Sebenarnya, selama Yasmin bersikap keras kepala, Daniel juga tidak berani benar-benar melakukan sesuatu padanya.Bagaimanapun juga, masih ada anak-anak.Yasmin tidak bisa fokus pada pekerjaannya di kantor.Isi kepalanya kosong.Ketika dia sadar, hari sudah siang.Dia tidak punya selera makan, jadi dia membuka pintu kantor dan keluar."Bu Yasmin, apa kamu mau pergi makan?" tanya Mike.Yasmin seolah-olah tidak mendengar Mike dan langsung melewatinya.Mike merasa ada yang aneh dengan Yasmin. Apa itu ada hubungannya dengan kematian Kristin?Yasmin naik mobil ke kuburan.Dia berlutut di depan makam Andy dan Klara sambil menangis terisak-isak.Dia tiba-tiba tidak punya alasan untuk hidup.Entah kenapa, pikiran itu sangat kuat.Dia tidak bisa melakukan apa pun dengan baik dan tidak bisa menjaga anaknya. Semua orang tuanya sudah meninggal. Pembunuh ada di depan mata, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.Apa dia hidup masih berarti?"Ayah, Ibu, beri tahu aku ... bagaimana aku bisa hidup?" Yas
Raymond memasak lauk untuk dua orang. Dia khawatir Yasmin kelaparan karena menunggu kelamaan.Saat dia berjalan keluar dari dapur, dia melihat Yasmin sedang melamun di sofa.Apa dari tadi Yasmin seperti itu?"Yasmin?"Yasmin mendongak. Tatapan matanya tampak linglung."Ayo makan."Yasmin menoleh ke meja makan."Ayo." Raymond menarik pergelangan tangan Yasmin menuju ke meja makan. Lalu, dia mendudukkan Yasmin di kursi."Sebenarnya, aku nggak lapar ..." kata Yasmin."Meskipun begitu, kamu harus makan sedikit." Raymond menyendokkan lauk ke piring Yasmin."Terima kasih.""Ngapain segan denganku?" balas Raymond.Yasmin menundukkan kepalanya dan makan. Dia tidak berbicara lagi.Melihat Yasmin diam saja, Raymond juga ikut makan.Agar suasana hati Yasmin membaik, Raymond memecahkan keheningan dengan berkata, "Apa kamu tahu? Beberapa hari yang lalu Winnie mengungkitmu. Dia bilang kalian sudah lama nggak bertemu dan bertanya kapan kamu punya waktu untuk makan bersama. Dia akan mentraktirmu.""Wi
Raymond hanya bisa melihat Yasmin dibawa pergi. Kemudian, dia menendang tutup pintu dengan emosi.Bagaimana dia baru bisa menyelamatkan Yasmin?Yasmin tampak sangat tak berdaya ....Mobil Rolls Royce menuju ke apartemen Naomi.Yasmin didorong masuk ke dalam rumah. Kemudian, dia berdiri dengan kaku dan sekujur tubuhnya tegang.Dia seolah-olah sedang bersiap untuk menyambut siksaan yang akan datang.Tubuh Daniel yang tinggi berdiri di hadapannya. Bayangannya menelan sekujur tubuh Yasmin dan dia terlihat seperti iblis."Siapa yang menyuruhmu ke sana? Kalau aku nggak pergi ke sana, apa kamu akan menginap di rumahnya, hm?" Napas Daniel menjadi kasar.Dia seakan-akan sudah bersabar selama perjalanan dan baru bisa meledak sekarang."Kami hanya makan bersama ..." ucap Yasmin dengan kepala ditunduk."Apa aku menyetujuimu makan bersama Raymond?" Daniel mencengkeram rahang Yasmin, lalu mengangkatnya. Yasmin menatap lurus mata Daniel yang mengerikan. "Apa kamu nggak tahu aku akan marah? Kenapa kam
Selesai telepon, Daniel menarik Yasmin ke kamar mandi. Dia mengisi air bak mandi, kemudian mendudukkan Yasmin di dalam dengan lengannya yang terluka diletakkan di pinggir bak.Daniel memandikan Yasmin sendiri.Yasmin juga tidak menolak.Ini yang diinginkan Daniel, tapi dia merasa ada yang kurang.Dia mengangkat dagu Yasmin, lalu bertanya, "Apa yang sedang kamu pikirkan?""Apa aku boleh mandi sendiri?" Suara Yasmin sangat kecil."Apa yang belum aku lihat?" Mata Daniel tertuju pada cupang di bahu Yasmin, kemudian dia mengusapnya dengan kasar.Bahu Yasmin menghindar sedikit.Dia seolah-olah kesakitan."Kenapa warna ini makin gelap?" tanya Daniel dengan nada yang sangat dingin.Bahkan Yasmin merasa air bak mandi menjadi dingin.Yasmin tahu itu karena ulah Martin di kantor.Akan tetapi, dia tidak berani mengatakannya. Bagaimana ini?Dia sudah mulai gelisah ....Saat ini, bel pintu berbunyi dan memecahkan suasana yang mengerikan ini.Yasmin tidak menyangka Helen akan datang, tapi dia tetap b
Yasmin juga tidak mengerti kenapa dia muntah. Apa ini karena dia makan terlalu banyak pagi ini?Dia kembali ke kantor. Dia duduk di kursinya, kemudian mengeluarkan pisau pemotong kertas dari laci. Setelah itu, dia menyayat kulit lengannya ...."Ugh!" Yasmin menggigit bibirnya sambil menahan rasa sakit.Hanya dengan begini, hatinya baru bisa merasa sedikit nyaman.Ponsel di mejanya berdering. Yasmin melihat itu telepon dari Raymond.Dia mengangkatnya. "Halo.""Yasmin, apa kamu baik-baik saja?""Aku sedang di perusahaan dan baik-baik saja. Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku.""Aku nggak mungkin nggak khawatir ketika kamu dibawa pergi seperti itu." Raymond tidak berkata kalau dia tidak tidur semalam."Pak Raymond, nanti meskipun aku mati, kamu jangan terlalu sedih," ucap Yasmin."Apa katamu?" Raymond mengerutkan alisnya. "Kata-kata seperti itu nggak baik. Jangan sembarangan bicara.""Apa Pak Raymond percaya pada takhayul? Semua manusia pasti akan mati.""Kamu masih sangat muda. Terlalu aw
Tatapan mata Yasmin yang tak kenal takut itu membuat Daniel makin marah.Seolah-olah Yasmin akan menerima semua yang dia lakukan.Daniel ingin melihat Yasmin ketakutan seperti dulu. Reaksi itu lebih baik daripada tidak ada reaksi apa pun.Daniel mendekatkan bibirnya ke bibir Yasmin. "Mohon padaku dan aku akan melepaskanmu."Yasmin tidak memohon. Mulutnya bahkan tidak terbuka. Dia hanya melihat Daniel dengan tatapan kosong."Apa mulutmu lebih keras daripada punyaku?" Daniel pun mencium bibir Yasmin dengan kuat.Sebenarnya, dia sedang menunggu Yasmin memohon meskipun itu hanya satu kata.Sayangnya, Yasmin tidak pernah memohon.Daniel pun tidak memelankan gerakannya.Pengawal berjaga di luar pintu kantor, jadi tidak ada yang berani masuk.Satu jam kemudian, ponsel di kantong pengawal bergetar. Dia mengangkat telepon, kemudian dia mendengar Daniel berkata dengan nada malas, "Belikan makanan.""Baik."Setelah Daniel melempar ponselnya, dia memeluk Yasmin. Dia sangat puas karena Yasmin sanga
Yasmin tidak boleh seperti ini. Ini perusahaan ayahnya. Ini kerja keras ayahnya ....Seseorang membuka pintu kantor tanpa persetujuannya.Yasmin mengira itu Daniel lagi.Saat dia mendongak, dia malah melihat Irene yang bertampang sombong.Dia memakai kacamata hitam dan masker.Bagaimanapun juga, bekas di luka wajahnya tidak mungkin bisa sembuh dengan cepat."Kamu masih di perusahaan? Aku kira kamu sudah dibunuh Daniel. Kamu sungguh pantang menyerah. Tapi, itu nggak baik karena kamu mudah menyebabkan orang mati." Begitu Irene masuk, kata-kata jahat keluar dari mulutnya. Dia berjalan ke depan meja kantor, lalu duduk di kursi. Dia melepaskan kacamata hitamnya, kemudian menatap mata Yasmin. "Tapi, kamu terlihat lemas. Apa kamu disiksa beberapa hari ini?"Yasmin tidak berkata apa-apa. Dia menelepon satpam. "Datang ke kantorku."Irene bertanya, "Siapa yang kamu telepon? Apa kamu mencari bantuan?""Kamu benar-benar berani. Berani-beraninya kamu muncul di depanku," kata Yasmin."Kenapa aku ngg
Yasmin tidak menyangka anak-anak akan datang. Dia tercengang ketika melihat anak-anak di kakinya.Dia tidak disambut dengan bahaya seperti sebelumnya, tapi dia malah mendapat kejutan.Dia mengingat luka di lengannya, kemudian dia bahkan tidak berani mengulurkan tangannya ...."Mama, kami datang untuk menjemputmu pulang.""Kami juga membawa kue untuk Mama.""Apa Mama senang?"Yasmin menganggukkan kepalanya. "Senang ...."Jelas kalau tiga anak kecil itu jauh lebih senang daripada Yasmin. Mereka memanjat ke pangkuan Yasmin, lalu bokong mereka melompat-lompat.Daniel memasuki kantor. "Apa kita sudah boleh pergi?"Yasmin berdiri. Dia membawa anak-anak keluar sambil memegang kue.Ini adalah niat baik anak-anak.Setiap kali anak-anak datang, mereka akan memberinya kue.Kali ini ketika dia memakannya di mobil, dia merasa kuenya pahit.Saat dia menelannya, dia malah merasa air matanya ingin keluar.Dia menahannya.Tiba-tiba dia tidak tahu bagaimana menghadapi anak-anak.Mereka sangat indah, pol