Daniel sedikit tercengang.Dia berjalan mendekat. Dia meletakkan handuk di perut Julian, kemudian duduk di tepi tempat tidur.Dia memeriksa kain kasa di kening Yasmin.Tadi pagi dia sudah bertanya pada Helen kalau kepala Yasmin tertekan saat tidur itu bukan masalah. Ketika Yasmin koma, lukanya sudah pulih. Selama kepalanya tidak sakit saat tertekan, itu tidak apa-apa.Yasmin yang sedang tidur mendadak membuka matanya.Sepertinya dia merasakan ada yang sedang duduk di tepi tempat tidur, tapi dia tidak melihatnya.Di tempat tidur hanya ada anak-anak.Yasmin melihat wajah-wajah mungil itu, kemudian dia mencubit pipi mereka.Anak-anak tidur sangat nyenyak. Julian bahkan mengorok.Yasmin menatap mereka sambil tersenyum.Hatinya sangat damai.Dia tidak menyangka dia akan cepat menikah dan mempunyai anak.Sebenarnya, tak peduli itu cepat atau lambat, yang penting dia bahagia.Hanya saja, dia tidak bisa mengingat detail hubungannya dengan Daniel. Yasmin selalu merasa ada yang kurang.Seolah-ol
"Kenapa bolaku nggak mengenai Julius?" tanya Daniel.Julian tercengang. Benar juga. Kenapa bolanya hanya mengenai dirinya?"Apa kamu pernah melihat orang dewasa bermain sepak bola di televisi?" tanya Daniel. "Ada pemain yang menggunakan kepala untuk menyundul bola, 'kan? Sekarang kamu hanya masih kecil. Kalau kamu sudah besar, kamu pasti bisa menyundul bola tadi."Mata Julian berbinar-binar. Sepertinya dia sudah paham."Cara serangmu sudah benar," puji Daniel.Pipi Julian langsung merona merah.Papa memujiku. Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan?"Tapi, kamu menangis hanya karena kamu terjatuh. Ini harus kamu ubah," peringati Daniel.Saat ini Julian ingin sekali air mata di matanya menghilang.Dia berkata dengan sedih, "La ... lain kali aku nggak akan menangis lagi ...."Daniel melihat ingus Julian yang mengalir keluar. Dia pun mengulurkan tangannya untuk membersihkannya. "Jorok."Yasmin menatap Daniel. Pria ini baik pada anak-anaknya.Sepertinya anak-anak sangat menyukai Papa.Yasm
Yasmin berdeham, lalu berkata, "Oh. Terima kasih.""Ini adalah kepercayaan Bu Yasmin kepadaku. Aku sangat senang," kata Joshua.Setelah itu, Yasmin juga berbicara dengan Mike dan asisten wanitanya.Karena ingatannya hilang, dia tidak dapat mengingat siapa yang salah. Dia akan bekerja baik-baik setelah dia sembuh dan tidak akan mengecewakan ayahnya.Meskipun dia sudah melupakan keluarganya, itu tidak membuatnya menjadi tidak bertanggung jawab.Setelah mereka meninggalkan perusahaan, Yasmin mengira mereka akan pulang ke rumah. Tak disangka, mereka malah pergi ke Grup Naga.Dari mereka memasuki pintu depan sampai kantor Daniel, Yasmin diam-diam terkejut.Setelah mereka berada di dalam kantor, Yasmin baru berkata, "Perusahaanmu sangat besar."Perusahaannya tidak bisa dibandingkan dengan Grup Naga.Ketika melihat ekspresi kaget Yasmin, Daniel berjalan ke depannya dengan mata gelap.Tubuh Daniel yang tinggi menutupi seluruh tubuh Yasmin dan tatapan mata Daniel seolah-olah bisa menembusnya.Y
Irene apa?Dia juga ingin bertanya.Awalnya dia adalah satu-satunya wanita yang Daniel peduli. Kenapa semua yang milik Irene menjadi milik Yasmin?Irene tidak mengerti sebenarnya cara apa yang digunakan Yasmin sehingga Daniel begitu terobsesi padanya!Dahlia bertanya pada Susan, "Apa ada yang lain? Beri tahu kami.""Masih ada satu lagi. Sepertinya Nona Yasmin menderita amnesia," kata Dahlia."Apa? Amnesia? Apa dia sedang berakting?" tanya Irene.Setelah kecelakaan mobil, Yasmin masih memiliki banyak trik?!"Itu benaran. Nona Yasmin nggak mengingat apa-apa," kata Susan."Kalau dia nggak mengingat apa-apa, kenapa Daniel mau dia menjadi Nyonya Guntur?" tanya Dahlia."Kami nggak tahu, tapi aku menyadari Tuan Daniel sangat baik pada Nona Yasmin. Dia memikirkan semua pakaian dan makanan di Taman Royal untuk Nona Yasmin dulu. Selain itu, semenjak Nona Yasmin pulang ke Taman Royal, Tuan Daniel nggak pernah pergi ke perusahaan. Dia selalu menemani Nona Yasmin di rumah. Hari ini mereka keluar ju
