*****
(Satu jam setelah rapat usai) "Sial, Beast! Kau membuatku gila di sana!" Beau mulai menanggalkan setelan kerjanya. "Aku menginginkanmu, sekarang!" Tuntutnya, ia melepas ikat pinggang dan menurunkan reseleting celana kerjanya. Beau memutuskan untuk meninggalkan rapat dan kembali ke seseorang yang membuatnya hampir gila hanya dalam waktu semalam. Gairahnya seakan tak terbendung dan ia membutuhkan sosok itu kembali untuk meneriakan keperkasaannya. Tidak perduli akan amukan sang istri yang akan menceramahinya nanti perkara keprofesionalitasan kerja. "Tidakah kau lihat aku sedang bekerja?" Beast menggigit bibir bawahnya. Beau mendadak muncul tanpa ketukan, langsung menerobos masuk ke kamar lalu mencium bibirnya. Padahal, Beast sedang mengerjakan buku kesekiannya yang merupakan bentuk kerjasamanya dengan Alan Walker. Buku yang akan ia beri tajuk Storytelling. Buku tersebut akan merealisasikan beberapa judul lagu dari Alan Walker yang pernah hits. Rencananya akan memuat sepuluh judul untuk jilid pertama. Darkside didapuk menjadi cerita oneshoot pembuka dengan Lily sebagai penutup. "Hentikan pekerjaanmu sekarang! Bercintalah denganku!" Beau mencumbu leher Beast yang sengaja mendongak untuknya. Jemari kokoh Beau sibuk melucuti piyama Beast. "Bukankah kau sedang rapat? Kudengar istrimu juga ikut serta!" Kedua mata Beast terpejam, tubuhnya didorong pelan agar terbaring di ranjang. "Diamlah, Beast!" Beau mengabaikan seringai meremehkan Beast. Keinginannya hanya satu, mengulang kembali adegan-adegan panas percintaan mereka semalam. "Kau hanya membayarku untuk menulis Beau, ini sudah menyalahi kontrak yang kautawarkan!" Ia mendesis merasakan sesuatu memasuki tubuhnya. "Berapa persen saham yang kau inginkan?" Tatap Beau nyalang, ia mulai menggerakan pinggulnya. Kedua tangan Beast mencengkeram lengan Beau, melampiaskan rasa nikmat yang mulai merayap. "Kau tahu aku menginginkanmu, Beau. Beri hubungan kita sebuah kesempatan. Aku mencintaimu." Beast mengorek memori, kapan pertama kali jantungnya berdebar untuk Beau Prince. Apakah kemaren malam saat ia merelakan tubuhnya untuk diperawani sang CEO? Bukankah kali pertama bagi seorang wanita akan memiliki kesan spesial bagi mereka? Atau cinta itu mulai tumbuh seiring berjalannya kontrak kerjasama mereka? Bukan! Sepertinya rasa cinta telah hadir pada masa jauh di belakang. Ketika mereka datang menawarkan padanya sebuah kontrak kerjasama untuk dua novelnya. Ah! Beast mengingatnya! Ia sudah terpesona oleh ketampanan Beau sejak video skandal perkelahian Beau dengan seorang paparazzi tersiar di stasiun swasta Indonesia. Sang adik bahkan meledeknya, "Dia bukan Sebastian Stan, mbak. Dan kau bukan penggemar berat MCU!" "Kau tahu aku tak bisa Beast! Aku mencintai orang lain." Ragu Beau. Namun sepertinya Beast tidak menangkap sirat keraguan tersebut, ia menatap Beau sendu. Gerakannya yang semula menyambut gerakan bersemangat Beau yang menghentak tubuhnya, terhenti. Beast membiarkan Beau bekerja sendiri untuk menggapai kenikmatan. Ia justru terbuai dalam rasa patah hati yang selalu setia menemani. Ia sadar ia terlalu bodoh dengan berharap lebih dari kontrak kerjasama yang ia tanda tangani empat tahun silam. Tidak akan ada kisah cinderella yang akan menjelma dalam kehidupannya. Hanya kontrak laknat dengan aturan mengikat. "Jangan merusak moodku, Beast! Bergeraklah mengiringiku!" Perasaan sang novelis terhadap dirinya, bukannya Beau tidak tahu, ia hanya tidak mau tahu. Ia mencintai orang lain dan baginya wanita di bawahnya ini tidak lebih dari seorang partner bisnis, yang kebetulan sejak kemaren berperan ganda sebagai partner ranjang. Kontrak