Share

Persidangan Ethan

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2024-10-30 11:02:21

Ethan, setelah memuaskan hasrat yang disebabkan oleh pengaruh obat itu, terbaring lemas di kursi mobil. Nafasnya terengah-engah sebelum akhirnya ia kehilangan kesadaran, tidak menyadari kekejaman yang baru saja ia lakukan.

Sementara itu, Grace hanya bisa menangis. Hatinya hancur, tubuhnya lemah, dan air matanya mengalir deras. Kehormatannya direnggut tanpa ampun, oleh seorang pria yang tak dikenalnya. Dalam ketakutan dan rasa malu yang mendalam, Grace berusaha keluar dari mobil itu dengan langkah terseok-seok. Tubuhnya terasa seperti dihantam ribuan jarum, namun ia tak punya pilihan selain pergi secepat mungkin dari tempat itu. 

Ia tak ingin mengingat atau mengetahui lebih lanjut tentang wajah pria yang telah menghancurkannya. 

Ia berjalan tertatih-tatih di jalanan yang gelap, berusaha menahan sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Tangisnya semakin keras, namun tempat itu terlalu sepi, tak ada satu pun yang mendengar ratapannya. Malam itu menjadi saksi kesedihannya yang mendalam.

Keesokan harinya, di dalam mobil yang sama, Ethan membuka matanya dengan kepala yang berat. Ia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, berusaha memahami apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Apa yang terjadi? Kepalaku... sakit sekali," gumam Ethan pelan, suaranya terdengar parau. Matanya perlahan fokus, dan pemandangan di sekelilingnya mulai jelas. Ia menoleh dan melihat bercak darah di kursi mobil, sesuatu yang membuat dadanya berdegup kencang. Pikiran Ethan langsung dilanda kecemasan yang mendalam.

Pandangan matanya kemudian tertuju pada pakaian dalam wanita yang tergeletak di dekatnya. Tiba-tiba, ingatan samar-samar tentang malam sebelumnya mulai muncul di pikirannya. Sesuatu yang mengerikan telah terjadi, dan ia adalah penyebabnya.

"Gawat!" gumamnya, suaranya kini penuh ketakutan. "Siapa yang aku culik? Kenapa aku tidak bisa ingat apa pun?" Pikirannya kalut, mencoba menghubungkan kejadian demi kejadian, namun semua terasa buram dan tidak jelas.

Ethan menunduk, matanya menangkap sesuatu yang kecil dan berkilau di lantai mobil. Sebuah gelang tangan, sebagian talinya putus. Ia memungutnya dengan hati-hati, memperhatikannya dengan lebih seksama. Di gelang itu, terdapat tulisan yang jelas: Shin.

"Apakah ini adalah milik gadis itu?" gumamnya pelan, rasa bersalah mulai menggerogoti hati dan pikirannya. Ethan memandang gelang tersebut yang tercantim dengan nama " Shin"

 "Shin? Apakah namanya adalah Shin? Apakah dia orang asia?" gumamnya lagi, kali ini suaranya lebih pelan, nyaris berbisik.

"Shin seperti sebuah marga," lanjut Ethan sambil terus memperhatikan gelang yang kini terasa berat di tangannya. 

5 Tahun Kemudian

Pengadilan

Di ruang sidang yang penuh ketegangan, suasana semakin mencekam seiring berjalannya persidangan. Lampu-lampu terang menyoroti wajah Ethan Christoper, pria yang duduk di kursi terdakwa. Tangan Ethan terborgol, dan seragam tahanan yang ia kenakan menambah aura gelap yang melingkupinya. Tatapannya tak terlepas dari wajah Jaksa Shin, seorang gadis muda yang tampak begitu teguh dalam pendiriannya.

Di sisi lain, para hadirin yang memenuhi ruang sidang tak henti-hentinya mengamati jalannya persidangan. Beberapa dari mereka berbisik-bisik, mencoba menebak-nebak akhir dari kasus yang sedang diadili.

Jaksa Shin berdiri dengan tegap di hadapan Hakim, suaranya tegas saat ia membacakan semua kesalahan yang diduga dilakukan oleh terdakwa. Setiap kata yang keluar dari bibirnya seperti pisau tajam yang siap menusuk siapa saja yang bersalah.

"Jaksa Shin, apakah Anda memiliki bukti bahwa tersangka telah melakukan pelecehan dan pembunuhan terhadap korban?" tanya Hakim dengan suara lantang, menegaskan otoritasnya di dalam ruangan itu.

Tanpa ragu, Jaksa Shin mengambil beberapa lembar dokumen dari mejanya dan menunjukkannya kepada Hakim. "Yang Mulia! Senjata tajam yang ditemukan di lokasi kejadian memiliki DNA dan sidik jari tersangka," jawabnya dengan penuh keyakinan, pandangannya tak tergoyahkan.

Ethan Christoper, yang sejak tadi hanya diam, kini mengangkat kepalanya dan menatap Jaksa Shin dengan tatapan tajam yang menakutkan. "Grace Anderson Shin," katanya dengan suara rendah namun penuh kemarahan, "apa yang kau katakan sama sekali tidak benar. Saat aku tiba, mereka sudah meninggal. Mana mungkin aku begitu bodoh membunuh seseorang di Club Malam milikku!" Bantahan itu dilontarkan dengan nada tegas, seolah Ethan sedang menantang semua orang di ruangan itu untuk meragukan kesalahannya.

Namun Jaksa Shin tidak tergoyahkan. Dengan tenang, ia kembali menatap Ethan, "Ethan Christoper, semua orang bisa menyangkal kesalahan yang telah dilakukan. Akan tetapi, bukti sudah nyata," balasnya, setiap kata yang keluar dari mulutnya penuh dengan ketegasan.

Di antara kerumunan, seorang pria yang hadir sebagai tamu, Raymond Scott, tersenyum sinis. Wajahnya mencerminkan kegembiraan yang tak tertahankan, seolah ia menikmati penderitaan yang sedang dialami Ethan. Senyum licik itu tidak luput dari pandangan Ethan.

Ethan kemudian menoleh ke arah Raymond, matanya menyala penuh kemarahan. "Raymond Scott," katanya dengan suara bergetar, "kau berada di sana saat kejadian." Tuduhan itu dilemparkan dengan nada penuh kebencian.

"Silakan bertenang!" ucap Hakim dengan nada tegas, sambil mengetuk palu untuk mengembalikan ketertiban di ruang sidang.

Namun, Ethan tidak berhenti di situ. Dia menatap Hakim dengan penuh tantangan. "Apakah karena dia adalah seorang pejabat, kalian tidak berani mencurigainya?" tanyanya, suaranya penuh dengan kecurigaan.

Jaksa Shin tetap tenang, meskipun atmosfir di ruangan itu semakin panas. "Ethan Christoper, semua pelaku pasti tidak akan mengaku," katanya, "Kamu adalah pemilik Club Malam dan teganya melakukan pelecehan dan membunuh pelangganmu sendiri." Kata-kata itu keluar seperti pisau tajam yang siap menusuk hati Ethan.

Ethan mengepalkan kedua tangannya yang terborgol, tatapannya semakin penuh dengan kebencian. "Percaya atau tidak, Aku juga akan membunuhmu!" Kata-kata itu seperti api yang siap membakar apapun di hadapannya, membuat suasana ruang sidang menjadi semakin mencekam.

Jaksa Shin dan Ethan saling bertatapan dengan tajam, suasana sidang menjadi panas setelah tersangka tanpa ragu melontarkan ancaman kepada Jaksa tersebut.

Namun, tidak ada yang tahu bahwa mereka telah terjadi hubungan satu malam saat 5 tahun yang lalu. Mereka yang saling tidak mengenal hanya menaruh perasaan aneh antara satu sama lain! 

Related chapters

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Ethan Mengincar Grace

    Dua jam kemudian.Persidangan dilanjutkan dengan suasana yang tegang, saat sang hakim bersiap untuk membaca keputusan terhadap tersangka pembunuhan, Ethan Christopher. Di dalam ruang sidang yang penuh sesak, napas tertahan dan mata tertuju pada hakim yang memegang nasib di tangannya."Ethan Christopher," ucap hakim dengan suara lantang, "akan dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup atas kesalahan melakukan pelecehan seksual dan pembunuhan korban. Selain itu, klub malam yang menjadi lokasi kejahatan akan ditutup dan disita oleh negara." Kata-kata itu menggema di seluruh ruangan, menebarkan keheningan yang berat.Ethan berdiri dengan gerakan cepat, wajahnya merah padam, "Aku tidak bisa terima keputusanmu!" Teriaknya dengan penuh emosi, matanya menatap tajam ke arah hakim.Namun, hakim tidak tergoyahkan. "Bukti dan saksi sudah lengkap," balasnya dengan ketegasan yang tidak bisa dibantah. "Terima atau tidak, Anda tidak memiliki hak untuk membantah putusan ini!"Meskipun berhasil menuntut

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Tendangan Keras Dari Ethan

    "Grace Anderson Shin, ikut kami pergi atau mati di tangan kami?" tanya Ekin dengan nada keras dan tegas. Grace tidak mundur sedikit pun. Ia balas menatap Ekin dengan pandangan penuh tekad, "Aku tidak akan menyerah walau harus mati," jawab Grace dengan nada yang penuh determinasi. "Apa yang kalian lakukan hanya akan mempersulitkan bos kalian untuk bebas."Emil yang tampak lebih emosional, melangkah maju dengan wajah merah padam. "Jangan lupa! Bukti yang ada adalah hasil dari rekasayamu," bentaknya, suaranya bergetar dengan kemarahan. "Kau menjebak bos kami demi uang. Berapa jumlah yang brengsek itu bayar?"Grace mengangkat bahu, tersenyum tipis. "Aku tidak berniat melukai kalian. Tapi kalau itu yang kalian inginkan," dia melayangkan tongkat di tangannya, siap bertarung, "akan kulayani!"Emil dan anak buahnya langsung meluncur maju, melayangkan pisau tajam ke arah Grace. Tanpa gentar, Grace menahan serangan-serangan mereka yang datang secara bersamaan. Tongkatnya memukul tangan-tangan

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Wilson, Anak Yang Disembunyikan

    "1 minggu!" ucap Ethan menatap tajam pada Grace, matanya menyorot tajam seolah menusuk langsung ke dalam jiwa gadis itu. "Kalau gagal, aku tidak akan melepaskanmu!""Baiklah, tapi dalam seminggu ini kau harus pastikan keselamatanku. Andaikan aku mati, maka tidak ada keuntungan bagimu!" jawab Grace.Ethan tertawa kecil, senyumnya sinis, hampir seperti memandang rendah permintaan Grace. "Kau mengancamku?" tanyanya, nada suaranya mengintimidasi, namun bibirnya masih menyunggingkan senyuman yang meremehkan."Tentu saja, tidak! Aku butuh jaminan untuk nyawaku," Grace membalas dengan tegas, "Raymond Scott akan membunuh siapa saja yang menantangnya. Aku akan menjadi sasarannya. Hakim dan para juri ada di pihaknya. Bukti asli telah diserahkan kepada mereka. Namun, semua bukti telah dihapus," jelasnya sambil menarik napas panjang, mencoba menghilangkan ketegangan yang melingkupinya.Ethan mendengus, mengalihkan pandangannya sejenak. "Kalau sudah tahu kau akan menjadi sasarannya, kenapa ingin u

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Mulai Penyelidikan

    Grace berdiri di depan panti asuhan, memandang anak-anak yang sedang bermain riang di halaman. Senyum mereka seharusnya bisa membangkitkan perasaan hangat dalam hatinya, namun bayangan ancaman Raymond Scott terus menghantui pikirannya. Kata-kata pria itu, yang diucapkan dengan nada dingin dan penuh ancaman, membebani langkahnya sejak saat itu.“Pastikan Ethan Christopher dihukum mati. Kalau kau tidak melakukannya, maka anak-anak di panti asuhan ini akan menjadi penggantinya,” ancaman Raymond terngiang jelas dalam benak Grace, membuatnya mengepalkan tangan dengan erat. "Sudah saatnya aku memasukkanmu ke penjara," gumam Grace, memandang gedung panti asuhan dengan tekad yang berkobar. ***Di gedung kejaksaan, Grace melangkah cepat menuju ruangan Kepala Jaksa Robert, wajahnya penuh determinasi. Tanpa ragu, ia mengetuk pintu dengan keras sebelum masuk. Robert, yang duduk di balik mejanya, mengangkat kepala dan menatap Grace dengan tatapan waspada."Grace, jangan mencari masalah lagi. Ter

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Anak Yang Disembunyikan

    Malam di café itu semakin sunyi, hanya terdengar suara gesekan sendok yang diaduk Grace pada minumannya. Dalam benaknya, ia terus memikirkan kasus besar yang sedang ditanganinya, kasus yang membuatnya harus berhadapan dengan Raymond, seorang pejabat yang ditakuti dan berkuasa.Tak lama kemudian, Robert, Kepala Jaksa mendekatinya dan duduk di hadapannya dengan wajah serius. "Dengarkan aku sekali lagi, Grace. Tolak kasus ini!" kata Robert dengan nada mendesak.Grace memandang Robert dengan mata tajam. "Selama ini aku tidak pernah menyesal dengan keputusan yang kuambil. Walaupun harus kehilangan nyawa, aku tidak akan ragu membongkar kejahatannya," jawab Grace tegas.Robert menghela napas, berusaha mengendalikan emosinya. "Kau tahu siapa lawanmu? Ini bukan permainan, Grace.""Untuk apa kau peduli? Apapun yang terjadi, aku yang akan bertanggung jawab," Grace membalas dengan suara yang bergetar namun tegas.Robert memejamkan mata sejenak, tampak frustasi. "Aku tahu kau keras kepala dan ti

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Grace Menemui Raymond

    "Guru mengajarimu ilmu bela diri agar kamu bisa melindungi dirimu," kata Wang dengan suara lembut namun tegas, "Saat kamu berhasil mengalahkan penjahat, guru merasa bangga padamu. Tapi, guru tidak berharap kamu harus berkorban demi mereka. Sudah banyak usaha yang kamu lakukan demi masyarakat dan panti asuhan. Kapan kamu akan hidup untuk diri sendiri?"Grace menunduk, terdiam sejenak. Matanya berkaca-kaca, namun ia berusaha tegar. "Guru, jangan mencemaskan aku! Sejak dulu, kalau bukan karena ada guru, aku tidak akan bisa bertahan hingga saat ini. Papaku sendiri telah melakukan hal yang memalukan. Dan mamaku pergi hingga saat ini tidak kembali." Suaranya terdengar bergetar saat mengingat masa lalu yang kelam. "Aku sangat ingin melihatnya. Sudah 12 tahun berlalu, dan dia masih tidak ingin pulang. Aku yakin mama pasti sudah tahu kalau suaminya yang kejam itu telah meninggal dan aku adalah pembunuhnya," ungkap Grace dengan tatapan kosong."Grace, kamu telah menyelamat

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Mengincar Grace

    "Jaksa Shin, sepertinya kamu sudah lupa siapa yang kamu hadapi," ujar Raymond dengan nada mengancam. Setiap katanya terdengar seperti racun yang siap menyebar.Grace Anderson Shin berdiri tegak, tidak sedikit pun goyah oleh ancaman pria di depannya. Matanya menatap lurus, penuh keyakinan. "Tuan Scott, hukum adalah hukum. Di dunia ini ada keadilan, dan aku adalah orang yang menegakkannya," balas Grace dengan tegas, suaranya penuh keteguhan yang sulit ditembus.Raymond terkekeh pelan, menyembunyikan amarah yang mulai membara di dalam dirinya. "Kamu akan menyesal, Jaksa Shin," katanya lagi, nada ancaman tak lagi terselubung.Grace tidak bergeming. Ia melangkah maju, menatap Raymond tanpa gentar. "Apa yang akan kamu lakukan padaku? Menjebakku seperti kamu menjebak Ethan Christopher atau membunuhku seperti wanita hiburan yang menjadi korbanmu? Rinna adalah pacar Ethan Christopher. Dia berselingkuh denganmu dan mengkhianati pacarnya. Hubungan kalian sungguh luar biasa

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Grace Muntah Darah

    Grace yang telah terlelap, seakan sedang bermimpi buruk yang mengganggu tidurnya. Sebuah bayangan dari masa kecilnya kembali muncul, memperlihatkan saat-saat kelam di mana ia menikam ayahnya sendiri hingga tewas. Darah yang membasahi tangannya terasa begitu nyata, membuat kejadian tersebut menjadi mimpi buruk seumur hidup baginya.Grace membuka mata dengan terkejut, napasnya tersengal, dan ia langsung bangkit. Keringat dingin membasahi wajahnya, matanya melirik ke sekeliling ruangan seolah mencari perlindungan dari bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya."Kenapa kejadian itu selalu saja muncul dalam mimpiku?" ucapnya dengan suara serak, matanya berkaca-kaca. Tangannya bergetar saat mencoba menghapus air mata yang mulai menggenang, seolah menghapus dosa yang tak pernah bisa ia lupakan. Kejadian itu terus membayangi, membelenggu langkahnya meski ia terus berusaha melangkah maju.Tiba-tiba suara pecahan kaca terdengar begitu jelas. "Prang!"Grace l

Latest chapter

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Grace Mengikuti Raymond

    Malam itu, Grace duduk di dalam mobilnya yang terparkir di pinggir jalan yang gelap. Lampu jalan redup, menciptakan bayangan-bayangan yang bergerak seiring hembusan angin. Ia menatap ke arah restoran mewah di seberang jalan, di mana Raymond Scott, seorang pejabat korup, sedang menikmati makan malam. Ia tak sendiri; di sampingnya seorang wanita muda tertawa, seolah dunia adalah milik mereka berdua."Selalu saja berganti pasangan, tidak sadar kalau dia sudah tua," gumam Grace.***Keesokan harinya, Grace melangkah dengan tegas menuju ruangan Jaksa Agung, Micheal. Dinding koridor terasa dingin, namun langkahnya tak gentar sedikit pun. Setibanya di depan pintu, ia mengetuk perlahan, lalu masuk setelah dipersilakan."Grace, kenapa kamu ke sini? Apa yang terjadi?" tanya Micheal, pria paruh baya yang duduk di kursi besar di belakang meja kayu penuh dokumen. " Rekan saya, Frank dan Billy, menemukan bukti kesalahan Raymond Scott," ujar Grace sembari meletakkan setumpuk dokumen di meja Micheal

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Kemiripan Wilson dengan Ethan

    Keesokan harinya, Frank dan Billy, dua rekan kerja Grace, mendatangi apartemennya dengan raut wajah penuh penasaran. Mereka berdua terpaku saat melihat seorang anak kecil yang duduk di atas kasur, menatap mereka dengan mata bulat yang polos namun penuh rasa ingin tahu.“Grace, ini anak siapa?” Billy memecah keheningan, wajahnya penuh tanda tanya.“Anakku, namanya Wilson. Usianya empat tahun,” jawab Grace dengan nada tenang, meski ada sorot keraguan di matanya. Mendengar jawaban itu, kedua rekannya langsung menoleh ke arahnya, tercengang.“Anakmu?” mereka bertanya serentak, tak percaya.Grace menarik napas panjang, menatap mereka dengan sorot mata yang meminta pengertian. “Aku bisa jelaskan bila ada waktu,” katanya singkat.Frank mengerutkan kening, rasa penasaran membuncah di dalam dirinya. “Bukankah pernikahanmu dan Kepala Jaksa belum memiliki anak? Lalu anak ini datang dari mana?” tanyan

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Merasa Familiar

    Ethan duduk di ruangannya, memandangi sekeliling dengan tatapan kosong, pikirannya tenggelam dalam kenangan masa lalu. Di benaknya, berulang kali terbayang saat pertama kali ia melihat Grace di pengadilan. Seperti bara api yang kembali menyala, amarahnya membuncah saat mengingat pertemuan mereka di ruang tahanan. Ia bahkan melukai wanita itu tanpa berpikir panjang."Kenapa wanita itu terasa begitu familiar sejak awal aku melihatnya?" gumam Ethan pelan, mencoba menguraikan perasaan aneh yang membebani hatinya. "Dan anak itu... anak itu sepertinya bukan milik Jaksa Robert. Kenapa aku harus repot-repot memikirkan urusan mereka?"Ethan menarik napas panjang, seakan berusaha menyingkirkan bayangan yang terus menghantui. "Setelah ini, aku tak ingin lagi berurusan dengan mereka. Bagaimanapun juga, Grace tetaplah putri dari pembunuh ibuku. Kali ini aku hanya membantunya karena anak kecil yang tak tahu apa-apa. Hanya itu," ucapnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.Di gedung kejaksaan, Grace

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Ethan Bersikap Dingin

    "Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Grace dengan rasa penasaran yang jelas tergambar di wajahnya. Ada sesuatu dalam suara Ethan yang membuat hatinya merasa tidak tenang.Ethan hanya menggeleng. "Tidak ada! Dia tidak mirip sama sekali dengan kepala jaksa busuk itu," jawabnya dengan nada dingin. Tanpa menunggu tanggapan dari Grace, dia bangkit dari sofa, berniat meninggalkan apartemen itu. Tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara kecil yang memanggilnya."Paman!" panggil Wilson, yang terbangun dari tidurnya. Anak itu memandang Ethan dengan senyum lelah, tetapi tulus.Ethan berbalik menatap bocah kecil itu. Tatapannya sempat melembut, meski hanya sebentar. Anak itu melambaikan tangan kecilnya, seolah tak ingin Ethan pergi."Sampai jumpa!" ucap Wilson dengan polos.Ethan menatap anak itu dengan perasaan campur aduk, ada kekhawatiran, kehangatan, dan entah kenapa, sedikit keraguan yang ia sembunyikan. "Tidurlah lebih awal!" jawabnya singkat, lalu berbalik dan melangkah keluar

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Rasa Penasaran

    Saat pisau tajam itu semakin dekat dengan Wilson, insting seorang ibu membuat Grace bertindak tanpa berpikir panjang. Dia mengangkat tangannya, menahan pisau dengan telapak tangannya yang terbuka. Rasa sakit yang tajam langsung menjalar, tapi dia menahan diri untuk tidak mengerang. Darah menetes, membasahi lantai di bawahnya, namun tekadnya tidak goyah.Dengan kekuatan penuh, Grace menendang pria itu, membuatnya terlempar ke belakang dan jatuh terkapar di lantai."Bruk!"Grace segera berbalik, menatap putranya yang tampak pucat. "Wilson, kamu tidak apa-apa?" tanyanya, suaranya penuh kekhawatiran.Wilson mengangguk, meskipun wajahnya menunjukkan ketakutan yang dalam. "Tangan Mama terluka," ucapnya dengan suara bergetar, matanya terpaku pada darah yang terus mengalir dari luka di telapak tangan ibunya.Grace tersenyum menenangkan, mencoba meredakan kekhawatiran putranya meskipun tangannya terasa berdenyut sakit. "Mama tidak apa-apa, Sayang," katanya le

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Grace Diserang, Wilson Dalam Bahaya

    Anita menundukkan wajah, suaranya lirih ketika mengingat kejadian pahit yang dialami putra jaksa itu, "Beberapa waktu lalu, Wilson sering dibully oleh teman-temannya," katanya, suara penuh penyesalan. "Mereka menjauhinya, mengejeknya, mengatakan dia dicampakkan oleh orang tuanya. Kejadian itu membuat Wilson frustrasi. Aku masih ingat tatapan terluka di matanya. Ia sampai bertengkar dengan mereka, penuh amarah, hingga akhirnya memilih untuk bungkam selama dua minggu. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Andaikan aku lebih perhatian padanya...mungkin Wilson tak akan pergi begitu saja."Grace menghela napas panjang, tatapannya jatuh pada wajah putranya yang sedang tertidur, begitu polos dan damai. "Wilson keluar untuk mencariku, Dia terluka, sedih… merasa diabaikan. Semua salahku yang selama ini terlalu fokus pada pekerjaan. Anak sekecil itu harusnya mendapatkan lebih dari sekadar kehadiran fisik. Harusnya dia tahu dia selalu ada dalam hatiku."Anita meng

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Kenapa Mirip?

