"Mungkin dia menyimpannya," kata Yasmin."Menyimpannya? Kalian memang belum menikah dan aku paling tahu itu." Irene berkata, "Orang yang tinggal di sini sebelumnya adalah aku."Yasmin melihat Irene dengan terkejut, lalu dia makin tidak mengerti."Dulu aku adalah tunangannya Daniel. Karena aku bertengkar dengan Daniel, dia menjadi makin marah. Dia selalu melakukan hal yang nggak bisa kupahami. Misalnya, dia memberitahumu kalau kamu adalah Nyonya Guntur. Sepertinya dia melakukan itu untuk membuatku marah," ujar Irene dengan murung."Tapi, aku melahirkan anak-anaknya," bela Yasmin."Itu kecelakaan. Sebenarnya, asal mula semua masalah karena ibumu, Klara. Dia menikah dengan ayahnya Daniel, jadi Daniel membencimu. Lalu, entah bagaimana kalian bertemu di luar negeri. Setelah sesuatu terjadi di antara kalian, kamu kabur. Kamu juga nggak memberi tahu siapa-siapa kamu melahirkan anaknya. Terakhir Daniel baru tahu tentang keberadaan anak-anaknya. Tapi, saat itu kami sudah bertunangan ...."Yasmi
"Dia bukan kakakmu. Setelah melakukan tes DNA, darahnya dan ayahmu nggak ada hubungan. Ibunya Irene berbohong," ujar Daniel."Dia bukan kakakku?""Kamu boleh melakukan tes DNA dengannya," kata Daniel.Yasmin percaya apa yang Daniel katakan ini. Bagaimanapun juga, hasil tes DNA dapat memastikannya.Hanya saja, ada hal yang lebih tidak dia pahami dan itu terasa sangat berat di hatinya."Kamu bilang ... kita sudah menikah. Kenapa aku nggak melihat foto pernikahan kita?""Kita nggak mengadakan resepsi pernikahan," kata Daniel."Kenapa?""Ikut aku." Daniel tidak menjawabnya, melainkan membawanya ke ruang kerja.Daniel duduk di kursi, kemudian mendudukkan Yasmin di pangkuannya. Lalu, dia membuka laptop di depannya.Yasmin melihat fotonya dan Daniel, serta anak-anak di laut.Di atas kapal pesiar mewah dan di dalam laut, mereka terlihat begitu bahagia.Terutama ketika Yasmin melihat wajahnya sendiri yang tersenyum dengan lembut.Ada satu foto lagi di mana dia berenang ke arah Daniel, kemudian
Yasmin berdiri di balik pagar pembatas sambil menikmati pemandangan. Seulas senyuman tersungging di bibirnya.Susan menghampirinya. "Nyonya tampak senang."Yasmin melirik Susan sekilas, lalu dia menganggukkan kepalanya. "Ternyata aku dan Daniel memiliki akta nikah. Aku sudah melihat semuanya."Setelah pekerjaan Susan selesai, dia pergi ke kamar pembantu untuk memberi Irene laporan.Irene sangat marah dan nyaris meledak. "Dia membeli itu untukku! Bagaimana dia bisa membuangnya?""Selain itu, tadi aku ada bertanya pada Nyonya Guntur. Ternyata dia dan Tuan Daniel memiliki akta nikah," ujar Susan."Nggak mungkin!""Menurutku, kalau itu palsu, Nyonya Guntur nggak akan berkata seperti itu," kata Susan.Irene langsung menutup telepon, kemudian dia mencari tahu menggunakan koneksinya.Hasil penyelidikannya membuat Irene hampir pingsan. Dia jatuh ke atas sofa dan hampir tidak bisa bernapas.Dahlia turun, lalu melihat kondisi putrinya. Dia buru-buru menghampiri Irene dan bertanya, "Apa yang terj
"Di sana!" Yasmin menunjuk pembatas tangga. "Sepertinya aku membawa anak-anak berdiri di sana untuk menunggumu pulang. Lalu ... lalu, mobilmu di sana dan kamu turun dari mobil. Setelah itu ... kamu menggendong Julia .... Kemudian, aku nggak mengingatnya lagi. Tapi, yang kukatakan benar, 'kan?"Ekspresi Daniel sudah tidak sedingin tadi. "Benar.""Aku rasa sebentar lagi ingatanku akan kembali." Yasmin menahan rasa malu, lalu mengecup bibir Daniel.Seakan-akan ada benda berat yang menekan hati Daniel dan itu membuatnya melamun sejenak.Ketika dia sadar, Yasmin sudah berlari jauh.Tatapan mata Daniel tampak rumit, kemudian dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Helen.Di ujung telepon, Helen berkata, "Itu tanda-tanda pemulihan ingatan."Aura Daniel menjadi menyeramkan. Dia tentu tidak ingin ingatan Yasmin kembali!Helen yang berada di ujung telepon bahkan bisa merasakan aura menakutkan Daniel, lalu dia berkata, "Sekarang Nona Yasmin adalah Nyonya Guntur. Dia sudah nggak memiliki alasan
Yasmin melihat tiga anak kecil menghitung berapa harga lima gelas dengan jari mereka yang pendek."Satu gelas 40 ribu. Dua gelas 80 ribu .... Lima gelas 200 ribu!" hitung Julian.Kemudian, Julia mengeluarkan uang dari tas kecilnya yang lucu. Dia bersikeras ingin menghitung duitnya dulu sebelum memberi 200 ribu kepada bos.Bos menerima uang tersebut, lalu menghitungnya. Itu pas 200 ribu. Dia terkejut karena kecerdasan anak kecil di depannya.Hanya saja, dia tidak berani menerima uang tersebut.Anak kecil berusia dua tahun ini membeli barang tanpa orang tua di samping mereka. Apa dia bisa menerima uang ini?Apa orang tua mereka tidak akan mengira dia sudah menipu anak kecil?"Anu .... Di mana orang tua kalian? Tanpa orang dewasa, aku segan menerima uang ini," kata bos."Apa uangnya kurang?" tanya Julian."Aku sudah menghitungnya dan itu pas 200 ribut," ucap Julia dengan kesal.Bagaimana kakaknya bisa meragukan kemampuan menghitungnya?"Bukan, bukan. Aku harus melihat orang tua kalian dul
Namun, tampaknya si ayah bukan orang yang mudah didekati. Auranya kuat dan berat.Sosok si ayah yang tinggi membuat si ibu yang langsing terlihat mungil dan dia memiliki kecantikan yang luar biasa."Apa mereka berlima satu keluarga?""Pasti, lah! Lihat anak laki-laki seperti versi mini si ayah, sedangkan anak perempuan seperti versi mini si ibu. Kamu bisa langsung mengetahuinya.""Astaga. Apa aku sendiri bisa melahirkan anak yang begitu mirip denganku? Aku iri sekali ...."Beberapa wanita berkumpul dan hanya berani berbisik-bisik.Tak hanya itu, setelah Daniel dan keluarganya memasuki toko, suasana yang ramai menjadi lebih sunyi.Karena tidak ada yang berani berbicara terlalu keras setelah merasakan aura si pria.Bahkan ada yang langsung melarikan diri selesai membeli kue.Yang berani menetap dan diam-diam melihat mereka. Bagaimanapun juga, mereka benar-benar mencolok.Setelah mereka duduk, Yasmin dan anak-anak memesan beberapa kue. Lalu, Yasmin merasa mata semua orang masih tertuju pa
"Kalau begitu, kita pergi membeli baju dulu, baru kita pergi bermain. Bagaimana?" tanya Yasmin."Oke!" sahut ketiga anak itu dengan bahagia."Kamu nggak perlu menuruti mereka. Biasanya mereka juga berlari sendiri," kata Daniel."Itu nggak sama," ucap Yasmin."Ya, itu nggak sama!""Kami ingin bermain dengan Papa dan Mama!"Setelah menghabiskan 20 menit di toko kue, mereka pergi ke toko baju.Mereka mengunjungi toko anak-anak yang mewah.Yasmin membelikan baju untuk Julia, kemudian Julian dan Julius juga.Tidak ada yang ingin dibeli Yasmin. Lagi pula, dia tidak bisa memakai semua pakaian di rumah.Kemudian, mereka pergi bermain.Semuanya adalah dunia 3D, pantas saja anak-anak menyukainya.Bahkan Julia ikut berlari dengan kedua kakaknya.Yasmin sedikit khawatir. "Julian ....""Nggak apa-apa," ucap Daniel.Yasmin melihat pengawal menghampiri anak-anak, jadi dia tidak mengejar lagi."Aku akan pergi membeli koin." Daniel berkata, "Kamu menungguku di sini.""Ya."Yasmin berdiri di samping dan
Anak-anak mencari seluruh tempat hiburan arkade."Mama? Di mana Mama?"Pengawal berkata, "Tuan Daniel sudah membawa pergi Nyonya Guntur.""Aku sudah tahu Papa pasti membawa pergi Mama! Menyebalkan!" Julian mengentakkan kakinya dengan kesal.Di mobil, Yasmin melihat pemandangan jalanan yang indah di luar jendela, lalu bertanya, "Kita mau pergi ke mana? Apa nggak apa-apa kita meninggalkan anak-anak?" Nadanya terdengar tidak yakin."Ada pengawal." Daniel tidak menjawab ke mana mereka pergi.Sepuluh menit kemudian, mobil berhenti.Yasmin turun dari mobil, lalu dia melihat toko jam tangan di depannya.Dia tidak mengingat mereka apa ini, tapi dia tahu kalau ini adalah merek papan atas.Ada kesan mewah yang mengagumkan sejak dia masuk.Sepertinya yang menyambut mereka adalah pemilik toko. Dia pasti dari kalangan kelas atas karena dia bisa membuka toko merek papan atas seperti ini. Hanya saja, dia tetap membungkukkan pinggangnya saat berhadapan dengan Daniel.Mereka memasuki ruangan VIP. Teh d
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan