nganggur’ karena memang itu yang sebenarnya terjadi dan ia tak berhak marah akan fakta itu.

Clarita memilih untuk kembali ke kostnya, baru separuh hari mencari pekerjaan sudah menguras tenaganya lebih banyak. Apalagi kini kandunganya telah memasuki usia 34 minggu, sebentar lagi ia akan resmi menjadi seorang ibu tanpa suami.

Langkah kaki Clarita mulai tak seimbang terlebih pagi tadi ia hanya sarapan dengan beberapa helai roti tawar karena ia tak mampu membeli beras dan keperluan rumah, ia benar-benar harus mengikat pinggang kencang-kencang jika tak mau semakin menumpuk hutang. Lampu traffic light telah berganti warna dengan segera ia melangkahkan kaki bersama penyebrang lainnya. Sayang tubuhnya terlalu lemah untuk berjalan cepat, ia melangkah sesuai kemampuannya, terlalu berisiko jika ia berlari di tengah keadaannya yang sedang berbadan dua.

Pandangan mata Clarita mulai mengabur namun ia tak selemah itu, ia tetap mencoba berjalan sebisa mungkin dengan pandangan seadaannya. Langkah kaki Clarita semakin tak tentu arah ia berjalan tak stabil, hingga terdengar bunyi klakson begitu panjang, ia menoleh dan membulatkan bola mata sempurna.

“Aaaaa‼‼”

MeilyyanaM

Hai readersnya thothor, terima kasih sudah mampir yahh. Thothor punya info nihh, kalau thothot juga terbit buku baru yang gak kalah serunya dengan cerita Clarita loh. Yuk mampir ke "Kuceraikan Suamiku, Kenikahi Pengacaraku" ramaikan bukunya biar Thothor makin semangat up babnya!! DIjamin gak nyesel deh baca "Bekas Tangan Suamiku"

| 1
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Husna Nurul
apa yang akan terjadi dengan Clarita dan kasihan sekali Clarita sudah kehilangan semuanya... bab awalnya sudah menyentuh hati
goodnovel comment avatar
Juniarth
semangat updatenya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ayah Untuk Anakku   Istri Harus Melahirkan

    “Bapak gimana sih bawa mobilnya?” cerca warga setempat yang melihat seorang wanita tergeletak tak berdaya di panasnya aspal siang itu. “Daripada anda memarahi atau mencaci saya, lebih baik bantu saya bawa wanita ini ke dalam mobil dan saya akan segera membawanya ke rumah sakit.” Pria itu berkata dengan nada yang sangat datar. Pria tua itu menatap ia curiga. “Anda tak berniat membuang wanita ini, ‘kan?” “Ck, apa tampang saya terlihat bak kriminal?” tanyanya dengan memutar bola mata kesal. “Tampang tak selalu menjadi jaminan,” balas pria tua itu tak kalah sengit. “Jadi bagaimana? Mau membiarkan ia tergeletak di sini atau membawanya ke rumah sakit?” tanya pria berjas lengkap itu membuat warga sekitar bergegas menggotong tubuh Clarita ke dalam mobil mewah milik pria yang tertuduh sebagai penabrak. Mobil melaju membelah keramaian Kota Semarang. Berjalan menuju rumah sakit ibu dan anak dengan cepat, entah kenapa feeling pria itu mengatakan jika ia harus mencari rumah sakit bersalin sec

  • Ayah Untuk Anakku   Memberi Asi?

    “Kenapa?”Clarita hanya menggeleng cepat sebagai jawaban dari pertanyaan Atma, lidahnya terasa kelu bahkan ia tak sadar jika sedari tadi ia menahan nafas. “Bernafaslah, kau tak mau anakmu besar tanpa ibu, ‘kan?”Clarita ingin mengumpat mendengar ucapan Atma namun entah mengapa lidahnya seakan enggan berfungsi dengan baik, bahkan otak cerdasnya tak mampu berkerja dengan baik.“Mengapa aku bisa melahirkan?” tanya Clarita polos.“Karena kau mengandung.” Atma menjawab dengan santai. Ia bahkan tak mengalihkan pandangannya dari pemandangan di balik jendela rumah sakit.Clarita memutar bola mata malas. “Ck. Nenek-nenek jompo juga tahu itu. Mana ada orang melahirkan tanpa mengandung. Maksudku, mengapa sekarang?”“Karena tidak nanti.”Lagi-lagi jawaban Atma berhasil membuat Clarita berdecak kesal. Ia ingat betul jika siang tadi ia masih berkeliling mengunjungi satu persatu perusahaan yang membuka lowongan. Tetapi tepat saat ia akan kembali ke kosnya, ia berhenti di tengah jalan dan … “Kau mena

  • Ayah Untuk Anakku   Tanpa Suami?

    Clarita menoleh dengan mata sembab dan pipi yang masih basah kala mendengar suara Atma yang berdiri tak jauh darinya. “Apa!” pekik Clarita.Atma mengernyitkan kening bingung, ia tak tahu asal usul wanita di depannya begitupun sebaliknya. Tetapi ia tak mungkin diam saja melihat seorang wanita yang baru saja melahirkan bayi kembar tengah menangis tersedu-sedu, terlebih lagi wanita itu tengah merengkuh tubuh putrinya.Entah setan mana yang merasuk ke dalam tubuh Atma, tangan kekarnya terulur mengambil alih bayi yang baru beberapa jam merasakan dunia luar itu. Bak membawa sebuah barang yang mudah rapuh, Atma menggendongnya dengan hati-hati, seakan sedikit saja ia salah langkah maka bayi yang ada di dalam gendongannya akan hancur lebur.Terlalu berlebihan untuk pria sekelas Atma, pria tak tersentuh yang entah mengapa begitu peduli pada bayi kembar dan juga wanita yang ada di depannya. Setelah berhasil meletakkan kembali sang putri ke keranjangnya, ia bergegas keluar memanggil perawat.Tak

  • Ayah Untuk Anakku   Lelaki Tua dan Mesum

    Ucapan Bara terus terngiang di benak Atma, kini ia mulai bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Selama ini Atma tak pernah mengambil pusing identitas wanita yang dekat dengannya. Ia pria normal, ibarat kucing, mau jenis apapun jika disuguhkan daging pasti akan menikmatinya.Sama halnya dengan Atma, wanita-wanita itulah yang menawarkan surga dunia padanya, dan ia akan menerima dengan senang hati. Tetapi jika nantinya terjadi hal di luar kendalinya, maka Bara-lah yang akan turun tangan merapikan semuanya hingga tak berbekas. Kejam? Bukan, sebagai pewaris tunggal Atma dituntut untuk selalu terlihat sempurna. Tak hanya paras, citra dan image juga harus ia jaga sedemikian rupa.Di lain sisi, Clarita masih sibuk meratapi nasibnya setelah hari ini. Ia tak menyangka jika ia mengandung bayi kembar, selama ini ia tak pernah memeriksakan kandungannya. Bukan karena malu melainkan ekonominya yang tak bisa ia gunakan untuk sekedar mengunjungi bidan di kampung. Ia hanya mengandalkan instingnya untuk