tetaplah kontrak yang harus dipatuhi dengan segala konsekuensinya jika dilanggar. Beast tak bisa menampik. Inilah konsekuensi yang ia dapat dari keberaniannya menandatangani kontrak tambahan selain kontrak kerja. Meskipun hatinya berkata jika ia bukan hanya mencintai tubuh sang CEO, tapi bisa apa jika Beau telah menentukan batas? "Teknik apalagi yang bisa kautawarkan?" ***** (Sabtu; pukul sembilan pagi) Beau memasuki ruang makan dengan penampilan kusut. Ia mendapati tiga pasang mata yang menatapnya penuh intimidasi. Sedangkan sang istri seolah tak perduli. Aya Prince menyantap menu paginya dengan khidmat. "Pagi, semuanya!" Sapanya yang tak mendapat respon dari satu pun penghuni ruang makan. Beau tidak perduli, ia berjalan terhuyung menuju tempat sang istri duduk. Aya mengambil duduk di samping Rengganis, di depan pasangan Star; Allyson dan Henry. Gerakan tangannya -yang berkecimpung dengan garpu dan pisau- terhenti ketika merasakan pergerakan tubuh sang suami yang melingkupi tubuhnya, terselip di antara dua kursi. Beau meraih dagu Aya lalu mencium bibirnya. "Hmmm, manis. Aku selalu menyukai bibir mungil ini," racau Beau. Aya tidak menanggapi, ia membiarkan bibirnya dilumat sang suami tanpa mau membalas. "Selamat pagi, sayang," sapa Beau setelahnya. Ia kembali menarik tubuhnya yang sedikit terjepit kemudian beranjak ke kursi tengah untuk mendudukan pantatnya. Beau melambaikan tangan pada salah satu pelayan yang berdiri di pojok, memberi pelayan itu isyarat untuk menyediakan air minum. "Kau meninggalkan rapat Beau dan tak bisa dihubungi beberapa hari setelahnya!" Cerca Henry setelah Beau menegak habis minumannya. Pria itu sepertinya mabuk. Kedua matanya tidak fokus. Beau terkekeh kecil, "Untuk itulah aku membutuhkanmu dan Ally. Aku tidak akan bisa hidup tanpa kalian!" "Daphne mencarimu semalam, kau meninggalkan ponselmu di apartemennya!" Giliran Allyson, sahabat kentalnya itu terlihat berang. Beau melirik Aya, wanita itu hanya terdiam, berusaha untuk tidak perduli. "Ya, aku menginap di apatemennya dua hari sepulang dari rapat, kemudian pergi ke club." Suasana hening. Dentingan sendok, garpu atau pisau yang membentur piring-piring senyap. Beau memperhatikan Aya. Ia berpaling ke arahnya dengan sorot luka, membuat hati Beau merasa tidak nyaman. Perselingkuhan dalam rumah tangga mereka bukanlah hal yang baru. Tapi Beau tahu, istrinya sangat mencintainya dan membiarkan Beau menyelami kegilaannya tanpa mengeluh. "Ayo kita bercerai!" Beau tersedak ludahnya sendiri. Sedangkan ketiga lainnya tak kalah terkejut. Mereka sama-sama menatap serius Aya yang sudah berkaca-kaca. "Kontrak nikah kita bisa dikatakan berakhir kan? Mengingat kau sudah terlalu sering menidurinya? Aku membaca pesan darinya di ponselmu saat kau tertidur setelah aktifitas ranjang kita, selasa lalu!" Rengganis yang sedari tadi terdiam memandang Aya lekat, "Tunggu! Apa maksudmu, Ya?" "Aku telah mempersembahkan kesucianku untuknya, Nis! Kami bahkan sudah bercinta dua kali. Sebelum rapat berlangsung dan sesudah rapat berakhir!" Rahang Beau mengeras. Kedua mata besar Aya menantang elang birunya. "Tapi, jangan khawatir. Beau Prince bersedia membayar pinalti. Ia akan membayar tubuh ini dengan tambahan persentase saham." Sarkasme yang terlempar terdengar menyedihkan di telinga setiap yang mendengar. Mereka, yang berada di ruang makan hanya terdiam membisu. Kontrak pernikahan yang dijalani Beau dan Aya bukanlah suatu rahasia bagi mereka. Mereka mengetahuinya dan sempat mengutuk perjanjian laknat tersebut. Tapi, rasa cinta Beau terhadap Daphne dan ambisi Aya akan impian megahnya telah membutakan nalar