Yasmin hanya menjawab dia lembur dan akan tidur di perusahaan.Klara tidak boleh tahu tentang anak-anak.Yasmin merasa kalau Klara tahu, konflik mereka dengan Keluarga Guntur pasti akan makin parah.Yasmin juga tahu dia tidak bisa terus menggunakan alasan dia lembur, jadi dia akan menginap di perusahaan.Setelah satu hari berlalu, dia pergi dari rumah Raymond dan kembali ke kompleksnya.Dia baru saja naik tangga dan muncul dari tikungan, lalu dia langsung berhenti.Dia melihat dua orang sedang menarik-narik pintu.Satu orang itu adalah Klara, sedangkan satu lagi adalah pria yang menyebut dirinya adalah ayah Yasmin, tapi dia menjual putrinya ke kelab bawah tanah."Kamu pergi, nggak? Sebentar lagi Yasmin pulang dan dia nggak akan senang melihatmu!" usir Klara."Kenapa dia nggak senang? Aku adalah ayah kandungnya. Kamu boleh tinggal di sini, kenapa aku nggak boleh?" Steven bersikap seperti seorang bajingan."Apa kamu nggak memahami dirimu sendiri? Setelah bercerai dengan mantan istrimu, k
"Kamu nggak tahu? Apa ibumu benar-benar sudah menipuku?" Steven pun meledak. "Atau kalian memang nggak berencana memberikanku uang?""Aku bertanya padamu, siapa yang telah kamu tangkap?!" Yasmin tidak punya kesabaran untuk menjawab pertanyaan Steven. Dia hanya ingin tahu siapa lagi yang disinggung Klara."Irene Suharly, wanita yang bisa bermain piano itu. Aku sudah menangkapnya dan memberinya pelajaran. Sudah saatnya kalian membayarku, 'kan?"Saat Yasmin mendengar nama Irene, wajahnya memucat dan kakinya menjadi lemas. Dia sampai hampir jatuh ke lantai. Beberapa saat kemudian, dia baru bisa berkata, "Di mana kamu? Aku akan mengantarkan uangmu.""Oke, oke!" Steven yang tidak tahu apa-apa langsung menyetujuinya dan merasa sangat senang.Bagi Steven, uang baru anak kandungnya.Dia tidak peduli dengan hal lain.Semenjak Steven tega menjual putrinya tanpa ragu-ragu, Yasmin sudah memahami ayah kandungnya.Walaupun Yasmin dijual, dia masih punya cara untuk bertahan hidup.Kini Steven sudah me
Daniel memeluk Irene sambil berkata, "Semuanya baik-baik saja. Orang yang telah menyakitimu nggak akan bisa kabur."Ketika Yasmin mendengar itu, tubuhnya menjadi dingin.Yasmin melihat Daniel menggendong Irene. Kemudian, tatapan tajam Daniel tertuju pada Yasmin.Pada saat ini, Yasmin bahkan merasa jantungnya sudah berhenti berdetak.Daniel mengeluarkan pistolnya, kemudian dia membidik Steven.Steven bahkan tidak sempat bereaksi. Muncul dua kali suara tembakan. Peluru tersebut telah mengenai tubuh Steven.Steven terjatuh dan berteriak dengan menyedihkan. Setelah itu, dia tidak bergerak."Ah!" Yasmin yang ketakutan terus melangkah mundur. Dia membelalakkan matanya ketika dia melihat darah yang mengalir di tanah. Napasnya menjadi terengah-engah dan dia merasa tercekik.Yasmin melihat Daniel. Ketika dia menatap mata Daniel yang sinis, air matanya mengalir.Dia tidak menyangka Daniel benar-benar akan menembak orang.Selain itu, orang itu adalah ayah kandung Yasmin ....Pada saat ini, Yasmin
