"Raya itu siapa?"Katakanlah Liam itu manipulatif, itu memang benar. George Henderson sangat mengenal sosok putra kandungnya sendiri, pria itu pandai memanipulasi keadaan dan perasaan seseorang. Tapi, panggilan yang lolos dari bibir Liam murni karena kelepasan. Liam sempat terdiam beberapa saat sebelum ia kepikiran untuk memanfaatkan perasaan bersalah Aya."Setidaknya aku hanya menyebut nama random lain, bukan mengijinkan wanita lain naik ke ranjang!"Dingin dan datar. Ia mempergunakan ekspresi ini untuk mengelabui Aya. Kemudian, dengan cepat Liam beranjak dari atas tubuh Aya dan melenggang ke kamar mandi. Benar-benar akting yang sempurna!Aya terkejut. Ia tahu sarkasme itu tertuju untuk dirinya. Ini memang salahnya. Aya sudah berjanji memberi Liam kesempatan. Ia akan belajar mencintai Liam dan membuang perasaannya terhadap Beau. Ia berjanji untuk tidak lagi mengijinkan Beau membawanya ke atas ranjang. Tapi, apa daya pesona sang suami kontrak masih menjeratnya. Aya telah melanggar jan
Aya tak hentinya memandang takjub Elizabeth Rodney. Mutiara hijau terpancar cantik, menatap fokus ke depan. Rambut pirang yang berkilau bak keemasan karena sinar terik mentari yang tertembus melalui kaca mobil. Rona merah terbubuh di kedua pipi putihnya dan bibir sesegar buah plum terpoles lipstick tipis. Apabila ia berdiri, pahatan lekuk tubuhnya akan terasa memabukan bagi netra kaum Adam. Sungguh kesempurnaan fisik yang mengagumkan! Belum lagi aura yang begitu kuat mendominasi, anggun dan tangguh dalam sekali tempo. Ditambah kekuasaan tergenggam erat di tangan. Benar-benar jelmaan karakter utama wanita dari novel."Sekarang, aku paham kenapa adikku begitu mencintaimu, Liz." Aya menggeleng. "Sebulan mengenalmu dan langsung menikahimu, kurasa pengaruhmu terhadap adikku begitu dahsyat."Elizabeth terkekeh, kilau hijaunya berkilat jenaka. Ia menoleh sebentar ke arah Aya yang duduk di sampingnya sebelum kembali fokus ke depan. Mereka sedang berada dalam perjalanan menuju Mansion Henderso
"Liam! Aku bilang lepaskan Elizabeth!" Liam menggeram bak seekor serigala yang mencengkeram mangsanya di tangan, tapi ia terpaksa melepaskan karena sebuah hirarki kepemimpinan. Dengan memalingkan wajah -berusaha menyelamatkan gengsinya- Liam mendorong kepala Elizabeth secara kasar. Beruntung tangan kiri Elizabeth berpegang erat pada sandaran belakang sofa sehingga ia bisa mencegah laju kepalanya yang akan membentur pegangan sofa. Seringai memuakan dari bibir Elizabeth -yang masih setia mengejek Liam- tertangkap oleh ekor mata Liam. "Jangan lagi kau ikut campur Rodney! Aku tahu rahasiamu!" Wanita berambut pirang itu tertawa keras, "Sungguh? Kenapa tak kau beberkan dari dulu?" Ia berdiri lalu berjalan perlahan menghampiri Liam yang berdiri membelakanginya. "Kau berhutang nyawa padaku! Jauhi Aya!" Sret! Baik Liam maupun George terkejut, sebilah pisau perak kecil yang biasanya digunakan untuk mengupas kulit buah mengalung di leher Liam. Ujungnya yang runcing seolah memamerkan ketajama