dan logika keduanya. Allyson mendorong kursi ke belakang, ia berdiri dan menatap Beau. "Aku kecewa padamu Beau, untuk kesekian kalinya! Perlu kau ketahui, rasa kecewaku suatu saat ada batasnya!" Wanita itu lalu pergi tanpa menghabiskan sarapannya. Sedangkan Henry dan Rengganis memilih untuk diam. Mereka masih bertahan demi Aya. Mereka hanya akan pergi jikalau wanita itu memutuskan untuk pergi. Tiada yang memihak Beau sekarang, tidak juga kedua sahabatnya yang telah berdiri bersamanya saat semua menyerah. Beau sadar telah mengecewakan semua orang. Mereka mengharapkan arah yang berbeda pada keberlangsungan pernikahan kontrak antara dirinya dengan Aya, demi kebaikan perusahaan. Aya sudah berjuang bersama mereka selama lima tahun, menyumbang nyawa untuk kebangkitan PrincePages yang nyaris bangkrut. Tanpa kegigihan dari Rengganis dan kesediaan Aya, PrincePages tidak akan mungkin pulih atau bahkan menjadi semakin besar seperti sekarang. Apalagi alasan untuk memberi pernikahan mereka satu kesempatan? "Tepati saja janjimu, Mr. Prince. Adik dan pengacaraku yang akan mengurus semuanya. Aku jamin, bulan depan kau sudah bisa menikahi Daphne kembali!" Aya bangkit di tengah keheningan yang memekakan hati. Ia menyeka airmatanya yang sudah menetes dengan kasar. "Aku sudah selesai!" Ucapnya dingin. Aya hendak melangkah keluar tapi Beau menahan tangannya. "Beast ..." melasnya. "Namaku adalah Aya! Beast hanya tercantum dalam sampul novel fiksi romansa, tidak lebih dari itu dan tidak nyata! Ingatlah itu mulai sekarang, Mr. Prince!" **********Liam selalu terkesima ketika mobilnya memasuki gerbang Green Mansion. Ia akan disambut dengan jalan lurus yang di kanan kirinya ditumbuhi pohon-pohon cukup tinggi. Kemudian beberapa meter di depan, sebuah air mancur menyapa laju mobil sebelum ia diarahkan untuk berbelok ke kiri, ke area parkir basement. Aya benar-benar mewujudkan setiap imajinasinya. Dari restoran di pusat London yang menyajikan berbagai kuliner tradisional Indonesia ala Restoran Teguh Abadi di buku 365 Hari dimana restoran tersebut mengambil konsep bangunan limasan ala Pondok Meranti di buku Tasbih dan Rosario, hingga mansion mewah Keluarga Galbie dalam buku trilogi Lost in Love. Wanita dengan berjuta imajinasi itu pun sekarang sedang mewujudkan impian terbesarnya, yaitu merealisasikan W. Sebuah perusahaan di bidang penerbitan yang merambah ke berbagai multi bidang."Dimana dia?" Tanya Liam pada seorang pelayan wanita yang menyambut kedatangannya."Mrs. Prince menunggu anda di lahan kosong, Mr. Henderson. Ia su
*****Beau menatap sengit pria di depannya yang memandangnya pongah. Liam Henderson, sang penguasa media Inggris. Keluarganya mempunyai background yang kuat di pemerintahan, tapi Liam cenderung memilih sesuatu yang berbeda. Dengan warisan dari sang Kakek, ia membeli dua perusahaan raksasa media Inggris lalu menggabungkannya di bawah satu perusahaan induk; L.Henderson Media. Walaupun ia menyingkir dari urusan politik dan pemerintahan, namun nama Henderson yang pria itu sandang mampu memberi tekanan pada lawan-lawannya. Liam Henderson adalah sekutu yang bisa diandalkan, tapi ia juga bisa menjadi orang yang mengerikan jika ada yang menyinggung area privasinya. Henry dan Allyson sudah memperingatkan Beau untuk memberi batas kerjasama dengan Liam, sayang ia terlalu terlena dengan kebaikan yang pria itu tawarkan."Kau tahu aku orang yang selalu menagih janji yang diberikan padaku," seringai di wajah Liam terlihat menyebalkan di mata Beau. Pria itu mendatangi kantornya di senin siang, hari s
***** "Kontrak pernikahan akan diperpanjang selama kurun waktu lima tahun atau apabila cabang perusahaan sudah dianggap mampu untuk berdiri sendiri. Dalam kurun waktu tersebut kau kuperbolehkan menikahi Daphne dengan syarat, pernikahan itu tidak boleh terendus oleh publik. Daphne dan Velma akan menempati sebuah pulau dengan pengawasan ketat selama kontrak pernikahan berlangsung demi kepentingan kelancaran perusahaan. Pada tahun ke empat, kita akan mulai membicarakan perceraian. Jika kesepakatan tercapai, kau boleh menceraikanku dengan catatan kita masih diwajibkan menyelesaikan pernikahan palsu hingga tahun kelima. Dengan kata lain, selama sisa dua tahun terakhir kita akan menjalani kontrak nikah semu. Status kita masih menikah di mata publik, padahal sejatinya telah bercerai." Aya memberi kode kepada Mr. Harnett untuk memberikan berkas perjanjian yang kemudian diterima oleh Jack Carlton, pengacara Beau. Aya datang sekitar pukul tiga sore bersama adik dan pengacaranya di hari yang
*****"Sial! Brengsek kau Beau!" Umpat Liam.Aya menceritakan hasil pertemuan mereka pada Liam, tapi sedikit berbohong di bagian akhir. Pertemuan itu sebenarnya masih menggantung karena Beau tidak pernah kembali. Hanya sebuah telpon yang diterima Jack Carlton dari Beau, dengan sebuah pesan bahwa Beau membutuhkan waktu untuk berpikir. Aya merubah alur dengan menambahkan beberapa drama untuk memancing kemarahan Liam. Ia tahu pria itu tergila-gila padanya, jadi seperti yang adiknya sarankan, ia harus mulai memanfaatkan benefit ini."Pinalti yang kuajukan cukup tinggi Liam, kau tak perlu khawatir! Ia akan berpikir ulang untuk meniduriku lagi!" Sandiwara Aya. Ia sudah muak menjadi protagonis yang selalu dimanfaatkan, sudah saatnya Aya bangkit dan mengambil peran lain."Bagaimana dengan kau sendiri?" Tanya Liam. Ia meraih tengkuk Aya dan menciumnya mesra. "Kau membuatku gila, Aya!"Mereka sedang berada di tempat kencan favorit mereka. Padang kosong di belakang taman Green Mansion. Menggelar
*****Kedua tubuh itu bergerak seirama, menyatu di bawah temaram lampu kamar yang terpasang di dinding sisi kiri ranjang. Napas keduanya terasa berat, peluh membuat tubuh mereka lengket. Jangan ditanya bagaimana bentuk sprei putih gading itu sekarang. Kucel dan basah oleh keringat bercampur darah dan cairan kenikmatan."Beast!" Geram sosok yang berada di atas. Gerakannya semakin terpacu.Orang yang dipanggil Beast, terpejam merasakan kenikmatan yang ditawarkan sang lawan. Kedua tangannya meraba-raba punggung telanjang sosok di atasnya. "Kita telah melanggar kontrak, Beau!" Ucapnya kepayahan."Aku tidak perduli! Cium aku!" Mereka pun berciuman dengan tubuh keduanya yang masih saling menghentak, berusaha mereguk puncak kenikmatan surgawi.Beau tidak menyangka akan kembali merasakan hal yang pernah ia rasakan semasa sekolah. Ia masih mengingat jelas kali pertama ia melakukannya, melepas keperjakaannya dengan seorang kakak kelas. Perbedaannya kali ini, dirinyalah yang menjadi pihak peneri
*****(Selasa sore; beberapa jam setelah digelarnya rapat pemegang saham)Daphne menggeliat merasakan sapuan lidah Beau di bawah sana, ia menggigit telapak tangannya. Satu tangan terulur meremas rambut pirang sang mantan, menuntunnya untuk berbuat lebih."Oh Beau!"Beau menuruti kode dari Daphne. Permainan mulutnya kian berani hingga membuat Daphne menjerit pasrah. Ia terpejam dengan kepala bersandar pada sofa. Rasanya benar-benar luar biasa! Daphne jadi teringat akan pertemuan awal mereka. Satu pertemuan yang menuntunnya ke dalam sebuah petualangan cinta nan membara.-----Daphne Westwood hanyalah seorang mahasiswi biasa di Universitas Cambridge, berbekal beasiswa dan tinggal di asrama. Gelar bergengsi dari pihak ibu tak mampu mengangkat namanya ketika strata status sang ayah dipandang rendah oleh society. Jadi, Daphne hanya mengandalkan otaknya yang cerdas. Kemalangan hidupnya mulai membaik berkat tekad nekatnya menerobos kamar asrama. Di sanalah ia bertemu dengan Beau, yang kelak a
*****"Sial! Brengsek kau Beau!" Umpat Liam.Aya menceritakan hasil pertemuan mereka pada Liam, tapi sedikit berbohong di bagian akhir. Pertemuan itu sebenarnya masih menggantung karena Beau tidak pernah kembali. Hanya sebuah telpon yang diterima Jack Carlton dari Beau, dengan sebuah pesan bahwa Beau membutuhkan waktu untuk berpikir. Aya merubah alur dengan menambahkan beberapa drama untuk memancing kemarahan Liam. Ia tahu pria itu tergila-gila padanya, jadi seperti yang adiknya sarankan, ia harus mulai memanfaatkan benefit ini."Pinalti yang kuajukan cukup tinggi Liam, kau tak perlu khawatir! Ia akan berpikir ulang untuk meniduriku lagi!" Sandiwara Aya. Ia sudah muak menjadi protagonis yang selalu dimanfaatkan, sudah saatnya Aya bangkit dan mengambil peran lain."Bagaimana dengan kau sendiri?" Tanya Liam. Ia meraih tengkuk Aya dan menciumnya mesra. "Kau membuatku gila, Aya!"Mereka sedang berada di tempat kencan favorit mereka. Padang kosong di belakang taman Green Mansion. Menggelar
***** "Kontrak pernikahan akan diperpanjang selama kurun waktu lima tahun atau apabila cabang perusahaan sudah dianggap mampu untuk berdiri sendiri. Dalam kurun waktu tersebut kau kuperbolehkan menikahi Daphne dengan syarat, pernikahan itu tidak boleh terendus oleh publik. Daphne dan Velma akan menempati sebuah pulau dengan pengawasan ketat selama kontrak pernikahan berlangsung demi kepentingan kelancaran perusahaan. Pada tahun ke empat, kita akan mulai membicarakan perceraian. Jika kesepakatan tercapai, kau boleh menceraikanku dengan catatan kita masih diwajibkan menyelesaikan pernikahan palsu hingga tahun kelima. Dengan kata lain, selama sisa dua tahun terakhir kita akan menjalani kontrak nikah semu. Status kita masih menikah di mata publik, padahal sejatinya telah bercerai." Aya memberi kode kepada Mr. Harnett untuk memberikan berkas perjanjian yang kemudian diterima oleh Jack Carlton, pengacara Beau. Aya datang sekitar pukul tiga sore bersama adik dan pengacaranya di hari yang
*****Beau menatap sengit pria di depannya yang memandangnya pongah. Liam Henderson, sang penguasa media Inggris. Keluarganya mempunyai background yang kuat di pemerintahan, tapi Liam cenderung memilih sesuatu yang berbeda. Dengan warisan dari sang Kakek, ia membeli dua perusahaan raksasa media Inggris lalu menggabungkannya di bawah satu perusahaan induk; L.Henderson Media. Walaupun ia menyingkir dari urusan politik dan pemerintahan, namun nama Henderson yang pria itu sandang mampu memberi tekanan pada lawan-lawannya. Liam Henderson adalah sekutu yang bisa diandalkan, tapi ia juga bisa menjadi orang yang mengerikan jika ada yang menyinggung area privasinya. Henry dan Allyson sudah memperingatkan Beau untuk memberi batas kerjasama dengan Liam, sayang ia terlalu terlena dengan kebaikan yang pria itu tawarkan."Kau tahu aku orang yang selalu menagih janji yang diberikan padaku," seringai di wajah Liam terlihat menyebalkan di mata Beau. Pria itu mendatangi kantornya di senin siang, hari s
*****Liam selalu terkesima ketika mobilnya memasuki gerbang Green Mansion. Ia akan disambut dengan jalan lurus yang di kanan kirinya ditumbuhi pohon-pohon cukup tinggi. Kemudian beberapa meter di depan, sebuah air mancur menyapa laju mobil sebelum ia diarahkan untuk berbelok ke kiri, ke area parkir basement. Aya benar-benar mewujudkan setiap imajinasinya. Dari