"Apa?" Wajah Klara menjadi pucat dan dia sangat panik. "Ini .... Aku hanya menyuruh Steven memberi Irene pelajaran agar wanita itu nggak menindasmu lagi. Aku nggak menyuruh Steven menculiknya!"Yasmin benar-benar marah dengan kedua orang tuanya ini. Fisik dan mentalnya sangat lelah.Irene tidak dapat menemukan cara untuk menjatuhkan Yasmin.Sekarang Klara dan Steven malah memberikan Irene ide. Betapa senangnya Irene!Alhasil, saking marahnya, Daniel pun mengusir Yasmin dan itulah yang diinginkan Irene."Sekarang apa yang telah terjadi? Steven benar-benar sudah mati? Kamu yakin?" tanya Klara.Yasmin mendongak, lalu menatap Klara. Dia melihat Klara tampak senang."Baguslah kalau dia sudah mati! Padahal aku khawatir aku nggak bisa menyingkirnya! Yasmin, lain kali kita nggak akan diancamnya lagi!" kata Klara sambil tersenyum.Yasmin tidak percaya Klara bisa melontarkan kata-kata seperti itu. Yasmin mundur selangkah. Lalu, dia kepikiran sesuatu dan bertanya, "Kamu sudah berencana membunuh S
"Nggak boleh." Martin sama sekali tidak memberikan Yasmin kesempatan untuk pergi.Yasmin menggertakkan giginya sembari berkata, "Apa yang harus kulakukan baru kamu mengizinkanku?""Itu bukan hal yang seharusnya kupikirkan." Setelah mengatakan itu, Martin mengakhiri panggilan.Saking kesalnya, Yasmin berjalan mondar-mandir.Tanpa persetujuan Martin, Yasmin tidak berani pergi. Dia masih harus tinggal di Kota Imperial.Bagaimana nanti kalau Daniel tahu?Apa Yasmin akan baik-baik saja selama dia mengawasi keberadaan Daniel dan menghindarinya?Tidak mungkin. Selama Yasmin masih di Kota Imperial, dia pasti akan ketahuan!Terlebih lagi, dia bekerja di Grup Guntur!Yasmin memeluk kepala dengan kedua tangannya dan berusaha tenang.Karena Daniel sudah mengatakan itu, itu berarti batas waktu untuk pergi akan selalu ada.Kalau begitu, selama Yasmin dapat menangani Martin, Yasmin boleh pergi.Namun, bagaimana dia menangani Martin?Yasmin langsung pergi ke apartemen Martin.Setelah Martin dibangun,
Akhir pekan, selain menemani anak-anak, Yasmin juga mencari detektif pribadi.Setelah menghubungi detektif itu, Yasmin pergi menemuinya.Yasmin memberi tahu detektif itu dia perlu menyelidiki siapa dan tidak ada yang boleh tahu tentang hal ini.Detektif pribadi itu tidak mengatakan apa-apa dan menerima pekerjaan Yasmin.Yasmin harus membayar detektif pribadi tersebut, tapi agar dia dapat tahu tentang kematian Sofia, Yasmin tidak keberatan.Itu juga alasan kenapa Yasmin menetap di sisi Daniel untuk sementara.Pada hari Senin, Yasmin pergi ke Grup Guntur seperti biasanya.Dia merasa sangat gugup.Karena Daniel akan tahu Yasmin tidak hanya belum pergi dari Kota Imperial, tapi juga lanjut bekerja di Grup Guntur.Pada siang hari, Daniel masuk ke dalam kantornya. Dia berhenti di ujung meja, lalu dia membungkukkan badannya sedikit. Matanya tertuju pada layar komputer di sebelah.Layar tersebut berwarna hitam.Daniel menekan keyboardnya, kemudian sosok Yasmin muncul di layar berkotak sembilan
Namun, Martin terlihat cuek. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang sangat jujur.Suasananya terasa berat dan dingin. David yang ingin menjawab pun tidak berani mengucapkan sepatah kata pun."Lagi pula, sekarang Kakak sudah melepaskannya," kata Martin.Raut wajah Daniel tampak sinis dan matanya tajam. Di dalam ruang rapat ini, suasananya seperti sudah mau meledak.Setelah beberapa saat, Daniel berdiri, lalu pergi.Kemudian, David baru diam-diam menghela napas. Tadi dia hampir tidak bisa bernapas.Wajah Jason tampak pucat. Setelah dia menenangkan perasaan gelisahnya, dia juga pergi.David baru menemukan kesempatan untuk memarahi putranya. "Apa-apaan kamu? Demi Yasmin, kamu mau melawan Daniel?""Bukankah kamu yang mau aku melawannya?" tanya Martin dengan acuh tak acuh.Itu membuat David emosi. "Aku menyuruhmu melawannya di aspek bisnis, bukan merebut mainan yang sudah dibuangnya!""Tapi, aku benar-benar ... punya perasaan terhadap Yasmin." Tatapan Martin mengandung makna yang sulit dimengert
