Share

Ayah Anakku Suami Sahabatku
Ayah Anakku Suami Sahabatku
Penulis: Merisa storia

Bab. 1 Tragedi Satu Malam Panas

BRUGGH!

Suara pintu mobil ditutup di area parkir club malam, diiringi langkah kaki pria tampan bertubuh atletis yang baru saja keluar dari mobil mewahnya. Ia berjalan gontai memasuki ruang kerlap-kerlip dengan alunan musik DJ yang mengehentak jantungnya.

Langkah kakinya terhenti di hadapan sekumpulan pria tampan kaum jetset kota Jakarta. Yang tak lain adalah teman semasa kuliahnya.

Rayyanza Adelard Damian atau biasa dipanggil dengan sebutan Rayyan. Seorang pria tampan anak salah satu konglomerat yang tinggal di kota Jakarta. Ia menjabat sebagai CEO di perusahaan milik sang Ayah.

Malam itu, ia menghadiri ajakkan reuni teman-teman semasa kuliahnya, sembari bernostalgia menghabiskan malam di salah satu club di pusat kota Jakarta.

"Hallo brother, how are you?" sapa salah satu teman bergaya rambut french crop.

Mereka saling adu kepalan tangan. Menyapa satu sama lain.

"Sorry bro, aku agak telat. Barusan ada meeting dadakan!" terang Rayyanza setengah berteriak.

Teman berambut pirang mempersilahkan pria yang baru tiba itu untuk duduk di sofa yang telah mereka pesan. Beberapa botol minuman berjenis whisky telah berjejer di atas meja yang berbentuk bundar di hadapannya.

"Ayo, kita bersulang!" seru para pria tampan itu.

"Pokoknya, malam ini kita akan berpesta! Cheers ...!" Mereka mengangkat gelas ke udara sebelum akhirnya menenggak cairan bening berwarna kecokelatan tersebut.

Tawa menggema diiringi alunan musik jedag-jedug memeriahkan club malam tersebut. Tubuhnya bergoyang seiring tempo musik.

****

Di sisi lain, wanita berpakaian formal kemeja putih bermotif bunga-bunga celingak-celinguk mengedarkan pandang ke segala arah. Ia baru saja tiba bersama rekan kerjanya yang akan merayakan pesta ulang tahun atasannya.

Laluna, atau biasa dipanggil dengan sebutan, Luna. Wanita berparas cantik yang tidak pernah bergaya mewah. Ia seorang gadis yatim piatu yang harus berjuang menghidupi dirinya dan satu orang adik perempuan di tengah kerasnya kehidupan kota Jakarta.

"Tempat apa ini?" tanya Luna setengah berteriak agar temannya dapat mendengar ucapan yang tersaru oleh musik DJ.

"Hah? Apa?" Wanita itu tak dapat mendengar dengan jelas jawaban dari temannya.

"Aku belum pernah datang ke tempat seperti ini sebelumnya!" ucapnya lagi.

Wanita bertubuh semampai itu terus mengedarkan pandang untuk mengenali tempat apa itu. Namun, efek lampu kerlap kerlip menjadikan pandangan matanya tak begitu jelas.

"Ayo! Sini, duduk!" ucap teman yang datang bersamanya seraya menepuk permukaan sofa dengan pelan.

Luna menjatuhkan bokongnya di atas sofa. Ia duduk bersama beberapa kerabat kerja menunggu atasanya yang telah mengundang mereka datang ke tempat tersebut.

"Haaai ...! Ternyata, kalian sudah datang lebih dulu!" sapa wanita berpakaian sedikit terbuka, memakai crop top dan rok mini. Diketahui, wanita itu adalah Merry, atasan mereka di tempat kerja.

Semua wanita yang berada di club malam itu memakai pakaian yang sedikit terbuka. Kecuali, Luna.

Para anak buah dari wanita yang baru saja tiba itu, berdiri menyambutnya. Mereka saling beradu pipi, seraya mengucapkan selamat ulang tahun pada atasannya yang cantik itu.

