*****"Damn!" Wiwid mengumpat. Kepalanya bersandar pada kursi, mendongak ke atas dengan mata terpejam. Dadanya bergemuruh dengan gerakan naik-turun teratur. Kancing seragam kokinya terlepas semua, menampilkan pahatan tubuh atasnya yang menggoda, hasil dari rutinitas push up dan sit up 50 kali setiap pagi."Nis!" Geram Wiwid. Kedua tangannya meremas rambut Rengganis, menekan kepalanya lebih dalam. Seluruh tubuhnya mengejang, ia seolah dihantam gelombang luar biasa yang dahsyat.Beberapa saat kemudian Wiwid tersenyum lega, mencoba mengatur napasnya yang terengah. "Baby, sotomu akan dingin, sudah cukup!" Perintahnya lembut.Wiwid melirik ke bawah, Rengganis masih saja mempermainkan miliknya. Ia membelai rambut wanita itu lalu menjauhkan kepalanya, "Bersihkan mulutmu, sayang! Aku akan memanasi kuahnya."Rengganis meraih tisu dari atas meja, menyeka mulutnya. Ia bangkit setelah membantu memasangkan kembali celana Wiwid. Sedikit mengerling nakal sebelum mengecup singkat bibir Wiwid, "Rasany
***** Beau memang tidak pernah sepaham dengan adik iparnya, mereka jarang bertemu. Kalaupun ada kesempatan untuk bertemu, mereka selalu menghindar satu sama lain. Pria dengan kulit tan dan badan tinggi proporsional -yang membuat Beau iri- itu sejak pertama bertemu langsung blak-blakan mengaku kalau ia mempunyai firasat buruk terhadapnya. Puncaknya ketika Beau mengajukan kontrak nikah pada Aya dengan segala aturan yang cenderung merugikan. Pertalian ipar diantara mereka tidak pernah tersambung, kecuali sebatas formalitas. Wiwid cenderung menghabiskan waktunya di apartemen, restoran atau galeri lukis ketimbang pulang ke mansion. Padahal Rengganis, sang istri tinggal bersama mereka di mansion. Ia hanya mengunjungi sang istri di week days, itupun jikalau pasangan tersebut tidak merencanakan kencan diluar. Rengganis memaklumi. Ia tidak pernah memaksa Wiwid -perempuan itu terlalu mencintainya, sehingga apapun keinginan sang suami selalu dituruti- pun ia tidak bisa meninggalkan Aya di mansi
***** "Biar kuperjelas, ipar! Jadi kau melakukan poligami?" Tanya Beau dengan nada meremehkan. "Apa itu sebuah dosa? Bagaimana kalian bisa melegalkan perselingkuhan dan perzinaan tapi mencibir mereka yang melakukan poligami? Elizabeth memberiku ijin dan aku bisa mengatur waktuku untuk mereka berdua!" Pernyataan Wiwid membuat Beau bungkam. Ia benar-benar tersindir. Meskipun status Beau dengan Aya adalah kontrak nikah, Aya tetaplah berhak menyandang status sebagai istri sah dan Daphne hanyalah selingkuhan. Beau merasa kagum dengan komitmen Wiwid terhadap wanita. Cara memperlakukan mereka begitu gentle. Banyak yang tertolak tapi tidak patah hati, bagaimana bisa? Mungkin karena kesempurnaan fisik dan karakter. Pria itu hanya perlu berjalan, tanpa melakukan apapun maka kaum hawa akan diam terpaku oleh jerat pesonanya. Beau rasa, jika Wiwid menginginkan lebih dari dua, ia akan dengan mudah mendapatkannya. "Bagaimana dengan Ninis?" "Aku berencana memberitahunya, hanya menunggu waktu
***** Widyanto Semito, adik dari AyaBeast Prince adalah seorang pelukis, koki otodidak dan pemilik restoran hanya dalam kurun waktu lima tahun. Itu merupakan keajaiban mengingat bagaimana terakhir kalinya ia marah saat sang kakak meminjam satu juta pada kakak ipar mereka untuk pembayaran sewa warung. Tuhan membalikan roda kehidupan mereka hanya dalam waktu singkat. Mereka yang semula di jeruji