Goresanku kali ini bersajak tentang senja
Mengisahkan tentang bola bundar bercahaya yang mulai turun ke garis cakrawalaMengisahkan tentang sebuah kepergian dengan pesona indahnyaMeninggalkan sebuah kesan bagi pengagumnyaTeriknya membawa nuansa sepenggal kisah klasik yang tertinggal kala ituSenja pergi secara perlahan seakan tahu,Bagaimana sebuah kepergian agar tidak meninggalkan lukaDi sini, aku bergelut dengan setangkai pena dan secarik kertas usang tiada maknaMengguratkan sepotong picisan tentang sebuah romansaDalam segenggam senja yang bergurat jingga.Aku tengah duduk, menikmati sebuah kepergian yang begitu indah di pelantaran senja yang bergurat jingga. Aku sangat menikmati keanggunan senja yang setiap melihatnya ada kedamaian yang aku rasakan. Aku sudah terbiasa di sini, menyendiri menikmati angin yang membelai lembut hijabku, di tepi pantai yang menyuguhkan senja di depan mata. Aku suka menghabiskan waktu senja ku di sini, sembari merangkai beberapa kata yang mewakili isi hati menjadi sebuah untaian puisi. Terlalu sering, hampir setiap hari jika cuaca mendukung. Ah, begitu menenangkan bukan? Hari ini aku mengenakan baju gamis kesayanganku, berwarna hijau army tua dengan hijab senada berwarna hijau muda. Cerah memang, secerah hatiku di senja ini.
Betapa aku mengagumi ciptaan-Mu, Tuhan. Jika dunia saja sudah seindah ini, lalu bagaimana dengan syurga-Mu? Sungguh tak bisa aku bayangkan. Tapi pantaskah aku menginjakkan kaki di syurga-Mu? Sedangkan aku tidak merasa pantas untuk itu, meski hanya mencium baunya saja. Tapi juga tak mampu menahan pedihnya siksa neraka. Yaa Muqallibal quluub, tsabbit qalbi ala diinik.
Kata penuh tanya itu tertera di atas kertas yang sedari tadi aku pegang. Tanpa sadar, ada bulir-bulir bening jatuh membasahi pipiku. Terasa ada yang baru saja menyayat hatiku. Begitu pilu. Mengingat diriku yang masih belum baik. Aku ingin istiqomah dalam berbenah diri. Bantu aku Yaa Rabb, bantu aku. “Yaa Muqallibal Quluub. Tsabbit Qalbi ‘alaa Diniik” begitu doa yang selalu aku ucapkan.
Setelah beberapa lama aku merenung di ujung senja ini, aku merasa sangat lemas, seakan ada yang telah menguras habis tenagaku. Seakan aku tak mampu lagi untuk berjalan. Aku masih di sini, duduk di pelantaran senja. Sembari mengumpulkan kembali tenagaku yang nyaris habis karena mengeluarkan emosi beberapa waktu tadi.
Di ujung sana, terlihat sosok pria yang sedang mengambil potret senja yang terlihat megah. Dia mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan baju kaos putih di dalamnya. Tak lama, dia menoleh ke arahku, sembari melemparkan sebuah senyum simpul miliknya. "Begitu manis," pikirku.Astaghfirullah, aku ini kenapa. seketika aku langsung memalingkan wajahku ke arah ombak yang saat ini kurasa tengah menertawakanku.
Lalu aku kembali fokus ke depan, mengagumi indahnya kemilau senja yang hendak pergi. Begitu megah, dengan warna jingga yang menyilaukan, lembayung senja terlihat begitu mempesona. Menarik perhatian setiap orang yang melihatnya. Aku sangat menikmati momen-momen ini hampir setiap hari. Sebab hanya di sinilah aku menemukan tempat untuk melepas segala gundah dan melepas penat dari permainan dunia. Hingga akhirnya senja pun benar-benar pergi dan digantikan oleh malam yang legam. Pekat penuh rahasia, tak terbaca oleh sepercik pelita malam. Lalu apalah dayaku, hanya setitik cahaya ranum yang tersembunyi di sudut kota.
Aku kembali menjajaki trotoar yang lampu-lampunya mulai menyala. Menyusuri sepanjang jalan yang macet oleh kendaraan. Ah, tidak diherankan lagi. Malam ini adalah malam minggu, malamnya para anak muda untuk keluar, bercengkrama dengan teman sebaya, atau dengan lawan jenis yang mereka panggil seorang kekasih. Entahlah, akupun tidak tau bagaimana rasanya.
Hahah, rasanya ingin sesekali aku menertawakan diriku. Entahlah, aku merasa menjadi seseorang yang beda dengan remaja lainnya. Entah aku harus merutuki diri ataukah ini adalah sebuah anugerah yang Tuhan beri, hingga aku mampu bersabar hingga suatu hari nanti dipertemukan dengan seseorang yang benar-benar tepat, di waktu yang tepat dan yang terbaik sesuai pilihan-Nya.Aku akan sabar menunggu hingga waktu itu tiba, Ya Rabb. Aku percaya Engkau telah menyiapkan rencana terbaik untukku.
Segala tanya yang berkecamuk dalam pikirku, seakan telah sampai pada titik semu. Bertanya sendiri dalam hati, hingga logika menjawab sendiri semuanya. Ah, tak asing lagi. Selalu begitu, ini lah aku.
Tanpa aku sadari, langkahku kini telah sampai di depan kost. Sebuah tempat pulang yang memberikan kenyamanan untukku dalam menapaki kisah klasik ini. Seribu kisah tentang aku dan dilemaku, disaksikan olehnya, rumah keduaku.
... (bersambung)
Malam ini begitu legamDingin merasuk menembus kulitDi tengah malam yang remang iniAku menemukan kedamaianHening tanpa suara, begitu tenangDi susut sana, terdengar tetes-tetes airDan suara angin yang menyampaikan bait-bait rinduDi sini, di tempat dimana aku mulai bermain dengan imajinasikuDitemani secangkir khayal yang merona dalam genggamSayup-sayup angin malam berhembus dengan syahduKini aku menggigil di balik selimut merah jambu kesayangankuSembari melukis indah parasmu dalam khayalBerharap suatu saat engkau menyadari keberadaankuMalam datang menyisakan sepercik cahaya lampu jalanan. Aku menggigil kedinginan dihembus oleh sejukya angin malam. Aku duduk di depan jendela kaca yang berada tepat sebelah kanan kamar, sembari menikmati secangkir coklat panas kesukaanku. Dalam heningnya malam ini aku termenung memandang ke atas langit sana. Ada beribu bintang dan sebuah bundaran utuh sang rembulan yang indah. Aku semakin takjub dengan penciptaan Sang Kuasa. Menciptakan bumi, d
Kau tahu apa yang aku rindukan pagi ini?Seuntai kisah tentang senyum simpulmuPesonanya membuatku canduMenjadikan debar seakan tak sabar tuk menikmati lagi indah senyummuTak peduli bagaimana dengan kamuSebab aku tak perlu izinmuBagiku, senyummu bagaikan hujanYang datang di tengah kemarau panjangYang dengan seketikaMampu merubah mood-ku yang berantakanEntah bagaimana waktu mengatur semua ini. Hingga sebuah rasa yang tak dikenal mampu membuatku candu. Entahlah, bahkan aku sendiri tak mengenal siapa dia. Namun tiba-tiba semesta menghadirkan sosok dia tuk menguasai samudera hatiku. Siapa dia? Ah semua terlihat begitu rumit. Lalu apa yang mampu aku perbuat sekarang? Menemui dia? ah, tidak mungkin, jangan bercanda. Sedari tadi pagi, aku masih saja terus kepikiran tentang hal kemaren. Sudahlah, hentikan semua ini. Apa gunanya aku memikirkan seseorang yang bahkan tak ku kenal sama sekali. Aku memutuskan untuk melaksanakan sholat dhuha sebelum berangkat ke kampus. Jam sudah menunjukka
Di pelantaran senja nan anggun, angin membawa aromamuBegitu ku nikmati nyanyian-nyanyian ombak penuh sukaDi tepian pantai nan penuh temaram ini,aku bersandar pada sajak-sajak yang membawaku untuk berkelana dalam picisan semu iniSementara damaiku menikmati setiap alunan indah nan membawakutuk menari nari bersama senja yang kupujaSungguh menenangkan bukan?Ah, pasti akan lebih menyenangkan jika ada kamu di sinibukan hanya namamu yang dibawa anginpendar jingga pada senja seakan mengisahkan tentang kamuindah, namun tak untuk kumilikiku biarkan senja mengirimkan sajak-sajak indahnya padamusemoga angin pun bersedia menerbangkan kisahku yang merindumu di sinidi pelantaran senja yang bergurat jinggaAku masih di sini, di pelantaran senja yang bergurat jingga. Aku sangat menikmati aroma pantai sore ini. Di temani hangatnya mentari senja dengan pendar jingga nya. Kembali aku gurat seuntai kisah di atas secarik kertas dengan tinta pena yang menjadi saksi bisu perjalanan ini. Di tepia
Dalam dekapan angin di heningnya malamAku terdiam dalam hampaAku termenung, terkesima oleh takdirYang menyuguhkan sebuah kisah, yang datangnya tak pernah ku dugaBagai salju yang datang di tengah kemarau panjangMungkin sebegitu mustahilnya hadirmu dalam kisahkuDinginnya malam tak berarti apa-apaIndahnya taburan bintang pun tak sanggup mengobati rasa iniRasa sesak yang membelenggu hatiMenyeruak di dalam sanubariHanya goresan pena berisi sajak tak berartiTentang rindu yang begitu menyiksa diriTeruntuk kamu,Yang selalu dirinduiNamun tak pernah mengetahuiMalam sudah mulai pekat, sang rembulanpun sudah mulai muncul bersama para bintang yang senantiasa menemani. Aku di sini menatapnya tajub, diiringi suara jangkrik di tengah remang-remang malam yang sunyi. Tiba-tiba ponselku yang berada di kasur berdering. “Halo, assalamualaikum, ma,” jawabku antusias.“Waalaikumussalam, Fya lagi apa nak?” tanya mama.“Nggak lagi ngapa - ngapain ma. Mama sehat?”“Alhamdulillah sehat. Fya udah
Tentang kamu,Kamu yang entah di belahan bumi manaYang tengah Allah siapkan untukkuAku senang merinduimuAku kecanduan membayangkan sosokmuTentang bagaimana caramu melontarkan senyum simpulmuTentang bagaimana caramu kelak menegurkuTentang bagaimana caramu kelak membujukkuTentang bagaimana sabarnya kamu mengahadapi sifat manjakuDan tentang kamu lainnyaEntahlah,Bagaimana aku mampu melukiskan tentang kamuKamu yang ada dalam semogakuMeski aku tak tau rupamuNamun selalu melangiti asakuSejak kemaren, aku selalu kepikiran dengan orang yang dimaksud mama yang mau datang kerumah. Aku jadi penasaran, siapa ya dia? Sosok laki-laki seperti apa yang bakal menjadi calon imamku?Hari ini aku gak ada kuliah, tapi bosan juga di kos gak ada kerjaan juga. Aku putuskan untuk pergi keluar mencari makan. Aku ingin makan bakso hari ini, tanpa berpikir panjang aku langsung ke warung baksonya mang Dilan. Sepuluh menit perjalanan, aku sampai dan langsung memesan 1 porsi bakso spesial kesukaanku. Ke
Ku nikmati dingin sepi di awal malam iniKetika hujan menghantarkannya senja tadiMega-mega keemasan telah ditelan gelapHilang bersama sisa-sisa rindu yang tergerus oleh waktuAku terpatri oleh perasaan yang samaDan masih dengan jiwa yang samaIni bukan secuil perasaaan di hatiTapi setumpuk rasa yang menyesakkan naluriBersemayam dan tak pernah pergiMeski beribu kali kuusirNamun semakin menjadi Malam ini langit terlihat cerah dengan ribuan bintang yang terangi malam. Tak lupa, sang rembulan turut hadir di atas sana. Setelah gerimis senja tdai mulai mereda, akhirnya langit kembali cerah. Aku memandang ke atas sana, kulihat ada bintang tiga, yang bersinar terang di antara bintang lainnya. Di seberang sana terdengar suara jangkrik yang memecahkan sunyi, diiringi dengan suara klakson kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya. Di sini aku lebih memilih menikmati secangkir coklat panas kesukaanku, ditemni remang malam yang menghembuskan angin malam yang sejuk. Tidak seperti kebanyaka
Kau tahu? Apa yang paling mendebarkan selain ombak menghantam karang di lautan? Itulah hatiku ketika mengetahui bahwa kamulah sosok itu. Sang pujaan yang diam-diam tiba meminang. Terimakasih telah datang, hingga rasa ini tak perlu kubuang. Jam sudah menunjukkan pukul 04:30 WIB. Aku bangun dari tempat tidur dan segera mandi kemudian menunaikan sholat Subuh. Pagi ini udara terasa sangat dingin, di luar masih terlihat gerimis turun teratur. Membuat udara semakin sejuk dibawa angin yang kemudian membelai kulitku. Ku awali pagi ini dengan basmalah, berharap segala sesuatu yang akan terjadi hari ini akan berjalan dengan lancar, dan semoga ini memang yang terbaik. Kumantapkan hati untuk menghadapi keputusan yang seumur hidup baru kali ini aku hadapi. Setelah menunaikan sholat Subuh, aku lanjutkan dengan beres-beres untuk persiapan pulang ke rumah pagi ini.Kembali ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 07:15 WIB. Matahari masih terlihat enggan untuk menampakkan dirinya. Sembari menungg
Aku pengagum senjaDari senja aku belajar tentang sebuah kepergian yang selalu meninggalkan kesan indahBegitu indah, hingga aku terpesonaRona jingga yang membuatku terpaku takjubBegitu damai, hingga buatku canduNamun kini,Ku temukan sebuah keindahan baru yang jauh lebih indahTak kalah indah dengan senjaSenyummuSama seperti senjaHadirnya membuat semesta takjubNamun menghilangnya mengundang gelapSama seperti senjaMenghilang dan mendatangkan malamSemoga senjaku dan senyummu takkan pudarMeski kadang badai berkecamuk menghantam tapianmuIzinkan kurawat lengkungan indah ituMerekahlah dengan indah, senja baruku pada senyummu.Tak terasa sudah tiga hari berlalu. Sejak malam itu aku dikejutkan dengan sebuah pengakuan yang membuatku merasa istimewa, dicintai oleh pangeran yang aku damba.Aku merasa seperti sedang bermimpi sangat indah. Hingga aku tak mau untuk bangun dan menghadapi kenyataan yang kadang bertolak belakang dengan mimpiku. Siapapun, tolong jangan bangunkan aku dari m