  • Ayah Untuk Anakku   Dada dan Atma

    “Bangunlah,” ujar Atma, tangan kekarnya mengulurkan segelas air mineral untuk Clarita.Alih-alih menerima uluran gelas Atma yang Clarita lakukan justru menatapnya dingin. Ia menatap Atma curiga. “Kau mau apa ke sini? Aku bukan wanita murahan yang akan dengan mudah memberikan tubuhku padamu.”“Mengapa kau berpikir begitu?”Clarita berdecih malas dan berkata, “Bukankah itu trik pria-pria kaya sepertimu, Tuan? Membantu wanita lemah semacamku, datang bak pahlawan membuat mereka seolah berhutang budi lantas meminta bayaran dengan dilayani di ranjang? Setelah itu? kalian akan mencampakkan wanita bak pakaian kotor.”“Bukankah pakaian kotor akan dicuci dan digunakan lagi?” sahut Atma tak mau kalah.“Benar, dan ketika pakaian itu telah lusuh kau akan membuang dan menggantinya dengan yang baru. Begitukan roda kehidupan ranjang seorang ceo seperti anda, Tuan?” balas Clarita sinis.Tatapan Atma melembut tak sepenuhnya tetapi ia mengerti situasi yang tengah di alami Clarita, dugaannya akan fakta k

  • Ayah Untuk Anakku   Selera yang Buruk

    Kini Atma dilanda kebingungan, pasalnya 3 orang menangis di waktu yang bersamaan. Ia memandang Clarita dan dua bayi tak bernama itu secara bergantian. Pikirannya buntu, ia tak pernah berada di situasi sepelik ini. Niatnya datang ke rumah sakit hanya untuk menyampaikan fakta bahwa ia telah melunasi semua biaya sehingga Clarita tak perlu khawatir.Tetapi yang terjadi justru di luar kendalinya, Atma melihat sesuatu yang sebenarnya sudah tak asing lagi baginya. Karena nyaris tiap malam ia menikmati pemandangan itu secara cuma-cuma tetapi entah mengapa melihat ‘milik’ Clarita mampu membangkitkan sisi nakal darinya. Beruntung kali ini ia dalam mood yang baik sehingga ia tak berniat mengambil alih hak dua bayi tak bernama itu.Setelah menenangkan diri dari pikiran nakalnya, Atma berjalan mendekati Clarita yang masih menangis dengan sebelah tangan ia jadikan bantalan bagi sang Putra dan sebelahnya ia gunakan menutup wajah. “Daripada menangis, lebih baik kau menutup ini,” ujar Atma seraya menu

  • Ayah Untuk Anakku   Menikahlah Sendiri!

    “Apa maksudmu?” tanya Clarita menyorot Atam tajam.Pria itu mengendikkan bahu acuh dan berjalan menjauhi Clarita. Tak berselang lama setelah kepergian Atma, dua orang wanita dengan pakaian putih khas perawat memasukki kamar Clarita. Mereka terkejut melihat apa yang tengah wanita itu lakukan.“Permisi Nyonya, ada yang bisa saya bantu?” tanya salah seorang perawat membuat Clarita terkejut.“Hah? Ah itu tidak, aku hanya ingin merapikan pakaianku saja.” Clarita bergegas membetulkan posisinya.Ia kini lebih leluasa pasalnya sejak pagi tadi, tangannya telah terbebas dari jarum suntik yang mengganggu pergerakannya. Wanita berusia 22 tahun itu tampak senang karena semua rencana yang telah ia susun akan segera terlaksana.“Maaf Sus, jika saya keluar nanti berapa biaya yang harus saya tanggung?” tanya Clarita berhati-hati.“Biaya?” Suster yang tengah memeriksa tekanan darah Clarita tampak terkejut mendengar pertanyaan polos Clarita.Clarita mengangguk pelan seraya melayangkan tatapan takut. “Te

  • Ayah Untuk Anakku   Ia Bersuami

    “Wah nak Clarita sudah lahiran. Kapan? Kok ndak bilang sama ibu?” sapa sang pemilik kos ketika berpapasan dengan Clarita yang hendak masuk ke kamarnya.“Iya bu, kemarin saya kecelakaan dan terpaksa melahirkan. Alhamdullilah orangnya bertanggung jawab.”Ibu kos tersenyum ramah dan berkata, “Syukurlah kalau begitu, yang penting kamu dan anakmu sehat ya.”Clarita hanya mengangguk dan tersenyum tipis, setelah berpamitan Clarita bergegas masuk ke dalam kamar kosnya. Ia membaringkan Yara dan Yandra dengan hati-hati ke atas bed tidurnya. Setelah itu ia mengganti pakaiannya dengan yang lebih santai. Ia mulai merapikan barang-barang pribadinya. Ia yakin betul jika setelah ini warga tak akan menerimanya lagi, karena ia pernah berkata jika suaminya akan kembali ketika ia telah melahirkan nanti. Dan sekarang jangankan suami ia saja tak tahu persis siapa ayah dari bayi kembar yang tengah tertidur pulas itu.“Loh kok langsung bersih-bersih, harusnya jangan banyak gerak dulu, Nak,” tegur ibu kos kep

Bab terbaru

  • Ayah Untuk Anakku   Kembang Api Perpisahan

    “Saya sebagai orang tua kandung Danila Ayudia tentu menyerahkan semua keputusan di tangan putri kami. Kebahagiannya adalah kebahagian kami juga,” sahut Ganesha mengabaikan pertanyaan Danila. “Apa? Orang tua kandung? Maksudnya?” tanya Danila bingung ia pun melemparkan tatapan menuntut ke arah Bram. “Sayang, Tante Ratasya dan Om Ganesha adalah orang tua kandung kamu, yang selama ini disembunyikan oleh Pak Brahma, mereka –“ “Apaa‼” pekik Danila tak percaya. “Jadi? Yang kalian bicarakan saat persidangan itu aku?” tanya Danila tak percaya. “Iya sayang, kami memang orang tua kandungmu. Semua bermula dari … .” Ganesha mulai menceritakan awal mula Brahma merebut Danila darinya. Mulai saat Brahma merebut harta miliknya hingga ke kasus penculikan juga penyekapannya. Danila menyimak ucapan orang tuanya dengan begitu seksama, ia tak mau terlewatkan barang satu kata pun. Hingga ia sampai pada cerita tentang percobaan pembunuhan yang Brahma lakukan pada mereka, Danila mengeram tertahan, selama

  • Ayah Untuk Anakku   Bram Menjual Danila?

    “Aku ingin selalu seperti ini selamanya? Bisa ‘kan?” “Kamu ini bikin mas hampir jantungan saja. Sayang, hanya maut yang bisa memisahkan kisah cinta kita. Aku akan selalu berusaha selalu berada di sampingmu,” tutur Byan membuat hati Clarita menghangat dan kupu-kupu si perutnya berterbangan. “Mas nanti malam kita pakai ini saja ya? Acaranya kan di tepi pantai, aku juga gak bisa kalau pakai baju terbuka, alergi dingin. Untung suami aku gak dingin,” canda Clarita seraya menatap sang Suami manja. “Sayangg,” ujar Byan salah tingkah, pria itu menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal itu. Matahari pun mulai bergeser, menyisakan langit berwarna jingga dengan suara hiruk pikuk mobil yang berlalu lalang. Clarita baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di kepalanya, sedangkan sang Suami masih berkutat di meja kerjanya yang bersebelahan dengan kamar tidur mereka, Byan sengaja mendesain ruang kerjanya di dalam kamar hanya dengan memberi sekat kaca yang membatasi antara kama

  • Ayah Untuk Anakku   Sebentar Saja

    “Perusahaan koleps, seluruh perusahaan besar menunda penanda tangannya MOU. Harga saham menurun drastis, beberapa vendor menagih pelunasan segera, kau ke mana saja?” ucap Mahen seraya membiarkan putranya membaca seluruh isi mapnya.“Kita bisa menangani ini sem –““Dengan cara apa? Sekarang saja perusahaan sudah tak ada kerja sama, oke masih ada tetapi itu hanya project remahan, kamu pikir itu bisa membayar semua tagihan? Belum lagi gaji pegawai. Seharusnya kamu memikirkan itu, kamu fokus membesarkan perusahaan ini bukan justru sibuk mengurus wanita dan anaknya yang penyakitan itu!”“Shut up, Pah! Apa papah tahu aku jadi seperti ini karena siapa? Karena anda! Anda yang selalu mengagalkan percintaanku anda yang selalu menghancurkan urusan hidupku sendiri. Kenapa? Karena anda terlalu ingin terlihat sempurna, padahal anda jauh lebih busuk daripada bangkai tikus.” Atma ber