roda kehidupan tingkat bawah, sekarang dilimpahi kenikmatan tak bertepi. Harta, pengaruh dan popularitas. Kisah Wiwid sama rumitnya dengan kisah Aya, baik kisah cinta segitiga maupun perjuangan mereka dalam menggapai cita-cita. Semua ini berawal di lima tahun silam, ketika Rengganis dengan membawa serta Beau, Henry dan Allyson datang bertandang ke kota Semarang. Mereka menawarkan sebuah kesempatan untuk Aya. Sebuah tawaran kontrak untuk dua bukunya -yang tertolak oleh platform online. Ia menyetujuinya meskipun mengetahui jika perusahaan penerbitan yang mengontraknya sedang berada di ujung tan
*****Ingatkan Aya berapa usianya tahun ini dan sudah berapa puluh tahun ia hanya bisa mengkhayalkan hal ini dalam fantasi liarnya saja. Kalaupun terpaksa, ia hanya mampu menyalurkannya ke dalam novel fiksi. Tapi sekarang, kurang dari dua bulan, sudah ada dua pria yang menggauli tubuhnya. Suami kontraknya dan sang kekasih simpanan."Liam," desahnya kepayahan. Ia memalingkan wajah ke samping kiri, memandang cermin besar di sudut ruangan yang memantulkan gambaran persetubuhan mereka. Ia merasa sedang berperan di satu adegan berating dewasa sebagai pemeran utama wanita.Kedua tangan Aya mencengkeram lengan Liam, tubuhnya terhentak teratur oleh gerakan tubuh Liam di atas. Bibirnya tak berhenti mendesah. Ia terpejam merasakan nikmat luar biasa yang Liam berikan. Tapi, memori panas lain perlahan muncul dan memenuhi benak Aya. Sebuah pergumulan panasnya yang lain bersama Beau Prince."Beast!"Suara rendah itu menggema di telinga Aya, membisikan kata-kata kotor yang membuat sekujur tubuh Aya
***** Ketika mobil yang ia tumpangi memasuki area parkir Mansion, Aya dapat melihat dari jok belakang, Beau duduk bersedekap di atas kursi -yang terlihat seperti kursi taman- yang ia letakan tepat di jalur masuk. Sepertinya ia berniat menghalangi laju mobil yang akan memasuki area parkir. Pandangan pria itu syarat akan amarah. "Nyonya?" Sang sopir menoleh ke arah Aya seakan meminta bantuan. "Aku akan keluar." Si sopir mengangguk, ia menghentikan laju mobil dan mengamati Nyonya majikannya turun lalu menghampiri Sang Tuan majikan. Terlihat Beau berdiri ketika Aya berjalan ke arahnya. Beau segera menyingkirkan kursi dan memberi isyarat kepada sang sopir untuk melanjutkan laju mobil. Mobil itu melaju lurus ke arah parkir bagian belakang. "Apa yang kau lakukan, Beau? Kau..." Belum sempat pertanyaan Aya terselesaikan, Beau menarik lengan dan memeluk pinggangnya. Serangan itu pun terjadi. Beau Prince menciumnya. Awalnya Aya kaget, namun lambat laun, ciuman penuh tuntutan itu membu
***** Aya masih bermalas-malasan di ranjang besar, ditemani oleh salah satu anak bulunya yang mendengkur keras sembari mendekap lengannya. Aya terkekeh, "Manja sekali, Ken." Ia elus kepala si kucing sembari menciumi hidung besar kucing itu. Aya mengadopsi Kenshin semenjak ia menemukannya bergelung kedinginan di depan teras rumah. Waktu itu hujan terus-terusan mengguyur kota Semarang. Usianya kira-kira masih dua bulan, dia kemungkinan terpisah dari induknya atau memang sengaja dibuang orang ke area gangnya, karena memang gang dimana Aya tinggal, sebagian besar merupakan pencinta kucing. "Kau tahu Ken, Mama dilema," Aya mendekap tubuh Kenshin, menduselkan wajahnya pada perut si kucing. "Aku masih mencintai Papamu, tapi Uncle Liam menawarkan Mama sesuatu yang tak mampu Mama tolak! Gosh! Aku sudah resmi berselingkuh sekarang!" Kucing jantan itu tidak bereaksi apapun, dengkurannya kian keras. Aya beruntung, Beau memperbolehkannya memboyong ke empat kucingnya ke Inggris -Beau bahkan
*****"Kau marah?"Pertanyaan sang kakak membuat Wiwid mendesah. Apa itu perlu dijawab? Bodoh! Tentu saja ia marah. Ia yang seharusnya sudah berada di Roma saat ini, menikmati bulan madunya dengan Elizabeth, terpaksa harus membatalkannya. Atau mungkin tertunda, karena memang perjalanan itu berbalut perjalanan bisnis."Apa kau pernah mendengarkan saranku, Mbak?" Aya tertunduk, ia bak anak kecil saat adik lelakinya memarahi. "Tidak, Mbak! Kau cenderung menuruti egomu dan aku yang akan membereskan kekacauanmu!" lanjutnya berusaha meredam emosi.Beau sudah pergi tanpa sepatah kata lagi terucap. Pria itu selalu begitu apabila hatinya sudah dikuasai amarah. Ia akan mencari barang yang bisa dia banting sebagai pelampiasan emosi. Baru setelahnya, memikirkan kemungkinan solusi yang bisa diambil.Aya mendongak dengan mata berkaca-kaca, "Jika kau bosan dengan peranmu itu, aku bisa minta tolong Liam."Wiwid menggeram marah, ia mengambil duduk di sebelah Aya, kedua tangannya meremas bahu Aya dan p
Beau mencekal tangan Daphne yang hendak melayangkan tamparan ke pipi Aya. Ini membuat Daphne kaget. Apa mungkin dirinya sudah keterlaluan?'Daphne, Ingat! Kau seorang bangsawan!' peringatnya pada diri sendiri dalam hati."Beau!" Melupakan keterkejutannya, Daphne memeluk Beau manja. Ia sangat merindukannya, entah sudah berapa lama Beau tidak bertandang ke apartemen. Daphne berusaha mengerti, PrincePages berkembang kian pesat dan mereka sedang melaksanakan mega project W. Tapi, Daphne cemburu ketika ia sering mendapati banyak berita tentang kekasihnya yang bermesraan dengan istri kontraknya. Apalagi video live persetubuhan mereka tersiar. Demi Tuhan! Bahkan Velma juga menontonnya! Daphne sempat menginterogasi Beau dan ia berusaha mengerti jika pernikahan kontrak mereka sangatlah penting untuk keberlangsungan perusahaan. Semua itu Beau dan Aya lakukan untuk menepis rumor orang ketiga.Beau melepaskan dekapan erat Daphne. "Duduklah!" Perintahnya.Daphne menurut, ia kembali ke tempatnya se
The Green Mansion. Daphne Westwood belum pernah sekalipun menginjakan kaki di dalamnya hingga hari ini. Aya Prince melarangnya untuk kemari sejak kepindahan mereka dari Mansion lama. Oleh karenanya, Daphne menuntut hunian apartemen mewah dari Beau. Sekarang, dengan hanya melihat living room-nya saja Daphne sadar, apartemen mewahnya bukanlah tandingan.Tidak seperti mansion pada umumnya, living room dari Green Mansion terletak di sudut depan bangunan dengan dinding sebelah selatan dan muka terbuat dari kaca. Semua disetting serba hijau dan putih. Korden diselang-seling dengan warna putih dan hijau. Seperangkat sofa bernuansa hijau ditata seperempat melingkar dan menghadap ke arah perapian, hanya satu sofa single yang terpisah dengan arah berkebalikan. Meja bundar berwarna putih diletakan di tengah, ornamen bunga hias segar -yang lebih dominan dedaunan hijau- diletakan di atasnya. Satu vas putih besar terletak di sudut. HearthCabinet Ventless Fireplace ditanamkan di dinding, desainnya d
Tepat tengah hari Audrey sudah menyelesaikan pekerjaannya. Titelnya sebagai pelayan pribadi sang Nyonya majikan mewajibkannya untuk hanya menangani area kamar pribadi sang Nyonya. Aya tidak mengijinkan pelayan lain, sekalipun sang kepala pelayan memasuki kamar pribadinya. Hanya tiga orang yang sudah adiknya pilihkan, yaitu Audrey, Soraya dan Logan; sang pengawal yang terkadang merangkap menjadi sopir.Ini menjadi benefit tersendiri bagi Audrey yang merupakan penggemar fanatik dari BeastStories. Sejak saudara ipar perempuannya memberikan Lost in Love; North Mansion sebagai hadiah ulang tahun, Audrey memburu novel lain karya BeastStories yang terbit setelahnya. Peluang terbesarnya muncul ketika salah satu temannya yang bekerja di kediaman Prince mengatakan jika Green Mansion, khususnya Widyanto Semito mencari wanita muda untuk dijadikan pelayan pribadi dari AyaBeast Prince. Ia mempunyai kesan yang baik di mata Wiwid, pun temannya itu -yang merupakan orang kepercayaan keluarga Prince- me
"Bukankah sudah kuberitahu mengenai dirinya?"Aya dan Liam bersitatap, mereka seolah mengirimkan sinyal luka satu sama lain. "Tapi, kau bilang kau tidak lagi mencintainya! Lantas kenapa nama itu tersebut?""Aku sudah melupakannya, tapi kau memaksaku untuk mengingatnya!"Kedua mata Aya terbelalak ketika mendapati Liam berkaca-kaca, airmata sudah menggenangi kedua mutiara hijau tersebut. Selama Aya mengenal Liam, tidak pernah sekalipun Aya memergoki Liam menangis."Aku mencintaimu Aya, tapi kau masih saja memberikan tubuhmu padanya," dan airmata itu pun lolos."Itu hanya sebuah sandiwara," lirih, bahkan nyaris tak terdengar. Sorot luka yang Liam sajikan di hadapannya bagaikan sebuah vonis, bahwa Ayalah sang villain dalam cerita ini."Aku tidak buta, Aya! Kau terlalu menikmati setiap gerakan yang ia ciptakan untuk tubuhmu dan itu terlalu mustahil untuk disebut sebagai sebuah sandiwara!" Liam menghembuskan napas, suaranya terdengar bergetar di ujung kalimat. Tangannya terangkat mengelus p
"Liam! Aku bilang lepaskan Elizabeth!" Liam menggeram bak seekor serigala yang mencengkeram mangsanya di tangan, tapi ia terpaksa melepaskan karena sebuah hirarki kepemimpinan. Dengan memalingkan wajah -berusaha menyelamatkan gengsinya- Liam mendorong kepala Elizabeth secara kasar. Beruntung tangan kiri Elizabeth berpegang erat pada sandaran belakang sofa sehingga ia bisa mencegah laju kepalanya yang akan membentur pegangan sofa. Seringai memuakan dari bibir Elizabeth -yang masih setia mengejek Liam- tertangkap oleh ekor mata Liam. "Jangan lagi kau ikut campur Rodney! Aku tahu rahasiamu!" Wanita berambut pirang itu tertawa keras, "Sungguh? Kenapa tak kau beberkan dari dulu?" Ia berdiri lalu berjalan perlahan menghampiri Liam yang berdiri membelakanginya. "Kau berhutang nyawa padaku! Jauhi Aya!" Sret! Baik Liam maupun George terkejut, sebilah pisau perak kecil yang biasanya digunakan untuk mengupas kulit buah mengalung di leher Liam. Ujungnya yang runcing seolah memamerkan ketajama
Aya tak hentinya memandang takjub Elizabeth Rodney. Mutiara hijau terpancar cantik, menatap fokus ke depan. Rambut pirang yang berkilau bak keemasan karena sinar terik mentari yang tertembus melalui kaca mobil. Rona merah terbubuh di kedua pipi putihnya dan bibir sesegar buah plum terpoles lipstick tipis. Apabila ia berdiri, pahatan lekuk tubuhnya akan terasa memabukan bagi netra kaum Adam. Sungguh kesempurnaan fisik yang mengagumkan! Belum lagi aura yang begitu kuat mendominasi, anggun dan tangguh dalam sekali tempo. Ditambah kekuasaan tergenggam erat di tangan. Benar-benar jelmaan karakter utama wanita dari novel."Sekarang, aku paham kenapa adikku begitu mencintaimu, Liz." Aya menggeleng. "Sebulan mengenalmu dan langsung menikahimu, kurasa pengaruhmu terhadap adikku begitu dahsyat."Elizabeth terkekeh, kilau hijaunya berkilat jenaka. Ia menoleh sebentar ke arah Aya yang duduk di sampingnya sebelum kembali fokus ke depan. Mereka sedang berada dalam perjalanan menuju Mansion Henderso
"Raya itu siapa?"Katakanlah Liam itu manipulatif, itu memang benar. George Henderson sangat mengenal sosok putra kandungnya sendiri, pria itu pandai memanipulasi keadaan dan perasaan seseorang. Tapi, panggilan yang lolos dari bibir Liam murni karena kelepasan. Liam sempat terdiam beberapa saat sebelum ia kepikiran untuk memanfaatkan perasaan bersalah Aya."Setidaknya aku hanya menyebut nama random lain, bukan mengijinkan wanita lain naik ke ranjang!"Dingin dan datar. Ia mempergunakan ekspresi ini untuk mengelabui Aya. Kemudian, dengan cepat Liam beranjak dari atas tubuh Aya dan melenggang ke kamar mandi. Benar-benar akting yang sempurna!Aya terkejut. Ia tahu sarkasme itu tertuju untuk dirinya. Ini memang salahnya. Aya sudah berjanji memberi Liam kesempatan. Ia akan belajar mencintai Liam dan membuang perasaannya terhadap Beau. Ia berjanji untuk tidak lagi mengijinkan Beau membawanya ke atas ranjang. Tapi, apa daya pesona sang suami kontrak masih menjeratnya. Aya telah melanggar jan
Liam membelai punggung telanjang yang tertelungkup itu. Ia menindih tubuh bagian bawah sang kekasih dengan menggerakkan pinggulnya dalam tempo sedang. Si wanita menoleh, kedua alisnya menyatu menyiratkan ketidak puasan."Kau bergerak seperti pria tua, Li! Apa perlu aku lagi yang mengambil kendali?"Sial! Liam bermaksud untuk menahan permainan lebih lama, tapi kekasihnya itu merupakan seorang penuntut. Keliarannya di atas ranjang sering membuat Liam kepayahan, walaupun ia selalu ketagihan."Baiklah, jika itu maumu, Sayang!" Liam menghentikan belaiannya, kedua tangannya bergeser ke samping kedua sisi bahu sang kekasih, menumpukan kepalannya di atas ranjang. Tanpa aba-aba, Liam mulai menghentak keras hingga membuat wanita berkulit eksotis di bawahnya meracaukan kenikmatan."Oh! Ini yang kumaksud!"Kata Ah yang terlontar secara konsisten membuat kewarasan Liam tergerus, memacu dirinya untuk mempercepat laju. Apalagi saat sang kekasih memakukan pandangannya pada satu benda bulat dengan tit
Daniyah tertidur diiringi storytelling dadakan dari Aya mengenai si kucing Oren -setelah ia lelah menangis. Aya menceritakan kisah tragedi, alih-alih kisah bahagia sehingga membuat dirinya diomeli oleh sang adik."Biarkan dia mengenal pahitnya dunia sejak dini!""Mbak, dia belum genap empat tahun, di usia segitu apapun yang kau ajarkan pasti akan membekas. Dan aku tidak mau putriku mempunyai trauma buruk.""Oh, astaga! Kau terlalu membesarkan masalah kecil ini. Ini sebagai pembelajaran agar Dani belajar merawat Rara dengan baik.""Tapi, bisakan diakhiri dengan happy ending?""Keracunan bagi kucing adalah hal mematikan. Itu berlangsung sangat cepat, tidak lebih dari seperempat hari. Bahkan di beberapa kasus, kucing bisa mati dalam hitungan 2 jam jika racun tertelan dalam jumlah banyak. Kau ingin menyodorkan harapan palsu pada putrimu?""Aish! Kau sungguh menyebalkan!"Oren Little pernah menjadi milik Aya dan Wiwid, kisah sedih yang membekas karena kehilangan si pandai nan cerewet. Kuci