"Apa kalian mengenal mereka?" Polisi itu mengeluarkan dua lembar foto.Evan melirik polisi dengan sinis.Lauren khawatir terjadi keributan, jadi dia berkata, "Kami pernah melihat mereka. Semalam mereka menaruh obat ke dalam minumanku di kelab malam. Untung kami menyadarinya. Setelah mereka meminta maaf, kami melepaskannya.""Apa sebelumnya kalian pernah bertemu dengan mereka?" tanya polisi."Nggak. Kami juga baru tahu setelah menonton berita tadi siang," kata Lauren.Polisi masih ingin bertanya, tapi ada suara mobil masuk.Itu adalah mobil Rolls Royce.Mobil itu berhenti, lalu pengawal membuka pintu mobil. Pertama-tama, tiga anak kecil melompat turun dari mobil dengan menggemaskan.Setelah itu, Daniel keluar.Yasmin berdiri, kemudian menghampiri mereka."Mama!""Mama!""Mama!""Mama, kami sangat kangen padamu!""Kami sudah lama nggak melihat Mama!""Papa juga nggak mengizinkan kami melihat Mama!""Papa bilang Mama sakit. Apa Mama sudah sembuh? Sini aku pegang."Mata Yasmin memanas. Dia
"Apa yang dikatakan ayahmu tentang dia melihat wanita lain itu benar? Apa dia nggak mungkin berbohong?" Setelah Yasmin bertanya, dia pergi dengan cuek.Ekspresi Daniel menjadi tegang dan dia mematung di tempat.Di dalam mobil, Lauren bisa merasakan suasana yang amat berat. Cahaya pun menjadi redup.Sekujur tubuh Evan menyebarkan aura yang menyeramkan. Mata seperti monster itu melirik ke arah Lauren yang membuatnya panik. "Ada apa? Aku nggak salah bicara, 'kan?""Kalau bukan karena kamu, seharusnya putraku sudah berumur 5 tahun, 'kan?" tanya Evan dengan sinis.Jantung Lauren berdetak dengan cepat. Dia mengepalkan tangannya dengan gelisah.Dia baru mengerti alasan Evan menyebarkan aura yang begitu menyeramkan ....Yasmin membawa anak-anak ke kuburan.Yasmin dan anak-anak berlutut di depan batu nisan.Para pekerja menggali makam Andy, kemudian mereka memasukkan abu guci Klara ke dalam bersama abu guci Andy. Setelah itu, mereka mengubur kembali makamnya.Yasmin menutup mulutnya. Dia takut
Sebelum Yasmin bisa mengatakan apa-apa, Julian berkata, "Mama pasti kangen! Beberapa hari ini kami juga kangen pada Mama karena nggak melihat Mama.""Mama, kami akan tidur bersamamu malam ini," kata Julius.Yasmin mengusap kepala Julius dan menjawab, "Oke ....""Papa juga akan menemani Mama," kata Julia.Yasmin tidak pergi melihat Daniel karena dia merasa enggan.Dia belum bisa berterus terang di hadapan anak-anak yang polos. Yasmin hanya bisa berkata, "Papa sibuk. Kalian saja yang menemani Mama."Ketiga anak itu menatap Yasmin dengan mata besar mereka, kemudian mereka menoleh ke Daniel. Mereka bisa merasa Papa tidak senang."Apa Mama nggak suka Papa?" tanya Julia.Bagaimana Yasmin menjawab pertanyaan itu? Tentu saja dia tidak suka! Terlebih lagi, Daniel juga tidak menyukainya.Namun, kalau dia berkata seperti itu, anak-anak akan kecewa ....Daniel menatap Yasmin dengan tajam.Yasmin hanya bisa berkata, "Papa sangat sibuk, sayang."Suasana berat di dalam mobil membuatnya merasa tidak n
Tirai di sebelah terbuka. Yasmin menoleh, lalu dia menyadari ternyata itu Daniel.Dia langsung merasa gelisah.Anak-anak bukan hanya milik Yasmin seorang. Lebih tepatnya, Daniel barulah orang yang memilik hak asuh anak-anak."Sebentar lagi selesai. Julian sungguh berani." Helen berbicara dengan Julian sambil menjahit lukanya agar fokus Julian teralihkan.Tangannya bergerak dengan sangat cepat.Beberapa menit kemudian, Helen sudah selesai menjahit luka Julian."Selesai. Aku menaruh obat dulu, ya. Setelah itu, kamu sudah boleh pulang." Helen mengoleskan obat anti inflamasi, lalu menempelkan kain kasa di luka Julian.Setelah semuanya selesai, Helen keluar."Papa ...." Mata Julian berkaca-kaca dan dia terlihat sangat sedih.Yasmin menjelaskan dengan rasa bersalah, "Dia menabrak kursi di perusahaan. Aku sedang bekerja. Aku nggak menyangka ini akan terjadi ....""Kemari." Daniel menggendong Julian. Julian duduk di lengan papanya. "Papa sudah bilang padamu berulang kali, jangan berlari sembar