  • Ayah Untuk Anakku   Bukan Barbie di Minimarket

    “Gak papa kok, ya sudah kita masuk lagi yuk? Kayanya sudah waktunya mulai lagi persidangannya.” Mereka pun mengangguk setuju dengan ucapan Byan. Mereka pun kembali berjalan beriringan memasuki ruang sidang, siang ini mereka akan mendengar keputusam hakim atas perbuatan Brahma bertahun-tahun lalu.“Mas,” lirih Clarita mencekal lengan Byan. Pria itu menoleh dan menatap teduh sang Istri. “Aku takut.”“Pasrahkan semua ke Allah, ya. Semua akan baik-baik saja.” Clarita menghela napas seraya mengeratkan genggamannya di tangan sang Suami.Hakim dan seluruh jajaran pun mulai memasuki ruangan, setelah itu Brahma selaku tersangka utama telah hadir kembali di ruang sidang. Setelah persidangan kembali dibuka Jaksa penuntut umum kembali membacakan dakwaannya.“Dengan ini, kami memutuskan untuk menjatuhkan hukuman kepada Brahma Wijaya dengan pasal tersebut selama 25 tahun kurungan.”Bola mata Clarita nyaris terlepas dari tempatnya kala mendengar putusan hakim kepada pria yang selama ini anggap sebag

  • Ayah Untuk Anakku   Meminta Imbalan

    “Kita hanya bisa berpasrah diri, Dan. Kita sudah berusaha menegakkan keadilan semoga semua sesuai dengan harapan kita ya.”Waktu seakan begitu cepat berlalu, hari-hari berlalu begitu cepat. Sejak persidangan pertama kemarin kehidupan Danila terasa begitu nikmat dan ringan. Ia masih bekerja di toko kue milik sang Kakak. Sedangkan hubungan asmaranya masih terjalin dengan baik. Bram tak pernah menuntut hubungan ranjang pria itu justru mengarahkan Danila menjadi wanita yang lebih elegant.Lain halnya dengan Atma, pria itu justru semakin gencar mendekati Hanna. Ia bahkan tak peduli dengan penolakan yang terus Hanna berikan padanya. Hanna adalah harapan terakhir untuknya mendapatkan warisan dari sang Nenek, ia pun tak menyerah untuk mendapatkan Hanna kembali.“Han, percayalah padaku. Aku tak hanya membutuhkan Bayu, sejujurnya aku masih menyimpan rasa padamu, tetapi aku terlalu malu untuk mengakuinya. Apa tida

  • Ayah Untuk Anakku   Pemeran Jahat

    “Katakan apa yang sedang kau rencanakan?” tanya Hanna dengan tatapan penuh selidik.“Begini, aku dituntut untuk memiliki seorang anak. Dan kamu butuh sumsumku bukan? Bagaimana jika kita bekerja sama? Aku akan mencukupi semua kebutuhanmu dan Bayu tetapi menikahlah denganku.”Hanna pun tersenyum miring. “Jadi benar ‘kan dugaanku? Kamu mengejarku dan berbuat baik padaku itu tidak tulus dari dalam hati, apa ini memang sifat aslimu?”“Ayolah, Han. Aku butuh kerja sama ini, agar aku bisa terlepas dari ayahku. Aku akan menghidupi kalian dengan baik, aku juga akan memperlakukanmu dengan baik. Aku hanya butuh Bayu dan status ini agar warisan nenekku bisa segera aku miliki.”“Kamu berubah, At! Ini bukan Atma yang aku kenal!” pekik Hanna seraya berjalan menjauhi pria itu.“Han aku berubah begini karenamu! Aku tak lagi p

  • Ayah Untuk Anakku   Apakah Masih Ingat?

