Ku nikmati dingin sepi di awal malam ini
Ketika hujan menghantarkannya senja tadiMega-mega keemasan telah ditelan gelapHilang bersama sisa-sisa rindu yang tergerus oleh waktuAku terpatri oleh perasaan yang samaDan masih dengan jiwa yang samaIni bukan secuil perasaaan di hatiTapi setumpuk rasa yang menyesakkan naluriBersemayam dan tak pernah pergiMeski beribu kali kuusirNamun semakin menjadiMalam ini langit terlihat cerah dengan ribuan bintang yang terangi malam. Tak lupa, sang rembulan turut hadir di atas sana. Setelah gerimis senja tdai mulai mereda, akhirnya langit kembali cerah. Aku memandang ke atas sana, kulihat ada bintang tiga, yang bersinar terang di antara bintang lainnya. Di seberang sana terdengar suara jangkrik yang memecahkan sunyi, diiringi dengan suara klakson kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya. Di sini aku lebih memilih menikmati secangkir coklat panas kesukaanku, ditemni remang malam yang menghembuskan angin malam yang sejuk. Tidak seperti kebanyakan remaja pada umumnya yang lebih suka keluar malam dengan kendaraan yang mereka punya, dan tak jarang terlihat bersama pasangan.Malam ini, suasana yang hening kembali membawaku terlarut dalam lamunan panjang penuh tanya. Namun kali ini aku benar-benar merenung tentang masa depan yang kini berada di depan mata. Setelah aku pikir-pikir, benar saja yang dibilang mama. Mungkin memang saat ini yang aku butuhkan adalah teman setia yang selalu ada buatku. Ya, aku sendiri sudah mulai memasuki semester kelima perkuliahan. Mulai memasuki semester tua, aku tak bisa bermain-main lagi. Aku butuh seseorang yang selalu mengingatkan aku, memberi semangat ketika aku mulai down karena banyaknya tugas kuliah dan mulai sibuk dan berlelah-lelah dengan proposal skripsi. Aku harus fokus dengan kuliahku, meski tak menutup kemungkinan bahwa aku tidak dapat menemui senjaku lagi dalam beberapa waktu. Namun sebuah pernikahan juga bukan sesuatu yang bisa bermain-main yang bisa dilakukan sekehendak hati. Pernikahan adalah tentang mengambil sebuah keputusan atas pilihan yang tepat. Sebab pernikahan bagiku, aku hanya ingin satu kali seumur hidup. Menikah itu tentang mencari teman untuk ke syurga, bukan teman untuk mencari kesenangan dunia semata.
Tapi aku percaya, jika ini memang keputusan yang baik. Insyaallah, atas restu orangtua, segala sesuatu akan mendapat ridho-Nya. Ya, aku membenarkan segala keputusan Mama. Tentang siapa dan bagaimana sosok yang akan menjadi pelengkap hidupku, aku serahkan kepada Mama dan takdir-Nya. Jika menurut mama dia pilihan yang tepat, maka aku akan terima dengan sepenuh hati.Besok aku akan pulang ke rumah, sesuai dengan perjanjian seminggu yang lalu dengan Mama. Namun tak bisa aku pungkiri, atas perasaan yang beberapa hari ini mulai tumbuh terhadap sosok yang bernama Fajar. Bahagia sekaligus sedih, aku merasa bahwa aku harus buang jauh-jauh rasa ini sebelum tumbuh mekar. Sedangkan aku akan segera menemukan seseorang yang baru, yang akan aku beri tempat di hatiku. Meski aku sendiri belum tau siapa.
Yaa Rabb,
Jika ini memang yang terbaikRidhoi-lah segala rencana baik iniKujadikan ini bentuk penyempurnaan ibadahkuJadikanlah dia yang kelak menjadi imamku sebagai seorang imam yang akan menuntunku ke jalan yang lurus, jalan yang Engkau ridhoiYang mampu membimbing keluargaku ke jannah-Mu kelakAamiin.Setelah termenung dan berpikir panjang malam ini, tanpa aku sadari ternyata jam sudah menunjukkan pukul 22:45 WIB. Aku segera berwhudu’ dan kemudian langsung tidur. Kubiarkan segala tanya yang masih memenuhi pikiranku kini tetap di sana. Hingga pada akhirnya besok akan kutemukan jawaban itu.
... (bersambung)
Kau tahu? Apa yang paling mendebarkan selain ombak menghantam karang di lautan? Itulah hatiku ketika mengetahui bahwa kamulah sosok itu. Sang pujaan yang diam-diam tiba meminang. Terimakasih telah datang, hingga rasa ini tak perlu kubuang. Jam sudah menunjukkan pukul 04:30 WIB. Aku bangun dari tempat tidur dan segera mandi kemudian menunaikan sholat Subuh. Pagi ini udara terasa sangat dingin, di luar masih terlihat gerimis turun teratur. Membuat udara semakin sejuk dibawa angin yang kemudian membelai kulitku. Ku awali pagi ini dengan basmalah, berharap segala sesuatu yang akan terjadi hari ini akan berjalan dengan lancar, dan semoga ini memang yang terbaik. Kumantapkan hati untuk menghadapi keputusan yang seumur hidup baru kali ini aku hadapi. Setelah menunaikan sholat Subuh, aku lanjutkan dengan beres-beres untuk persiapan pulang ke rumah pagi ini.Kembali ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 07:15 WIB. Matahari masih terlihat enggan untuk menampakkan dirinya. Sembari menungg
Aku pengagum senjaDari senja aku belajar tentang sebuah kepergian yang selalu meninggalkan kesan indahBegitu indah, hingga aku terpesonaRona jingga yang membuatku terpaku takjubBegitu damai, hingga buatku canduNamun kini,Ku temukan sebuah keindahan baru yang jauh lebih indahTak kalah indah dengan senjaSenyummuSama seperti senjaHadirnya membuat semesta takjubNamun menghilangnya mengundang gelapSama seperti senjaMenghilang dan mendatangkan malamSemoga senjaku dan senyummu takkan pudarMeski kadang badai berkecamuk menghantam tapianmuIzinkan kurawat lengkungan indah ituMerekahlah dengan indah, senja baruku pada senyummu.Tak terasa sudah tiga hari berlalu. Sejak malam itu aku dikejutkan dengan sebuah pengakuan yang membuatku merasa istimewa, dicintai oleh pangeran yang aku damba.Aku merasa seperti sedang bermimpi sangat indah. Hingga aku tak mau untuk bangun dan menghadapi kenyataan yang kadang bertolak belakang dengan mimpiku. Siapapun, tolong jangan bangunkan aku dari m
Aku yang bersimpuhMemohon ampun-Mu yaa RabbAmpuni segala dosaku atas segala pengharapan iniMungkin ini teguran-MuAtas pengharapan yang tinggi kepada makhluk-MuMembuat-Mu cemburu yaa RabbAmpuni akuJika ini ujian-MuMaka aku ikhlasMaka aku akan bersabarAku percaya bahwa yang terbaik menurut-MuAkan datang di waktu yang tepat kelakJika bukan dia, mungkin seseorang yang lainYang cintanya kepada makhlukTidak mengalahkan cintanya kepada-Mu “Drrrrrrrttttt drrrrttt drrrrtttt”Terdengar suara alarm yang sebelumnya aku setel sudah menunjukkan pukul 03.00 WIB. Aku segera bangun dan mengambil wudhu untuk menunaikan sholat tahajud. “assalamualaikum warohmatullah”.“astaghfirullahal adzim alladzi laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaih”“astaghfirullahal adzim alladzi laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaih"“astaghfirullahal adzim alladzi laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaih" “subhanallah wabihamdih”“subhanallah wabihamdih"“subhanallah wabihamdih" “la
Hari-hari berlalu tanpa senyummuAku kalut karena hilangmuAku hampa tanpa hadirmuKenapa kau hadir dan menawarkan hatiJika akhirnya kau menghilang tanpa mengabariAku melihat jasadmuTapi tidak dengan sapamuAku melihat jasadmuTapi tidak dengan senyum simpulmuAku rindu Seminggu berlalu, namun belum ada perubahan pada Bang Fajar. Belum ada tanda-tanda bahwa ia akan membuka mata, lalu menyapaku dengan nyata. Senyum itu terlihat begitu pucat. Kali ini aku benar-benar cemas akan kehilanganmu, Bang. Dan aku belum siap untuk itu. Meski kamu belumlah menjadi sosok pendamping halalku, namun di hatimu kali pertama aku terjatuh, Bang. Di matamu kali pertama aku berani menjatuhkan rasa. Dan aku belum siap mengubur rasa ini. Rasa yang baru saja tumbuh subur. Yaa Rabb, aku benar-benar berharap keajaiban dari-Mu Yaa Rabb. Izinkan dia kembali menjalankan hidupnya Yaa Rabb, izinkanlah aku tetap terjatuh di hatinya. Aku akan menjaganya semampuku Yaa Rabb. Aku tak akan berharap banyak Ya Rabb, a
Tentang bagaimana akhirnya nantiAku hanya dapat belajar ikhlasDari apa-apa yang mungkin memang bukan untukkuAku akan belajar bersabarDari apa-apa yang aku inginkanAku hanya bisa berharapSemoga kelak akan ada jalanSebuah jalan yang indahYang akan datang di waktu yang tepatAku percayaSemua adalah skenario terbaik-Nya. Sudah seminggu berlalu, setelah Bang Fajar siuman dari masa kritisnya. Keadaannya sudah mulai pulih sekarang. Meskipun ingatannya belum dapat kembali seperti dulu, sebagaimana dia mengenal baik orang tuanya, adiknya, dan aku sebagai tunangannya yang hampir saja menjadi kekasih halalnya. Hari ini Bang Fajar sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Dengan mobil yang disetir oleh Ayahnya, kami pulang menuju rumahnya Bang Fajar. Aku, Adik dan Ibunya bang Fajar, duduk di belakang. Sedangkan bang Fajar duduk di depan.Aku bersyukur, setidaknya abang Fajar baik-baik saja sekarang. Meskipun hatiku kini tak bisa dijelaskan, entah harus bahagia, ataukah kecewa sebab tak dapa
Jejak kenang membias pada cahaya kerinduanMeratap tajam pada senyap jalan suramPada dingin malam legamSajak-sajak indah yang dulu kini telah rapuhLekang oleh waktu, berakhir semuPada sang rembulan yang enggan menyapaAku titipkan secuil rindu pada ia yang terpujaSampaikan sebait harap yang masih tertata indahDalam doa-doa penuh harap pada Sang KuasaAku di sini, di bawah temaram bulanMasih meratap sendu pada rinduMenerawang angan dalam bayangMeski pada langkah yang tertatihAku masih di sini berteman dengan sepiDengan rasa yang masih tertata rapiTeruntuk dia yang terkasihAku tau semua percuma Sebab raga dan bayangmu sekarang hanyalah semuTanpa ada kata temu Hariku kembali seperti semula, seperti ketika aku belum mengenal sosok bang Fajar. Rutinitasku terus berlanjut, begitupun dengan bang Fajar. Aku kembali memfokuskan diri pada kuliahku yang terbengkalai. Semenjak kejadian beberapa minggu yang lalu, kemalangan yang menimpa banga Fajar, jujur saja aku sangat tidak fokus
Kau tahu apa itu cinta sejati? Bagaimana kamu mengartikan cinta sejati? Bagiku, cinta adalah sebuah benih abadi Yang takkan hilang disapu badai Takkan gugur diterpa hujan Takkan layu di tengah kemarau panjang Takkan pudar ditelan masa Takkan lekang oleh waktu Takkan mati walau dibunuh Sebab ia adalah abadi Datangnya dari sang Ilahi Sang Pemilik Cinta Sejati Tiga bulan berlalu, aku masih di sini menemani hari-harinya. Senyumnya telah kembali. Meski bukan sebagai dia yang dulu. Namun sebagai seorang yang baru. Seseorang yang lain, yang baru saja mengenalku, lagi. Entah bagaimana waktu mengatur segalanya. Semua seakan seperti sebuah perencanaan yang matang. Seseorang yang dulu sempat meminangku, namun hilang dan lupa akan segalanya. Namun kini, hadir sebagai sosok baru yang kembali memuatku jatuh pada pengharapan yang sama. Lalu apa lagi yang akan terjadi setelah ini? Bagiku, yang berlalu biarlah berlalu. Melihat bang Fajar sudah sembuh saja, itu sudah lebih baik bagiku. Te
Goresanku kali ini bersajak tentang senjaMengisahkan tentang bola bundar bercahaya yang mulai turun ke garis cakrawalaMengisahkan tentang sebuah kepergian dengan pesona indahnyaMeninggalkan sebuah kesan bagi pengagumnyaTeriknya membawa nuansa sepenggal kisah klasik yang tertinggal kala ituSenja pergi secara perlahan seakan tahu,Bagaimana sebuah kepergian agar tidak meninggalkan lukaDi sini, aku bergelut dengan setangkai pena dan secarik kertas usang tiada maknaMengguratkan sepotong picisan tentang sebuah romansaDalam segenggam senja yang bergurat jingga. Aku tengah duduk, menikmati sebuah kepergian yang begitu indah di pelantaran senja yang bergurat jingga. Aku sangat menikmati keanggunan senja yang setiap melihatnya ada kedamaian yang aku rasakan. Aku sudah terbiasa di sini, menyendiri menikmati angin yang membelai lembut hijabku, di tepi pantai yang menyuguhkan senja di depan mata. Aku suka menghabiskan waktu senja ku di sini, sembari merangkai beberapa kata yang mewakili i