Merry memesan beberapa botol minuman beralkohol. Malam ini, ia ingin berpesta bersama para anak buahnya.

"Ayo, Luna! Kamu harus coba ini sekali-kali!" titah Merry yang kala itu sedang berulang tahun.

Luna, menggelengkan kepala. Kedua telapak tangan menutup hidung sekaligus mulutnya ketika Merry menggeser gelas berisi minuman whisky yang ada di atas meja ke hadapan Luna.

"Tidak, Bu! Saya tidak pernah meminum minuman itu!" tolak Luna.

"Justru itu, kamu harus mencobanya!"

"A-yo .... A-yo .... A-yo ...!" seru semua kerabat sembari bertepuk tangan.

"Ayolah Luna, malam ini kita harus bersenang-senang setelah dua minggu kita bekerja lembur tanpa henti!" bujuk salah satu teman satu divisinya.

"Iya, Luna! Ayo ...!"

Jangankan untuk meminumnya, baru mencium aroma menyengatnya saja, Luna merasa sudah tidak tahan. Namun, semua teman berusaha agar wanita lugu itu mau meminum minuman yang bisa mengakibatkan kehilangan kesadaran.

"Saya tidak mau, Bu! Bukankah itu minuman beralkohol yang bisa membuat kita mabuk?"

"Kalau hanya sedikit, kamu tidak akan mabuk! Ayolah!"

Merry terus saja menyodorkan minuman tersebut ke hadapan Luna. Hingga akhirnya, benteng pertahanan wanita bermata hazel itu runtuh di tangan atasan dan teman-temannya. Dengan terpaksa, ia menenggak minuman beraroma menyengat itu.

Matanya mengernyit, saat cairan berwarna kuning kecokelatan berhasil masuk melewati kerongkongannya. Tangannya mengibas-ngibas mulut yang sedikit menganga.

"Yeaaaay .... Nah, gitu donk, Luna! Mari kita party!" Seluruh teman dan atasannya bertepuk tangan bersorak gembira melihat wanita cupu itu meminum minuman yang bertulikskan Jim Beam.

Dari sudut lain, pria tampan menatap sekumpulan orang yang mencuri perhatian beberapa pengunjung dengan suara gaduhnya. Rayyanza sedikit memicingkan mata, menatap salah seorang wanita yang tengah duduk di sana memakai pakaian yang tak lazim.

"Luna?! Kenapa dia ada disini?" gumam Rayyanza sembari menghisap rokoknya.

Malam itu, setelah seharian sibuk bekerja, Rayyanza ingin menghilangkan kepenatan dan melonggarkan otot yang tegang dengan cara minum-minum bersama rekannya.

Masih di tempat yang sama. Di sudut yang berbeda. Luna menutup kedua mulutnya. "Sudah! Aku sudah tidak mau lagi meminumnya!" tolak Luna ketika Merry menyodorkan gelas yang ke tiga.

"Aku ingin ke toilet! Dimana toiletnya? tanyanya pada teman yang duduk di sampingnya.

"Ayo, aku antar!"

"Tidak! Aku bisa pergi sendiri!" tolak wanita yang mengenakan rok span selutut itu. Sengaja ia ingin pergi sendiri karena berniat akan kabur dari tempat tersebut.

Tanpa menaruh curiga, teman di sebelahnya mengarahkan telunjuknya ke arah pojok dari ruangan gemerlap itu.

Luna berdiri, berjalan dengan sedikit terhuyung menuju toilet. Kedua tangannya memegangi kepala yang mulai terasa berat. Ia melangkahkan kaki menerobos sekumpulan manusia yang tengah asyik berjoget diiringi musik DJ.

"Permisi ..., permisi ...!" ucapnya sembari menerobos.

Beberapa pria menggoda dan mendaratkan tangannya di pinggang ramping milik Luna. "Diam. Jangan sentuh aku, sialan!" Wanita itu sibuk mengehempaskan tangan-tangan pria iseng tersebut dengan kasar.