"Bukankah sudah kuberitahu mengenai dirinya?"Aya dan Liam bersitatap, mereka seolah mengirimkan sinyal luka satu sama lain. "Tapi, kau bilang kau tidak lagi mencintainya! Lantas kenapa nama itu tersebut?""Aku sudah melupakannya, tapi kau memaksaku untuk mengingatnya!"Kedua mata Aya terbelalak ketika mendapati Liam berkaca-kaca, airmata sudah menggenangi kedua mutiara hijau tersebut. Selama Aya mengenal Liam, tidak pernah sekalipun Aya memergoki Liam menangis."Aku mencintaimu Aya, tapi kau masih saja memberikan tubuhmu padanya," dan airmata itu pun lolos."Itu hanya sebuah sandiwara," lirih, bahkan nyaris tak terdengar. Sorot luka yang Liam sajikan di hadapannya bagaikan sebuah vonis, bahwa Ayalah sang villain dalam cerita ini."Aku tidak buta, Aya! Kau terlalu menikmati setiap gerakan yang ia ciptakan untuk tubuhmu dan itu terlalu mustahil untuk disebut sebagai sebuah sandiwara!" Liam menghembuskan napas, suaranya terdengar bergetar di ujung kalimat. Tangannya terangkat mengelus p
Tepat tengah hari Audrey sudah menyelesaikan pekerjaannya. Titelnya sebagai pelayan pribadi sang Nyonya majikan mewajibkannya untuk hanya menangani area kamar pribadi sang Nyonya. Aya tidak mengijinkan pelayan lain, sekalipun sang kepala pelayan memasuki kamar pribadinya. Hanya tiga orang yang sudah adiknya pilihkan, yaitu Audrey, Soraya dan Logan; sang pengawal yang terkadang merangkap menjadi sopir.Ini menjadi benefit tersendiri bagi Audrey yang merupakan penggemar fanatik dari BeastStories. Sejak saudara ipar perempuannya memberikan Lost in Love; North Mansion sebagai hadiah ulang tahun, Audrey memburu novel lain karya BeastStories yang terbit setelahnya. Peluang terbesarnya muncul ketika salah satu temannya yang bekerja di kediaman Prince mengatakan jika Green Mansion, khususnya Widyanto Semito mencari wanita muda untuk dijadikan pelayan pribadi dari AyaBeast Prince. Ia mempunyai kesan yang baik di mata Wiwid, pun temannya itu -yang merupakan orang kepercayaan keluarga Prince- me
The Green Mansion. Daphne Westwood belum pernah sekalipun menginjakan kaki di dalamnya hingga hari ini. Aya Prince melarangnya untuk kemari sejak kepindahan mereka dari Mansion lama. Oleh karenanya, Daphne menuntut hunian apartemen mewah dari Beau. Sekarang, dengan hanya melihat living room-nya saja Daphne sadar, apartemen mewahnya bukanlah tandingan.Tidak seperti mansion pada umumnya, living room dari Green Mansion terletak di sudut depan bangunan dengan dinding sebelah selatan dan muka terbuat dari kaca. Semua disetting serba hijau dan putih. Korden diselang-seling dengan warna putih dan hijau. Seperangkat sofa bernuansa hijau ditata seperempat melingkar dan menghadap ke arah perapian, hanya satu sofa single yang terpisah dengan arah berkebalikan. Meja bundar berwarna putih diletakan di tengah, ornamen bunga hias segar -yang lebih dominan dedaunan hijau- diletakan di atasnya. Satu vas putih besar terletak di sudut. HearthCabinet Ventless Fireplace ditanamkan di dinding, desainnya d
Beau mencekal tangan Daphne yang hendak melayangkan tamparan ke pipi Aya. Ini membuat Daphne kaget. Apa mungkin dirinya sudah keterlaluan?'Daphne, Ingat! Kau seorang bangsawan!' peringatnya pada diri sendiri dalam hati."Beau!" Melupakan keterkejutannya, Daphne memeluk Beau manja. Ia sangat merindukannya, entah sudah berapa lama Beau tidak bertandang ke apartemen. Daphne berusaha mengerti, PrincePages berkembang kian pesat dan mereka sedang melaksanakan mega project W. Tapi, Daphne cemburu ketika ia sering mendapati banyak berita tentang kekasihnya yang bermesraan dengan istri kontraknya. Apalagi video live persetubuhan mereka tersiar. Demi Tuhan! Bahkan Velma juga menontonnya! Daphne sempat menginterogasi Beau dan ia berusaha mengerti jika pernikahan kontrak mereka sangatlah penting untuk keberlangsungan perusahaan. Semua itu Beau dan Aya lakukan untuk menepis rumor orang ketiga.Beau melepaskan dekapan erat Daphne. "Duduklah!" Perintahnya.Daphne menurut, ia kembali ke tempatnya se
