*****
"Kontrak pernikahan akan diperpanjang selama kurun waktu lima tahun atau apabila cabang perusahaan sudah dianggap mampu untuk berdiri sendiri. Dalam kurun waktu tersebut kau kuperbolehkan menikahi Daphne dengan syarat, pernikahan itu tidak boleh terendus oleh publik. Daphne dan Velma akan menempati sebuah pulau dengan pengawasan ketat selama kontrak pernikahan berlangsung demi kepentingan kelancaran perusahaan. Pada tahun ke empat, kita akan mulai membicarakan perceraian. Jika kesepakatan tercapai, kau boleh menceraikanku dengan catatan kita masih diwajibkan menyelesaikan pernikahan palsu hingga tahun kelima. Dengan kata lain, selama sisa dua tahun terakhir kita akan menjalani kontrak nikah semu. Status kita masih menikah di mata publik, padahal sejatinya telah bercerai." Aya memberi kode kepada Mr. Harnett untuk memberikan berkas perjanjian yang kemudian diterima oleh Jack Carlton, pengacara Beau. Aya datang sekitar pukul tiga sore bersama adik dan pengacaranya di hari yang sama dengan kedatangam Liam. Mereka disambut oleh Beau yang sebelumnya sempat memberitahu sang pengacara. Ini terbilang mendadak, ia bahkan tidak sempat memberitahu Henry dan Allyson untuk datang dan ikut berembug dalam kesepakatan ini. Sejoli itu kebetulan sedang mengunjungi Indonesia guna memastikan lokasi pembangunan gedung baru. Sebuah cabang perusahaan yang digadang akan semegah W dalam novel BeastStories bertajuk WEntertainment & Publishing. "Apa yang Liam inginkan darimu?" Aya teringat, Liam memberitahunya jika ia telah menemui Beau. Beau menyenderkan punggung pada kursi kebesarannya. Ekor matanya melirik sang pengacara yang masih sibuk meneliti poin demi poin yang tercantum dalam surat perjanjian. "Dia ingin aku menceraikanmu di tahun keempat agar dia bisa menikahimu!" Beau bisa melihat senyum lebar terpatri di wajah Wiwid Semito, adik dari Aya. Pria tampan itu sejak awal tidak pernah setuju kakaknya terlibat dalam perjanjian laknat ini. Ia cenderung menyukai Liam dan berharap sang kakak bisa bersanding dengannya. Bagi Wiwid, pengaruh Liam terhadap media Inggris dan kekuasaan keluarga Henderson sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk dijadikan bekal dalam mendirikan sebuah perusahaan. Tapi bagi Aya, ia bukanlah kacang yang lupa pada kulitnya. Ia sampai pada tahap ini karena ada peran Beau dan PrincePages. Aya menginginkan hubungan baik terjalin di antara PrincePages dan perusahaan barunya nanti, selain juga berharap rasanya disambut oleh Beau. "Bagaimana dengan kebutuhan biologis kita?" Pertanyaan Beau mendatangkan tatapan tajam dari Jack Carlton. Pria tua itu masih saja merasa tidak nyaman membicarakan masalah ranjang yang kembali dilibatkan di perpanjangan kontrak. Dugaannya dulu telah terbukti, sebuah pernikahan tidak mungkin tidak melibatkan aktifitas seksual, meskipun labelnya nikah kontrak. Apalagi pasangan kontrak diwajibkan berperan mesra di hadapan publik termasuk berciuman atau hal-hal lain yang melibatkan skinship. Intuisi Jack tidak pernah meleset, lambat laun Aya dan Beau akan membawa sandiwara mereka ke atas ranjang. "Tidak mengapa, Mr. Carlton, kita sudah mencantumkannya di poin-poin terakhir." Ucap Wiwid menanggapi reaksi dari Jack. Beau mengernyit, merasa risih dengan keantusiasan Wiwid. Ia pun menatap tajam pria itu. Sedangkan yang ditatap, menanggapinya dengan kekehan sebelum berucap, "Jangan menatapku seperti itu Mr. Prince! Bukankah orang dewasa membutuhkan ini? Hanya saja aku berpikir ..." Wiwid mengambil jeda sejenak, ia mencondongkan tubuhnya ke arah Beau. "Jika kau menghargai sebuah ikatan pernikahan dengan saham, kenapa tidak satu malam diberlakukan hal yang sama?" seringai licik Wiwid kemudian. "Apa maksudmu?!" berang Beau, ia menggebrak meja, membuat semua orang terkejut. Beau beralih memandang Aya, menuntut sebuah jawaban. Aya hanya memberinya senyuman. Ini bagai sebuah boomerang yang menyerangnya balik. Empat tahun lalu, ialah yang menjadi pihak pengaju perjanjian dengan berbagai syarat yang menjerat pihak lawan. Ia lupa jika Aya Semito merupakan pendengar sekaligus pengamat yang baik. Mendengarkan perilakunya dan mengamati kelemahannya. Setelahnya meramu kedua elemen tersebut untuk dijadikan senjata guna melawan dirinya. "Daphne merupakan solusi terbaik, Mr. Prince! Bukankah ia sudah kembali pasrah untuk kau tiduri mengingat uangmu kembali mengalir lancar ke dompetnya?" tegas Aya, masih dengan senyum tenangnya yang penuh makna. Beau mengabaikan sindiran Aya. Ia akui, Daphne memang wanita materialistis. Beau sebenarnya tahu cinta Daphne untuknya tidak setulus hobi wanita itu dalam menghamburkan uang, hanya saja ia membiarkan kebutaan menuntun kehidupan asmaranya ketimbang logika dan fakta. "Dan kau akan lari ke ranjang Henderson, begitu?" sinis Beau. "Jadi, prinsipmu hanya bualan belaka?" Entah kenapa, Daphne sudah tidak lagi menjadi concern utamanya. Atensi Beau kini perlahan teralih pada wanita di hadapannya sejak ia berhasil membawa Aya ke ranjang dua kali. Bayang-bayang sensual tubuh telanjang Aya benar-benar membuat Beau nyaris gila. Bahkan beberapa hari terakhir, Daphne sudah tidak mampu lagi membuatnya mencapai kepuasaan. Hanya membayangkan persetubuhannya dengan Ayalah, Beau mampu menggapai kepuasaannya sendiri. "Aku sudah melanggar prinsipku sejak kau ijinkan Liam mencumbuku, Mr. Prince. Aku hanya mengikuti petunjukmu saja." Kini, Aya balik menatap Beau tajam dengan luka yang tersirat. Ia masih tidak terima ketika memergoki suami kontraknya bertransaksi dengan seorang pria dan menjadikan dirinya sebagai objek barter. Aya masih mengingatnya dengan jelas, bagaimana Beau melukai hatinya untuk pertama kali. Perkataan yang terlontar dari mulut Beau tiga tahun silam mampu membungkamnya dalam rasa sakit yang tak berperi. "Aku tidak akan pernah mencintaimu, karena yang kuinginkan hanya Daphne. Kau seharusnya berterima kasih ada Liam yang sudi mencintaimu! Jangan sok suci, prinsipmu tidak berlaku di sini!" Beau berdiri dengan pandangan yang masih bertaut pada netra sendu Aya. Hatinya bergemuruh menyakitkan melihat mata Aya yang berkaca-kaca. Kepingan-kepingan memori menyeruak, seolah mengingatkan bagaimana perangainya dulu. Iya! Dialah sang antagonis! "Layani dia! Ini bagian dari perjanjian kita! Aku membutuhkan kuasanya terhadap media Inggris untuk menutupi jejakku dengan Daphne kelak. Dan kau adalah yang dia inginkan!" "Jadi, kau menjualku, Mr. Prince? Aku bukan pelacur!" Beau mengingat jelas momen dimana Aya meninggalkannya dalam kebisuan dengan tangis pilu yang menyertai. Ia merasakan ketidak nyamanan kala itu, namun ia tampik keras. Obsesinya untuk mendapatkan kembali sang mantan istri telah membutakan logika dan mata hatinya. "Maafkan aku, Beast," lirih Beau. Ia menggeser kursi kerjanya lalu melangkah pergi keluar ruangan. Persis seperti kejadian di ruang rapat tempo itu. **********"Sial! Brengsek kau Beau!" Umpat Liam.Aya menceritakan hasil pertemuan mereka pada Liam, tapi sedikit berbohong di bagian akhir. Pertemuan itu sebenarnya masih menggantung karena Beau tidak pernah kembali. Hanya sebuah telpon yang diterima Jack Carlton dari Beau, dengan sebuah pesan bahwa Beau membutuhkan waktu untuk berpikir. Aya merubah alur dengan menambahkan beberapa drama untuk memancing kemarahan Liam. Ia tahu pria itu tergila-gila padanya, jadi seperti yang adiknya sarankan, ia harus mulai memanfaatkan benefit ini."Pinalti yang kuajukan cukup tinggi Liam, kau tak perlu khawatir! Ia akan berpikir ulang untuk meniduriku lagi!" Sandiwara Aya. Ia sudah muak menjadi protagonis yang selalu dimanfaatkan, sudah saatnya Aya bangkit dan mengambil peran lain."Bagaimana dengan kau sendiri?" Tanya Liam. Ia meraih tengkuk Aya dan menciumnya mesra. "Kau membuatku gila, Aya!"Mereka sedang berada di tempat kencan favorit mereka. Padang kosong di belakang taman Green Mansion. Menggelar
*****Kedua tubuh itu bergerak seirama, menyatu di bawah temaram lampu kamar yang terpasang di dinding sisi kiri ranjang. Napas keduanya terasa berat, peluh membuat tubuh mereka lengket. Jangan ditanya bagaimana bentuk sprei putih gading itu sekarang. Kucel dan basah oleh keringat bercampur darah dan cairan kenikmatan."Beast!" Geram sosok yang berada di atas. Gerakannya semakin terpacu.Orang yang dipanggil Beast, terpejam merasakan kenikmatan yang ditawarkan sang lawan. Kedua tangannya meraba-raba punggung telanjang sosok di atasnya. "Kita telah melanggar kontrak, Beau!" Ucapnya kepayahan."Aku tidak perduli! Cium aku!" Mereka pun berciuman dengan tubuh keduanya yang masih saling menghentak, berusaha mereguk puncak kenikmatan surgawi.Beau tidak menyangka akan kembali merasakan hal yang pernah ia rasakan semasa sekolah. Ia masih mengingat jelas kali pertama ia melakukannya, melepas keperjakaannya dengan seorang kakak kelas. Perbedaannya kali ini, dirinyalah yang menjadi pihak peneri
*****(Selasa sore; beberapa jam setelah digelarnya rapat pemegang saham)Daphne menggeliat merasakan sapuan lidah Beau di bawah sana, ia menggigit telapak tangannya. Satu tangan terulur meremas rambut pirang sang mantan, menuntunnya untuk berbuat lebih."Oh Beau!"Beau menuruti kode dari Daphne. Permainan mulutnya kian berani hingga membuat Daphne menjerit pasrah. Ia terpejam dengan kepala bersandar pada sofa. Rasanya benar-benar luar biasa! Daphne jadi teringat akan pertemuan awal mereka. Satu pertemuan yang menuntunnya ke dalam sebuah petualangan cinta nan membara.-----Daphne Westwood hanyalah seorang mahasiswi biasa di Universitas Cambridge, berbekal beasiswa dan tinggal di asrama. Gelar bergengsi dari pihak ibu tak mampu mengangkat namanya ketika strata status sang ayah dipandang rendah oleh society. Jadi, Daphne hanya mengandalkan otaknya yang cerdas. Kemalangan hidupnya mulai membaik berkat tekad nekatnya menerobos kamar asrama. Di sanalah ia bertemu dengan Beau, yang kelak a
*****(Satu jam setelah rapat usai)"Sial, Beast! Kau membuatku gila di sana!" Beau mulai menanggalkan setelan kerjanya. "Aku menginginkanmu, sekarang!" Tuntutnya, ia melepas ikat pinggang dan menurunkan reseleting celana kerjanya.Beau memutuskan untuk meninggalkan rapat dan kembali ke seseorang yang membuatnya hampir gila hanya dalam waktu semalam. Gairahnya seakan tak terbendung dan ia membutuhkan sosok itu kembali untuk meneriakan keperkasaannya. Tidak perduli akan amukan sang istri yang akan menceramahinya nanti perkara keprofesionalitasan kerja."Tidakah kau lihat aku sedang bekerja?" Beast menggigit bibir bawahnya. Beau mendadak muncul tanpa ketukan, langsung menerobos masuk ke kamar lalu mencium bibirnya. Padahal, Beast sedang mengerjakan buku kesekiannya yang merupakan bentuk kerjasamanya dengan Alan Walker. Buku yang akan ia beri tajuk Storytelling. Buku tersebut akan merealisasikan beberapa judul lagu dari Alan Walker yang pernah hits. Rencananya akan memuat sepuluh judul
*****Liam selalu terkesima ketika mobilnya memasuki gerbang Green Mansion. Ia akan disambut dengan jalan lurus yang di kanan kirinya ditumbuhi pohon-pohon cukup tinggi. Kemudian beberapa meter di depan, sebuah air mancur menyapa laju mobil sebelum ia diarahkan untuk berbelok ke kiri, ke area parkir basement. Aya benar-benar mewujudkan setiap imajinasinya. Dari restoran di pusat London yang menyajikan berbagai kuliner tradisional Indonesia ala Restoran Teguh Abadi di buku 365 Hari dimana restoran tersebut mengambil konsep bangunan limasan ala Pondok Meranti di buku Tasbih dan Rosario, hingga mansion mewah Keluarga Galbie dalam buku trilogi Lost in Love. Wanita dengan berjuta imajinasi itu pun sekarang sedang mewujudkan impian terbesarnya, yaitu merealisasikan W. Sebuah perusahaan di bidang penerbitan yang merambah ke berbagai multi bidang."Dimana dia?" Tanya Liam pada seorang pelayan wanita yang menyambut kedatangannya."Mrs. Prince menunggu anda di lahan kosong, Mr. Henderson. Ia su
*****Beau menatap sengit pria di depannya yang memandangnya pongah. Liam Henderson, sang penguasa media Inggris. Keluarganya mempunyai background yang kuat di pemerintahan, tapi Liam cenderung memilih sesuatu yang berbeda. Dengan warisan dari sang Kakek, ia membeli dua perusahaan raksasa media Inggris lalu menggabungkannya di bawah satu perusahaan induk; L.Henderson Media. Walaupun ia menyingkir dari urusan politik dan pemerintahan, namun nama Henderson yang pria itu sandang mampu memberi tekanan pada lawan-lawannya. Liam Henderson adalah sekutu yang bisa diandalkan, tapi ia juga bisa menjadi orang yang mengerikan jika ada yang menyinggung area privasinya. Henry dan Allyson sudah memperingatkan Beau untuk memberi batas kerjasama dengan Liam, sayang ia terlalu terlena dengan kebaikan yang pria itu tawarkan."Kau tahu aku orang yang selalu menagih janji yang diberikan padaku," seringai di wajah Liam terlihat menyebalkan di mata Beau. Pria itu mendatangi kantornya di senin siang, hari s
*****"Sial! Brengsek kau Beau!" Umpat Liam.Aya menceritakan hasil pertemuan mereka pada Liam, tapi sedikit berbohong di bagian akhir. Pertemuan itu sebenarnya masih menggantung karena Beau tidak pernah kembali. Hanya sebuah telpon yang diterima Jack Carlton dari Beau, dengan sebuah pesan bahwa Beau membutuhkan waktu untuk berpikir. Aya merubah alur dengan menambahkan