Yasmin seolah-olah takut akan menyakiti anak-anak kalau dia mendekat sedikit.Begitu pikiran ini muncul, ia seperti kuda liar yang tidak bisa dikendalikan.Anak-anak tidak mungkin bisa memahami perasaannya. Namun, sebagai ibu yang menyayangi anak-anaknya, Yasmin tidak boleh menganggap remeh ....Setelah mobil tiba di depan gedung perusahaan, Yasmin turun.Anak-anak terlihat enggan. "Aku juga ingin pergi ke perusahaan Mama.""Kalau nggak boleh ke perusahaan, kami bisa pergi ke rumah Mama.""Kami akan jadi anak baik."Yasmin tidak tega, tapi dia memaksakan diri untuk berkata, "Nggak boleh. Setelah kepala Julian sembuh, kalian baru boleh datang ke tempat Mama. Jangan nakal, ya."Setelah itu, tanpa melihat Daniel, dia langsung pergi.Yasmin berjalan dengan sangat cepat dan punggungnya terlihat tegang.Setelah dia masuk ke dalam lift dan tidak ada yang bisa melihatnya, dia baru bersandar ke dinding lift dengan lemas.Dia sedang berpikir ini hanya sebuah kebetulan, 'kan? Apa dia benar-benar
Yasmin menelepon Kristin, tapi tidak diangkat.Kepalanya sudah mau meledak.Bagaimana itu bisa Kristin? Siapa yang menanam Kristin di sisinya? Ternyata orang jahat berada di dekatnya?!Maka itu, dia segera menelepon Daniel. "Orang yang meracuni ayahku mungkin sekretarisku, Kristin!""Iya, aku barusan tahu. Kristin Rusli pernah pergi ke toko obat tradisional untuk membeli kantaridin. Di mana dia?""Aku dan dia datang ke rumah sakit untuk membahas sesuatu dengan penanggung jawab, kemudian kami berpapasan dengan rekan lamaku dari RS Jelita. Dia mengenali Kristin karena Kristin membuang tahi lalat di rumah sakitnya. Sekarang Kristin sudah menghilang karena dia merasa bersalah." Yasmin bertanya dengan gelisah, "Seharusnya kamu bisa menangkapnya, 'kan?""Bisa."Yasmin merasa lega ketika dia mendengar nada Daniel yang sangat percaya diri.Namun, setelah Yasmin naik mobil, dia tetap bisa tenang. Dia menelepon Mike untuk meminta alamat rumah Kristin. Lalu, Yasmin menyuruh sopir mengantarnya ke
Kata-kata Irene terdengar masuk akal.Selain itu, menurut Yasmin, seorang putri tidak mungkin bisa membunuh ayahnya sendiri.Namun, kenapa kebetulan sekali Kristin mempunyai hubungan dengan Irene?Jangan-jangan ada orang lain di balik layar?Tidak ada bukti kalau Irene yang membunuh Kristin dan Irene juga tidak ada di tempat kejadian perkara saat Kristin meninggal. Dia berada di studio.Banyak orang di studio bisa menjadi saksi Irene.Petunjuk Kristin pun hilang.Dokter forensik berkata senjata pembunuh yang membuat luka fatal pada kepala Kristin perlu ditemukan. Di tempat kejadian perkara juga tidak ditemukan sidik jari orang lain.Setelah Yasmin bekerja sama dengan penyelidikan polisi, dia turun ke bawah dan hendak pergi.Dia baru saja ingin naik mobil, tapi kemudian Irene menghampirinya. "Dengar-dengar Julian terluka? Kamu baru saja menyebabkan kematian ibumu, apa sekarang giliran anak-anakmu? Kita nggak bisa nggak memercayainya, 'kan?"Yasmin menggenggam pintu mobil dengan erat seh
Martin yang sudah pulang ke Kota Imperial mendapat kabar tentang kematian Klara. Maka itu, dia pergi ke kuburan untuk melihatnya.Dia juga berpapasan dengan Jason, tapi dia berpura-pura tidak melihatnya.Dia percaya polisi pasti sudah menanyakan semuanya.Martin datang ke sini juga cuman untuk menguji keberuntungannya.Dia tidak menemukan ada yang aneh setelah berkeliling, jadi dia pergi.Dia pulang ke rumah, lalu menelepon Rachel.Ketika Rachel tiba, Martin sedang duduk di sofa sambil minum alkohol."Kapan kamu pulang? Apa pekerjaanmu sudah selesai?" Rachel duduk di sofa yang lain."Ketika helikopter Yasmin jatuh, apa kamu berada di Kota Cantem?" Martin menatapnya dengan tajam."Helikopter?" Rachel terkejut, tapi dia tidak menunjukkannya. Dia berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku nggak pergi ke mana-mana. Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh menyelidiki jadwalku. Selain itu, selama kamu nggak ada di sini beberapa hari ini, aku menemukan ada yang sangat aneh dengan kematian Klara.""
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump