Untuk Yasmin yang sekarang sudah dewasa, kali ini dia akan dikurung berapa lama?Tiga hari? Seminggu?Yasmin sudah kehilangan semangat berjuangnya.Dia masih terjerumus ke dalam situasi putus asa ini karena dia panik ....Tidak ada makanan, air dan bahkan tempat tidur di ruang bawah tanah.Yasmin hanya bisa tidur dengan bersandar ke pintu atau dinding.Pada hari pertama, Yasmin masih bisa menahan kelaparan. Pada hari kedua, air di dalam tubuhnya seolah-olah sedang berkurang.Pada hari ketiga, bibir Yasmin pecah-pecah saking keringnya dan dia kesulitan menggerakan tubuhnya, jadi dia hanya bisa berdiam diri di satu tempat.Yasmin tidak lagi menggedor pintu dan memohon. Karena kalau Daniel tidak ingin melepaskan Yasmin, tidak ada gunanya juga meskipun Yasmin berteriak sampai suaranya serak.Ketika Yasmin dikurung, Martin mencarinya.Yasmin tidak mengangkat panggilan ketika ditelepon. Kemudian, Martin menelepon Klara. Setelah Martin mendapat alamat Yasmin, Martin pergi ke sana untuk mencar
Martin menatap dengan sinis. "Kamu hanya pengurus rumah, 'kan? Kami adalah keluarga Daniel. Kurang ajar sekali kamu?"Tony tercengang dan tidak bisa berkata-kata.Martin berbalik, lalu lanjut mencari Yasmin.Tony segera menelepon.Namun, sebelum Tony sempat menelepon, dia dihentikan oleh Jason.Jason masih bersikap cukup ramah ketika dia bertanya, "Apa Yasmin dikurung di sini?"Tony tampak gelisah saat dia berkata, "Nggak ada orang yang bisa menghentikan hal yang ingin dilakukan Tuan Daniel. Lebih baik kalian tinggalkan tempat ini."Yasmin yang pusing dan sedang bersandar di pintu tiba-tiba mendengar seseorang memanggilnya.Apa itu hanya imajinasinya?Kenapa sepertinya dia mendengar suara Martin?"Yasmin? Yasmin, di mana kamu?" Seseorang mengetuk pintu ruang bawah tanah. "Yasmin, apa kamu di dalam?"Tubuh Yasmin gemetar. Dia berusaha tetap sadar ketika dia melihat ada secercah harapan."Aku ... di sini ..." kata Yasmin dengan sangat lemah. Suara Yasmin membuat Martin yang di luar senan
Tubuh Yasmin langsung menjadi lemas dan dia bersandar ke tepi sofa.Ya. Dia memang sial.Kalau dia tidak sial, mana mungkin dia tidak dilepaskan Daniel ...."Kalian nggak boleh membawa pergi Yasmin. Kalau kalian mau mati, silakan tinggal!" kata Daniel sebelum menembak sebuah vas bunga sampai pecah."Aaa!" jerit Yasmin.Yasmin menoleh untuk melihat Jason dan Martin. Mereka juga terkejut, tapi untungnya mereka tidak terluka."Pengawal!" teriak Daniel.Pengawal yang berdiri di luar masuk. Mereka menatap Jason dan Martin dengan garang sambil bertanya, "Apa mau kami mengusir mereka?"Jason pasti tidak berani melawan balik karena dia tahu dia lebih lemah.Lagi pula, untuk apa ayah dan anak bertengkar?Martin tidak tega meninggalkan Yasmin. Kalau begitu, bukankah itu sama saja dia membiarkan Yasmin mati?Begitu mata Martin bertemu dengan mata Yasmin, dia tahu Yasmin sedang memberikannya kode untuk pergi.Martin tidak mau pergi!"Dia nggak akan membunuhku. Tenanglah," kata Yasmin dengan lemah.
Yasmin terhuyung mundur."Merasa hebat hanya karena kamu bisa mengambil pistol? Apa kamu tahu cara menembak? Mau aku mengajarimu, nggak?" Daniel pun langsung menarik pelatuknya ke arah dahi Yasmin."Aaa!" Yasmin memegang kepalanya. Kedua kakinya menjadi lemas sehingga dia hampir berlutut.Yasmin sadar kalau tubuhnya tidak terluka karena peluru pistol tidak mengenainya."Sebelum aku menembak untuk kedua kalinya, menghilang dari hadapanku," ujar Daniel dengan sinis.Yasmin langsung keluar dari aula utama.Lalu, dia masuk ke dalam mobil yang sedang menunggu di luar.Setelah mobilnya melaju cukup jauh, tubuhnya masih belum berhenti gemetar.Yasmin telah mengalami ketakutan yang luar biasa dan perlu beberapa waktu untuk menenangkan diri.Dia kembali ke apartemennya dan mengunci pintunya. Dia melempar kursi sambil berteriak, "Dasar Daniel gila! Dasar orang gila!"Ketika Yasmin berusia 20 tahun, Daniel belum semengerikan ini. Setidaknya Daniel tidak punya pistol!Bisa-bisanya dia mempunyai pi
Besok harinya, Yasmin mengirim pesan kepada Martin, tante dan pamannya kalau dia sudah aman.Ini agar mereka berhenti mengkhawatirkannya.Sebenarnya, Yasmin tidak ingin pergi ke rumah sakit bedah plastik. Lagi pula, tinggal 15 hari. Nanti dia juga akan menyelinap pergi, jadi bekerja selama 15 hari ini terasa sia-sia.Namun, kalau dia tidak pergi, Daniel akan mencurigainya.Yasmin pergi ke rumah sakit bedah plastik, lalu berpapasan dengan Stella. Stella langsung menyindir, "Wah, akhirnya kamu menunjukkan batang hidungmu juga. Sudah selesai mens?""Sudah," jawab Yasmin."Lemah sekali. Sepertinya lain kali kamu akan cuti lama setiap bulan! Aku nggak tahu kenapa perusahaan mau mempertahankan orang sepertimu. Karenamu, Supervisor dipecat. Benar-benar sial!" Setelah Stella selesai berbicara, dia pergi.Yasmin mengerutkan keningnya. Apa Stella sedang mencari masalah dengannya?Namun, situasi seperti ini benar-benar membuat Yasmin tidak nyaman. Bukankah kacau kalau semua orang cuti ketika mens
Saat Yasmin menuruni tangga, seorang wanita paruh baya lewat sambil membawa sekantong buah-buahan.Yasmin berhenti di anak tangga, kemudian berbalik dengan kaget.Wanita paruh baya itu lanjut menaiki tangga selangkah demi selangkah. Sepertinya dia tidak menyadari ada yang aneh.Napas Yasmin memburu ketika melihat punggung wanita itu. Dia sampai lupa bergerak.Apa itu ... ibunya?Bagaimana mungkin? Bukankah ibunya sudah meninggal?Akan tetapi, orang tadi ....Jangan-jangan Yasmin salah orang?Saat wanita paruh baya itu telah menaiki anak tangga terakhir, Yasmin tersadar, lalu segera mengejarnya.Yasmin mengikuti wanita paruh baya itu sampai sebuah gerbang kompleks.Kompleks itu sudah sangat tua. Ia bahkan tidak mempunyai satpam.Saat wanita paruh baya itu mengeluarkan kuncinya, dia baru menyadari ada yang tidak beres. Dia pun berbalik.Saat melihat wajah Yasmin, wanita paruh baya itu panik. Kantong di tangannya jatuh sehingga buah-buahannya berserakan ke mana-mana.Mata Yasmin berkaca-k
"Nggak mungkin! Mama pasti akan pulang!""Kita tunggu Mama bersama!"Julia memanyunkan bibirnya. "Benarkah? Tapi ... Mama masih lama baru pulang ...."Kedua kakaknya terdiam. Mereka juga tahu masih lama dan hari ini baru hari keempat.Julian yang sebagai kakak pertama teringat sesuatu. Matanya melebar dan wajahnya tampak serius. Matanya berbinar-binar karena kepikiran sesuatu. "Kalau Mama nggak pulang, kita yang pergi cari Mama!"Julius tidak mengatakan apa-apa. Dia merasa rencana Julian lumayan bagus.Julia melompat keluar dari selimutnya. Matanya juga mendadak berbinar-binar. "Benarkah? Tapi, Mama jauh sekali. Kata Nenek Rita ... Mama di Negara Khitan ....""Di Kota Imperial!" sambung Julian."Kita harus naik pesawat!" Mata Julia berkilau sebelum ia meredup. "Bagaimana caranya?"Kedua kakak Julia terdiam.Julius berkata, "Kita ikut orang dewasa, pasti bisa ke Kota Imperial!"Ketiga mata anak-anak pun berbinar-binar seperti bintang.Mereka mulai mengambil pensil dan kertas untuk menul
"Makmur sekali. Aku jamin kamu nggak akan kecewa ...."Mata ketiga anak kecil itu langsung berbinar-binar, kemudian segera mengikuti pasangan suami istri itu. Mereka sama-sama melewati pintu metal detektor.Mereka pasti bisa menemukan ibu mereka!Saat mereka berbaris, orang-orang di depan mengira mereka adalah anaknya orang yang di belakang. Sedangkan orang-orang di belakang mengira mereka adalah anaknya orang yang di depan."Tiga anak kecil itu menggemaskan sekali!""Anak kembar tiga! Tiga-tiganya cantik dan tampan!""Lucu sekali. Aku ingin mencubit pipi mereka ...."Jangankan orang yang berlalu-lalang, petugas keamanan pun terpesona oleh penampilan lucu ketiga anak kecil itu.Ketiga anak kecil itu pun diperiksa dengan wajah serius.Setelah diperiksa oleh petugas keamanan, Julia berkata dengan sebal, "Aku dicubit seorang kakak ....""Aku juga!""Aku juga!"Di ruang tunggu, ketiga anak itu mencari tempat duduk. Lalu, mereka duduk berjajar sambil menunggu pesawat dengan tenang.Sepuluh
