Yasmin menetap sampai jam tujuh. Kemudian, dia pergi bersama Jason dan tantenya.Dia juga naik mobil mereka.Jason berbasa-basi untuk mencari tahu tentang hubungan Yasmin dengan Daniel.Ujung-ujungnya, dia ingin tahu isi pikiran putranya.Akan tetapi, Daniel bukanlah orang biasa. Dia adalah pria yang sangat berkuasa dan kuat.Jadi, Yasmin hanya bisa berkata tidak tahu dengan sikap yang lemah.Lalu, Jason tidak mengatakan apa-apa lagi.Ketika Yasmin sampai rumah, rumahnya terasa sunyi.Dia tidak terbiasa tidak mendengar suara anak-anaknya.Setelah dia selesai mandi, dia berbaring di tempat tidur dan mengecek keberadaan Daniel karena sudah terbiasa.Pria itu ada di Grup Naga lagi.Yasmin sampai curiga apakah alat pelacaknya sudah rusak.Karena sudah larut, dia mengirim pesan kepada Raymond untuk bertanya apakah anak-anaknya baik.Raymond membalas dengan langsung menelepon video Yasmin.Begitu Yasmin menjawab telepon video tersebut, dia melihat ketiga anaknya yang sedang bermain."Lihat k
"Apa? Mimpi kamu!""Nggak mau? Kalau begitu, aku akan memberitahunya kalau sebenarnya tantenya adalah ibu kandungnya. Lalu, kalau suamimu tahu kamu pernah melahirkan anak, apa dia masih mau kamu?"Raut wajah Klara berubah drastis. Dia sangat takut.Setelah Yasmin pulang kerja, dia menunggu anak-anaknya di gerbang kompleks.Anak-anaknya makin pintar.Mereka bisa pergi ke sekolah dan pulang sendiri. Mereka juga bisa membuka pintu dengan kunci. Pintar sekali.Yasmin merasa senang karena sudah beberapa hari Daniel tidak mengganggunya. Namun, malam ini tiba-tiba ada orang mengetuk pintu.Yasmin yang sedang menggambar bersama anak-anak pun terkejut. Dia segera meletakkan telunjuk di depan mulut untuk menyuruh anak-anaknya jangan bersuara.Apa itu Daniel?Akan tetapi, tadi dia baru saja melihat lokasi Daniel dan dia masih di Grup Naga.Yasmin buru-buru mengambil ponselnya. Benar saja, lokasi Daniel tidak berubah.Kalau begitu, orang di depan pintu pasti bukan Daniel.Meskipun begitu, dia masi
"Apa yang sedang kamu katakan?" Yasmin bingung karena perkataan Steven. "Bukankah Sofia adalah ibuku?""Ya. Pamanmu menganiayai Sofia sehingga dia keguguran dan nggak bisa hamil lagi. Kebetulan ibumu melahirkan dan memberikan anaknya kepada Sofia. Waktu itu Sofia senang sekali."Paman?Wajah Yasmin memucat.Bibirnya gemetar ketika dia bertanya, "Si ... siapa ibuku?""Klara! Dia bukan tantemu, dia adalah ibu kandungmu!" kata Steven.Yasmin sampai tidak bisa berdiri dengan tegak. Dia tampak sangat terkejut ketika dia berkata, "Nggak ... nggak mungkin. Kamu beromong kosong! Tanteku nggak mungkin ....""Apa yang nggak mungkin? Dia adalah ibumu, aku adalah ayahmu. Aku yang paling tahu. Kalau bukan karena malam ini aku meneleponnya, tapi dia menolak memberikanku uang, aku juga nggak akan memberitahumu," kata Steven dengan marah. Setelah itu, dia bertanya sambil tersenyum, "Nak, apa kamu punya uang?"Kali ini Yasmin melihat Steven dengan pandangan baru. Jelas sekali kalau Yasmin terpukul.Sof
Daniel langsung berjalan menuju Kak Juan.Melihat itu, anak buah lainnya ingin maju. Namun, para pengawal yang kemudian masuk membuat mereka berhenti.Di depan profesional, mereka hanyalah anak-anak.Kak Juan mengepalkan tangannya dan hendak meninju wajah Daniel.Daniel bahkan tidak mengelak. Dia mengangkat kakinya, kemudian menendang perut Kak Juan dengan kuat.Bam! Kak Juan langsung mengenai sudut meja dan seluruh meja tersebut ambruk.Dapat dilihat betapa kuatnya Daniel."Ugh!" Kak Juan jatuh ke lantai dan berbaring di sisinya. Tubuhnya tidak bisa bergerak.Yasmin melihat orang di lantai itu, kemudian dia baru tersadar. Tubuhnya pun merosot dengan lemah.Sebelum bokongnya sempat menyentuh lantai, seseorang memeluk pinggangnya sehingga dia kembali berdiri. Lalu, dia bersandar ke bahu yang lebar.Dengan mata yang berkaca-kaca, ketika Yasmin melihat Daniel, Yasmin terlihat sedih dan kasihan.Pupil Daniel bergerak sedikit. Sebuah perasaan melonjak di hatinya. Lalu, dia langsung menggend
Akan tetapi, Daniel tidak bertanya apa-apa lagi.Yasmin bersandar ke dada Daniel dengan lemas. Kepalanya terasa berat.Dulu dia adalah keponakan Klara dan dia sudah sering disiksa.Kalau dia menjadi anak kandung Klara, bukankah Daniel akan menjadi sangat membencinya sehingga ingin dia mati?Hal itu membuat Yasmin sangat takut. Dia pun gemetaran di dalam pelukan Daniel.Daniel mengambil jas di samping, lalu menutupi bahu Yasmin yang terekspos dan tubuhnya yang menggigil.Dalam mobil yang tertutup ini terasa hening.Karena kelelahan, Yasmin tertidur.Saat dia terbangun, dia sudah di Taman Royal.Langit di luar tampak cerah. Yasmin melirik ke arah jam dan ternyata sudah hampir jam sepuluh.Bisa-bisanya dia ketiduran di pelukan Daniel.Ada satu set baju baru di samping tempat tidur.Setelah Yasmin berpakaian, dia keluar dari kamar dan turun ke bawah.Saat Tony melihat Yasmin, dia buru-buru menghampiri Yasmin. "Nona Yasmin sudah bangun, ya. Aku sudah menyiapkan makanan untukmu. Apa kamu mau
Sebenarnya, pria itu terlihat seperti pria bajingan yang tidak bisa dipercaya.Selama Yasmin bertanya, dia bisa mengetahui kebenarannya.Dia mengangkat telepon, lalu berkata, "Tante ....""Malam ini Tante akan memasak untukmu. Apa yang ingin kamu makan? Tante akan membeli bahan-bahannya." Terdengar suara ceria Klara. Memasak untuk keponakannya seolah-olah adalah hal yang sangat gembira.Kalau dulu, Yasmin pasti akan merasa sangat hangat. Namun, sekarang ...."Yasmin?""Ya?""Kenapa nggak berbicara?""Apa kamu sudah makan siang?" tanya Yasmin. "Bagaimana kalau kita makan bersama di luar?""Sekarang? Tante mencari restoran, lalu pesan ruangan dulu, ya?""Oke."Ketika Yasmin masuk ke ruangan, Klara sedang menuangkan teh ke dua cangkir.Padahal itu tugas seorang pelayan, tapi Klara malah ingin melakukannya sendiri."Hai, Yasmin!" Klara meletakkan menu di meja, kemudian berkata, "Cepat lihat. Pesan makanan kesukaanmu."Yasmin berjalan mendekat, lalu dia menyingkirkan tasnya. Dia berkata den
Seorang pelayan masuk. Ketika dia melihat Yasmin sedang menangis, untuk sesaat dia tidak tahu seharusnya dia masuk atau keluar.Yasmin merasakan ada orang lain di ruangan. Dia menegakkan tubuhnya, lalu menghapus air mata di wajahnya.Ketika melihat makanan di tangan pelayan, Yasmin tahu dia tidak bisa mengembalikan makanan tersebut, tapi dia benar-benar tidak ada selera makan sedikit pun.Pada saat ini, menolak kebaikan Klara adalah satu-satunya cara Yasmin menunjukkan sikap keras kepalanya.Yasmin berkata, "Berikan aku tagihannya.""Apa Anda mau membawa pulang makanan-makanan ini?"Yasmin berdiri dan menjawab, "Nggak perlu. Kalian makan saja."Ketika pelayan itu terkejut, Yasmin keluar.Ketika dia ingin membayar tagihan, dia baru tahu ternyata Klara sudah membayarnya.Yasmin pun tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia langsung pergi.Sinar matahari tidak terik, tapi dia merasa pusing.Siapa yang bisa memberitahunya kenapa orang tua kandungnya saja bisa palsu? Apa lagi yang benar?Setela
Yasmin jelas-jelas tidak berteriak, 'kan?"Ya. Apa ada lagi yang ingin kamu katakan?" tanya Daniel sambil menggigit telinga Yasmin.Yasmin mengernyit kesakitan. Lalu, dia tiba-tiba menundukkan kepalanya untuk menggigit telunjuk Daniel dengan kuat.Daniel mengerutkan alisnya, tapi dia tidak menarik jarinya dari gigitan Yasmin. Dia malah tersenyum sambil bertanya, "Kamu mau mematahkan jariku, hm?"Ya, Yasmin ingin sekali mematahkan jari Daniel.Bagaimana tidak?Apa takdir Yasmin adalah melunasi utang ibunya?Ya, Daniel makin mempunyai alasan!Bagi Daniel, seorang putri lebih dekat dengan garis keturunan orang berdosa itu daripada seorang keponakan.Ketika Yasmin bangun, hari sudah siang.Sebelum dia dapat menggerakkan tubuhnya, dia sudah merasakan nyeri di mana-mana.Setelah dia memakai pakaiannya, dia menyeret tubuhnya yang lemas ke bawah.Dia duduk di sofa aula, kemudian melihat sekeliling.Yasmin mengingat ketika dia pulang semalam, Daniel memperlakukannya dengan kasar dan Yasmin meni
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump