"Apa yang dikatakan ayahmu tentang dia melihat wanita lain itu benar? Apa dia nggak mungkin berbohong?" Setelah Yasmin bertanya, dia pergi dengan cuek.Ekspresi Daniel menjadi tegang dan dia mematung di tempat.Di dalam mobil, Lauren bisa merasakan suasana yang amat berat. Cahaya pun menjadi redup.Sekujur tubuh Evan menyebarkan aura yang menyeramkan. Mata seperti monster itu melirik ke arah Lauren yang membuatnya panik. "Ada apa? Aku nggak salah bicara, 'kan?""Kalau bukan karena kamu, seharusnya putraku sudah berumur 5 tahun, 'kan?" tanya Evan dengan sinis.Jantung Lauren berdetak dengan cepat. Dia mengepalkan tangannya dengan gelisah.Dia baru mengerti alasan Evan menyebarkan aura yang begitu menyeramkan ....Yasmin membawa anak-anak ke kuburan.Yasmin dan anak-anak berlutut di depan batu nisan.Para pekerja menggali makam Andy, kemudian mereka memasukkan abu guci Klara ke dalam bersama abu guci Andy. Setelah itu, mereka mengubur kembali makamnya.Yasmin menutup mulutnya. Dia takut
Sebelum Yasmin bisa mengatakan apa-apa, Julian berkata, "Mama pasti kangen! Beberapa hari ini kami juga kangen pada Mama karena nggak melihat Mama.""Mama, kami akan tidur bersamamu malam ini," kata Julius.Yasmin mengusap kepala Julius dan menjawab, "Oke ....""Papa juga akan menemani Mama," kata Julia.Yasmin tidak pergi melihat Daniel karena dia merasa enggan.Dia belum bisa berterus terang di hadapan anak-anak yang polos. Yasmin hanya bisa berkata, "Papa sibuk. Kalian saja yang menemani Mama."Ketiga anak itu menatap Yasmin dengan mata besar mereka, kemudian mereka menoleh ke Daniel. Mereka bisa merasa Papa tidak senang."Apa Mama nggak suka Papa?" tanya Julia.Bagaimana Yasmin menjawab pertanyaan itu? Tentu saja dia tidak suka! Terlebih lagi, Daniel juga tidak menyukainya.Namun, kalau dia berkata seperti itu, anak-anak akan kecewa ....Daniel menatap Yasmin dengan tajam.Yasmin hanya bisa berkata, "Papa sangat sibuk, sayang."Suasana berat di dalam mobil membuatnya merasa tidak n
Tirai di sebelah terbuka. Yasmin menoleh, lalu dia menyadari ternyata itu Daniel.Dia langsung merasa gelisah.Anak-anak bukan hanya milik Yasmin seorang. Lebih tepatnya, Daniel barulah orang yang memilik hak asuh anak-anak."Sebentar lagi selesai. Julian sungguh berani." Helen berbicara dengan Julian sambil menjahit lukanya agar fokus Julian teralihkan.Tangannya bergerak dengan sangat cepat.Beberapa menit kemudian, Helen sudah selesai menjahit luka Julian."Selesai. Aku menaruh obat dulu, ya. Setelah itu, kamu sudah boleh pulang." Helen mengoleskan obat anti inflamasi, lalu menempelkan kain kasa di luka Julian.Setelah semuanya selesai, Helen keluar."Papa ...." Mata Julian berkaca-kaca dan dia terlihat sangat sedih.Yasmin menjelaskan dengan rasa bersalah, "Dia menabrak kursi di perusahaan. Aku sedang bekerja. Aku nggak menyangka ini akan terjadi ....""Kemari." Daniel menggendong Julian. Julian duduk di lengan papanya. "Papa sudah bilang padamu berulang kali, jangan berlari sembar
Yasmin seolah-olah takut akan menyakiti anak-anak kalau dia mendekat sedikit.Begitu pikiran ini muncul, ia seperti kuda liar yang tidak bisa dikendalikan.Anak-anak tidak mungkin bisa memahami perasaannya. Namun, sebagai ibu yang menyayangi anak-anaknya, Yasmin tidak boleh menganggap remeh ....Setelah mobil tiba di depan gedung perusahaan, Yasmin turun.Anak-anak terlihat enggan. "Aku juga ingin pergi ke perusahaan Mama.""Kalau nggak boleh ke perusahaan, kami bisa pergi ke rumah Mama.""Kami akan jadi anak baik."Yasmin tidak tega, tapi dia memaksakan diri untuk berkata, "Nggak boleh. Setelah kepala Julian sembuh, kalian baru boleh datang ke tempat Mama. Jangan nakal, ya."Setelah itu, tanpa melihat Daniel, dia langsung pergi.Yasmin berjalan dengan sangat cepat dan punggungnya terlihat tegang.Setelah dia masuk ke dalam lift dan tidak ada yang bisa melihatnya, dia baru bersandar ke dinding lift dengan lemas.Dia sedang berpikir ini hanya sebuah kebetulan, 'kan? Apa dia benar-benar