"Aku sudah mencintai Aya, sekarang!"Kalimat tersebut bagai vonis mematikan bagi Daphne. Ia tidak perlu meminta Beau untuk mengulanginya dua kali hanya untuk memastikan apakah pendengarannya terganggu. Ekspresi wajahnya, tone suaranya dan gerak-gerik tubuhnya sudah bisa mewakili seberapa besar keyakinan Beau."Lalu, apa artinya usahamu selama ini, Beau?" Airmata Daphne jatuh, ia kembali menoleh ke samping dan mendapati Aya yang menatap lurus ke depan, tepat ke arah Beau yang juga balik menatapnya. Ini berarti ia telah kalah."Kau melakukan pernikahan kontrak demi membuatku cemburu dan aku mau rujuk denganmu. Apa kau tidak ingat ikrarmu itu?" Daphne menjatuhkan diri duduk di sofa, tenaganya seolah terserap. Apalagi melihat reaksi Beau yang tidak ada niat sedikitpun untuk menanggapi pertanyaannya, kecuali memandang Aya penuh damba. Persis seperti tiga tahun silam ketika Aya meminta Beau untuk mengusirnya keluar dari Mansion Lama."Apa yang kau lakukan padanya, Aya?" Daphne tergugu.Sree
"Aku sudah mencintai Aya, sekarang!"Kalimat tersebut bagai vonis mematikan bagi Daphne. Ia tidak perlu meminta Beau untuk mengulanginya dua kali hanya untuk memastikan apakah pendengarannya terganggu. Ekspresi wajahnya, tone suaranya dan gerak-gerik tubuhnya sudah bisa mewakili seberapa besar keyakinan Beau."Lalu, apa artinya usahamu selama ini, Beau?" Airmata Daphne jatuh, ia kembali menoleh ke samping dan mendapati Aya yang menatap lurus ke depan, tepat ke arah Beau yang juga balik menatapnya. Ini berarti ia telah kalah."Kau melakukan pernikahan kontrak demi membuatku cemburu dan aku mau rujuk denganmu. Apa kau tidak ingat ikrarmu itu?" Daphne menjatuhkan diri duduk di sofa, tenaganya seolah terserap. Apalagi melihat reaksi Beau yang tidak ada niat sedikitpun untuk menanggapi pertanyaannya, kecuali memandang Aya penuh damba. Persis seperti tiga tahun silam ketika Aya meminta Beau untuk mengusirnya keluar dari Mansion Lama."Apa yang kau lakukan padanya, Aya?" Daphne tergugu.Sree
Beau mencekal tangan Daphne yang hendak melayangkan tamparan ke pipi Aya. Ini membuat Daphne kaget. Apa mungkin dirinya sudah keterlaluan?'Daphne, Ingat! Kau seorang bangsawan!' peringatnya pada diri sendiri dalam hati."Beau!" Melupakan keterkejutannya, Daphne memeluk Beau manja. Ia sangat merindukannya, entah sudah berapa lama Beau tidak bertandang ke apartemen. Daphne berusaha mengerti, PrincePages berkembang kian pesat dan mereka sedang melaksanakan mega project W. Tapi, Daphne cemburu ketika ia sering mendapati banyak berita tentang kekasihnya yang bermesraan dengan istri kontraknya. Apalagi video live persetubuhan mereka tersiar. Demi Tuhan! Bahkan Velma juga menontonnya! Daphne sempat menginterogasi Beau dan ia berusaha mengerti jika pernikahan kontrak mereka sangatlah penting untuk keberlangsungan perusahaan. Semua itu Beau dan Aya lakukan untuk menepis rumor orang ketiga.Beau melepaskan dekapan erat Daphne. "Duduklah!" Perintahnya.Daphne menurut, ia kembali ke tempatnya se
The Green Mansion. Daphne Westwood belum pernah sekalipun menginjakan kaki di dalamnya hingga hari ini. Aya Prince melarangnya untuk kemari sejak kepindahan mereka dari Mansion lama. Oleh karenanya, Daphne menuntut hunian apartemen mewah dari Beau. Sekarang, dengan hanya melihat living room-nya saja Daphne sadar, apartemen mewahnya bukanlah tandingan.Tidak seperti mansion pada umumnya, living room dari Green Mansion terletak di sudut depan bangunan dengan dinding sebelah selatan dan muka terbuat dari kaca. Semua disetting serba hijau dan putih. Korden diselang-seling dengan warna putih dan hijau. Seperangkat sofa bernuansa hijau ditata seperempat melingkar dan menghadap ke arah perapian, hanya satu sofa single yang terpisah dengan arah berkebalikan. Meja bundar berwarna putih diletakan di tengah, ornamen bunga hias segar -yang lebih dominan dedaunan hijau- diletakan di atasnya. Satu vas putih besar terletak di sudut. HearthCabinet Ventless Fireplace ditanamkan di dinding, desainnya d
Tepat tengah hari Audrey sudah menyelesaikan pekerjaannya. Titelnya sebagai pelayan pribadi sang Nyonya majikan mewajibkannya untuk hanya menangani area kamar pribadi sang Nyonya. Aya tidak mengijinkan pelayan lain, sekalipun sang kepala pelayan memasuki kamar pribadinya. Hanya tiga orang yang sudah adiknya pilihkan, yaitu Audrey, Soraya dan Logan; sang pengawal yang terkadang merangkap menjadi sopir.Ini menjadi benefit tersendiri bagi Audrey yang merupakan penggemar fanatik dari BeastStories. Sejak saudara ipar perempuannya memberikan Lost in Love; North Mansion sebagai hadiah ulang tahun, Audrey memburu novel lain karya BeastStories yang terbit setelahnya. Peluang terbesarnya muncul ketika salah satu temannya yang bekerja di kediaman Prince mengatakan jika Green Mansion, khususnya Widyanto Semito mencari wanita muda untuk dijadikan pelayan pribadi dari AyaBeast Prince. Ia mempunyai kesan yang baik di mata Wiwid, pun temannya itu -yang merupakan orang kepercayaan keluarga Prince- me
"Bukankah sudah kuberitahu mengenai dirinya?"Aya dan Liam bersitatap, mereka seolah mengirimkan sinyal luka satu sama lain. "Tapi, kau bilang kau tidak lagi mencintainya! Lantas kenapa nama itu tersebut?""Aku sudah melupakannya, tapi kau memaksaku untuk mengingatnya!"Kedua mata Aya terbelalak ketika mendapati Liam berkaca-kaca, airmata sudah menggenangi kedua mutiara hijau tersebut. Selama Aya mengenal Liam, tidak pernah sekalipun Aya memergoki Liam menangis."Aku mencintaimu Aya, tapi kau masih saja memberikan tubuhmu padanya," dan airmata itu pun lolos."Itu hanya sebuah sandiwara," lirih, bahkan nyaris tak terdengar. Sorot luka yang Liam sajikan di hadapannya bagaikan sebuah vonis, bahwa Ayalah sang villain dalam cerita ini."Aku tidak buta, Aya! Kau terlalu menikmati setiap gerakan yang ia ciptakan untuk tubuhmu dan itu terlalu mustahil untuk disebut sebagai sebuah sandiwara!" Liam menghembuskan napas, suaranya terdengar bergetar di ujung kalimat. Tangannya terangkat mengelus p
"Liam! Aku bilang lepaskan Elizabeth!" Liam menggeram bak seekor serigala yang mencengkeram mangsanya di tangan, tapi ia terpaksa melepaskan karena sebuah hirarki kepemimpinan. Dengan memalingkan wajah -berusaha menyelamatkan gengsinya- Liam mendorong kepala Elizabeth secara kasar. Beruntung tangan kiri Elizabeth berpegang erat pada sandaran belakang sofa sehingga ia bisa mencegah laju kepalanya yang akan membentur pegangan sofa. Seringai memuakan dari bibir Elizabeth -yang masih setia mengejek Liam- tertangkap oleh ekor mata Liam. "Jangan lagi kau ikut campur Rodney! Aku tahu rahasiamu!" Wanita berambut pirang itu tertawa keras, "Sungguh? Kenapa tak kau beberkan dari dulu?" Ia berdiri lalu berjalan perlahan menghampiri Liam yang berdiri membelakanginya. "Kau berhutang nyawa padaku! Jauhi Aya!" Sret! Baik Liam maupun George terkejut, sebilah pisau perak kecil yang biasanya digunakan untuk mengupas kulit buah mengalung di leher Liam. Ujungnya yang runcing seolah memamerkan ketajama
