Share

Keping 39b

"Silakan," kataku agak formal. Hanya ada cahaya lilin berkedip-kedip yang membuatku teringat penyinaran di sebagian kafe-kafe besar. Mirip sekali.

Ia melepas kemejanya, aku menutup sebagian mulutku dengan jemari. Aku tidak menyangka ia punya badan sebagus itu—maksudku lengan sebagus itu. Dia sekarang hanya memakai celana panjang dan kaus putih tanpa lengan.

"Lenganmu, bagus."

"Terima kasih," ia tersenyum, "apa kau tergoda untuk menyentuhnya, Jani?" ia menantangku.

Aku menggeleng, "Nanti saja, saat sudah resmi." Sementara itu aku menahan liurku.

"Sekarang kan sudah halal."

Aku memalingkan pandanganku, ke atap yang gelap. Aku harus menyembunyikan wajah bernafsuku.

Aku tidak sadar ia berjalan mendekatiku, tidak ada barang-barang jatuh karena sinar temaram lumayan baik untuk rumah gelap gulita di dusun kecil seperti ini.

Dia duduk di sisi ranjangku. Ranjang besi tua sialan ini berkeriut lagi, sungguh menjengkelkan. Padahal kami tidak melakukan apa-apa. Sungguh ranjang pembohong gila da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status