beberapa drama untuk memancing kemarahan Liam. Ia tahu pria itu tergila-gila padanya, jadi seperti yang adiknya sarankan, ia harus mulai memanfaatkan benefit ini."Pinalti yang kuajukan cukup tinggi Liam, kau tak perlu khawatir! Ia akan berpikir ulang untuk meniduriku lagi!" Sandiwara Aya. Ia sudah muak menjadi protagonis yang selalu dimanfaatkan, sudah saatnya Aya bangkit dan mengambil peran lain."Bagaimana dengan kau sendiri?" Tanya Liam. Ia meraih tengkuk Aya dan menciumnya mesra. "Kau membuatku gila, Aya!"Mereka sedang berada di tempat kencan favorit mereka. Padang kosong di belakang taman Green Mansion. Menggelar
***** "Kontrak pernikahan akan diperpanjang selama kurun waktu lima tahun atau apabila cabang perusahaan sudah dianggap mampu untuk berdiri sendiri. Dalam kurun waktu tersebut kau kuperbolehkan menikahi Daphne dengan syarat, pernikahan itu tidak boleh terendus oleh publik. Daphne dan Velma akan menempati sebuah pulau dengan pengawasan ketat selama kontrak pernikahan berlangsung demi kepentingan kelancaran perusahaan. Pada tahun ke empat, kita akan mulai membicarakan perceraian. Jika kesepakatan tercapai, kau boleh menceraikanku dengan catatan kita masih diwajibkan menyelesaikan pernikahan palsu hingga tahun kelima. Dengan kata lain, selama sisa dua tahun terakhir kita akan menjalani kontrak nikah semu. Status kita masih menikah di mata publik, padahal sejatinya telah bercerai." Aya memberi kode kepada Mr. Harnett untuk memberikan berkas perjanjian yang kemudian diterima oleh Jack Carlton, pengacara Beau. Aya datang sekitar pukul tiga sore bersama adik dan pengacaranya di hari yang
*****Beau menatap sengit pria di depannya yang memandangnya pongah. Liam Henderson, sang penguasa media Inggris. Keluarganya mempunyai background yang kuat di pemerintahan, tapi Liam cenderung memilih sesuatu yang berbeda. Dengan warisan dari sang Kakek, ia membeli dua perusahaan raksasa media Inggris lalu menggabungkannya di bawah satu perusahaan induk; L.Henderson Media. Walaupun ia menyingkir dari urusan politik dan pemerintahan, namun nama Henderson yang pria itu sandang mampu memberi tekanan pada lawan-lawannya. Liam Henderson adalah sekutu yang bisa diandalkan, tapi ia juga bisa menjadi orang yang mengerikan jika ada yang menyinggung area privasinya. Henry dan Allyson sudah memperingatkan Beau untuk memberi batas kerjasama dengan Liam, sayang ia terlalu terlena dengan kebaikan yang pria itu tawarkan."Kau tahu aku orang yang selalu menagih janji yang diberikan padaku," seringai di wajah Liam terlihat menyebalkan di mata Beau. Pria itu mendatangi kantornya di senin siang, hari s
*****Liam selalu terkesima ketika mobilnya memasuki gerbang Green Mansion. Ia akan disambut dengan jalan lurus yang di kanan kirinya ditumbuhi pohon-pohon cukup tinggi. Kemudian beberapa meter di depan, sebuah air mancur menyapa laju mobil sebelum ia diarahkan untuk berbelok ke kiri, ke area parkir basement. Aya benar-benar mewujudkan setiap imajinasinya. Dari restoran di pusat London yang menyajikan berbagai kuliner tradisional Indonesia ala Restoran Teguh Abadi di buku 365 Hari dimana restoran tersebut mengambil konsep bangunan limasan ala Pondok Meranti di buku Tasbih dan Rosario, hingga mansion mewah Keluarga Galbie dalam buku trilogi Lost in Love. Wanita dengan berjuta imajinasi itu pun sekarang sedang mewujudkan impian terbesarnya, yaitu merealisasikan W. Sebuah perusahaan di bidang penerbitan yang merambah ke berbagai multi bidang."Dimana dia?" Tanya Liam pada seorang pelayan wanita yang menyambut kedatangannya."Mrs. Prince menunggu anda di lahan kosong, Mr. Henderson. Ia su
*****(Satu jam setelah rapat usai)"Sial, Beast! Kau membuatku gila di sana!" Beau mulai menanggalkan setelan kerjanya. "Aku menginginkanmu, sekarang!" Tuntutnya, ia melepas ikat pinggang dan menurunkan reseleting celana kerjanya.Beau memutuskan untuk meninggalkan rapat dan kembali ke seseorang yang membuatnya hampir gila hanya dalam waktu semalam. Gairahnya seakan tak terbendung dan ia membutuhkan sosok itu kembali untuk meneriakan keperkasaannya. Tidak perduli akan amukan sang istri yang akan menceramahinya nanti perkara keprofesionalitasan kerja."Tidakah kau lihat aku sedang bekerja?" Beast menggigit bibir bawahnya. Beau mendadak muncul tanpa ketukan, langsung menerobos masuk ke kamar lalu mencium bibirnya. Padahal, Beast sedang mengerjakan buku kesekiannya yang merupakan bentuk kerjasamanya dengan Alan Walker. Buku yang akan ia beri tajuk Storytelling. Buku tersebut akan merealisasikan beberapa judul lagu dari Alan Walker yang pernah hits. Rencananya akan memuat sepuluh judul
*****(Selasa sore; beberapa jam setelah digelarnya rapat pemegang saham)Daphne menggeliat merasakan sapuan lidah Beau di bawah sana, ia menggigit telapak tangannya. Satu tangan terulur meremas rambut pirang sang mantan, menuntunnya untuk berbuat lebih."Oh Beau!"Beau menuruti kode dari Daphne. Permainan mulutnya kian berani hingga membuat Daphne menjerit pasrah. Ia terpejam dengan kepala bersandar pada sofa. Rasanya benar-benar luar biasa! Daphne jadi teringat akan pertemuan awal mereka. Satu pertemuan yang menuntunnya ke dalam sebuah petualangan cinta nan membara.-----Daphne Westwood hanyalah seorang mahasiswi biasa di Universitas Cambridge, berbekal beasiswa dan tinggal di asrama. Gelar bergengsi dari pihak ibu tak mampu mengangkat namanya ketika strata status sang ayah dipandang rendah oleh society. Jadi, Daphne hanya mengandalkan otaknya yang cerdas. Kemalangan hidupnya mulai membaik berkat tekad nekatnya menerobos kamar asrama. Di sanalah ia bertemu dengan Beau, yang kelak a
*****Kedua tubuh itu bergerak seirama, menyatu di bawah temaram lampu kamar yang terpasang di dinding sisi kiri ranjang. Napas keduanya terasa berat, peluh membuat tubuh mereka lengket. Jangan ditanya bagaimana bentuk sprei putih gading itu sekarang. Kucel dan basah oleh keringat bercampur darah dan cairan kenikmatan."Beast!" Geram sosok yang berada di atas. Gerakannya semakin terpacu.Orang yang dipanggil Beast, terpejam merasakan kenikmatan yang ditawarkan sang lawan. Kedua tangannya meraba-raba punggung telanjang sosok di atasnya. "Kita telah melanggar kontrak, Beau!" Ucapnya kepayahan."Aku tidak perduli! Cium aku!" Mereka pun berciuman dengan tubuh keduanya yang masih saling menghentak, berusaha mereguk puncak kenikmatan surgawi.Beau tidak menyangka akan kembali merasakan hal yang pernah ia rasakan semasa sekolah. Ia masih mengingat jelas kali pertama ia melakukannya, melepas keperjakaannya dengan seorang kakak kelas. Perbedaannya kali ini, dirinyalah yang menjadi pihak peneri