Home / Fantasi / Artemis Hunter / Rubah Api ch. 5 : Grim Reaper

Share

Rubah Api ch. 5 : Grim Reaper

Author: ArinaAsh
last update Last Updated: 2021-05-25 15:07:10

Masih ada banyak waktu sebelum pukul tujuh malam, dan dia tidak akan muncul meskipun aku datang lebih awal. Sehingga aku memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Jenazah Juliet masih tersimpan di ruang mayat dan akan segera dimakamkan besok. Sayangnya, tidak ada yang bisa kudapatkan dari sana. Tidak ada yang mencurigakan. Mayat itu terbakar hingga habis. Tidak jejak supernatural dari tubuhnya. Satu-satunya kesempatanku adalah kertas itu.

Siapa orang itu? Orang itu ada di sekolah, aku yakin itu karena dia mengetahui letak lokerku, dan memberikan surat itu di waktu sekolah. Kalimatnya juga sederhana, diketik menggunakan komputer sehingga aku tidak bisa memastikan siapa dari tulisan tangannya. Aku memaklumi tindakannya yang membatasi diri seperti ini. Pada akhirnya, bagi para makhluk supernatural aku adalah ancaman. Pemburu yang menghukum ketidak becusan mereka mengendalikan diri. Sudah sewajarnya mereka berkomukasi denganku dalam jarak aman. Setidaknya, tindakan yang tidak sopan ini adalah satu-satunya bantuan terbaik yang kupunya.

Aku mengambil kantung burger dan gelas kopi dari Mcdonalds. Kamarku berada di lantai tiga apartemen tanpa lift. Semuda lantai bawah telah diisi. Apartemen ini tidak begitu luas, sehingga hanya sedikit penguhi di lantai tiga. Sejujurnya, aku lebih menyukai suasana seperti ini.

Saat aku membuka pintu, aku dikejutkan dengan seseorang yang telah duduk sembari menebar kertas-kertas di atas meja. Begitu mendengar suara pintu terbuka, lelaki itu mendongak. Dia menjauhkan kertas-kertas yang sedari tadi dibacanya dan menyeringai. Dari seluruh sosok yang ada di dunia, dia adalah orang terakhir yang ingin kutemui.

Matanya yang merah menatap penuh ancaman, sekalipun senyumnya begitu menyebalkan. Kulitnya begitu putih, hingga aku bisa melihat samar-samar garis biru dari pembuluh darah di pipinya. Rambutnya sehitam malam, jatuh tepat di atas matanya sehingga terlihat membayangi mata merah itu. Seluruh tubuhnya dibaluk pakaian hitam. Dia juga menggunakan sarung tangan. Tangannya panjang, begitu juga jemarinya. Rahangnya keras meskipun dia cenderung lebih kurus dari pada Daniel. Hidungnya kecil, sehingga membuatnya lebih menyerupai lelaki cantik. Lelaki cantik dengan kepribadian paling menyebalkan.

“Kau benar-benar jadi gadis yang manis, ya? Kau suka sekolahmu yang baru?”

“Apa yang kau lakukan disini, Luc?” tuntutku tidak membiarkan dia berkelakar lebih jauh.

Luc tersenyum penuh misteri. “Bekerja.”

“Apa maksudmu?”

“Jiwa-jiwa mereka tidak kembali ke negeri orang-orang mati.”

Luc adalah seorang malaikat maut. Ada banyak malaikat maut yang tersebar berdasarkan sistem negeri orang-orang mati. Aku tidak benar-benar tmengetahui sistem itu, karena negeri orang hidup dan mati benar-benar harus dipisahkan. Pemburu Artemis mengatur negeri orang hidup, sementara Malaikat Maut memastikan jiwa-jiwa kembali ke tempat semestinya. Tidak ada jiwa yang boleh terlepas dari negeri orang-orang mati karena itu akan merusak jalannya takdir.

Meskipun dunia orang mati dan dunia orang hidup telah dipisahkan, ada banyak tempat yang pemisahnya begitu tipis hingga membuat dua dunia itu bersinggungan. Hal itu menyebabkan banyak peristiwa paranormal yang berkaitan dengan jiwa tak berwujud. Dengan kata lain hantu. Peristiwa itu bukan bagian dari pekerjaanku, dan Malaikat Maut tidak bisa melakukan apa pun tentangnya, selama mereka tidak mewujud sebagai bentuk kehidupan baru.