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan
Lauren tiba-tiba mengingat Evan yang langsung pergi dari perusahaan kemarin sore dan telepon masuk semalam. Lauren menatap Evan dengan serius dan bertanya, "Apa yang sudah kamu lakukan?""Apa?""Kemarin sore kamu jelas-jelas datang ke perusahaan, tapi kamu langsung pergi. Kamu pergi ke mana?""Ada urusan mendadak.""Apa itu nggak ada hubungannya dengan perusahaan?"Evan meraih tangan Lauren, kemudian menariknya sehingga Lauren duduk di atas pahanya. Evan mengangkat alisnya. "Kenapa kamu sangat sensi? Kamu seperti tubuhmu. Sayang, apa kamu tahu betapa aku menyukai tubuhmu?""Aku mau kembali bekerja." Seharusnya Lauren tidak bertanya. Apa Evan benaran akan memberitahunya kalau dia melakukan sesuatu?"Bukankah kamu bekerja untukku?" Evan tidak ingin melepaskannya."Kamu perlu bekerja, 'kan?" tanya Lauren.Evan melihat dokumen di atas meja yang perlu dibaca dan ditandatangani. Ekspresinya pun berubah. Dia menepuk pantat Lauren sebelum menarik kembali tangannya dengan enggan. "Saat aku perg
Saat ini ada sedikit celah terbuka di tengah tirai jendela dan cahaya dari luar pun masuk.Lauren tidak membalikkan tubuhnya dan menolehkan kepalanya karena dia tahu Evan tidak berada di atas tempat tidur. Kalau tidak, pinggangnya akan dipeluk Evan.Dia menatap cahaya itu selama lima menit sebelum dia bangun dengan lelah.Setelah menekan tombol di samping tempat tidur, tirai jendela terbuka dan menunjukkan lapisan kain kasa saja.Seluruh kamar menjadi terang, tapi itu tidak menyilaukan mata.Lauren turun dari tempat tidur. Dia menyeret tubuhnya yang pegal ke ruang ganti.Dia bisa berusaha pergi ke perusahaan tepat waktu pada hari pertama, kedua dan ketiga.Namun, setelah hari keempat, dia tidak bisa bangun.Karena dia kelelahan.Ibaratnya dia kerja lembur terus menerus. Tubuhnya tidak mungkin bisa bersemangat melulu.Dia membongkar bajunya. Ketika dia mendengar suara di luar, dia membuka botol obat dengan cepat, kemudian memakan pil di dalam.Agar tidak tertangkap basah oleh Evan, seka
"Itu nggak ada hubungannya denganku." Ekspresi Evan tampak sinis. "Aku hanya ingin memiliki Akhirat. Betapa serunya mempunyai kendali atas nyawa orang?"Setelah Evan pergi, anak buah memasuki ruang rahasia pada malam itu dan mengawasi Rachel.Rachel merasa ada yang janggal. "Apa lagi yang ingin kalian lakukan?""Kamu lumayan cantik dan aku menyukaimu. Dari awal aku ingin melakukan sesuatu padamu." Anak buah membelai wajah Rachel, lalu mencubitnya. Dia tampak sangat cabul.Rachel bergeming. Berani-beraninya anak buah ini menyentuhnya? Dia sedang berpikir bagaimana dia harus membunuh anak buah ini."Aku sudah mengusir orang-orang di luar. Bagaimanapun kamu berteriak, nggak akan ada yang bisa mendengarmu." Anak buah itu berjongkok, lalu mencium pipi Rachel dan tangannya bahkan mulai meraba.Setelah Rachel mendapatkan informasi itu, dia paham kalau sekarang tidak ada orang di luar.Kalau begitu, apa pria ini memiliki pisau?"Apa kamu tahu ... kalau kata 'seks' adalah malapetaka dari segala
Akan tetapi, ada kompartemen tersembunyi di sini.Dinding di sebelah tampak sangat normal, tapi ketika vas antik di sebelahnya dipindahkan, dinding itu terbelah dan memperlihatkan sebuah gua aneh di dalamnya.Di dalam cahayanya redup. Bayangan manusia melewati dinding seperti monster.Kalau dindingnya diperhatikan baik-baik, ada berbagai macam senjata tajam yang tergantung di sana.Di pojok ada seorang wanita meringkuk. Tangan dan kakinya diikat dengan tali nilon. Kulitnya penuh lebam dan luka. Dia menundukkan kepalanya. Rambut panjangnya tergerai sehingga wajahnya tidak terlihat."Angkat kepalamu!" Anak buah mendekat untuk menyepaknya.Wanita itu bergerak sedikit. Dia mendongak dan menunjukkan mukanya.Itu Rachel.Selama ini Daniel tidak menemukan Rachel, tapi ternyata dia berada di sini.Tatapan matanya masih galak. Dia seperti hewan yang dikurung dan tidak bisa melawan.Anak buah berkata, "Tuan Evan, dia nggak mau memberi tahu di mana organisasinya berada."Beberapa tahun yang lalu,