Mata sinis Daniel tidak bergerak dan Yasmin tidak dapat menebak pikiran pria itu."Sungguh! Selama aku mencari pembunuh itu, aku akan baik-baik di Kota Imperial. Aku akan menjalani kehidupanku sendiri dan nggak akan mengganggumu dengan Irene." Yasmin tinggal mengangkat kedua tangannya dan bersumpah. Setelah itu, dia menundukkan kepalanya sambil berkata, "Ayahku sudah mati. Nggak ada orang yang akan melakukan hal bodoh lagi ...."Yasmin merasa sangat gelisah. Dia takut Daniel tidak akan menyetujuinya.Selain itu, Alasan apa yang dimiliki Daniel untuk menyetujui Yasmin?Kalau Daniel membiarkan Yasmin lanjut tinggal di Kota Imperial, Yasmin mungkin akan melukai Irene.Akan tetapi, bagaimana kalau Yasmin diusir dari Kota Imperial dengan paksa?"Keluar," ucap Daniel dengan sinis.Jantung Yasmin berdebar. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat Daniel. Mata Yasmin berbinar-binar saat dia berkata, "Kamu mengizinkanku tinggal, 'kan?""Sebelum aku menyesal, pergi," balas Daniel sambil menatap Ya
"Jangan mendekat!" Bilah pisau di tangan Rachel berkilau. Ujung pisau langsung diletakkan di dekat leher Yasmin. "Jangan mendekat atau aku akan membunuh mama kalian!"Susan langsung menahan anak-anak dan tidak mengizinkan mereka mendekat.Anak-anak menatap pisau di leher Yasmin dengan ketakutan. "Ma ... Mama ....""Aku mau menolong Mama. Lepaskan aku!"Anak-anak meronta saat ditahan Susan dan Susan hampir melepaskan mereka."Nggak apa-apa. Jangan takut. Kalian jangan mendekat. Semuanya baik-baik saja .... Susan, jangan biarkan mereka mendekat ...." Tubuh Yasmin ditahan dan dia kesulitan bernapas. "Rachel, kamu benar-benar belum mati!""Aku tetap hidup untuk membunuhmu!""Jangan melukai anak-anak." Yasmin melihat ketiga anaknya yang sedang menangis. Hatinya terasa perih, tapi dia tidak mau menakuti mereka.Dia tidak bisa membiarkan mereka terluka!"Tenang saja. Aku hanya ingin membunuhmu!" Rachel barusan selesai bicara.Lalu, beberapa pengawal langsung muncul. Ada pengawal yang melindun
"Tinggalkan dulu pekerjaan Mama. Santai saja," ucap Julian."Kami ingin bermain bersama Mama," ucap Julius.Yasmin tahu kalau mereka sudah lama tidak keluar, lalu Daniel meminta mereka mengerjakan berbagai pekerjaan rumah di Taman Royal. Sepertinya Daniel juga telah berencana mencari guru les untuk mengajar mereka.Yasmin merasa itu terlalu cepat. Setelah dia memikirkannya, anak-anak masih kecil dan seharusnya mereka tidak diberikan tekanan yang terlalu berat.Namun, dia setuju untuk keluar bersama mereka.Mereka mengunjungi jalan sebelumnya.Yasmin bisa melihat sekarang, jadi dia merasa jauh lebih aman. Dia dapat mengawasi anak-anak kapan saja.Ini tidak seperti terakhir kali mereka berada di mal di mana dia benar-benar tidak berdaya."Mama, ikan!" Anak-anak berhenti di depan sebuah toko.Mereka melihat ikan-ikan di dalam dengan penasaran.Pemilik toko berkata, "Kalian bisa menangkapnya seharga 60 ribu. Kalau kalian berhasil, ikannya menjadi milik kalian.""Seru sekali!" Julia langsun
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara