Share

Mulai Penyelidikan

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 18:57:09

Grace berdiri di depan panti asuhan, memandang anak-anak yang sedang bermain riang di halaman. Senyum mereka seharusnya bisa membangkitkan perasaan hangat dalam hatinya, namun bayangan ancaman Raymond Scott terus menghantui pikirannya. Kata-kata pria itu, yang diucapkan dengan nada dingin dan penuh ancaman, membebani langkahnya sejak saat itu.

“Pastikan Ethan Christopher dihukum mati. Kalau kau tidak melakukannya, maka anak-anak di panti asuhan ini akan menjadi penggantinya,” ancaman Raymond terngiang jelas dalam benak Grace, membuatnya mengepalkan tangan dengan erat. 

"Sudah saatnya aku memasukkanmu ke penjara," gumam Grace, memandang gedung panti asuhan dengan tekad yang berkobar. 

***

Di gedung kejaksaan, Grace melangkah cepat menuju ruangan Kepala Jaksa Robert, wajahnya penuh determinasi. Tanpa ragu, ia mengetuk pintu dengan keras sebelum masuk. Robert, yang duduk di balik mejanya, mengangkat kepala dan menatap Grace dengan tatapan waspada.

"Grace, jangan mencari masalah lagi. Tersangka sudah dijatuhi hukuman. Kasus ini sudah tutup. Jadi, jangan selidiki lagi!" ujar Robert dengan nada tegas, berusaha menekan amarah Grace yang tampak jelas di wajahnya.

 "Kalau bukan karena ancaman brengsek itu, mana mungkin aku patuh padanya. Aku akan menangkapnya dengan tanganku sendiri," jawab Grace, Ia berbalik, ingin segera pergi dari ruangan itu.

Robert menghela napas panjang, mencoba meredam ketegangan. “Grace, jangan gegabah! Seharusnya kamu patuh pada perintahku. Aku adalah atasanmu!” ucap Robert.

Grace berhenti, menoleh dengan tajam. "Masa depan satu orang hancur karena aku. Mana mungkin aku bisa patuh padamu. Jangan melarangku kalau kamu tidak ingin membantu," jawab Grace dengan nada tajam. 

“Kamu akan ditimpa masalah, Grace. Jangan lupa, usahamu akan menjadi sia-sia kalau dia melawanmu,” kata Robert, suaranya melembut.

"Seorang penjahat pantas mati,” jawab Grace tegas, tanpa sedikit pun ragu dalam suaranya.

"Jangan samakan dia dengan ayahmu. Dia adalah pejabat yang bisa menjatuhkan siapa pun," Robert mengingatkan, suaranya sarat dengan keprihatinan.

Grace menghadap Robert, tatapannya begitu tajam dan dingin. “Dengan ayah sendiri aku juga tidak sungkan membunuhnya, apalagi brengsek itu. Aku tidak akan membiarkan dia berkeliaran melakukan kesalahan!” tegas Grace, sebelum melangkah keluar dari ruangan dengan langkah pasti.

Robert hanya bisa menggeleng pelan, menatap punggung Grace yang semakin jauh. “Selalu saja suka bertindak sesuka hati,” gumamnya, menyadari bahwa Grace seperti badai yang tak bisa dihentikan, bahkan oleh peringatan sekalipun.

Setelah meninggalkan kantor atasannya, Grace melajukan mobilnya dengan penuh emosi. Jalanan malam yang seharusnya tenang malah terasa penuh oleh kekacauan dalam pikirannya. Kenangan-kenangan lama bermunculan, menghantui setiap sudut benaknya setelah mendengar ucapan kepala jaksa yang menguak kembali luka lama.“Jones Walker,” gumam Grace dengan suara bergetar, menggenggam setir erat seakan ingin menghancurkannya.

 “Walau aku sudah membunuhmu, perasaan bersalahku terhadap korbanmu masih belum hilang. Terutama kepada keluarga mereka.” Matanya memerah, dipenuhi air mata yang ditahan, dan dadanya terasa sesak oleh rasa benci yang tak kunjung surut. “Andaikan aku bisa mengganti darahku, aku ingin segera melakukannya. Aku merasa darahku kotor karena berasal darimu!” Suaranya pecah di akhir kalimat, seiring dengan tangisan yang akhirnya tak tertahankan.

Malam hari.

Di dalam sel penjara yang dingin dan sepi, Ethan terlelap dalam mimpi yang menyeretnya kembali ke masa lalu yang kelam. Bayangan ibunya yang tewas bunuh diri masih menghantuinya.

Kegelapan merengkuh, dan suara yang pernah ia dengar dari dokter kembali bergema di telinganya, “Ibumu bunuh diri akibat depresi, beliau dilecehkan sehingga mengalami gangguan mental.” Ucapan itu menyayat hati, seakan menggores luka lama yang belum pernah sembuh.

Ethan terbangun dengan napas tersengal-sengal, keringat dingin membasahi wajah dan lehernya. Pandangannya terpaku pada langit-langit sel yang gelap,"Jones Walker," Ethan berbisik dengan suara serak, penuh dendam yang membara.

 “Kematianmu tidak bisa membayar kematian ibuku. Walau anakmu telah membunuhmu, aku tetap akan membunuhnya untuk menebus penderitaan yang aku alami!” Tangan Ethan mengepal kuat, kuku-kukunya menancap di telapak tangannya sendiri. 

Dua hari kemudian.

Grace bersama dua rekannya, Billy dan Frank, sedang mengumpulkan bukti kejahatan Raymond Scott. Mereka bekerja keras, masing-masing menjalankan tugas yang telah ditentukan. Billy, seorang detektif yang bekerja sama dengan jaksa, mengikuti setiap langkah Raymond dengan cermat. Tidak ada gerakan yang luput dari pengawasannya. Di sisi lain, Frank tenggelam dalam tumpukan berkas-berkas lama, membongkar setiap kasus yang pernah melibatkan pejabat itu. Debu dan aroma kertas tua menyelimuti ruang penyimpanan dokumen.

Sementara itu, Grace memfokuskan diri pada data korban dan pelaku yang terhubung dengan Raymond, matanya tak lepas dari layar komputernya. Cahaya layar yang redup membuat wajahnya tampak semakin pucat, namun ia tetap memaksakan diri untuk bekerja. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran, waktu tidak berpihak padanya. Ia hanya memiliki satu minggu untuk memecahkan kasus ini.

Di sisi lain, Emil melangkah memasuki area penjara dengan langkah cepat, menghampiri bosnya, Ethan, yang tengah mendekam di balik jeruji besi. Ethan, dengan tatapan dingin yang tajam, menunggu kabar terbaru dari anak buahnya.

"Bos, kami sudah mendapatkan informasi," lapor Emil dengan nada serius. "Jaksa Shin dibesarkan di panti asuhan itu. Namun, masih belum tahu alasannya kenapa harus melindungi tempat itu." Emil berhenti sejenak.

Ethan memicingkan matanya, mencoba mencerna informasi yang diberikan. "Apakah dia menerima ancaman dari brengsek itu? Raymond sanggup melakukan apa saja demi menyelamatkan dirinya," ujarnya.

Emil mengangguk dengan ragu," Apa tindakan kita selanjutnya?" tanyanya dengan hati-hati.

Ethan terdiam sejenak, menimbang-nimbang rencana berikutnya. "Lakukan saja sesuai permintaannya, dan apa yang dia lakukan belakangan ini?" tanyanya sambil menatap Emil dengan tajam.

"Dia pergi ke beberapa tempat, begitu juga dengan rekannya," jawab Emil cepat. "Sepertinya mereka mulai menyelidiki secara diam-diam. Satu hal lagi, informasi yang aku dapatkan Jaksa Shin dan Kepala Jaksa, Robert. tidak pernah akur dan sering berbeda pendapat. Hal tersebut menjadi bahan gosip di satu gedung itu. Mereka selalu saja bertengkar. Namun yang anehnya adalah, walau wanita itu menantangnya. posisinya tetap aman dan tidak pernah diskors atau dipecat!"

Ethan tertawa kecil, sinis. "Luar biasa sekali wanita ini, banyak kejutan yang dia berikan. Teruskan ikuti dia," perintah Ethan dengan nada perintah yang tegas. "Aku ingin dia tetap hidup dan membersihkan namaku. Setelah itu aku akan pertimbangkan dengan cara apa aku menghukumnya. Aku adalah bos gangster malah harus jatuh ke jebakannya. Tidak peduli apa alasannya. itu tidak bisa membuatku memaafkan dia!" Ethan berkata dengan penuh dendam.

Bab terkait

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Anak Yang Disembunyikan

    Malam di café itu semakin sunyi, hanya terdengar suara gesekan sendok yang diaduk Grace pada minumannya. Dalam benaknya, ia terus memikirkan kasus besar yang sedang ditanganinya, kasus yang membuatnya harus berhadapan dengan Raymond, seorang pejabat yang ditakuti dan berkuasa.Tak lama kemudian, Robert, Kepala Jaksa mendekatinya dan duduk di hadapannya dengan wajah serius. "Dengarkan aku sekali lagi, Grace. Tolak kasus ini!" kata Robert dengan nada mendesak.Grace memandang Robert dengan mata tajam. "Selama ini aku tidak pernah menyesal dengan keputusan yang kuambil. Walaupun harus kehilangan nyawa, aku tidak akan ragu membongkar kejahatannya," jawab Grace tegas.Robert menghela napas, berusaha mengendalikan emosinya. "Kau tahu siapa lawanmu? Ini bukan permainan, Grace.""Untuk apa kau peduli? Apapun yang terjadi, aku yang akan bertanggung jawab," Grace membalas dengan suara yang bergetar namun tegas.Robert memejamkan mata sejenak, tampak frustasi. "Aku tahu kau keras kepala dan ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Grace Menemui Raymond

    "Guru mengajarimu ilmu bela diri agar kamu bisa melindungi dirimu," kata Wang dengan suara lembut namun tegas, "Saat kamu berhasil mengalahkan penjahat, guru merasa bangga padamu. Tapi, guru tidak berharap kamu harus berkorban demi mereka. Sudah banyak usaha yang kamu lakukan demi masyarakat dan panti asuhan. Kapan kamu akan hidup untuk diri sendiri?"Grace menunduk, terdiam sejenak. Matanya berkaca-kaca, namun ia berusaha tegar. "Guru, jangan mencemaskan aku! Sejak dulu, kalau bukan karena ada guru, aku tidak akan bisa bertahan hingga saat ini. Papaku sendiri telah melakukan hal yang memalukan. Dan mamaku pergi hingga saat ini tidak kembali." Suaranya terdengar bergetar saat mengingat masa lalu yang kelam. "Aku sangat ingin melihatnya. Sudah 12 tahun berlalu, dan dia masih tidak ingin pulang. Aku yakin mama pasti sudah tahu kalau suaminya yang kejam itu telah meninggal dan aku adalah pembunuhnya," ungkap Grace dengan tatapan kosong."Grace, kamu telah menyelamat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Mengincar Grace

    "Jaksa Shin, sepertinya kamu sudah lupa siapa yang kamu hadapi," ujar Raymond dengan nada mengancam. Setiap katanya terdengar seperti racun yang siap menyebar.Grace Anderson Shin berdiri tegak, tidak sedikit pun goyah oleh ancaman pria di depannya. Matanya menatap lurus, penuh keyakinan. "Tuan Scott, hukum adalah hukum. Di dunia ini ada keadilan, dan aku adalah orang yang menegakkannya," balas Grace dengan tegas, suaranya penuh keteguhan yang sulit ditembus.Raymond terkekeh pelan, menyembunyikan amarah yang mulai membara di dalam dirinya. "Kamu akan menyesal, Jaksa Shin," katanya lagi, nada ancaman tak lagi terselubung.Grace tidak bergeming. Ia melangkah maju, menatap Raymond tanpa gentar. "Apa yang akan kamu lakukan padaku? Menjebakku seperti kamu menjebak Ethan Christopher atau membunuhku seperti wanita hiburan yang menjadi korbanmu? Rinna adalah pacar Ethan Christopher. Dia berselingkuh denganmu dan mengkhianati pacarnya. Hubungan kalian sungguh luar biasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Grace Muntah Darah

    Grace yang telah terlelap, seakan sedang bermimpi buruk yang mengganggu tidurnya. Sebuah bayangan dari masa kecilnya kembali muncul, memperlihatkan saat-saat kelam di mana ia menikam ayahnya sendiri hingga tewas. Darah yang membasahi tangannya terasa begitu nyata, membuat kejadian tersebut menjadi mimpi buruk seumur hidup baginya.Grace membuka mata dengan terkejut, napasnya tersengal, dan ia langsung bangkit. Keringat dingin membasahi wajahnya, matanya melirik ke sekeliling ruangan seolah mencari perlindungan dari bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya."Kenapa kejadian itu selalu saja muncul dalam mimpiku?" ucapnya dengan suara serak, matanya berkaca-kaca. Tangannya bergetar saat mencoba menghapus air mata yang mulai menggenang, seolah menghapus dosa yang tak pernah bisa ia lupakan. Kejadian itu terus membayangi, membelenggu langkahnya meski ia terus berusaha melangkah maju.Tiba-tiba suara pecahan kaca terdengar begitu jelas. "Prang!"Grace l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Pertarungan Sengit

    Grace menahan sakit yang menjalar di tubuhnya, namun ia tetap berusaha berdiri tegap di hadapan lawannya. Matanya berkobar,"Aku harus bisa melewati rintangan ini. Kalahkan mereka dan bebaskan Ethan Christopher," batinnya, menggenggam tongkat besinya dengan lebih erat.Salah satu dari musuh yang berdiri di depannya menyeringai sinis. "Ternyata kau sudah terluka. Apakah kau mengira mampu mengalahkan kami dalam kondisi seperti ini?" tantangnya, sambil memberikan isyarat kepada yang lain untuk menyerang serempak.Mereka semua mendekat dengan niat jahat terpancar dari tatapan mata mereka.Tanpa berpikir panjang, Grace meraih vas bunga yang ada di dekatnya. Dengan sekuat tenaga, ia menghantam kepala salah satu lawannya hingga vas itu pecah berkeping-keping. "Brak!""Aahh!" Jeritan kesakitan keluar dari mulut lawannya yang terhuyung ke belakang, darah mengucur dari luka di kepalanya.Namun, tidak ada waktu untuk berpuas diri. Gerombolan penyerang masih mengelilingi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Bukti Rekaman

    Billy menunggu di luar ruang sidang, berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Tangannya sesekali merogoh saku, melihat jam tangannya dengan penuh kecemasan. “Sudah tiba waktu persidangan. Apakah Grace baik-baik saja?” gumamnya, suaranya hampir tenggelam dalam riuh rendah suara para pengunjung yang berlalu-lalang di koridor pengadilan.Sementara itu, di dalam ruang sidang, suasana tegang. Persidangan telah dimulai dan seluruh mata tertuju pada hakim yang duduk di podium, wajahnya tegas dan penuh wibawa. Sang hakim mengetuk palu sekali lagi, mengisyaratkan dimulainya persidangan. "Tuan Ethan Christopher," suara sang hakim terdengar berat, tapi jelas. "Sebelumnya Anda mengatakan bahwa ada bukti yang bisa membuktikan bahwa Anda tidak bersalah. Bukti apa yang akan Anda tunjukkan di persidangan kali ini?"Ethan, duduk di bangku terdakwa, tetap tenang. Sorot matanya tak tergoyahkan, meski di dalam hatinya bergejolak. Ini adalah saat penentu baginya. Di sisi la

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Grace Hadir Dalam Persidangan

    Di luar, Emil telah tiba dengan tergesa-gesa dan segera membuka pintu mobil, matanya melebar saat melihat kondisi Grace yang terluka parah. Darah yang mengalir dari luka tusukan membuat wajah Emil tegang. Namun, Grace tetap terlihat tegar meski kesakitannya jelas. Dengan hati-hati, Emil membantunya keluar dari mobil.Billy, yang baru saja menerima panggilan, keluar dari gedung dengan napas memburu. Wajahnya pucat ketika melihat darah di pakaian Grace. Tanpa banyak bicara, dia meraih sebuah jubah jaksa dari dalam mobil, menyelubungi tubuh Grace yang gemetar."Grace, kamu yakin bisa melanjutkan ini? Kondisimu sangat buruk. Kamu bisa kehabisan darah sebelum persidangan selesai!" Billy berbicara dengan cemas, matanya terus memindai luka di lengan Grace." Hakim yang kamu temui, tiba-tiba saja menarik diri. Aku yakin ini adalah perbuatan Raymond."Grace mengerang pelan, tapi sorot matanya penuh tekad. "Karena itu lah, aku harus hadir, untuk pastikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Grace Kritis