Yasmin memperhatikan kepalanya, tapi dia hanya bisa melihat kain kasa yang petak.Dengan begini, tidak ada yang bisa melihat bekas lukanya yang jelek ketika dia keluar.Daniel memeluk Yasmin dari belakang dengan erat, lalu berbisik di telinganya, "Puas?"Pipi Yasmin merona. "Ya. Setelah rambutku tumbuh, kita nggak usah menutupinya dengan kain kasa lagi."Jemari Daniel yang panjang meraih dagu Yasmin, lalu menariknya sehingga kain kasa di kepalanya tidak terlihat lagi.Yasmin menatap balik mata Daniel yang dalam.Ketika bibir itu mendekat, dia tidak menolak sama sekali.Bulu mata panjangnya gemetar sedikit dan matanya terbuka seperti kupu-kupu yang ketakutan.Dua tangannya mencengkeram piama Daniel. Dia ingin mendorong Daniel, tapi merasa itu tidak pantas. Yasmin seperti gadis yang tidak memahami dunia dan napas diambil oleh iblis.Saat dia dilepaskan, dia menyandarkan tubuhnya yang lemas ke pelukan Daniel.Wajahnya merah, matanya berair. Yasmin tampak sangat suci.Daniel menggendongnya
Bagaimana mungkin Daniel puas dengan begitu saja? Dia baru mendekatkan bibirnya dan hendak mencium.Sebelum bibir mereka bisa bersentuhan, ada yang menggedor pintu."Papa, Mama! Apa kalian sudah bangun? Sudah siang sekali!""Kami ingin masuk!""Kami sudah mengambil sarapan!"Setelah Yasmin dicium, dia baru boleh turun dari pangkuan Daniel. Ujung telinga Yasmin memerah.Daniel turun dari tempat tidur, lalu melirik Yasmin sekilas sebelum pergi membuka pintu.Setelah dia membuka pintu, anak-anak sedang berdiri di luar pintu dan mendongak. Mulut mereka terbuka dan tampak sangat menggemaskan.Terutama Julius sedang memegang piring yang berisi sarapan.Satu porsi saja tentu tidak cukup. Yang lainnya dibawa oleh para pembantu yang berdiri di belakang.Susan menundukkan kepalanya dan tidak berani melihat pria di dalam kamar itu."Papa, kami membawa makanan untukmu dan Mama," ucap Julia."Masuk," ucap Daniel.Anak-anak bergegas masuk dengan riang.Julius menyodorkan piring di tangannya ke depan
Apa ke depannya akan terjadi perubahan?Ekspresi Daniel terlihat datar. Dia tidak merasakan apa-apa terhadap kejadian beberapa hari ini.Dia hanya berkata, "Lanjut mengawasinya.""Baik. Kami selalu mengawasinya," ucap Eric.Pagi hari, Yasmin bermain bersama anak-anak. Anak-anak juga bertanya kapan dia dan Daniel pergi berkencan. Jelas kalau mereka sering berkencan dulu.Hanya saja, dia tidak mengingat apa-apa. Dia membayangkan dengan mengandalkan apa orang-orang di sekitar memberitahunya.Siang hari, Daniel meneleponnya untuk bertanya apa dia sudah makan dan apa dia merasa tidak enak badan. Setelah pekerjaannya selesai, dia akan pulang.Sebenarnya, beberapa hari pertama Yasmin bergantung pada Daniel karena dia merasa gugup dengan dunia asing ini.Sekarang seminggu sudah berlalu. Yasmin sudah terbiasa dan merasa tenang.Ada anak-anak menemaninya, jadi dia berkata pada Daniel tidak perlu mengkhawatirkannya dan bekerja saja.Setelah mematikan telepon, seulas senyuman manis tersungging di
"Mungkin dia menyimpannya," kata Yasmin."Menyimpannya? Kalian memang belum menikah dan aku paling tahu itu." Irene berkata, "Orang yang tinggal di sini sebelumnya adalah aku."Yasmin melihat Irene dengan terkejut, lalu dia makin tidak mengerti."Dulu aku adalah tunangannya Daniel. Karena aku bertengkar dengan Daniel, dia menjadi makin marah. Dia selalu melakukan hal yang nggak bisa kupahami. Misalnya, dia memberitahumu kalau kamu adalah Nyonya Guntur. Sepertinya dia melakukan itu untuk membuatku marah," ujar Irene dengan murung."Tapi, aku melahirkan anak-anaknya," bela Yasmin."Itu kecelakaan. Sebenarnya, asal mula semua masalah karena ibumu, Klara. Dia menikah dengan ayahnya Daniel, jadi Daniel membencimu. Lalu, entah bagaimana kalian bertemu di luar negeri. Setelah sesuatu terjadi di antara kalian, kamu kabur. Kamu juga nggak memberi tahu siapa-siapa kamu melahirkan anaknya. Terakhir Daniel baru tahu tentang keberadaan anak-anaknya. Tapi, saat itu kami sudah bertunangan ...."Yasmi