Akan tetapi, apa yang membuat Luc ada di sini? Pekerjaan apa yang menuntunnya ada di sini?

Luc tampak menyadari kebingunganku, sehingga dia melemparkan kertas yang sedari tadi dipegangnya. Foto Juliet dan Clarissa saat mereka masih hidup.

“Jiwa-jiwa mereka tidak kembali,” jelasnya. “Apa pun yang membakar mereka, mengambil jiwa mereka, dan aku disini untuk mengambilnya kembali.”

Aku termenung menatap foto-foto ini. “Makhluk lain tidak diperkenankan memakan jiwa manusia.”

“Tepat.”

Luc menyeringai lebar dan mengangkat kakinya ke meja kaca. Kakinya menimpa kertas-kertas penyelidikanku. Aku mendelik, tetapi membuatku kesal adalah hobinya. Sehingga aku memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa tentang itu.

“Dari semua Malaikat Maut yang kompeten, kenapa harus kau yang kemari?”

“Jahat sekali! Padahal aku segera kemari ketika mendengar kau menangani kasus ini.” Dia menurunkan kakinya, dan mencondongkan tubuhnya padaku. Aku bisa merasakan gelora pengaruh yang diberikannya, bersamaan dengan senyum menggoda. Aku sudah begitu terbiasa dengannya sampai tidak terpengaruh sama sekali. “Aku kemari untuk membantumu.”

Aku menatapnya tajam. “Seperti saat kau membantu pada kasus Gadis Rembulan?”

“Jangan terlalu dendam padaku, Hyde! Kita tahu itu adalah tindakan terbaik.”

Si br*ngs*k ini selalu berpikir tindakannya adalah yang paling benar. Aku menggertakkan gigi, lantas menggebrak meja. Hal itu membuat kertas-kertas berhampuran dan menghancurkan meja kaca. Luc tampak tidak terpengaruh, bahkan ketika aku bisa merasakan desiran sihir di seluruh tubuhku. Siap untuk diledakkan. Tanganku berdenyut karena salah satu pecahan kaca menggoresku, tetapi aku tidak peduli.

“Aku hampir menyelamatkannya. Kau tahu, aku hampir berhasil.”

Luc menatap mataku tenang. Dia tidak takut, tidak terkejut, dan sama sekali tidak gentar. Senyum jahil di mulutnya digantikan oleh seulas senyuma tipis yang misterius. Seperti yang dimiliki semua Malaikat Maut yang pernah kutemui. Mata merahnya berkilat-kilat.

“Kau tahu jiwa yang telah pergi ke Negeri Orang Mati tidak bisa kembali. Gadis Rembulan telah mati, dan tidak ada pengecualian.”

Aku menggeram, lantas meraih lehernya yang panjang dengan tanganku. Luc bergeming. Dia bahkan tidak melihat pada lehernya, dan hanya berfokus pada mataku. Tanganku bergetar dengan keinginan untuk meremukkan tulang itu. Tidak akan membuatnya mati, tetapi melukai Malaikat Maut akan membuatku dihukum. Karena itulah aku membenci orang ini. Peraturan kami sudah jelas, baik Pemburu Artemis dan Malaikat Maut dilarang berseteru. Kami tidak boleh saling melukai, kecuali mereka telah melanggar peraturan. Seperti Gadis Rembulan. Bila aku melukainya terlebih dahulu, itu membuatku menjadi sasaran para Malaikat Maut. Luc tahu hal itu, dan aku tahu dia mengharapkannya.

“Lakukan!” katanya. Dia semakin mendekatkan diri. Darah dari tanganku turun ke dalam bajunya. Aku tidak bisa merasakan denyut nadi di leher Luc, karena pada akhirnya Luc bukanlah makhluk yang hidup. “Kalau itu bisa membuatmu puas. Kau bisa melakukannya. Aku takkan menganggapnya sebagai tindakan melukai.”

Tawaran itu sangat menggiurkan, tetapi aku menarik napas dalam-dalam, lantas menjauhkan diri. Sekalipun sangat membenci Luc, aku akan menyimpan itu untuk nanti. Tidak ada gunanya mendapat masalah dengan Malaikat Maut sekarang. Tidak ketika aku bahkan belum mengetahui apa pun tentang Gadis Rembulan.

“Takut?” katanya. Senyum jahil di mulutnya kembali, seolah ketegangan tadi tidak pernah terjadi.

Aku mendengkus. “Hidupku terlalu berharga untuk dibuang hanya karena kau.”

“Ouch ... itu menyakitkan.” Dia menatap tanganku. Sehingga aku mengikuti tatapannya. Aku tidak tahu kenapa dia begitu terganggu dengan luka sepele ini. “Kau ingin aku mengobati itu?”

“Bereskan saja mejanya,” gerutuku.

Luc memutar bola matanya. Sejujurnya, aku tidak menyukai situasi ini, tetapi aku tidak punya banyak pilihan. Rasanya sangat menyebalkan untuk menahan diri ketika Luc ada di depanku. Selain karena sifatnya yang menjengkelkan, apa yang dilakukannya dulu sama sekali tak bisa kumaafkan. Aku menatap Luc yang mengembalikan bentuk meja yang hancur itu dengan sihirnya. Menjadikan meja yang berantakan dan tak berbentuk itu kembali utuh. Seolah aku tak pernah menghancurkannya.

Luc memungut kertas yang berserakan di lantai di dekat kakinya. Kalau aku harus bekerja sama dengannya, sebaiknya aku memberi tahu tujuanku yang sebenarnya.

“Aku akan mencari tahu tentang Gadis Rembulan.”

Luc menatapku tidak percaya. “Kau bercanda!”

“Aku tidak berniat membangkitkannya, kalau kau khawatir tentang itu,” jelasku. “Aku tidak berniat meminta bantuanmu, tapi jangan menggangguku!”

“Itu berbahaya, Hyde. Kau tahu kasus Gadis Rembulan berkaitan erat dengan negeri orang-orang mati.”

“Aku tahu,” bentakku kesal. “Karena itulah aku harus menyelidikinya. Siapa pun yang memanfaatkan Gadis Rembulan memiliki tujuan yang lebih besar dari itu!”

Bentakkan membuat Luc terdiam. Perlu beberapa saat untukku menenangkan diri.

“Kau melakukannya bukan karena ingin mengetahui masalah sebenarnya, tetapi untuk menuntaskan egomu sendiri.”

“Aku tidak ....”

“Kalau begitu sebutkan namanya!” tantang Luc tajam. “Nama Gadis Rembulan itu.”

Aku menjilat sudut bibir. “Kau hanya perlu tidak menggangguku. Aku tidak akan melakukan apa pun yang melanggar peraturan Negeri Orang Mati.”

“Bukan itu yang membuatku keberatan,” sela Luc. Kekhawatirannya—anehnya—tampak tulus. “Kau bahkan hampir tidak selamat saat kejadian itu.”

“Aku hanya lengah.”

Luc berdiri. Aku tidak tahu apa yang membuatnya marah, tetapi dia meraih tanganku, lantas menarikku mendekat padanya.

“Aku tahu kau tidak menua, tetapi kau akan tetap mati.”

“Aku tidak takut mati.”

Dia menggeram. Cengkramannya di tanganku mengerat, sehingga aku bisa mulai merasa nyeri. Dia menatapku dalam-dalam sedangkan aku menantang. Tidak ingin merasa kalah darinya. Mata Luc menyipit. Dia menarikku maju, hingga sebelah lututku harus naik ke atas meja.

“Kau sepertinya sangat percaya diri pada kekuatanmu sebagai Pemburu Artemis,” bisiknya. “Haruskah aku melucuti kekuatanmu sekarang?”

Mataku melebar. Aku segera melayangkan tinju ke wajahnya, tetapi dia menghindarinya dengan cepat. Luc melompat dari sofa seperti kancil. Gerakannya begitu ringan seolah gravitasi tidak berfungsi padanya. Senyumnya culas, dan matanya menyipit. Gesturnya yang angkuh mengatakan dia tidak bermain-main dengan ucapannya.