    Satu jam setelah persidangan ditunda, ruang sidang kembali dipenuhi oleh ketegangan yang sama. Grace, yang sejak tadi duduk diam di meja jaksa, kini tampak semakin lemah. Tubuhnya bergetar halus, menahan rasa sakit yang tidak tertahankan. Sekali lagi, tetesan darah jatuh ke lantai di bawah kursinya, semakin jelas di lantai yang dingin. Namun, Grace tetap teguh di tempatnya, pandangannya lurus ke depan, meski rasa sakit itu mulai melumpuhkan kesadarannya.Ethan, yang duduk di kursi terdakwa, tak lagi bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Dari kejauhan, dia memperhatikan wajah Grace yang kian memucat, bibirnya gemetar menahan perih, sementara setiap napasnya terdengar lebih berat. Hatinya tersentuh melihat pengorbanan wanita itu—seorang jaksa yang dengan segenap nyawanya berjuang membela keadilan, bahkan untuknya, seorang pria yang mungkin tidak pantas mendapatkan begitu banyak usaha dari orang seperti Grace. Di dalam dirinya muncul perasaan yang asing, simpati bercampur d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03

Bab terbaru

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Kecurigaan Grace Terhadap Ethan

    Toko Obat WangWang sedang sibuk mengolah ramuan herbal di meja kerjanya ketika Grace datang dengan napas tersengal. Wajahnya yang tegang menandakan bahwa ada sesuatu yang mendesak.“Apa? Wilson dibawa pergi oleh Ethan? Untuk apa dia membawa anakku?” Grace bertanya dengan suara bergetar. Jelas, ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Wang menatapnya sambil melanjutkan pekerjaannya. “Anakmu itu sangat dekat dengan Ethan. Dia selalu saja mengatakan ingin pria itu menjadi ayahnya,” jawab Wang dengan nada tenang, berusaha menenangkan Grace.Grace mengerutkan kening, tidak percaya. “Anak ini... memang tidak sadar dengan apa yang dia katakan. Seharusnya dia tidak ikut dengan orang asing,” ujarnya dengan kesal, lebih kepada dirinya sendiri daripada Wang.Wang menghela napas panjang. “Tapi Wilson sangat dekat dengannya. Aku yakin Ethan juga menyayangi anakmu dan tidak akan menyakitinya. Grace,

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Sammy Gelisah

    James, yang sudah tidak tahan lagi, berdiri dengan wajah merah padam dan berbalik menghadap kaca besar di ruangan itu. Tangannya mengepal, dan matanya memandang tajam ke arah kaca yang ia tahu ada seseorang di baliknya."Hei! Bebaskan aku! Untuk apa mengurungku di sini, ha?" teriaknya penuh kemarahan, suaranya menggema di ruangan kosong itu.Di luar ruangan, Grace yang mengamati semuanya tetap tenang. Ia melirik ke arah Billy sambil memberi perintah singkat, "Bebaskan dia."Billy menatap Grace sejenak, memastikan ia mendengar dengan benar, lalu mengangguk. "Baik," jawabnya, segera beranjak menuju ruangan tempat James berada.Sesampainya di ruangan itu, Billy membuka pintu dengan santai. Klek! Suara kunci pintu yang terbuka menggema."Maaf, Tuan Hart. Kami hampir lupa karena sedang sibuk. Anda sudah bisa pulang," ucap Billy dengan nada yang datar, seolah tidak ada yang aneh.James melangkah maju dengan ekspresi tidak percaya. "Apa? Lupa? Bisanya kau bicara begitu santai," ujarnya denga

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   James Ditahan

    "Nyonya, mereka jumlahnya cukup banyak. Mobil kita tidak bisa bergerak!" kata sopirnya dengan nada panik, sambil melihat kerumunan reporter yang menghalangi jalan."Sialan! Untuk apa aku harus takut pada mereka?" Jamez berujar dengan kesal, membuka pintu mobilnya dengan kasar, lalu melangkah keluar tanpa memedulikan keributan di sekitarnya."Jamez, jangan!" seru Sammy, ibunya, yang mencoba menahan Jamez. Tapi usahanya sia-sia; Jamez sudah terlanjur maju ke arah kerumunan dengan ekspresi penuh amarah."Ada apa, hah? Siapa kalian? Berani sekali menghalangi jalanku! Apa kalian ingin kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran seumur hidup?" kecam Jamez dengan nada tinggi, menatap para wartawan yang kini mengerumuninya.Salah satu reporter maju, membawa mikrofon. "Tuan, kami mendengar informasi bahwa Anda berniat melarikan diri. Sementara Anda adalah tersangka. Apakah betul?" tanyanya dengan nada penuh ketegasan.Jamez tertawa sinis, lalu melip

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   James Berniat Melarikan Diri

    Grace terbangun dengan kepala terasa berat dan pusing berdenyut. Ia memijat pelipisnya perlahan, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Namun, ingatannya kabur, seperti film yang terputus-putus."Sepertinya aku terlalu banyak minum," gumamnya sambil merapikan rambutnya yang kusut. Ia bangkit dari kasur dengan langkah gontai dan membuka pintu kamarnya. Pandangannya menyapu seluruh ruangan, tetapi tidak ada siapa pun di sana."Mungkin dia sudah pergi. Dia menyelamatkanku lagi," pikirnya, lalu bergumam pada dirinya sendiri, "Apa yang aku bicarakan semalam? Kenapa aku tidak ingat? Semoga saja aku tidak bicara aneh-aneh."Grace menghela napas panjang, kemudian menuju kamar mandi. Di sana, ia mencuci wajahnya dengan air dingin, berharap bisa menyegarkan pikirannya. Saat ia mengeringkan wajahnya dengan handuk, suara bel pintu mendadak terdengar, memecah keheningan.Dengan langkah cepat, Grace berjalan menuju pintu dan membukanya. Di sana berdiri Frank, meng

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Ethan Membawa Wilson Ke Rumahnya

    Ethan membawa Wilson kembali ke rumahnya, sebuah bangunan besar dan megah yang berdiri di tengah halaman luas yang terawat. Dinding-dindingnya dihiasi ukiran elegan, dan lampu-lampu kristal menggantung di sepanjang koridor. Wilson terbelalak melihat kemewahan yang jarang sekali ia temui dalam hidupnya."Wah... Paman, rumahmu luar biasa sekali," ujar Wilson dengan mata berbinar, suaranya dipenuhi kekaguman. Ia berlari kecil ke tengah ruang tamu, memutar tubuh sambil terus mengamati sekelilingnya.Ethan tersenyum kecil melihat reaksi polos bocah itu. "Kalau kamu suka, kamu bisa tinggal di sini sampai kapan pun," jawabnya, nada suaranya penuh ketulusan.Wilson berhenti berlari dan menatap Ethan dengan ragu. "Apakah benar?" tanyanya, seolah takut harapan kecilnya bisa pupus.Ethan mengangguk mantap. "Iya, Wilson. Kamu aman di sini."Namun, keraguan tetap menghiasi wajah Wilson. "Tapi Mama pasti tidak izinkan aku tinggal di sini. Mama selalu pesan janga

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Peringatan Wang

    “Tuan, jangan simpan dalam hati dengan ucapan anak kecil. Wilson hanya merindukan papanya. Oleh karena itu, dia sangat berharap memiliki seorang papa,” ujar Wang dengan nada lembut, mencoba menjelaskan tingkah cucunya.Ethan mengangguk pelan, menatap Wilson yang duduk di sampingnya. “Tidak apa-apa, aku bisa memahaminya. Kalau tidak keberatan, apakah aku bisa membawanya ke rumahku?” tanyanya dengan suara tenang, tapi penuh keinginan untuk membuat bocah itu merasa diterima.Mata Wilson langsung berbinar. Ia mendongak ke arah Ethan, memastikan apa yang baru saja didengarnya. “Apa benar, Paman akan membawaku ke rumah Paman?” tanyanya dengan penuh harap, suaranya nyaris bergetar karena kegembiraan.“Tentu saja!” jawab Ethan sambil tersenyum, senyum yang membuat hati Wilson melompat kegirangan.Namun, Wang, meski tersenyum kecil, tetap berusaha mengingatkan cucunya. “Wilson, tidak baik mengganggu orang,” ujarnya, berusaha agar bocah itu tidak terlihat terlalu memaksa.“Tidak mengganggu sama

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Menemui Wilson

    Grace terbaring dengan wajah sedih, aroma alkohol masih menyelimuti tubuhnya. Cahaya lampu dari apartemen yang redup menyinari rambutnya, menambah kesan lembut di wajah wanita itu. Ethan berdiri beberapa langkah darinya, matanya penuh dengan kebingungan dan rasa penasaran.Dia mengusap wajahnya, seolah mencoba menyadarkan dirinya dari pikiran yang berkecamuk. "Aku harus menemukan gelang itu. Wilson...anak ini.." gumamnya pelan, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri. Pandangannya kembali tertuju pada Grace, dan untuk sesaat, ia merasakan sesuatu yang tak bisa ia jelaskan.Ethan menarik napas panjang, membiarkan pikirannya melayang ke kemungkinan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. "Apakah mungkin... dia adalah anakku?" tanyanya dalam hati, rasa gelisah mulai menjalar di seluruh tubuhnya. "Aku harus cari tahu," batinnya dengan tekad.Tanpa membuang waktu, Ethan berbalik dan berjalan cepat keluar dari apartemen.Setelah masuk ke mobilnya,

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Ethan Yang Semakin Curiga

    Grace memandang ke arah langit-langit, matanya kosong, seolah terperangkap dalam bayang-bayang masa lalu. “Aku baru berusia 22 tahun,” katanya dengan suara parau, penuh rasa sakit. “Malam itu… malam itu adalah mimpi buruk yang menghancurkan seluruh duniaku. Aku tidak punya siapa-siapa untuk melindungiku. Tidak ada. Aku hanya seorang gadis muda yang bermimpi menegakkan keadilan, tapi justru keadilan itu yang mengkhianatiku.”Grace memejamkan matanya, mengambil napas dalam-dalam sebelum kembali berbicara. Suaranya kini bergetar. “Aku tidak sempat melihat wajahnya. Semuanya terlalu cepat, terlalu kacau. Dia menarikku ke dalam mobil seperti binatang buas. Nafasnya berat, matanya liar, seperti seseorang yang tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri. Dia memohon padaku, memintaku untuk membantunya, dia seperti kerasukan. Belakangan aku baru sadar, dia mungkin di bawah pengaruh obat. Tapi saat itu… aku hanya ingin selamat.”Ethan merasa kepalanya berdenyut, dadanya terasa sesak. Ingatanny

  • Ayah Anakku Ternyata Musuhku   Grace Mabuk

    "Siapa anak itu?" tanya Ethan, matanya penuh rasa ingin tahu, tapi juga ketegangan yang jelas terlihat.Grace menatap kosong, wajahnya suram seolah mengingat masa lalu yang tak bisa ia lepaskan. "Korban terakhir! Ibunya meninggal karena bunuh diri setelah dilecehkan oleh ayahku yang tidak tahu malu. Adil, bukan? Ayahku melakukan banyak dosa hingga merenggut nyawa mereka. Dan aku sebagai putrinya menanggung dosanya selama ini. Ini adalah karma yang tidak bisa dihindarkan," jawab Grace dengan nada yang berat, suaranya bergetar antara marah dan kesedihan.Ethan terdiam, hatinya mencelos. Kata-kata Grace mengingatkannya pada tragedi yang pernah menimpa ibunya. Ia merasa seperti terjebak dalam kebingungan, tak tahu bagaimana merespons apa yang baru saja didengarnya. "Membunuhnya membuatmu bermimpi buruk, apakah selama ini hidupmu tidak pernah tenang?" tanya Ethan.Grace menatap kosong pada kaleng minumannya, seolah minuman itu bisa menghapus bayangan kelam yang mengganggu pikirannya. "Tida

DMCA.com Protection Status