Daniel melemparkan mantelnya di atas sofa dengan asal. Kemeja hitam yang dikenakan menunjukkan tubuhnya yang jangkung dengan jelas, tapi dia tampak sangat dominan.Mata Yasmin pun tertuju ke arah bawah. Ingatan dari dua tahun yang lalu belum sepenuhnya hilang. Dia tahu betapa seksi, liar dan berototnya tubuh di balik kemeja itu.Dengan takut-takut, Yasmin bertanya, "Kenapa ... kamu membawaku kemari?"Di depan Daniel yang sangat dominan, Yasmin tidak akan memberontak karena itu sama dengan cari mati.Akan tetapi, setelah Yasmin selesai bicara, perutnya berbunyi.Raut wajah Yasmin berubah menjadi canggung. Sejak turun dari pesawat hingga sekarang, dia bahkan belum minum air, apalagi makan malam. Lalu, sepanjang jalan dia ketakutan, jadi dia merasa sangat lelah."Sepertinya kamu lapar." Daniel berkata dengan suara sinis, "Keluarkan makanan!"Di sisi lain, seorang pria paruh baya berseragam berjalan keluar, lalu meletakkan sebuah mangkuk di atas meja kopi. Di dalam mangkuk itu berisi mi ya
"Aku sudah bilang kamu pasti belum pergi. Paspor dan KTP-mu ada padaku!"Yasmin tercengang, lalu bertanya, "Pasporku sama Tante?""Ya. Aku nggak bisa menghubungimu, jadi aku pergi ke hotelmu. Kenapa kamu meninggalkan paspor di hotel tak berbintang? Bahaya sekali. Aku sudah check-out kamarmu. Untuk apa kamu menginap di hotel? Tidur di rumah Tante saja."Walaupun Yasmin ingin tidur di rumah tantenya, dia juga sudah tidak bisa. Dia sama sekali tidak bisa membebaskan diri dari genggaman Daniel."Tante, aku nggak bisa pergi ke rumahmu. Aku akan menginap di rumah teman selama beberapa hari. Nanti setelah aku mengambil pasporku, aku akan langsung pergi," kata Yasmin."Kamu sudah berapa tahun nggak pulang? Teman dari mana?""Teman SMA ...." Alasan Yasmin terdengar agak tidak realistis."Tante tahu kamu seperti ini karena hubunganmu dengan Daniel. Tapi, hal itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Kalian sudah dewasa, 'kan? Kamu juga jangan terlalu memikirkannya lagi."Yasmin tersenyum sinis. Mereka
Daniel menggenggam bahu Yasmin, kemudian mendorongnya dengan kasar."Aaa!"Yasmin jatuh ke sudut meja kopi. Dua gelas yang berada di atas meja pun terdorong sampai jatuh. Satu yang gelas berisi bir tumpah mengenai wajah dan rambut Yasmin. Daniel duduk di sofa, lalu menyilang kakinya. Dia menatap Yasmin yang tampak kasihan dengan sinis dan masam.Tuan Bobby yang hendak menuangkan bir berkata, "Tuan Daniel, silakan minum.""Tuangkan!" perintah Daniel dengan sinis.Tangan Tuan Bobby langsung berhenti. Dia mengerti maksud Daniel, jadi dia menyerahkan botol bir kepada Yasmin.Yasmin gemetaran, dia seakan-akan baru saja jatuh ke dalam air dingin.Dia tahu Daniel begitu untuk mempermalukan dirinya sendiri. Jika Yasmin tidak mendengar perintah Daniel, dia tidak akan bisa pergi dari ruang VIP ini.Yasmin yang memikirkan ketiga anaknya yang lucu di rumah hanya bisa menggertakan gigi. Dia menerima botol bir tersebut dengan tangan yang gemetar, lalu menuangkannya ke gelas.Setelah Daniel mengambil
Setelah mendengar ucapan tantenya, Yasmin merinding."Yasmin? Kenapa kamu tanya soal ini?" Klara yang mendengar ujung telepon hening merasa aneh."Ng ... nggak apa-apa." Yasmin berusaha mengontrol suaranya yang gemetar. "Aku hanya ingin tahu ....""Kapan kamu pulang? Tante sendiri akan memasakkan makanan enak untukmu.""Beberapa hari lagi. Nanti aku akan menelepon Tante.""Baiklah. Tante tunggu, ya."Setelah mengakhiri panggilan, Yasmin duduk di atas kloset dan wajahnya terlihat pucat.Dia mengira Daniel hanyalah orang kaya biasa, tapi ternyata kekuasaan Daniel di Kota Imperial sangat kuat.Tidak, meskipun begitu, Yasmin lebih harus melarikan diri.Selama dia bisa lari ke luar negeri, Daniel tidak akan bisa menemukannya.Yasmin akan meminta tantenya mengirim paspornya ke bandara. Semuanya akan baik-baik saja selama Yasmin bisa lari dari Teluk Bulan.Akan tetapi, bagaimana dia bisa pergi dari tempat ini?Dua hari kemudian saat makan malam, Yasmin duduk di meja makan dan menyapu pandanga
Klara sedang berdiri tidak jauh dari pintu metal detektor. Dia tidak mengerti kenapa Yasmin ingin cepat-cepat pergi. Seakan-akan ada hantu yang mengejar Yasmin.Setengah jam kemudian, Klara melihat ada orang yang berlari ke arahnya.Yasmin mengontrol napasnya yang terengah-engah sebelum berkata, "Tante, berikan tiketnya." Lalu, dia mengambil paspor, KTP dan tiket pesawat yang telah disiapkan tantenya."Ada apa denganmu? Apa yang telah terjadi?" tanya Klara.Orang bodoh pun tidak akan tertipu kalau Yasmin menjawab tidak apa-apa."Guruku menyuruhku pulang. Untuk sementara aku nggak tahu ada apa, tapi lumayan mendesak." Yasmin sejak awal telah menyiapkan alasannya.Di usianya yang sekarang, Yasmin memang belum wisuda sebab sebelumnya dia cuti sekolah karena hamil.Alasan Yasmin terdengar masuk akal, tapi Klara masih belum ingin Yasmin pergi. Klara menarik tangan Yasmin dengan enggan sambil berkata, "Yasmin, setelah kamu pulang, kamu hanya setor muka di pesta sebentar sebelum kamu pergi. L
"Dengan begini, lain kali kamu nggak akan tersesat." Daniel mendekatkan diri ke kaca sambil menatap Yasmin dengan tajam."Ja ... jangan .... Aku nggak boleh mati ...." Tubuh Yasmin yang sudah tidak bertenaga merosot ke lantai. Suhu di sekitarnya membuat Yasmin menempel erat ke pintu kaca. Dia seakan-akan ingin menghirup udara segar di luar. "Lepaskan aku. Aku benar-benar ... nggak boleh mati .... Aku sudah menghilang dari hadapanmu, kenapa kamu menangkapku lagi?"Semua ucapan Yasmin tidak berguna. Dia mengarahkan matanya ke atas dan hanya bisa melihat kedua mata Daniel yang sinis seperti binatang buas itu. Daniel seolah-olah ingin dia mati!Yasmin mencengkeram dadanya yang sakit. Air matanya tidak bisa berhenti mengalir. "Jangan .... Aku berjanji aku nggak akan lari lagi. Ampuni aku .... Aku nggak mau mati, aku juga nggak akan lari lagi ...."Setelah Yasmin selesai berbicara, dia terjatuh ke lantai karena tidak ada oksigen yang bisa dihirupnya lagi.Pandangannya mulai kabur, tapi sosok
Pintu kamar mandi dibuka tanpa peringatan. Yasmin pun berdiri di tempatnya dengan tegang. Dia menatap pria yang tiba-tiba muncul dengan gugup.Tatapan mata Daniel tampak sinis saat dia berkata, "Kamu mengunci pintu di wilayahku? Siapa yang memberimu izin?"Yasmin tidak menjawab karena tempat ini memang bukan kamarnya.Seluruh Teluk Bulan, termasuk Yasmin sendiri, adalah milik Daniel.Akan tetapi, Yasmin tidak boleh mengatakan alasan dia mengunci pintu."Aku ... aku takut ..." kata Yasmin dengan lemah.Mata tajam Daniel tertuju pada ponsel yang berada di tangan Yasmin. "Berikan."Yasmin paham maksud Daniel, dia pun menggenggam ponselnya makin erat.Dia sungguh tidak menyangka pada waktu ini Daniel akan mendatangi kamarnya. Semua ini sangat tidak terduga ...."Jangan membuatku mengulangi ucapanku!" Suara Daniel yang penuh ancaman menggemparkan satu kamar mandi.Jantung Yasmin berdebar. Dia pun terpaksa menyerahkan ponselnya.Setelah ponselnya berada di tangan Daniel, detak jantung Yasmin
Wajah Yasmin langsung menjadi merah. Dia berpikir apakah ini tujuan Daniel? Untuk mempermalukannya?Sepertinya ini baru permulaan.Benar saja, raut wajah Nico pun berubah. "Apa maksudnya?""Apa ini tamu barumu? Pantas saja sudah lama nggak melihatmu. Apa dia memberimu lebih banyak uang daripadaku?" Pria itu lanjut menghina. "Katakan padaku, berapa dia memberimu? Aku akan melipatgandakannya."Yasmin sekali lagi melihat ke atas. Daniel masih di sana. Sambil memegang gelas birnya, dia sedang menonton kejadian ini dengan penuh minat."Apa yang dikatakannya benar?" Sikap Nico telah berubah."Masa aku berbohong? Kalau kamu nggak percaya, tanyalah orang-orang di bar ini apa aku mengatakan hal yang sebenarnya." Setelah itu, pria itu menarik seorang pelayan. Dia menunjuk Yasmin sambil bertanya, "Apa kamu mengenalnya?""Kenal. Dia adalah salah satu putri favorit tamu-tamu di sini," jawab pelayan itu.Setelah itu, pria itu menarik orang lain lagi dan orang itu mengatakan hal yang sama.Yasmin mel