Yasmin memperhatikan kepalanya, tapi dia hanya bisa melihat kain kasa yang petak.Dengan begini, tidak ada yang bisa melihat bekas lukanya yang jelek ketika dia keluar.Daniel memeluk Yasmin dari belakang dengan erat, lalu berbisik di telinganya, "Puas?"Pipi Yasmin merona. "Ya. Setelah rambutku tumbuh, kita nggak usah menutupinya dengan kain kasa lagi."Jemari Daniel yang panjang meraih dagu Yasmin, lalu menariknya sehingga kain kasa di kepalanya tidak terlihat lagi.Yasmin menatap balik mata Daniel yang dalam.Ketika bibir itu mendekat, dia tidak menolak sama sekali.Bulu mata panjangnya gemetar sedikit dan matanya terbuka seperti kupu-kupu yang ketakutan.Dua tangannya mencengkeram piama Daniel. Dia ingin mendorong Daniel, tapi merasa itu tidak pantas. Yasmin seperti gadis yang tidak memahami dunia dan napas diambil oleh iblis.Saat dia dilepaskan, dia menyandarkan tubuhnya yang lemas ke pelukan Daniel.Wajahnya merah, matanya berair. Yasmin tampak sangat suci.Daniel menggendongnya
Bagaimana mungkin Daniel puas dengan begitu saja? Dia baru mendekatkan bibirnya dan hendak mencium.Sebelum bibir mereka bisa bersentuhan, ada yang menggedor pintu."Papa, Mama! Apa kalian sudah bangun? Sudah siang sekali!""Kami ingin masuk!""Kami sudah mengambil sarapan!"Setelah Yasmin dicium, dia baru boleh turun dari pangkuan Daniel. Ujung telinga Yasmin memerah.Daniel turun dari tempat tidur, lalu melirik Yasmin sekilas sebelum pergi membuka pintu.Setelah dia membuka pintu, anak-anak sedang berdiri di luar pintu dan mendongak. Mulut mereka terbuka dan tampak sangat menggemaskan.Terutama Julius sedang memegang piring yang berisi sarapan.Satu porsi saja tentu tidak cukup. Yang lainnya dibawa oleh para pembantu yang berdiri di belakang.Susan menundukkan kepalanya dan tidak berani melihat pria di dalam kamar itu."Papa, kami membawa makanan untukmu dan Mama," ucap Julia."Masuk," ucap Daniel.Anak-anak bergegas masuk dengan riang.Julius menyodorkan piring di tangannya ke depan
Apa ke depannya akan terjadi perubahan?Ekspresi Daniel terlihat datar. Dia tidak merasakan apa-apa terhadap kejadian beberapa hari ini.Dia hanya berkata, "Lanjut mengawasinya.""Baik. Kami selalu mengawasinya," ucap Eric.Pagi hari, Yasmin bermain bersama anak-anak. Anak-anak juga bertanya kapan dia dan Daniel pergi berkencan. Jelas kalau mereka sering berkencan dulu.Hanya saja, dia tidak mengingat apa-apa. Dia membayangkan dengan mengandalkan apa orang-orang di sekitar memberitahunya.Siang hari, Daniel meneleponnya untuk bertanya apa dia sudah makan dan apa dia merasa tidak enak badan. Setelah pekerjaannya selesai, dia akan pulang.Sebenarnya, beberapa hari pertama Yasmin bergantung pada Daniel karena dia merasa gugup dengan dunia asing ini.Sekarang seminggu sudah berlalu. Yasmin sudah terbiasa dan merasa tenang.Ada anak-anak menemaninya, jadi dia berkata pada Daniel tidak perlu mengkhawatirkannya dan bekerja saja.Setelah mematikan telepon, seulas senyuman manis tersungging di
"Mungkin dia menyimpannya," kata Yasmin."Menyimpannya? Kalian memang belum menikah dan aku paling tahu itu." Irene berkata, "Orang yang tinggal di sini sebelumnya adalah aku."Yasmin melihat Irene dengan terkejut, lalu dia makin tidak mengerti."Dulu aku adalah tunangannya Daniel. Karena aku bertengkar dengan Daniel, dia menjadi makin marah. Dia selalu melakukan hal yang nggak bisa kupahami. Misalnya, dia memberitahumu kalau kamu adalah Nyonya Guntur. Sepertinya dia melakukan itu untuk membuatku marah," ujar Irene dengan murung."Tapi, aku melahirkan anak-anaknya," bela Yasmin."Itu kecelakaan. Sebenarnya, asal mula semua masalah karena ibumu, Klara. Dia menikah dengan ayahnya Daniel, jadi Daniel membencimu. Lalu, entah bagaimana kalian bertemu di luar negeri. Setelah sesuatu terjadi di antara kalian, kamu kabur. Kamu juga nggak memberi tahu siapa-siapa kamu melahirkan anaknya. Terakhir Daniel baru tahu tentang keberadaan anak-anaknya. Tapi, saat itu kami sudah bertunangan ...."Yasmi
"Dia bukan kakakmu. Setelah melakukan tes DNA, darahnya dan ayahmu nggak ada hubungan. Ibunya Irene berbohong," ujar Daniel."Dia bukan kakakku?""Kamu boleh melakukan tes DNA dengannya," kata Daniel.Yasmin percaya apa yang Daniel katakan ini. Bagaimanapun juga, hasil tes DNA dapat memastikannya.Hanya saja, ada hal yang lebih tidak dia pahami dan itu terasa sangat berat di hatinya."Kamu bilang ... kita sudah menikah. Kenapa aku nggak melihat foto pernikahan kita?""Kita nggak mengadakan resepsi pernikahan," kata Daniel."Kenapa?""Ikut aku." Daniel tidak menjawabnya, melainkan membawanya ke ruang kerja.Daniel duduk di kursi, kemudian mendudukkan Yasmin di pangkuannya. Lalu, dia membuka laptop di depannya.Yasmin melihat fotonya dan Daniel, serta anak-anak di laut.Di atas kapal pesiar mewah dan di dalam laut, mereka terlihat begitu bahagia.Terutama ketika Yasmin melihat wajahnya sendiri yang tersenyum dengan lembut.Ada satu foto lagi di mana dia berenang ke arah Daniel, kemudian
Yasmin berdiri di balik pagar pembatas sambil menikmati pemandangan. Seulas senyuman tersungging di bibirnya.Susan menghampirinya. "Nyonya tampak senang."Yasmin melirik Susan sekilas, lalu dia menganggukkan kepalanya. "Ternyata aku dan Daniel memiliki akta nikah. Aku sudah melihat semuanya."Setelah pekerjaan Susan selesai, dia pergi ke kamar pembantu untuk memberi Irene laporan.Irene sangat marah dan nyaris meledak. "Dia membeli itu untukku! Bagaimana dia bisa membuangnya?""Selain itu, tadi aku ada bertanya pada Nyonya Guntur. Ternyata dia dan Tuan Daniel memiliki akta nikah," ujar Susan."Nggak mungkin!""Menurutku, kalau itu palsu, Nyonya Guntur nggak akan berkata seperti itu," kata Susan.Irene langsung menutup telepon, kemudian dia mencari tahu menggunakan koneksinya.Hasil penyelidikannya membuat Irene hampir pingsan. Dia jatuh ke atas sofa dan hampir tidak bisa bernapas.Dahlia turun, lalu melihat kondisi putrinya. Dia buru-buru menghampiri Irene dan bertanya, "Apa yang terj
"Di sana!" Yasmin menunjuk pembatas tangga. "Sepertinya aku membawa anak-anak berdiri di sana untuk menunggumu pulang. Lalu ... lalu, mobilmu di sana dan kamu turun dari mobil. Setelah itu ... kamu menggendong Julia .... Kemudian, aku nggak mengingatnya lagi. Tapi, yang kukatakan benar, 'kan?"Ekspresi Daniel sudah tidak sedingin tadi. "Benar.""Aku rasa sebentar lagi ingatanku akan kembali." Yasmin menahan rasa malu, lalu mengecup bibir Daniel.Seakan-akan ada benda berat yang menekan hati Daniel dan itu membuatnya melamun sejenak.Ketika dia sadar, Yasmin sudah berlari jauh.Tatapan mata Daniel tampak rumit, kemudian dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Helen.Di ujung telepon, Helen berkata, "Itu tanda-tanda pemulihan ingatan."Aura Daniel menjadi menyeramkan. Dia tentu tidak ingin ingatan Yasmin kembali!Helen yang berada di ujung telepon bahkan bisa merasakan aura menakutkan Daniel, lalu dia berkata, "Sekarang Nona Yasmin adalah Nyonya Guntur. Dia sudah nggak memiliki alasan
Yasmin melihat tiga anak kecil menghitung berapa harga lima gelas dengan jari mereka yang pendek."Satu gelas 40 ribu. Dua gelas 80 ribu .... Lima gelas 200 ribu!" hitung Julian.Kemudian, Julia mengeluarkan uang dari tas kecilnya yang lucu. Dia bersikeras ingin menghitung duitnya dulu sebelum memberi 200 ribu kepada bos.Bos menerima uang tersebut, lalu menghitungnya. Itu pas 200 ribu. Dia terkejut karena kecerdasan anak kecil di depannya.Hanya saja, dia tidak berani menerima uang tersebut.Anak kecil berusia dua tahun ini membeli barang tanpa orang tua di samping mereka. Apa dia bisa menerima uang ini?Apa orang tua mereka tidak akan mengira dia sudah menipu anak kecil?"Anu .... Di mana orang tua kalian? Tanpa orang dewasa, aku segan menerima uang ini," kata bos."Apa uangnya kurang?" tanya Julian."Aku sudah menghitungnya dan itu pas 200 ribut," ucap Julia dengan kesal.Bagaimana kakaknya bisa meragukan kemampuan menghitungnya?"Bukan, bukan. Aku harus melihat orang tua kalian dul