    Di dalam ruangan rumah sakit yang sunyi, seorang pria berdiri dengan tatapan kosong menatap anak kecil yang terbaring lemah di ranjang. Ada sesuatu yang menggelitik pikirannya, sesuatu yang sulit ia jelaskan. Wajah anak itu, yang sedang tertidur pulas dengan infus di tangannya, membuat hatinya terasa hangat dan... anehnya, familiar. Sementara itu, salah satu anak buahnya, berdiri di sampingnya, ikut memandangi anak kecil yang terlelap.Pria yang melarikan Wilson ke rumah sakit adalah Ethan dan Ekin."Bos, kenapa... Anak ini sangat mirip denganmu?" Ekin bertanya dengan nada penasaran, matanya meneliti setiap lekuk wajah anak tersebut.Ethan menelan ludah, tak bisa menutupi rasa bingung di wajahnya. "Aku juga tidak tahu," jawabnya dengan suara pelan, berusaha terdengar biasa saja. "Mungkin hanya kebetulan saja."Ekin memecah kesunyian, ekspresinya tampak serius. "Siapa anak ini, kenapa bisa pingsan di simpang jalan itu?" tanyanya dengan penasaran.Et

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Wilson Tidak Sadarkan Diri

    Grace menatap suaminya dengan senyum sinis, penuh tantangan yang jelas terbaca di matanya. "Kau mengancamku? Seorang kepala jaksa mengancamku?" Ia menegaskan ucapannya dengan nada yang begitu sarkastik, seolah menunjukkan betapa kecilnya ancaman itu di matanya.Robert membalas tatapan istrinya dengan ekspresi dingin, berusaha mempertahankan kendali meskipun ia tahu situasinya tak sepenuhnya menguntungkannya. Ia tersenyum kecil, sebuah senyum yang lebih mirip ejekan. "Kita jalani saja hidup kita masing-masing," ucapnya, suaranya rendah namun penuh ancaman terselubung. "Aku bisa menjamin tidak ada yang akan tahu keberadaan anak itu. Seorang jaksa telah memiliki anak sebelum menikah. Mereka pasti penasaran siapa ayah anak itu."Secepat kilat, Grace tanpa ragu mengayunkan tangannya, menampar wajah suaminya dengan keras."Plak!"Robert tertegun, wajahnya memerah akibat tamparan itu. Namun, sebelum ia sempat merespons, Grace sudah berbicara lagi dengan na

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Emosi Grace

    Grace yang penuh amarah mengayunkan tongkat baseball ke arah mobil suaminya, matanya berkilat tajam, penuh kebencian yang terpendam. Dentuman keras terdengar ketika tongkat menghantam kaca mobil, menghancurkannya hingga berkeping-keping."Prak!"Molly yang berada di dalam mobil berteriak panik. "Aahh!" Jeritannya menggema, suaranya penuh ketakutan, tubuhnya menggigil saat melihat Grace terus mengayunkan tongkatnya.Di luar, Robert tampak gelisah dan berusaha menghentikan aksi istrinya. "Grace, apa kau sudah gila? Hentikan!" serunya, mencoba mengambil alih situasi, tetapi suaranya terdengar tak berdaya di tengah kemarahan Grace.Namun, Grace tak mengindahkan perintah suaminya. Dengan tatapan tajam, ia melanjutkan aksinya, menghancurkan bagian depan mobil dengan kekuatan penuh, melampiaskan setiap rasa sakit yang selama ini dia pendam."Pasangan murahan!" Grace membentak, suaranya menggetarkan malam yang sunyi. "Ini adalah hadiah dariku!"Tong

DMCA.com Protection Status