Yasmin menelepon Kristin, tapi tidak diangkat.Kepalanya sudah mau meledak.Bagaimana itu bisa Kristin? Siapa yang menanam Kristin di sisinya? Ternyata orang jahat berada di dekatnya?!Maka itu, dia segera menelepon Daniel. "Orang yang meracuni ayahku mungkin sekretarisku, Kristin!""Iya, aku barusan tahu. Kristin Rusli pernah pergi ke toko obat tradisional untuk membeli kantaridin. Di mana dia?""Aku dan dia datang ke rumah sakit untuk membahas sesuatu dengan penanggung jawab, kemudian kami berpapasan dengan rekan lamaku dari RS Jelita. Dia mengenali Kristin karena Kristin membuang tahi lalat di rumah sakitnya. Sekarang Kristin sudah menghilang karena dia merasa bersalah." Yasmin bertanya dengan gelisah, "Seharusnya kamu bisa menangkapnya, 'kan?""Bisa."Yasmin merasa lega ketika dia mendengar nada Daniel yang sangat percaya diri.Namun, setelah Yasmin naik mobil, dia tetap bisa tenang. Dia menelepon Mike untuk meminta alamat rumah Kristin. Lalu, Yasmin menyuruh sopir mengantarnya ke
Kata-kata Irene terdengar masuk akal.Selain itu, menurut Yasmin, seorang putri tidak mungkin bisa membunuh ayahnya sendiri.Namun, kenapa kebetulan sekali Kristin mempunyai hubungan dengan Irene?Jangan-jangan ada orang lain di balik layar?Tidak ada bukti kalau Irene yang membunuh Kristin dan Irene juga tidak ada di tempat kejadian perkara saat Kristin meninggal. Dia berada di studio.Banyak orang di studio bisa menjadi saksi Irene.Petunjuk Kristin pun hilang.Dokter forensik berkata senjata pembunuh yang membuat luka fatal pada kepala Kristin perlu ditemukan. Di tempat kejadian perkara juga tidak ditemukan sidik jari orang lain.Setelah Yasmin bekerja sama dengan penyelidikan polisi, dia turun ke bawah dan hendak pergi.Dia baru saja ingin naik mobil, tapi kemudian Irene menghampirinya. "Dengar-dengar Julian terluka? Kamu baru saja menyebabkan kematian ibumu, apa sekarang giliran anak-anakmu? Kita nggak bisa nggak memercayainya, 'kan?"Yasmin menggenggam pintu mobil dengan erat seh
Martin yang sudah pulang ke Kota Imperial mendapat kabar tentang kematian Klara. Maka itu, dia pergi ke kuburan untuk melihatnya.Dia juga berpapasan dengan Jason, tapi dia berpura-pura tidak melihatnya.Dia percaya polisi pasti sudah menanyakan semuanya.Martin datang ke sini juga cuman untuk menguji keberuntungannya.Dia tidak menemukan ada yang aneh setelah berkeliling, jadi dia pergi.Dia pulang ke rumah, lalu menelepon Rachel.Ketika Rachel tiba, Martin sedang duduk di sofa sambil minum alkohol."Kapan kamu pulang? Apa pekerjaanmu sudah selesai?" Rachel duduk di sofa yang lain."Ketika helikopter Yasmin jatuh, apa kamu berada di Kota Cantem?" Martin menatapnya dengan tajam."Helikopter?" Rachel terkejut, tapi dia tidak menunjukkannya. Dia berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku nggak pergi ke mana-mana. Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh menyelidiki jadwalku. Selain itu, selama kamu nggak ada di sini beberapa hari ini, aku menemukan ada yang sangat aneh dengan kematian Klara.""
Sekarang Yasmin sangat mengenal suara langkah kaki Daniel dan suara mobil Rolls Royce.Kemudian, dia melihat orang yang masuk ternyata Martin."Kenapa kamu melamun?" Martin duduk di sofa dengan percaya. Dia melihat Yasmin dan berkata, "Kamu sudah sangat kurus."Walaupun Yasmin tidak mengatakannya, dia yakin Martin sudah tahu tentang kematian ibunya."Jaga kesehatanmu. Tante paling mengkhawatirkanmu," kata Martin.Yasmin menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan rasa sakit di sorot matanya."Kini prioritas utama adalah menemukan pembunuhnya." Martin menatap wajah Yasmin yang pucat dan bertanya, "Apa ada orang yang mencurigakan?"Yasmin mengacak rambutnya dengan bingung. "Aku mencurigai Irene, tapi itu sedikit nggak mungkin .... Dia juga putrinya Ayah ....""Apa kamu yakin?"Yasmin tercengang, lalu dia mengangkat kepalanya. Dia tidak memahami maksud tersirat dalam ucapan Martin. "Apa maksudmu?"Martin tidak mengatakan apa-apa, melainkan meletakkan hasil tes DNA di sebelah kaki Yasmin.Y
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati
Sayangnya, Lauren mengkhianati Gilbert.Sekarang Evan bisa mengabaikan semuanya karena anaknya.Layar ponselnya yang diletakkan di meja samping tempat tidur menyala. Ia bahkan tidak bergetar sedikit pun.Evan mengambil ponselnya. Ketika dia melihat siapa yang meneleponnya, dia keluar dari kamar."Datang ke sini untuk makan malam," kata Juan dari ujung telepon.Evan mematikan telepon. Dia tahu kalau ini bukan "makan malam" yang sederhana.Sebelum dia keluar, dia memesankan pembantu untuk mengawasi Lauren dengan baik. Kalau terjadi apa-apa pada Lauren, mereka akan mati.Para pembantu tentu harus bekerja keras.Mobil Bentley hitam berhenti di depan pintu rumah utama. Pengurus rumah melangkah maju untuk membukakan pintu.Dia berkata dengan hormat, "Tuan Muda sudah kembali. Tuan Besar sedang di ruang kerja.Setelah Evan masuk ke ruang kerja, dia melemparkan jasnya di atas sofa sebelum duduk. "Ada apa kamu mencariku?""Apa aku nggak boleh mencarimu kalau nggak ada apa-apa?" Juan mengambil te
Selama Evan memikirkannya, dia akan membawanya ke rumah. Dia seperti sedang memenuhi tanggung jawabnya sebagai "ayah" dengan serius.Evan mempunyai rapat sore ini, jadi dia pergi ke Grup Samson.Kebetulan James mencari Evan karena ada urusan pekerjaan. Dia menjepit dokumen di bawah ketiaknya sambil berjalan dengan santai.Dia baru ingin mengetuk pintu ketika Ricky datang. "Tuan James, Tuan Evan sudah keluar.""Kemarin aku datang, kamu juga bilang dia sudah keluar. Sepertinya Tuan Evan sangat sibuk akhir-akhir ini?" James mengerutkan alisnya.Ricky hanya menjawab, "Iya, dia agak sibuk."James mengangkat alisnya, lalu pergi.Dia baru saja memasuki kantornya, lalu dia melihat ada seorang wanita sedang duduk di sofanya. "Ada angin apa tiba-tiba Nona Sofia datang ke sini?""Aku ini kakakmu. Kurang ajar sekali," tegur Sofia."Aku sangat sibuk. Aku nggak punya waktu menemanimu minum teh." James duduk di sofa, kemudian kedua kakinya yang panjang mengenai meja kopi.Sofia merasa jijik dengan si
"Jangan terlalu banyak berpikir. Serahkan semuanya kepadaku. Aku akan mengaturnya." Evan mendekat untuk menggendong Lauren."Aku bisa jalan sendiri," tolak Lauren.Setelah mereka turun, mobil di luar sudah menunggu.Lauren menggendong Miumiu dan ingin pergi mengambil makanannya, tapi Evan menyuruh pembantu yang melakukannya.Setelah mengambil makanan anjing, mereka naik mobil.Rumahnya berbentuk vila dan tidak jauh dari pusat kota. Ia mempunyai pemandangan yang indah serta halaman yang asri. Tempat ini cocok menjadi tempat istirahat orang.Lauren keluar dari mobil, kemudian melihat sekeliling rumah tersebut.Evan berkata, "Rumah ini penuh dengan orangku. Tempat ini termasuk kawasan perkotaan, tapi lingkungannya tenang dan suhunya normal sepanjang tahun. Aku cuman mengatur dua pembantu dan mereka bukan orang sembarangan."Dua pembantu berdiri di depan pintu dan menunggu dengan sopan.Lauren bertanya, "Kamu ingin mengurungku di sini?""Apa kamu nggak suka tinggal di sini? Kamu ingin ting
Ketika saatnya makan siang, Evan secara pribadi mengantar makanan.Lauren masih memeluk Miumiu dan bersandar di papan tempat tidur dengan pasrah."Makanlah." Evan duduk di tepi tempat tidur.Lauren tidak menjawab, seolah-olah dia tidak mendengar Evan. Pupilnya bahkan tidak bergerak sedikit."Lauren, aku sudah bilang aku akan berubah setelah anak kita lahir. Apa begitu pun belum cukup?" tanya Evan.Lauren masih bergeming."Selesai makan, aku akan membawamu pergi dari sini. Aku akan membawamu ke rumahku yang lebih tersembunyi dan melindungimu sampai anak kita lahir," ujar Evan.Melihat Lauren tidak bereaksi, Evan langsung mencekik leher Miumiu, lalu mengangkatnya.Miumiu terkejut dan menggonggong."Ngapain kamu?" Akhirnya Lauren bereaksi dan ingin pergi merebut Miumiu. "Kembalikan Miumiu!"Evan menghalangi Lauren dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang lain mencekik Miumiu. Anjing ini sangat kecil dan lemah. Selama Evan mengepalkan tangannya, dia bisa mencekiknya sampai mati."Makan
Evan mendekat dan memegang bahu Lauren. Mereka saling bertatapan mata, lalu Evan berkata, "Lauren, ini anak kita. Aku harus mempunyai anak ini. Kalau kamu berani menggugurkannya, aku akan membunuh Yasmin!""A ... apa katamu?" Lauren menatap Evan dengan terkejut. "Yasmin itu ... keponakanmu. Bagaimana kamu bisa ....""Menurutmu, apa aku peduli?"Lauren menatap Evan yang sinting ini dan terdiam.Setelah itu, dia ditarik keluar dari toilet oleh Evan.Mereka pergi ke rumah sakit. Selama perjalanan, Lauren merasa kedua kakinya lemas.Dia masih berharap tes kehamilan itu salah dan sebenarnya dia tidak hamil.Namun, ketika dokter memegang hasil tes darah dan berkata, "Kamu sudah hamil selama 15 hari. Gejalanya cukup awal. Sulit untuk melakukan USG sekarang, jadi aku menyarankan menunggu satu bulan lagi agar nggak terjadi apa-apa pada kandungan."Lauren sangat terkejut sehingga dia langsung terjatuh dari kursi.Evan di sebelah segera memeluknya agar Lauren tidak terjatuh ke lantai."Eh, apa ka