Share

Chapter 30

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-19 08:46:52

"Kalau nanti kamu ditanya-tanya oleh hakim, sikapi dengan tenang. Dengarkan pertanyaan mereka baik-baik dan jawab dengan akal sehat, bukan dengan emosi. Ingat, poinnya di sini adalah emosi."

Jihan mendengarkan segala nasehat Abdi dengan sungguh-sungguh. Jujur, ia sudah tidak sabar untuk bisa secepatnya lepas dari Tommy. Oleh karena itu, ia akan mendengarkan semua nasehat pengacaranya ini dengan sebaik mungkin.

Saat ini ia akan menghadiri sidang pembacaan surat gugatan yang akan dibacakan oleh Tommy, atau diwakilkan oleh salah seorang majelis hakim yang ditunjuk. Ia telah melewati masa mediasi karena ia memang tidak menginginkannya. Kata rujuk jauh dari pemikirannya. Satu hal yang Jihan syukuri adalah, Tommy juga tidak mempermasalahkannya. Namun Jihan mempersiapkan mentalnya untuk masalah lain. Tommy pasti tengah merencanakan sesuatu. Jika Tommy bersedia melepas sesuatu, hampir bisa dipastikan ia telah menggigit sesuatu lainnya, yang tentu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
keren nih Azzam.... gila nih Tommy bilang mau beru ah minta rujuk maksa² eh masih juga selingkuh sama istri orang...
goodnovel comment avatar
Endah Ing
wah gila...selingkuhnya gak kaleng" nih petualang selangkangan. kirain cuma sama sahabat istrinya doang
goodnovel comment avatar
Herlianti Halim
para pembaca yg Budiman pasti senang dgn cerita ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 31

    Jihan menarik napas panjang saat melihat mobil ayahnya terparkir diujung jalan. Jihan tahu, pasti ayahnya marah karena dirinya tidak bersedia rujuk dengan Tommy. Jihan mengira kabar bahwa dirinya dan Tommy baru saja menjalani sidang pertama perceraian, telah sampai di telinga ayahnya.Namun apapun itu, laki-laki setengah baya yang kini tengah berjalan ke arahnya adalah ayah kandungnya sendiri. Darah dan dagingnya berasal dari laki-laki di depannya ini. Jihan wajib menghormatinya, walaupun sang ayah tidak pernah merasa kalau dirinya menghormati sang ayah."Kamu ini memang benar-benar keras kepala, Han! Kamu tidak pernah sekalipun menuruti kemauan Ayah seperti, kakakmu, Nihan! Kamu mau jadi anak durhaka hah?!" Belum juga menyalim tangan ayahnya, ia sudah lebih dulu diamuk sang ayah."Masuk dulu ke dalam, Yah. Nanti Jihan jelaskan semuanya. Tidak enak dilihat tetangga, Yah." Jihan yang berdiri di ambang pintu, melebarka

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 32

    Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Tanpa terasa tiga bulan telah berlalu. Karena pihak Tommy tidak lagi mempersulit perceraian, maka sidang perceraiannya pun berjalan lancar. Dalam kurun waktu tiga bulan saja, mereka berdua telah melalui tahapan persidangan. Dan hari ini adalah sidang terakhir pembacaan keputusan cerainya.Selama menjadi persidangan berikutnya, Tommy tidak sekalipun pernah lagi menghadirinya. Kecuali saat sidang pertama. Tommy telah menguasakan segala urusannya pada pengacaranya. Makanya semua tahapan mereka lalui dengan lancar jaya.Jihan tidak henti-hentinya mengucapkan kata alhamdullilah dalam hati, ketika hakim akhirnya mengetuk palu sebanyak tiga kali. Artinya ia kini telah resmi bercerai dengan Tommy.Jihan masih merasa tidak percaya. Bahkan saat pengacara Tommy menyalaminya, Jihan menyambut dengan air muka datar. Ia masih percaya dan tidak percaya. Bayangkan saja, Tommy yang b

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 33

    Jihan memindai jam dinding. Waktu telah menunjukkan pukul 16.05 WIB. Sebaiknya sekarang saja ia berbelanja sembako yang telah menipis di rumah. Mumpung hypermart sedang mengadakan promo besar-besaran, sebaiknya ia berbelanja di sana saja. Selama ini kalau kepepet ia akan berbelanja di mini market seberang warung. Tentu saja harganya relatif lebih mahal dari hypermart. Makanya saat ia mempunyai waktu luang dan rezeki berlebih, ia lebih suka berbelanja di hypermart."Ibu tidak jadi belanja?" Retno yang baru saja mengantarkan minuman pada pengunjung menyapanya sekilas."Jadi, Ret. Makanya ini Ibu mau mandi sebentar dulu. Badan Ibu rasanya lengket semua karena minyak dan keringat. Oh ya, Ibu nanti akan langsung pulang setelah selesai berbelanja. Kamu dan Narti saja yang menutup warung nanti ya, Ret?" pesan Jihan seraya berjalan ke kamar mandi."Baik, Bu. Nanti saya dan Narti akan menutup warung. Sesuai pesan Ibu yang biasa, ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 34

    Jihan panas dingin saat mobil Azzam meluncur mulus memasuki satu kompleks perumahan elit. Jihan tahu kalau perumahan eksklusif ini rata-rata dihuni oleh para pejabat dan konglomerat negeri ini. Selain itu ada beberapa artis papan atas yang juga mendiami kompleks ini. Wajar Azzam tinggal di sini mengingat status sosial keluarga Alkatiri. Nadiem Alkatiri, ayah Azzam, memiliki beberapa perusahaan raksasa yang tengah berkembang pesat saat ini.Mobil terus melaju hingga berhenti pada pintu gerbang satu rumah mewah dan megah. Dari relief-relief pagarnya saja, rumah ini seolah-olah meneriakkan kata mahal pada setiap orang yang datang.Saat Azzam meraih remote untuk membuka pagar, Jihan iseng mengamati pagar artistik di depannya. Gerbangnya tinggi menjulang. Pada bagian pagar besi ada pola belah ketupat yang menjadikan pagar terlihat estetik. Hal lainnya yang menjadikan pagar ini mewah adalah bagian gapuranya.Material gapura dibuat menggunak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 35

    Warung tengah ramai-ramainya. Pada saat jam makan siang seperti ini, memang kesibukan mereka luar biasa. Semenjak warungnya menawarkan kerjasama dengan Kanaya yang menjual bakso, Mbak Umi yang menjual ayam penyet, Mbak Tatik dengan lontong balapnya serta Kak Iyet yang berjualan sate padang, pelanggan makin ramai saja. Satu warung namun menunya beragam menurut pelanggan-pelangganya. Ditambah dengan harganya juga ramah di kantong, warungnya menjadi warung favorit para pekerja kantoran di sekitar warungnya. Alhamdullilah.Jihan menhampiri Kanaya saat melihatnya keteteran melayani pelanggan. Harus meracik bakso sendiri dan mengantarkannya ke meja masing-masing pemesan, memang merepotkan. Jihan bermaksud membantu Kanaya menghidangkan bakso-bakso yang telah selesai diracik."Repot sekali ya kamu, Nay? Sini Mbak bantuin mengantarkan bakso-bakso ke meja pelanggan.""Waduh, jadi nggak enak s

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-09
  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 36

    "Ayahmu sakit, Han." Suara lirih sang ibu membuat Jihan menghentikan kesibukannya menyusui. Akhirnya ia tahu juga apa yang membuat ibunya termenung sedari baru datang tadi."Semenjak kamu resmi bercerai, mantan mertuamu sudah tidak pernah lagi memberikan proyek-proyek besar pada ayahmu. Hotel barunya yang dilaunching bulan lalu, semua diisi dengan furniture dari pabrik mebel Pak Karto. Padahal sebelumnya Pak Anwar menjanjikan akan menggunakan semua furniture dari pabrik kita. Ditambah dengan beraninya toko-toko mebel saingan kita menurunkan harga lebih murah, mebel-mebel kita menjadi tidak laku, Han. Banyak stok bahan yang menumpuk di pabrik. Ayahmu stress. Dan sudah seminggu ini ayahmu jatuh sakit karena banyak pikiran.""Dari mana Ibu tahu? Bukannya Ibu bilang kalau ayah sudah dua minggu lebih pulang ke rumah Tante Rahmah, setelah ribut dengan Ibu?" tanya Jihan sambil lalu. Jihan menepuk-nepuk ringan punggung N

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-09
  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 37

    Jihan tiba di kediaman Azzam tepat pukul satu siang. Hari ini ia tidak menjaga warung. Permintaan Azzam untuk membantunya melenyapkan masa lalu, membuat Jihan tersanjung. Ia kini sadar bahwa Azzam benar-benar ingin merajut asa baru dengannya. Untuk itu ia menugaskan Retno, Narti dan Tini, karyawan barunya untuk mengurus warung. Sementara Niko dan Niki ia tinggalkan di rumah. Selain Bu Marni, ada ibunya juga yang akan ikut menjaga. Waktunya saat ini, khusus akan ia fokuskan untuk Azzam saja.Mengingat tugasnya akan membantu Azzam bersih-bersih ruangan, Jihan dengan sengaja mengenakan pakaian yang praktis. Berupa kaus oblong lengan panjang, dan kulot lebar. Dengan begitu gerakannya akan lebih leluasa."Ayo kita turun, Han." Azzam mematikan mesin mobil dan bersiap keluar. Jihan mengangguk dan mengikuti gerakan Azzam. Kini mereka berjalan beriringan ke dalam rumah. Saat memasuki ruang tamu utama, suasana terasa lenggang. Kedua orang tua Azzam

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-12
  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 38

    Azzam menatap geram surat pengumuman hasil tender yang baru saja diantarkan kurir. Matanya nyalang saat membaca huruf demi huruf yang tertulis dalam surat itu. Surat pengumuman hasil tendernya itu bukan hanya satu. Ada empat surat lagi di laci mejanya. Bersama surat dengan yang ada dictangannya, berarti ada lima surat. Dan kelimanya berisikan pengumuman kalau perusahaannya kalah tender."Menurut keputusan dalam rapat tim pengadaan jasa PT Asia Graha Perumindo (Persero), setelah meninjau dari kompetensi dan pengalaman para peserta tender. Kami memutuskan untuk Pengadaan Jasa Perencanaan dan Implementasi akan diberikan kepada P.T Panca Karya Tbk."Azzam tidak melanjutkan bacaannya lagi. Ia sangat kecewa karena proyek-proyek yang sangat ia inginkan ini, jatuh satu persatu ke perusahaan-perusahan kompetitornya. Dan bukan sembarang kompetitor pula. Karena pemilik perusahaan Panca Karya Tbk itu adalah Tommy Wiranata. Mantan suami Jihan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14

Bab terbaru

  • Asa diujung Sajadah#book2   Extra Part

    Enam tahun kemudian.Seorang pria berusia awal empat puluhan, duduk termenung di atas kursi rodanya. Sesekali ia mengucek-ucek dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia berharap kabut yang membayangi pandangannya segera berlalu.Tatkala semua usahanya tidak berhasil, sosok itu menghembuskan napas kasar sambil memaki-maki. Ia kesal karena tidak bisa memandangi ikan-ikan hias kesayangannya di kolam dengan jelas. Akhir-akhir ini pandangannya semakin lama semakin buram. Jika biasanya ia bisa menonton televisi dengan jelas, kini tidak lagi. Dan sekarang melihat ikan-ikan kesayangannya pun semakin lama semakin kabur."Ah sial!" Sosok itu kembali marah-marah. Tingkah laki-laki ringkih yang duduk di kursi roda itu, diamati dalam diam oleh seorang anak laki-laki. Kesal karena keinginannya tidak terpenuhi, sosok itu kemudian menggerakkan kursi roda elektriknya. Namun sepertinya rodanya tersangkut sesuatu. Makanya kursi roda elektriknya t

  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 52 (end)

    "Tidak disangka ya, Han. Ternyata ayah meninggalkan seluruh warisannya hanya pada kita berdua. Lebih tidak disangka lagi, ternyata Johan bukan saudara kita."Nihan baru bersuara setelah Pak Bahtiar dan rekan-rekannya kembali ke kantor. Ibunya sudah lebih dulu permisi kembali ke kamar untuk beristirahat. Nihan tahu sebenarnya ibunya bukan ingin beristirahat. Melainkan ibunya sedih karena teringat kembali dengan almarhum ayahnya."Iya, Mbak. Jihan juga tidak menyangka. Karena biasanya Ayah sangat dingin terhadap kita," imbuh Jihan takjub. Kalau terhadap Nihan, ayahnya memang sedikit lunak. Tetapi terhadap dirinya, jangan harap. Ayahnya selalu bersikap antipati padanya dalam hal apapun. Intinya, apapun yang ia lakukan tidak pernah benar di mata ayahnya."Surat wasiat ayahmu tadinya bukan seperti ini." Kali ini Om Syahril yang bersuara. Jihan dan Nihan mengalihkan pandangan pada kakak tertua ayahnya itu.&

  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 51

    Suasana di tempat pemakaman telah sepi. Para kerabat, handai tolan, maupun relasi-relasi yang ikut mengantarkan ayahnya ke peristirahatan terakhir, telah kembali ke kediaman mereka masing-masing. Yang tersisa hanya dirinya, Azzam, ibu, kakaknya Nihan, dan suaminya, Bram. Kedua anak Nihan, tidak ikut pulang ke tanah air. Mereka tengah mengikuti ujian nasional.Sementara ketiga istri siri ayahnya, berikut Johan sudah pulang lebih dulu. Ibunya benar. Ia melihat perubahan sikap Johan begitu signifikan. Biasanya Johan sangat betah mencari muka. Bersikap seolah-olah ia adalah orang yang paling penting dalam kehidupan ayahnya, karena berjenis kelamin laki-laki. Begitu juga dengan Rania, istrinya. Namun kali ini mereka hanya datang sebentar saja. Setelah ayahnya dimakamkan, mereka berdua langsung menghilang. Masih mendingan sikap ibunya, Tante Rahmah. Ia sempat meraung-raung pilu terlebih dahulu sebelum berlalu. Ada apa ini sebenarnya? Namun Jihan tidak sempat ber

  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 50

    Dan di sinilah dirinya berada. Di meja makan besar keluarga, di mana ia menghabiskan masa kecil, remaja hingga dewasa mudanya. Di meja besar ini ada dua belas kursi. Tujuh di antara kursi ini kosong. Hanya lima yang terisi. Dan kelima orang yang menduduki kursi-kursi itu adalah dirinya, Azzam, Niko, ayah dan juga ibunya. Sementara Niki tengah bermain di taman belakang yang luas bersama Bu Marni. Anak yang sedang belajar berjalan seperti Niki memang tidak bisa duduk diam dalam waktu lama. Setiap ada kesempatan, Niki akan merengek ingin berjalan.Suasana di meja makan sangat hening. Masing-masing orang yang duduk mengelilingi meja, menyantap makanan dalam diam. Benak mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sedari tadi hanya denting peralatan makan yang terdengar. Walaupun Jihan tahu, masing-masing penghuni meja sesungguhnya juga tidak menikmati cita rasa makanan, kecuali Niko. Begitulah anak kecil dengan kepolosannya.Jihan mena

  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 49

    Empat bulan kemudian.Jihan merasakan laju mobil yang ia tumpangi semakin memelan dan akhirnya berhenti. Saat ini ia berada di dalam mobil bersama dengan Azzam dan kedua buah hatinya. Azzam ingin memberinya dan anak-anak kejutan. Untuk itulah Azzam menutup matanya dengan sehelai kain. Niko yang duduk di baby care seat belakang bersama dengan Niki tertawa geli. Ia lucu melihat mata bunda ditutup katanya."Kita ada di mana ini, Mas?" tanya Jihan penasaran. Sedari matanya ditutup oleh Azzam pikirannya telah mengembara ke mana-mana. Memikirkan kejutan apa yang akan suaminya berikan padanya. Ya, Suaminya. Ia telah menikah dengan Azzam dua bulan yang lalu.Dan selama dua bulan ini ia dan kedua buah hatinya tinggal bersama dengan keluarga besar Azzam. Bu Sahila, ibu mertuanya memang memintanya sementara tinggal di sana. Bu Sahila kesepian katanya. Selain itu Bu Sahila sangat menyukai Niki yang kini sudah semakin besar. Ni

  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 48

    Jihan memasuki ruang IGD dengan jantung berdebar. Bukan hal mudah baginya melihat keadaan seseorang dalam tubuh penuh selang dan luka. Bagaimanapun Tommy pernah tujuh tahun lebih menjadi suaminya. Ia pernah sedekat nadi dengan Tommy dan berbagi hal paling rahasia dengannya. Ada rasa kasihan berbalut prihatin di hatinya.Yang pertama ia lihat dalam ruangan IGD ini adalah berbagai peralatan-peralatan medis khusus untuk pasien-pasien yang kritis. Dan di atas bed pasien, terlihat Tommy terbaring diam. Ia dikelilingi olehbed site monitor, blood gas analysis on site, oxygen, dan entah apa lagi sebutan untuk berbagai alat-alat penunjang hidupnya.Jihan menghampiri bed. Berdiri dan memandangi Tommy dari balik selang-selang dan cairan infus di lengannya. Kepala Tommy diperban besar. Seperti yang dikatakan oleh dokter tadi, yang terluka cukup parah adalah bagian kepalanya. Tubuh Tommy hanya mengalami luka-luka kecil yang tidak bera

  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 47

    Azzam memandang lama nisan Naima. Setelah dua tahun lebih, ia baru berani mengunjungi makam ini, di hari ini. Setelah ia memutuskan untuk memaafkan semuanya. Menurut Jihan mulai hari ini ia harus belajar untuk berkompromi dengan keadaan. Menerima semua kejadian masa lalu, dan menjadikannya pelajaran. Agar ke depannya ia tidak akan terjatuh di lubang yang sama. Dan untuk itulah, hari ini ia khusus mendatangi makam Naima. Disadari atau pun tidak. Diakui ataupun tidak, sesungguhnya ia juga berhutang maaf pada Naima. Karena secara tidak langsung, ia membuat Naima tidak mempunyai pilihan, selain menerimanya sebagai suami di waktu lalu. Dan hari ini, dengan besar hati, ia akan meminta maaf pada Naima.Azzam menurunkan tubuhnya dalam posisi jongkok. Ia menaburi kelopak-kelopak mawar yang harum, dan menyiramnya dengan air. Setelah berdoa, Azzam mulai berbicara."Apa kabar, Ima?" Azzam berbicara pada semilir angin sepoi-sepoi di sore hari. Dan entah

  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 46

    06 Januari 2013Dia tertawa dan aku terpesona. Entah mengapa setiap melihatnya gembira, aku seribu kali lebih gembira.12 Mei 2013Aku kesal! Dia selalu dikelilingi perempuan. Aku kepingin sekali menggampar wajah Sita yang sok kecantikan atau Nindy yang kecentilan. Apalagi Ribka yang sok manja itu. Tapi aku siapanya? Aku nggak punya kuasa untuk itu. Tapi setidaknya aku bisa terus bersamanya. Ya begini pun tak mengapa. Aku harus sabar. Aku yakin penantianku ini pada saatnya akan berbuah manis.27 Desember 2014Aku capek mencintai dalam diam dan memendam perasaan rindu sendirian. Apa aku harus mengungkapkan perasaanku? Tapi bagaimana kalau ia marah dan malah menjauhiku? Ah, aku bingung!15 Maret 2015Kuputuskan dekat dengan Azzam. Dengan begitu aku akan selalu berada di sekelilingnya. Di dekatnya. Lagi pula Azzam sangat baik. Azzam adalah p

  • Asa diujung Sajadah#book2   Chapter 45

    Melihat air muka Azzam yang kosong di depan lemari, membuat Jihan tidak tega. Wajah Azzam memang datar-datar saja. Namun matanya menyiratkan begitu banyak pertanyaan. Ada sinar kekecewaan, kemarahan, kesedihan dan ketidakpercayaan, yang bercampur baur di sana."Kalau Mas tidak nyaman melihat barang-barang ini, sebaiknya Mas duduk saja kembali. Biar saya yang memeriksa barang-barang lainnya."Jihan baru kembali bersuara setelah ia mampu mengendalikan keterkejutannya. Ia sama kagetnya seperti Azzam, saat mengetahui bahwa semua hadiah-hadiah ini manis ini sesungguhnya berasal dari Ammar. Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin Ia lontarkan pada Azzam. Namun ia ingin memberi waktu pada Azzam untuk bisa menerima kenyataan ini. Saat ini Azzam tampak gamang."Tidak usah, Han. Saya tidak apa-apa. Hanya sedikit kaget saja. Banyak hal yang seperti tidak masuk akal di sini. Namun saya kira sudah saatnya saya belajar menerima

DMCA.com Protection Status