Aya tak hentinya memandang takjub Elizabeth Rodney. Mutiara hijau terpancar cantik, menatap fokus ke depan. Rambut pirang yang berkilau bak keemasan karena sinar terik mentari yang tertembus melalui kaca mobil. Rona merah terbubuh di kedua pipi putihnya dan bibir sesegar buah plum terpoles lipstick tipis. Apabila ia berdiri, pahatan lekuk tubuhnya akan terasa memabukan bagi netra kaum Adam. Sungguh kesempurnaan fisik yang mengagumkan! Belum lagi aura yang begitu kuat mendominasi, anggun dan tangguh dalam sekali tempo. Ditambah kekuasaan tergenggam erat di tangan. Benar-benar jelmaan karakter utama wanita dari novel."Sekarang, aku paham kenapa adikku begitu mencintaimu, Liz." Aya menggeleng. "Sebulan mengenalmu dan langsung menikahimu, kurasa pengaruhmu terhadap adikku begitu dahsyat."Elizabeth terkekeh, kilau hijaunya berkilat jenaka. Ia menoleh sebentar ke arah Aya yang duduk di sampingnya sebelum kembali fokus ke depan. Mereka sedang berada dalam perjalanan menuju Mansion Henderso
"Raya itu siapa?"Katakanlah Liam itu manipulatif, itu memang benar. George Henderson sangat mengenal sosok putra kandungnya sendiri, pria itu pandai memanipulasi keadaan dan perasaan seseorang. Tapi, panggilan yang lolos dari bibir Liam murni karena kelepasan. Liam sempat terdiam beberapa saat sebelum ia kepikiran untuk memanfaatkan perasaan bersalah Aya."Setidaknya aku hanya menyebut nama random lain, bukan mengijinkan wanita lain naik ke ranjang!"Dingin dan datar. Ia mempergunakan ekspresi ini untuk mengelabui Aya. Kemudian, dengan cepat Liam beranjak dari atas tubuh Aya dan melenggang ke kamar mandi. Benar-benar akting yang sempurna!Aya terkejut. Ia tahu sarkasme itu tertuju untuk dirinya. Ini memang salahnya. Aya sudah berjanji memberi Liam kesempatan. Ia akan belajar mencintai Liam dan membuang perasaannya terhadap Beau. Ia berjanji untuk tidak lagi mengijinkan Beau membawanya ke atas ranjang. Tapi, apa daya pesona sang suami kontrak masih menjeratnya. Aya telah melanggar jan
Liam membelai punggung telanjang yang tertelungkup itu. Ia menindih tubuh bagian bawah sang kekasih dengan menggerakkan pinggulnya dalam tempo sedang. Si wanita menoleh, kedua alisnya menyatu menyiratkan ketidak puasan."Kau bergerak seperti pria tua, Li! Apa perlu aku lagi yang mengambil kendali?"Sial! Liam bermaksud untuk menahan permainan lebih lama, tapi kekasihnya itu merupakan seorang penuntut. Keliarannya di atas ranjang sering membuat Liam kepayahan, walaupun ia selalu ketagihan."Baiklah, jika itu maumu, Sayang!" Liam menghentikan belaiannya, kedua tangannya bergeser ke samping kedua sisi bahu sang kekasih, menumpukan kepalannya di atas ranjang. Tanpa aba-aba, Liam mulai menghentak keras hingga membuat wanita berkulit eksotis di bawahnya meracaukan kenikmatan."Oh! Ini yang kumaksud!"Kata Ah yang terlontar secara konsisten membuat kewarasan Liam tergerus, memacu dirinya untuk mempercepat laju. Apalagi saat sang kekasih memakukan pandangannya pada satu benda bulat dengan tit