Air matanya masih merembes deras di pipinya, benar perkataan Andri tapi kenapa itu begitu menyakitkan baginya. Kenapa ia bisa seimpulsif itu hanya gara gara Amanda dan pasti di samping Amanda ya juga ada Armin. Kenapa kalau mereka lihat ibunya cuci piring. Memang ibunya telanjang. Atau sejak kapan cuci piring sama dengan makan babi, sejak kapan cuci piring juga ikut haram. Lagi lagi Vasya menangis tersedu sedu. Pikirannya sedikit lebih terbuka, ia sibuk memikirkan orang lain tanpa sadar bahwa orang di sekitarnya menderita.Ia sibuk menderita karena orang lain padahal kuncinya bukan pada orang lainnya melainkan diri kita sendiri dan orang terdekat. Ngapain nyari kebahagian ke Mars kalau Cikampek saja sudah dengan senang hati memeluk kita tanpa kita perlu nyewa roket. "Maaf ma" Berulang kali ia mengatakan hal tersebut sambil terus memukul mukul dadanya yang terasa penuh sesak.*Ketika perasaan Vasya sudah lebih baik ia terduduk lagi di tepi ranjangnya, tanganya mengupas jeruk sedang
Sesampainya di depan kamar Andri langsung mengetuk pintu sementara itu di dalam mamanya sedang mencoba membuat Vasya untuk berakting tertidur agar anak lelakinya mau masuk ruangan."Nurut mama ya Sya, nanti kalau sudah kondusif baru kelapamu boleh gerak"Buseettt!Adik kampret yang ngambek peraka MU itu amat sangat menyiksa, kenapa demi dia Vasya musti jadi batu dadakan kan kampret."Nak Jaden kamu disini nak buat nutupin kepala Vasya"Segala Jaden suruh duduk samping Vasya biar kepala kakaknya agar tak terlihat."Ma..."Ketukan kedua Andri langsung membuat mamanya sigap dan langsung membuka pintu."Ayo sini sayang"Andri masuk lalu memerhatikan sekitar, ia melihat Jaden sedang duduk dan kakaknya sedang tiduran tapi dengan kepala di tutupi oleh tubuh Jaden yang terduduk. Dengan bahasa isyarat ia bertanya dalam diam kepada Jaden dan di balas Jaden bahwa Vasya memang sudah tidur.Langkah kaki Andri langsung enteng memasuki ruangan, ia langsung dengan lahap makan di sofa sambil di usap u
Mata Jaden sampai pedas karena terlalu lama melihat monitor besar yang hanya itu itu saja. "Kenapa gesturnya familiar?" Sang asisten hanya bisa memandang dan memandangnya lagi, ia juga bingung. "Ya kan dia familiar?"Romi hanya bisa mengkerutkan dahinya, karena jujur ia belum pernah melihat wanita ini sebelumnya. Ia tak kenal sama sekali. "Aku yakin pernah melihatnya sepertinya" Lagi lagi perkataan ambigu itu membuat Romi makin ragu dengan daya ingatan bosnya. "Saya belum pernah melihatnya pak" "Benarkah?" Romi yang setia itu langsung mengangguk mantap, ia benar benar tak tahu dengan wanita yang wajahnya memenuhi layar. Jaden masih berpikir keras dengan apa yang ia debatkan tapi nihil, dia tak memperoleh nama ataupun inisial. Lalu siapa?*"Happy Birthday anak mama sayang!!!"Di moment yang membahagiakan itu Andri tak merespon ibunya, ia malah sibuk menonton MU yang sekarang sedang mendapat kesempatan untuk menendang bola.Dannnn Goallll!!!!!Harusnya begitu tapi naasnya kipe
Tapi Andri belum juga bisa menemukan ibunya yang masih sesegukan di taman. Vasya jadi bingung melihat drama yang tidak kelar kelar ini. Sementara itu tiba tiba Jaden kembali ke ruangan sontak Vasya keget karena ia pikir Jaden sudah tidur."Kenapa?"Tumben ini, kenapa Jaden begini ya?Vasya mengamati gestur dan gerak gerik janggal lelaki yang ada di depannya, ia mencoba mencari sebenarnya ia kenapa. Kenapa seperti sedang marah tapi marah gara gara apa."Kenapa apanya?"Mata Jaden mengarah ke arah kue ulangtahun serta siaran pertandingan yang mubazir. Vasya hanya bisa meringis."Ibuku dan Andri sedang main drama dramaan di taman"Dan begitulah yang ia bisa bilang untuk sekarang. Rasanya ia malu jika harus menjelaskan satu persatu."Mereka ada di taman?"Vasya mengangguk lemah, dengan tangannya yang masih di gips, sungguh ia tampak menggemaskan."Tanganmu sudah baikan?"Buru buru Vasya menggeleng, ia masih kesakitan apalagi saat dibuka perbannya."Lusa sepertinya bisa di buka total perba
"Romi sudah mencaritahunya Sya, aku memberitahumu bukan tanpa dasar, aku mencari tahu dahulu sebelum berani membuka rahasia ini."Hening."Mamamu sering ke RS Wijaya sendirian dan bertemu dokter spesialis kanker, ada riwayatnya disana!""Monggo kalau tak percaya kamu kesana tanyakan sendiri!"Rasanya Vasya masih tak percaya, ia sudah jauh jauh lega karena tak ada kanker di silsilah keluarganya kembali tapi ia salah yang namanya genetika akan tetap berlanjut entah di usia berapa."Mamaku sehat"Dengan lemah Vasya mencoba menyanggah bom yang Jaden katakan, ia masih terus berupaya untuk menyangkal ide gila yang barusan Jaden lontarkan."Terserah Sya, percaya atau tidak terserah"Setelahnya Jaden berlalu begitu saja. Ia sudah terlanjur emosi dan tak tahu harus berucap apalagi untuk membuat Vasya percaya, agar gadis bodoh itu tidak menyianyiakan waktunya yang tinggal sedikit."Mamamu mengidap sumsum tulang belakang dan umurnya tidak lama lagi, coba tanyakan sendiri kalau berani"Lalu Jaden
Ibunya menegurnya karena Vasya terlihat melotot dengan muka memerah seperti memendam amarah. Ibunya lantas bertanya kenapa Vasya seperti itu tapi bukannya menjawab Vasya hanya memaksakan tersenyum. "Tak apa apa ma" Bohong! Kemudian dia menenggelamkan wajahnya ke bantal sambil mengeluarkan air matanya kembali. Mamanya pikir Vasya mau tidur, ia tak curiga bahwa anaknya sedang ada misi untuk membasahi seluruh bantal dengan air matanya. "Selamat tidur Sya" Lagi lagi mendengarnya langsung membuat air mata Vasya bergulir kembali. Kenapa bisa sesedih ini. Kenapa Allah begitu sayang dengan mamanya. Tapi Vasya tak menjawab, ia masih menenggelamkan wajahnya di bantal entah sampai kapan. "Tidur kak?" "Hush jangan ganggu kakakmu, dia mau tidur!" Lalu kemudian hening sehening heningnya. Vasya hanya berguman tanpa mau menjawab dengan lengkap. "Selamat tidur ya nak!" Kemudian Vasya memaksakan untuk tidur. Ia cukup yakin akan tidur panjangnya kali ini. Andri pasti akan membuat ibun
Paska tangan terkilir kini Vasya kembali bekerja, ia dengan semangat 45 hendak memberanikan dirinya lagi untuk menantang dunia yang terasa asing baginya. Pagi itu ia pergi sendiri ke kantor, Jaden sudah 2 hari tidak muncul. Lelaki itu terakhir terlihat malam itu saat Andri ulangtahun."Kakak sudah siap?""Hmmm""Mau ikut sekalian kan"Tentu Vasya mengangguk, ia memerhatikan jam tangan mahal yang di pakai adiknya."Dijual mahal pasti jam tangannya""Dasar mata duitan! Enak saja ini jam tangan aku!"Vasya mengangguk setuju, memang benar itu jam tangannya Andri yang dikasih oleh Jaden tapi mengingat itu Rolex makanya ia kerap kali menggodanya, dia kira adiknya bakal tergoda dan dia dapat cuan ternyata tidak."Kak?""Jaden pergi?"Hening."Iya kali""Kaka sih sok jual mahal!"Hey bangsad memang kakak wanita mahal mana mau di obral murah!!!"Harusnya kakak tanpa mikir mikir kalau sama kak Jaden mah!"Dasar!Ternyata setelah tahu kalau semua penderitaan kakaknya itu dari Jaden, Andri masih
Kata pertama yang Jaden tanyakan adalah ngapain padahal ia jelas jelas menghilang selama 2 hari dari hidup Vasya. Kenapa ngapain kan perkataan lain ada. Misalnya aku rindu kamu kek. Eh! "Nggak apa apa" Vasya segera merapikan caranya duduk, ia segera menatap komputernya dengan mantap. Tapi tetap saja ia menoleh ke arah Jaden yang bisa bisanya berjalan ke arah Amanda. "Kamu jadi sekertaris saya ya selama beberapa hari saja sebelum resign" Mendengarnya langsung berhasil membuat Vasya membeku di tempat, ia benar benar tak menyangkan Jaden akan menanyakan hal itu juga ke Amanda dan gadis itu girangnya tak karuan. Entah kenapa dia jadi girang kan cuma sekertaris, gajinya tak banyak banyak amat, paling beda berapa ratus dari gajinya yang sekarang. "Beneran pak?" Loh? Girang berenan loh? Perasaan dahulu Amanda sangat skeptis dengan Jaden. Dia anti Jaden dan selalu saja kepingin Jaden enyah saja dari hidup Vasya tapi ini kok beda. Kenapa kira kira ya. "Bener, saya butuh sek