Kejadian tadi malam membuat kelas menjadi lebih tegang daripada sebelumnya. Saat makan siang, mereka tidak lagi fokus pada pertanyaan-pertanyaan remeh tentang kehidupanku sebelumnya, dan memilih membicarakan pembunuhan itu. Namanya Juliet Manson. Usianya tak jauh beda dengan gadis sebelumnya. Dibunuh tanpa ada saksi mata, dan menghebohkan. Smith menunjukkan foto mayatnya, tetapi Joce segera menjerit dan menepisnya. Angela tampak pucat, lantas menjauhan nampan makannya.
Aku tidak terlalu ingin bergabung dengan kelompok siswa, tetapi mereka cukup bisa ditoleransi. Lebih berisik dari kelompok-kelompok lain, tetapi mereka penyuka gosip. Mereka sering menceritakan banyak hal, dan itulah yang kuinginkan. Kecuali Smith, dia orang yang menginginkan kepopuleran dan perhatian. Sehingga ketika dia mendekatiku, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak membuatnya tersinggung.
Di sisi lain kantin, Daniel sering melambai padaku dari kelompok anak-anak populer setiap kali mata kami bersirobok. Pagi-pagi tadi, Daniel menungguku di tempat parkir, dan caranya menghela napas lega saat melihatku membuatnya tampak lebih menyenangkan. Pembicaraan kami tidak berlangsung lama, karena sejak kedatanganku kemarin, aku telah memutuskan kelompok yang berbeda dengannya.
Naomi Brown duduk cukup jauh dari kami. Temanku dari kelas biologi itu tampak sedikit tersisih. Aku menyukai kebaikan hatinya, tetapi tidak bisa melakukan apa pun. Angela memberi tahu tentang dirinya yang menolak untuk bergaul sejak tahun pertama, dan tidak ada lagi yang mau benar-benar mengajaknya berbicara.
“Dia orang baik,” kata Angela. Gadis itu tidak menjelek-jelekkan seseorang. Tetapi aku bisa menangkap kesan tidak suka saat dia berkata ‘orang baik’. “Maksudku, seseorang bisa memilih bagaimana dia hidup. Yah ... dia kelihatan nyaman dengan kesendiriannya, jadi kami sih tidak mau mengganggu.”
Dilihat dari cara dia melirik Joce saat mengatakan kalimat terakhir, aku penasaran bagaimana Naomi menolak ajakan makan siangnya. Aku menyesap cola-ku.
“Lupakan tentang Naomi, Hyde!” perintah Joce. Dia menarik lengan bajuku, dan menunjuk Daniel dengan sudut matanya. “Apa yang kau lakukan pada Danny sehingga dia tergila-gila padamu?”
“Aku tidak merasa dia tergila-gila padaku,” kataku. Daniel kembali tersenyum dan melambai, sehingga ucapanku sama sekali tidak meyakinkan. “Maksudku, dia memang manis. Bukankah dia selalu baik pada semua orang?”
Joce tampak berpikir sebentar, dan membalas lambaikan Daniel yang tidak ditujukan untuknya.
“Dia memang manis dan baik,” ucapnya sambil terkikik geli. “Semua orang menyukainya.”
Tentu saja. Joce bahkan tidak menyembunyikan ketertarikannya. Orang seperti Daniel membuat semua gadis berpikir memiliki kesempatan, jadi aku tidak heran dengan sikap Joce. Aku telah bertemu banyak lelaki yang sepertinya, dan tidak pernah berakhir dengan baik.
Di sisi lain, Smith mencibir Joce. Mereka segera terlibat dalam perdebatan, dan aku memilih untuk menyingkir. Joce segera menjauhkan dirinya guna memberiku jalan keluar. Smith yang sedari tadi duduk di atas punggung kursi Leo turun. Dia segera menyejajariku, sambil membawa nampannya yang baru habis setengah. Setelah memastikan aku bukan pelarian pecandu, mereka mencoba mendekatiku. Popularitasku naik dua hari terakhir, tetapi pasti akan turun minggu depan. Menjadi murid pindahan di tengah semester memang selalu seperti ini.
“Apa kau punya waktu minggu ini?”
Aku meletakkan nampan, lantas berjalan kembali ke kelas. “Selalu ada yang harus kulakukan setiap hari.”
“Maksudku,” dia mendahuluiku, dan berjalan mundur sembari terus menatap. “Aku mengajakmu makan malam minggu ini. Kalau kau tidak keberatan.”
“Terima kasih, Smith,” kataku. “Tapi menjadi murid pindahan di tengah semester memberiku banyak PR untuk dikejar. Mungkin lain kali.”
“Lain kali,” ulangnya senang. Crap. “Yeah ... kau benar. Lain kali.”
Saat kami sampai di depan kelasku, dia segera tersenyum, dan berjalan ke kelasnya sendiri. Aku tidak menyangka dia tidak peka dengan penolakanku. Astaga, aku seharusnya tidak mengatakan lain kali. Orang-orang yang lewat menatapku, sebelum aku segera masuk ke ruang kelas.
Sudahlah. Permasalahan ketertarikan Smith terasa jauh lebih mudah di atasi ketika guru yang masuk segera menghimbau untuk tidak berkeliaran sendirian. Pembunuh itu masih berkeliaran. Ancamannya jauh lebih merepotkan daripada masalah remaja sementara ini. Aku ingin pergi menyelidikinya pagi ini, tetapi itu tidak mungkin. Salah-salah aku dicurigai terlibat karena datang di saat pembunuhan itu terjadi. Meskipun sebenarnya aku terlibat dengan cara yang berbeda daripada yang mereka pikirkan.
Smith telah menunggu begitu kelas selesai. Aku menghela napas. Sampai kapan dia akan mencoba. Daniel lewat dari kelas sebelah, dan melambai. Aku melirik Smith yang tampak jengkel, dan memutuskan untuk mengajak Daniel bicara.
“Hai!”
“Sudah terbiasa dengan sekolah?”
“Yup.”
Kami berjalan bersisian, dengan Smith yang semakin jengkel. Kerumunan kami semakin banyak saat Joce melompat ke lenganku dari belakang di antara aku dan Daniel.
“Hai, Danny!” sapanya riang. “Bukankah kalian akan bermain basket sore ini?”
“Yeah. Kau ingin ikut?”
Saat mendongak, aku bisa melihat Daniel fokus menatapku. Sehingga aku bisa tahu bahwa pertanyaan itu untukku. Akan tetapi, Joce tampaknya tidak peduli. Dia mengeratkan pelukannya pada lenganku.
“Ya, aku akan ikut,” jawabnya riang. Dia menoleh padaku. “Kau juga, kan, Hyde?”
Aku tersenyum, lantas menarik tanganku begitu sampai di loker. Joce tidak menunggu jawabanku, karena dia segera menarik diri dan menuju loker. Smith juga tidak mengekoriku dan memilih ke lokernya sendiri. Angela tidak begitu tertarik. Sayangnya, Daniel memang keras kepala. Dia berdiri menyandar di sebelah lokerku. Matanya tetap mengawasiku bahkan ketika aku fokus membuka pintu loker.
Saat membuka pintu loker, aku menemukan kertas putih. Itu bukan milikku. Kertas itu tampak diselipkan dari celah di bagian atas pintu loker. Tergeletak begitu saja bersama baju olahraga. Aku menoleh ke pintu keluar. Ada banyak siswa yang berlalu lalang, aku tidak bisa memastikan siapa yang meletakkannya. Akan tetapi, ini pasti bukan surat cinta. Satu-satunya kemungkinan adalah orang bertudung semalam.
Kalau begitu, orang itu ada di sekolah ini? Siapa? Kelas Joce dan Angle selesai setelah aku keluar. Berarti bukan salah satu dari mereka. Akan tetapi, bisa jadi mereka meletakkannya setelah jam istirahat makan siang. Kalau begitu artinya, kemungkinan pelaku lebih luas lagi. Aku menghela napas, dan meletakkan buku serta mengambil kertas itu.
“Ada apa?” tanya Daniel penasaran.
“Bukan apa-apa,” tukasku sembari menutup pintu. “Ngomong-ngomong soal tawaranmu, aku menghargainya, tetapi sepertinya aku tidak bisa pergi hari ini.”
Daniel hanya tersenyum padaku, tetapi tatapannya tertuju pada kertas di tanganku.
“Aku mengerti,” katanya. Suaranya berisi sedikit kekecewaan yang membuat jantungku terasa berat. Tidak. Dia tidak mengerti sama sekali, tetapi aku tidak berniat meluruskannya. “Kalau begitu, sampai nanti.”
“Lain kali. Aku pasti akan menontonmu.”
Daniel tersenyum senang. “Yeah. Bye!”
Aku mengerjap. Astaga, aku tidak mengerti kenapa kata lain kali untuk Daniel dipenuhi janji, sementara untuk Smith hanyalah alasan untuk menolaknya. Kenapa juga aku menjanjikannya sesuatu? Daniel memang menawan, tetapi seharusnya hanya itu.
Aku mendesah lelah, lantas membuka surat itu. Tulisannya hanyalah dua kalimat sederhana. ‘Tunggu di taman pukul 7 PM. Jangan kunci pintu penumpangmu!’
TBC
Masih ada banyak waktu sebelum pukul tujuh malam, dan dia tidak akan muncul meskipun aku datang lebih awal. Sehingga aku memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Jenazah Juliet masih tersimpan di ruang mayat dan akan segera dimakamkan besok. Sayangnya, tidak ada yang bisa kudapatkan dari sana. Tidak ada yang mencurigakan. Mayat itu terbakar hingga habis. Tidak jejak supernatural dari tubuhnya. Satu-satunya kesempatanku adalah kertas itu.Siapa orang itu? Orang itu ada di sekolah, aku yakin itu karena dia mengetahui letak lokerku, dan memberikan surat itu di waktu sekolah. Kalimatnya juga sederhana, diketik menggunakan komputer sehingga aku tidak bisa memastikan siapa dari tulisan tangannya. Aku memaklumi tindakannya yang membatasi diri seperti ini. Pada akhirnya, bagi para makhluk supernatural aku adalah ancaman. Pemburu yang menghukum ketidak becusan mereka mengendalikan diri. Sudah sewajarnya mereka berkomukasi denganku dalam jarak aman. Setidaknya, tind
Taman kota ini sangat sepi. Ditambah dengan peristiwa-peristiwa itu, semua orang jadi lebih tegang dari pada yang dibutuhkan. Kedai-kedai mulai tutup padahal masih sangat sore, dan orang-orang tidak begitu menikmati jalan-jalan sore. Sebagian dari mereka yang terpaksa keluar berjalan cepat sembari menatap sekeliling sesekali dengan waspada. Tidak mengherankan memang. Manusia tidak tahu apa yang terjadi, dan rumor-rumor membuat mereka semakin waspada. Bahkan polisi menegurku lima belas menit lalu, memintaku untuk segera pulang jika urusanku telah selesai. Rupanya, cerita resmi dari mereka adalah adanya maniak psikopat yang mencari korban di kota ini. Semua orang diminta untuk berdiam diri di rumah, atau bila memang diharuskan pergi, harus setidak-tidaknya tiga orang, dengan satu pria. Sekalipun begitu, meskipun sepi, penerangan taman ini bagus. Perawatannya juga. Bunga-bunga berjejer di pinggir jalan, dan bangku-bangku taman terlihat bagus. Hanya saja k
Kertas baru itu ditempel lagi di papan pengumuman. Kali ini spekulasi mereka lebih liar daripada sebelumnya dengan berbagai versi. Bahkan mereka menulisnya dalam tiga lembar. Mulai dari yang SCP, Alien, bahkan hantu yang menuntut balas. Agaknya ada satu toko yang terbakar dan menewaskan tiga pegawai di sana karena pintunya macet sehingga mereka tak bisa keluar. Mereka juga menulis Kuda Setan dan membuatku kasihan pada makhluk itu. Akan tetapi, Rubah Api, ya? Bagaimana bisa makhluk yang cinta damai itu melakukan hal semengerikan ini? Sejak dulu aku menganggap Rubah Api seperti tim cheerleader atau gadis-gadis populer yang manja. Mereka cenderung tidak menyukai kekerasan, apalagi membunuh orang sampai sehangus ini? Apa yang terjadi pada orang itu hingga dia melakukannya? Kalau Gadis Rubah itu bilang yang melakukannya adalah phoenix, mungkin aku akan lebih bisa mempercayainya. Aku menyentuh foto Juliet. Berbeda dengan Clarissa, d
Kelas kembali berjalan seperti yang seharusnya, tanpa membicarakan Luc lagi. Pengaruh Luc telah hilang bersama kepergiannya, tetapi dia telah meninggalkan tanda tanya di benak Daniel. Lelaki itu sering menoleh padaku seolah ingin mengatakan sesuatu, kemudian kembali berbicara dengan teman-temannya lagi. Tentu saja, aku tahu dia akan bertanya cepat atau lambat, terutama ketika aku mendengar dia bertanya pada teman-temannya, dan tidak ada satu pun dari mereka yang mengerti.Rasa penasaran akhirnya benar-benar mengalahkannya di pergantian kelas ke dua, Daniel segera berdiri dan mendatangi mejaku. Joce memandang terheran-heran. Ada sedikit kecemburuan konyol yang dia arahkan padaku, tetapi dia menarik tali tasnya dan melambai. Aku tidak bisa menyalahkannya, Daniel memang mempesona, dan tentu saja dia menyukainya.“Tentang cowok tadi,” kata Daniel tanpa menungguku menatapnya. “Siapa dia?”“Kenalan.”Aku berjala
Ini adalah atmosfir makan siang paling buruk selama lima puluh tahun kehidupanku. Kalau tahu jadinya akan seperti ini, lebih baik aku ke Mcdonals dan makan sendiri. Luc memainkan kursi dan kentang gorengnya acuh. Dia tidak peduli pada Daniel yang menatapnya kesal, Naomi yang malu-malu, dan aku yang ingin pergi saja.“Maaf ya,” kataku pada Naomi. “Aku ingin membelikanmu makan siang untuk terima kasih, karena meminjamkanku buku kemarin lusa, tetapi malah membuatmu terjebak di sini.”Naomi mengangguk. “Tidak masalah.”Akhirnya sepuluh menit berlalu, dan Daniel tidak sabar lagi. “Kau mengacaukan segalanya. Kau tiba-tiba datang dan sok kenal, dan sekarang ikut seenaknya saja ikut dengan kami. Kau ini siapa, Bung?” Luc mengangkat kentang gorengnya dan memakannya sambil memainkan kursi. Seenaknya saja. Sontak, hal itu membuat Daniel semakin kesal. “Hei!”“Lucas Manson,” katanya
Chapter 10 : Api“Dia terlambat.”Luc mengetuk jarinya ke kemudi mobil dengan tidak sabar. Aku mendongak sambil lalu, dan melihat jam. Setengah jam berlalu sejak kami sampai di sini, dan kembali membaca kertas penyelidikan kepolisian yang kucuri tadi siang. Tidak ada hal baru yang bisa kudapatkan. Setidaknya, dengan mengambil kertas penyelidikan mereka menggambarkan kondisi korban apa adanya.“Kau dengar tidak?” ketus Luc tidak sabar. Aku menatapnya malas. “Telepon dia! Kau punya nomornya.”“Aku tidak akan meneleponnya,” gumamku, lantas kembali membaca. Sekalipun tidak ada hal baru yang bisa kutemukan. Korban tetap terbakar habis, tetapi pakaiannya tidak. Luc kembali menggeram, dan aku menjatuhkan kertas itu ke pangkuan dan menatapnya tajam. “Dengar, Luc! Selama dia tidak mengaku, aku akan tetap berpura-pura tidak mengetahuinya.”Luc mengerang. “Kenapa kau selalu membuat segala hal l