restoran di pusat London yang menyajikan berbagai kuliner tradisional Indonesia ala Restoran Teguh Abadi di buku 365 Hari dimana restoran tersebut mengambil konsep bangunan limasan ala Pondok Meranti di buku Tasbih dan Rosario, hingga mansion mewah Keluarga Galbie dalam buku trilogi Lost in Love. Wanita dengan berjuta imajinasi itu pun sekarang sedang mewujudkan impian terbesarnya, yaitu merealisasikan W. Sebuah perusahaan di bidang penerbitan yang merambah ke berbagai multi bidang."Dimana dia?" Tanya Liam pada seorang pelayan wanita yang menyambut kedatangannya."Mrs. Prince menunggu anda di lahan kosong, Mr. Henderson. Ia su
*****(Satu jam setelah rapat usai)"Sial, Beast! Kau membuatku gila di sana!" Beau mulai menanggalkan setelan kerjanya. "Aku menginginkanmu, sekarang!" Tuntutnya, ia melepas ikat pinggang dan menurunkan reseleting celana kerjanya.Beau memutuskan untuk meninggalkan rapat dan kembali ke seseorang yang membuatnya hampir gila hanya dalam waktu semalam. Gairahnya seakan tak terbendung dan ia membutuhkan sosok itu kembali untuk meneriakan keperkasaannya. Tidak perduli akan amukan sang istri yang akan menceramahinya nanti perkara keprofesionalitasan kerja."Tidakah kau lihat aku sedang bekerja?" Beast menggigit bibir bawahnya. Beau mendadak muncul tanpa ketukan, langsung menerobos masuk ke kamar lalu mencium bibirnya. Padahal, Beast sedang mengerjakan buku kesekiannya yang merupakan bentuk kerjasamanya dengan Alan Walker. Buku yang akan ia beri tajuk Storytelling. Buku tersebut akan merealisasikan beberapa judul lagu dari Alan Walker yang pernah hits. Rencananya akan memuat sepuluh judul
*****(Selasa sore; beberapa jam setelah digelarnya rapat pemegang saham)Daphne menggeliat merasakan sapuan lidah Beau di bawah sana, ia menggigit telapak tangannya. Satu tangan terulur meremas rambut pirang sang mantan, menuntunnya untuk berbuat lebih."Oh Beau!"Beau menuruti kode dari Daphne. Permainan mulutnya kian berani hingga membuat Daphne menjerit pasrah. Ia terpejam dengan kepala bersandar pada sofa. Rasanya benar-benar luar biasa! Daphne jadi teringat akan pertemuan awal mereka. Satu pertemuan yang menuntunnya ke dalam sebuah petualangan cinta nan membara.-----Daphne Westwood hanyalah seorang mahasiswi biasa di Universitas Cambridge, berbekal beasiswa dan tinggal di asrama. Gelar bergengsi dari pihak ibu tak mampu mengangkat namanya ketika strata status sang ayah dipandang rendah oleh society. Jadi, Daphne hanya mengandalkan otaknya yang cerdas. Kemalangan hidupnya mulai membaik berkat tekad nekatnya menerobos kamar asrama. Di sanalah ia bertemu dengan Beau, yang kelak a
*****Kedua tubuh itu bergerak seirama, menyatu di bawah temaram lampu kamar yang terpasang di dinding sisi kiri ranjang. Napas keduanya terasa berat, peluh membuat tubuh mereka lengket. Jangan ditanya bagaimana bentuk sprei putih gading itu sekarang. Kucel dan basah oleh keringat bercampur darah dan cairan kenikmatan."Beast!" Geram sosok yang berada di atas. Gerakannya semakin terpacu.Orang yang dipanggil Beast, terpejam merasakan kenikmatan yang ditawarkan sang lawan. Kedua tangannya meraba-raba punggung telanjang sosok di atasnya. "Kita telah melanggar kontrak, Beau!" Ucapnya kepayahan."Aku tidak perduli! Cium aku!" Mereka pun berciuman dengan tubuh keduanya yang masih saling menghentak, berusaha mereguk puncak kenikmatan surgawi.Beau tidak menyangka akan kembali merasakan hal yang pernah ia rasakan semasa sekolah. Ia masih mengingat jelas kali pertama ia melakukannya, melepas keperjakaannya dengan seorang kakak kelas. Perbedaannya kali ini, dirinyalah yang menjadi pihak peneri