    Tanpa mendengar ucapan karyawannya Clarita segera berjalan menuju tokonya. Ia menapaki setia anak tangga, samar-samar ia mendengar pertikaian dua orang wanita dan benar saja, ketika langkahnya tiba di lantai dua ia menemukan Danila tengah berdebat dengan seorang wanita paruh baya.“Danila tidak akan mau mencabut tuntutan Danila! Kalian berdua itu licik!” pekik Danila di depan wanita setengah baya. Dari posisinya berdiri Clarita tak dapat melihat dengan jelas siapa sosok yang tengah bertengkar dengannya.Langkah kaki Clarita semakin mendekat ke arah Danila, ia pun tiba di samping tubuh wanita yang menjadi lawan bicara adiknya itu. “Maaf ada apa ya?”“Clarita!” ujar wanita itu terkejut melihat sosok ayu Clarita berdiri di sampingnya. “Kau juga! Mengapa kau tidak tahu terima kasih? Suamiku mengurusmu sejak kecil! Jika tidak ada suamiku maka –“&ldquo

  • Ayah Untuk Anakku   Bercocok Tanam Terus

    “Kamu ngomong apa sih sayang? Tanpa diminta pun aku akan segera meminangmu. Aku tidak akan membuang kamu begitu saja. Sesuai janjiku padamu, dan juga kamu berhasil membuatku merasakan getaran yang sudah lama tak pernah aku rasakan lagi, bahkan kamu ada untukku di kala aku down kemarin. Kamu ingat ‘kan?” Danila pun mengangguk dan mengulas senyum. Ia lantas kembali melanjutkan aktivitas ranjangnya. Matahari semakin berani menampakkan dirinya, ia mulai menyinari langit kota Semarang menjadi teman warga di sana memulai aktivitasnya. Ada yang berangkat ke sekolah, ada yang berangkat bekerja, ada juga yang berangkat bergosip. Dua insan yang baru saja berubah status percintaannya masih asyik bergelung di dalam selimut tebal dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. Selepas shubuh tadi mereka memang kembali mengulang kegiatannya hingga tertidur karena kelelahan. Ketukan dan suara tangis bayi membangunkan keduanya. Clarita mengerjapkan kedua matanya, ia lantas bangkit dari tidurnya dan memilih

  • Ayah Untuk Anakku   Maaf Kebangun?

    “Ini semua adalah dosa yang harus aku tanggung! Tetapi kenapa harus Bayu? Aku … aku tidak bisa hidup tanpanya.”Kening Atma semakin berkerut, ia semakin bingung dengan ucapan Hanna, wanita itu seolah membuat teka-teki untuknya. “Seharusnya malam itu aku tidak melakukan perbuatan dosa, dan berakhir seperti ini. Ke mana aku harus mencari pendonor yang cocok?”“Donor?”Saat Hanna akan menjelaskan ucapannya, pintu UGD terbuka menampilkan sosok wanita setengah baya dengan jas putih yang melekat di tubuhnya. “Dengan keluarga pasien?”“Saya ibunya, Dok!” Hanna berjalan cepat mendekati dokter itu.“Begini bu, kondisi adik Bayu semakin mengkhawatirkan. Kita harus segera menemukan pendonor tulang sumsum belakang untuk keselamatan putra Ibu. Karena kelainan darah bawaan yang Bayu idap sudah di tahap mengkhawatirkan. Saya berharap ibu bisa segera menemukan pendonor yang tepat, untuk saat ini kami hanya bisa memberikan transfusi darah namun itu tidak bisa kita lakukan terus menerus.”Mendengar per

DMCA.com Protection Status