Kejadian semalam menghebohkan seluruh kota. Beruntung, Daniel menjelaskan semuanya pada ayahnya dengan ‘masuk akal’. Dia berkata seseorang membakar Adam Taylor, kebetulan aku dan Luc tengah berkendara, kami mencoba menyelamatkannya, dan orang itu malah mulai melembarkan bensinnya dengan membabi buta, hingga membakar sekitarnya. Kepolisian masih mengerutkan keningnya karena tidak ada jejak bensin di sana, tetapi itu adalah hal terbaik yang bisa mereka dapatkan sekarang. Sehingga mereka mencatat kesaksian kami dan membiarkan kami pergi, dengan catatan melapor bila terjadi sesuatu. Agaknya mereka khawatir pelakunya akan menyerang kami. Kekhawatiran mereka tidak salah. Kemungkinan Rubah itu menyerang kami sangat tinggi. Luc mendapat perawatan karena lukanya tidak menutup dengan cepat seperti biasa, dan Daniel anehnya tidak terbakar sama sekali. Dia tidak menanyakan apa pun tadi malam, hanya mengkhatirkanku, dan itu manis sekali. Luc seperti biasa bersungut-sungut
“Dia tidak akan melakukannya!”Luc tidak peduli. Dia hanya terus mengendarai mobil, dan sesekali memastikan mobil putih Daniel tetap mengikutinya. Dari sekian banyak sikapnya, ini adalah hal yang paling kubenci. Sekali Luc memutuskan siapa yang akan bertindak, tidak mudah untuk mengubah keputusannya. Sekalipun, aku juga berpikir, keputusannya selalu tepat sasaran, tetapi setelah Gadis Rembulan itu, aku tidak bisa berpikiran sama.“Kau ingin menyimpannya,” jawab Luc mengejek. “Kalau kau ingin dia tetap hidup, sebaiknya dia membantu.”Aku menggertakkan gigi. “Sebenarnya apa maumu, Luc?”Luc terdiam. Dia hanya memerharikan jalanan untuk beberapa waktu. Kupikir dia tidak akan menjawab, tetapi pada akhirnya dia berbisik, “Keselamatanmu.”“Apa?”Hanya itu. Luc tidak menjawab, tidak menjelaskan, dan bahkan tidak menatapku, hingga aku merasa salah dengar. Akan teta
Hydenia ditelan kekuatannya.“Sialan!”Luc harus menyelesaikan hal ini secepat mungkin, atau tidak ada waktu untuk menarik gadis itu kembali dari kegilaannya. Semakin lama orang itu hidup, semakin banyak penderitaan yang dimilikinya. Black Mist memakan penderitaan itu, mengembalikan trauma yang terkubur dalam, menjadikannya lemah, dan pada akhirnya membuat pemiliknya gila.Black Mist seharusnya tidak dimiliki manusia manapun, tetapi Hydenia memilikinya.Itu adalah alasan Luc bersamanya. Bukan hanya karena gadis itu pemberani dan sangat menarik, tetapi juga kekuatan gila yang mengendap di dasar tubuhnya. Sebuah pasir hitam yang mengerikan. Begitu melihatnya, Luc bisa melihat kengerian yang akan ditimbulkannya bila dia lepas kendali.Meski begitu, Hydenia adalah orang yang sangat menganggumkan. Kepercayaan dirinya. Caranya mengangkat kepala. Keanggunannya saat bertarung. Semua itu membuatnya terus berada di sebelahnya. Keinginan ‘ak
Sihir adalah sesuatu yang paling misterius. Akan tetapi, ada hal yang lebih misterius daripada sihir.Kekuatanku.Awalnya, aku adalah Pemburu Artemis biasa yang menggunakan senjata. Ibu mengajariku dengan baik, tetapi hanya sampai sana. Aku bukan pemilik sihir. Aku bukan pemburu yang mengagumkan. Akan tetapi, aku bukan orang naif.Aku membunuh dan membunuh bila diperlukan. Bahkan tanpa ragu. Aku pemberani dan tidak kenal takut. Aku tak peduli pada siapa yang ada dihadapanku. Sehingga aku bisa menantang malaikat maut dengan kata tak sopan tanpa takut mereka akan mencabut nyawaku.Karena mereka takkan melakukannya.Saat Luc kuberitahu alasannya, dia tertawa sangat keras. “Kau benar. Aku takkan membunuhmu. Kecuali apa yang ada di dalamku mulai membuat masalah.”Dulu, aku masih begitu muda dan bertanya, “Apa yang ada di dalamku?”“Pedang bermata dua. Sesuatu yang hebat. Sesuatu yang berbahaya.&r
Tubuhku terpelanting saat cakar Smith menghantam dengan kekuatan penuh.Kekuatannya terlalu besar untuk ditahan. Aku hanya mampu menghindarinya dan bila pedang dan cakar kami bertabrakan, aku pasti kalah. Pertama, aku harus menyelesaikan ini dengan kecepatan, jadi aku mengubah pedangku menjadi lebih kecil dan mudah digunakan. Pemikiran itu berjalan lurus ke tanganku, dan pedang panjang itu berubah menjadi belati.Smith menyerang lagi. Kali ini serangan itu berhasil kuhindari dan pohon di belakangku hancur sebagian. Cakar itu bahkan bisa menghancurkan sebagian pohon yang solid. Tenang, Hyde. Kau telah menghabiskan hidupmu dengan bertarung dan hanya hidup dengan bertarung. Melawan serigala seperti ini takkan ada bedanya dengan hari-hari sebelumnya.Akan tetapi, aku tetap khawatir dengan Daniel. Semua rencana ini akan berhasil bila Daniel selamat, atau dibunuh saja. Sayangnya, aku tak tega melakukannya. Oleh karena itu, pilihan kami hanya satu menyelamatkannya dan
Orang-orang itu berteriak bersahut-sahutan. Aku tidak bisa memastikan mereka yang mengetahui penyergapan kami adalah hal baik atau buruk, tetapi yang paling penitng, aku bersyukur kami telah berpencar.Aku melemparkan pedang panjang untung Luc. Kami tidak ingin menggunakan sabitnya, jadi Luc selalu meminjam kekuatanku. Sementara aku mulai membidik dengan busur. Serigala-serigala itu terus bermunculan selagi kami mulai menyerbu ke tempat ritual.Tiga serigala kembali muncul dan pasti ada lebih banyak. Luc menapak tanah, kemudian dia menghilang. Dalam satu kedipan lelaki itu berada di belakang mereka, siap menebas, tetapi tampaknya mereka sudah mendapat pelatihan. Mereka tidak menolah, hanya langsung melompat pergi.Sang Penyusup pasti memberitahu mereka cara melawan malaikat maut.Malaikat Maut memiliki kecenderungan bertarung dengan teknik teleportasinya. Teknik itu hanya dimiliki oleh Malaikat maut, karena mereka menggunakan gerbang menuju negeri orang m
Air terjun. Pohon raksasa kembar. Jalan setapak. Mobil-mobil.Serena segera menyadari tempat apa yang kami bicarakan. Dua hari kemudian kami segera menyusun rencana. Serena sudah sembuh sepenuhnya, Kei telah sadar. Aku dan Luc masih belum mencapai kesepakatan untuk menceritakan kejadian sebenarnya, tapi kami telah berbaikan.“Kita akan bertarung bersama lagi,” katanya. Dia mencium tanganku perlahan. “Kita akan sama-sama keluar dari kekacauan ini.”Aku tertawa kecil. “Kau bahkan tidak bisa mati.”“Kehilanganmu sama saja mati bagiku.”Itu terdengar seperti lagi-lagi pernyataan cinta, tetapi Luc hanya tersenyum. Satu dari sedikit senyumnya yang tulus dan kami bersiap berangkat.Ada banyak ambulan yang siap masuk begitu kami selesai. Entah apa yang dikatakan Sheriff Steel, tetapi yang terpenting mereka akan di sana begitu kami menghentikan banyak manusia serigala.Di pertempuran, kematian ad