Setelah berhasil sampai di toilet. Luna menumpahkan isi lambungnya ke dalam closet duduk. Merogoh tas yang melingkar di bahunya, mengambil beberapa helai tisu, kemudian menyeka mulutnya.

Wanita yang sudah mulai mabuk itu, kini tidak ingin kembali ke tempat semula. Ia merasa takut jika nantinya ia akan dipaksa untuk meneguk minuman aneh itu lagi.

Luna, diam-diam berjalan menuju pintu keluar. Tangannya merayap bertumpu pada dinding agar tubuhnya tak terjatuh.

Dari kejauhan, seorang pria tampan terlihat duduk dengan lemas di atas permukaan aspal bersandar pada badan mobil. Luna memicingkan mata guna memperjelas penglihatannya.

"Rayyanza?!" Luna berjalan mendekati Rayyanza yang sudah mabuk berat. Kemudian, menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang yang mungkin saja tengah menemani Rayyanza di sana. Namun, tidak ada satu orang pun di area parkir tersebut kecuali mereka berdua.

"Rayyanza? Sedang apa kamu disini?" Penglihatan Luna mulai berbayang. Kepalanya pun terasa pening. Namun, ia masih mampu mengendalikan dirinya.

Pria tampan yang menunduk itu mengangkat sedikit wajahnya. "Laluna?!" ucapnya dengan suara parau.

Luna merogoh kembali tasnya. Meraih ponsel untuk menghubungi Amanda. Ia berniat memberitahukan sahabatnya jika suaminya berada disini. Namun, ponsel miliknya mati karena kehabisan daya.

Rintik hujan mulai turun membasahi area parkir. Luna segera membuka pintu mobil, yang diketahui itu adalah mobil milik Rayyanza. Ia membantu Rayyanza masuk ke dalamnya, duduk di kursi belakang. Keduanya berteduh dari derasnya air hujan.

Pria yang dibawah pengaruh alkohol itu melingkarkan lengannya di pinggang Luna. Ia juga mendekatkan wajahnya pada wajah Luna. Tanpa ragu, Rayyanza menautkan bibirnya dengan bibir ranum milik Luna. Memainkan indra pengecapnya dengan lincah.

Luna meronta. "Jangan Rayyan. Lepaskan!" Namun, pria itu malah semakin menjadi. Ia melepaskan kaos putih yang melekat di tubuhnya hingga terlihat dada bidang dan barisan otot perut bagai roti yang siap untuk disantap.

"Luna ... selama ini aku tidak bisa menghilangkan perasaanku padamu," bisiknya yang dilanjutkan dengan menghisap leher jenjang milik Luna.

Wanita yang sedang merasakan sensasi euforia itu seolah tak kuasa untuk menolak.

Kepala pening dan tubuh yang terasa kian lemah membuatnya semakin tak bisa berkutik saat Rayyanza melancarkan aksinya. Pria yang tengah mabuk itu mendekap kuat tubuh Luna hingga tak memberi ruang sedikitpun untuk Luna bisa bergerak.

"Ash Rayyan, sakit!" Wanita itu memekik saat Rayyanza akan merenggut kesucianya.

"Sakitnya tidak akan lama, Sayang!"

Pria yang sudah berpengalaman itu merasa sedikit kesulitan saat akan menerobos area inti yang belum pernah terjamah oleh siapapun itu. Namun, dengan sedikit tenaga dan dorongan, akhirnya pria itu berhasil merampas kesucian Luna.

"Ssh ..., Sayang sebentar lagi aku akan-." Rayyanza mendesis tanpa memedulikan rintihan yang lolos dari mulut Luna.

Pria yang berkeringat itu menggigit bibir bawahnya. Tak butuh waktu lama, Lenguhan panjang terdengar dari mulut Rayyanza. Matanya terpejam menikmati semburan di dalam area inti Luna.

"Ah, Sayang. Ini sangat nikmat!" bisik suami dari sahabatnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iftiati Maisyaroh
keren banget Maaa...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status