“Kau harus kembali jika sesuatu terjadi.”Itu adalah kali kelima, atau mungkin lebih, Luc mengatakannya. Dia menuntunku ke tempat tidur seolah aku adalah orang sakit, tetapi aku tidak tega menolaknya. Aku menyentuh lengan Luc.“Aku akan baik-baik saja,” kataku untuk kesekian kalinya.Naomi bergerak gelisah di pintu kamar dan Serena hanya bersungut-sungut. Mereka diberitahu tentang bahaya perjalanan Link itu, tetapi kami tahu itu adalah satu-satunya cara. Aku harus menemukan Daniel dan orang-orang itu secepat mungkin. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padanya. Bila mereka tiba-tiba saja memutuskan akan melakukan ritual itu sekarang, tidak ada yang bisa menyelamatkan Daniel lagi.Aku menarik napas perlahan dan mengeluarkannya dari hidung.Tangan Luc menggenggamku. Cukup erat, tetapi tidak menyakitkan. Ekspresinya masih menunjukkan ketidak terimaaan, tetapi aku cukup keras kepala untuk menolaknya.Aku merilekskan
“Kupikir aku sudah memintamu tidur.”Aku mendongak.Luc muncul dari ketiadaan di antara orang-orang yang memulai aktivitas pagi. Aku duduk di bangku taman dua jam belakangan. Di mulai dari matahari yang masih tersembunyi, orang-orang yang menyalakan lampu, polisi yang baru pulang—yang menyapaku karena sekarang sebagian besar polisi mengenalku—dan memintaku pulang, sampai matahari menyala di atas sana, mobil-mobil berlalu lalang di jalanan, anak sekolah dasar yang berjalan bersama menuju halte untuk menunggu bis jemputan.Taman yang sepi sekarang diisi oleh para Mama yang baru selesai melakukan pekerjaan rumahnya. Sekarang mereka sedang menjaga kebugaran mereka sendiri. Polisi penjaga baru diturunkan. Regu pencari menurunkan tim baru sementara tim sebelumnya beristirahat sebelum memulai pencarian nanti sore.Daniel belum ditemukan. Begitu pula lima belas orang lain. Satu-satunya yang kutahu hanyalah mereka sekarang masih hidup, seti
Nama itu telah membuktikan sesuatu. Siapa pun sang penyusup yang menyerang dan merencanakan semua masalah ini memiliki hubungan dengan masa laluku. Pertama, dia memberikan link dan dengan keras kepala menginginkanku menjadi bagiannya. Kedua, dia mengetahui tentang ibu. Sekarang, dia tahu nama asliku. Nama yang telah kulupakan dan tak pernah kusebutkan sejak berpisah dengan ibu.Pertanyaan berikutnya yang memenuhi kepalaku adalah siapa dia? Siapa orang itu dan bagaimana dia memiliki hubungan dengan ibu? Lebih spesikfik lagi dia itu apa?Luc terus memperhatikanku berjalan mondar-mandir. Serena hanya diam. Naomi masih melakukan pemeriksaan karena pertempurannya untuk mempertahankan Daniel. Sheriff melakukan pembatasan besar-besaran dan pencarian intensif. Sebentar lagi mungkin akan ada bantuan dari pemerintah pusat, tetapi mereka mungkin takkan membantu banyak.“Orang itu tahu tentangku,” gumamku. Aku memegangi kepala, rasanya seperti
Luc menghilang. Aku segera bangkit dan membangunkan Serena. Wanita itu mengerjap bingung dan segera waspada ketika melihat ekspresiku. Sheriff Steel mencoba menenangkan diri. Dia menceritakan kronologinya dengan lugas ketika aku kami berjalan turun.Sejak kami berpisah, rupanya Daniel dan Naomi kunjung kembali. Karena mereka khawatir, Sheriff Steel mengirim salah satu anak buahnya yang berpatroli untuk memberitahunya bila seseorang melihat Daniel. Sayangnya, yang mereka temukan adalah Naomi yang berlari di sepanjang jalan. Gadis itu ada di rumah sakit sekarang, mengalami luka ringan, tetapi dia bersaksi seseorang membawa Daniel. Yah, setidaknya kami tahu serigala lah yang dia maksud.Luc datang ketika kami sampai di mobil. Dia segera memerintah.“Tetaplah di tempatmu, pastikan tidak ada kekacauan lebih buruk di kota dan kami akan menyelamatkan anakmu,” perintahnya dengan gelombang pengaruh yang membuatku tercekik. Sheriff S