“Kau tetap memiliki kelemahan, Hyde!” katanya sembari tersenyum miring. “Kau terlalu memandang tinggi dirimu. Kau tahu seseorang bisa melucuti kekuatanmu kapan saja.”

“Aku akan membunuhmu sebelum kau melakukannya!” geramku.

Alih-alih merasa takut, Luc hanya tertawa. “Aku akan kembali.”

Setelah mengatakannya, Luc menghilang. Hanya meninggalkan ruang kosong, dan aku yang ingin menghabisinya saat itu juga. Berani-beraninya dia ingin melucuti kekuatanku. Akan tetapi, aku memungut foto mayat Clarissa, kedatangannya memberikan potongan puzzle yang kuperlukan. Itu menjelaskan tentang nihilnya jejak supernatural. Kalau begitu apa yang memakan jiwa-jiwa itu? Untuk apa?

Bayangan tentang Gadis Rembulan sebelum kematiannya kembali menyusup. Aku bisa mendengar suaranya seolah dia ada di depanku, dan bukannya bayangan di dalam kepalaku. Aku bisa merasakan isak tangis, penyesalan, dan kesakitan di suaranya.

“Aku hanya ingin bertemu dengannya. Dia bilang, aku akan bisa menemuinya.”

Siapa ‘Dia’ yang dimaksud Gadis Rembulan? Dan bagaimana sosok itu memiliki akses ke negeri orang-orang mati?

Aku menjatuhkan diri ke sofa. Ada begitu banyak hal yang harus kupastikan, tetapi saat ini, aku harus mencari tahu tentang pemilik surat itu.

TBC

Related chapters

  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 6 : Pengakuan

    Taman kota ini sangat sepi. Ditambah dengan peristiwa-peristiwa itu, semua orang jadi lebih tegang dari pada yang dibutuhkan. Kedai-kedai mulai tutup padahal masih sangat sore, dan orang-orang tidak begitu menikmati jalan-jalan sore. Sebagian dari mereka yang terpaksa keluar berjalan cepat sembari menatap sekeliling sesekali dengan waspada. Tidak mengherankan memang. Manusia tidak tahu apa yang terjadi, dan rumor-rumor membuat mereka semakin waspada. Bahkan polisi menegurku lima belas menit lalu, memintaku untuk segera pulang jika urusanku telah selesai. Rupanya, cerita resmi dari mereka adalah adanya maniak psikopat yang mencari korban di kota ini. Semua orang diminta untuk berdiam diri di rumah, atau bila memang diharuskan pergi, harus setidak-tidaknya tiga orang, dengan satu pria. Sekalipun begitu, meskipun sepi, penerangan taman ini bagus. Perawatannya juga. Bunga-bunga berjejer di pinggir jalan, dan bangku-bangku taman terlihat bagus. Hanya saja k

    Last Updated : 2021-05-26
  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 7 : Anomali

    Kertas baru itu ditempel lagi di papan pengumuman. Kali ini spekulasi mereka lebih liar daripada sebelumnya dengan berbagai versi. Bahkan mereka menulisnya dalam tiga lembar. Mulai dari yang SCP, Alien, bahkan hantu yang menuntut balas. Agaknya ada satu toko yang terbakar dan menewaskan tiga pegawai di sana karena pintunya macet sehingga mereka tak bisa keluar. Mereka juga menulis Kuda Setan dan membuatku kasihan pada makhluk itu. Akan tetapi, Rubah Api, ya? Bagaimana bisa makhluk yang cinta damai itu melakukan hal semengerikan ini? Sejak dulu aku menganggap Rubah Api seperti tim cheerleader atau gadis-gadis populer yang manja. Mereka cenderung tidak menyukai kekerasan, apalagi membunuh orang sampai sehangus ini? Apa yang terjadi pada orang itu hingga dia melakukannya? Kalau Gadis Rubah itu bilang yang melakukannya adalah phoenix, mungkin aku akan lebih bisa mempercayainya. Aku menyentuh foto Juliet. Berbeda dengan Clarissa, d

    Last Updated : 2021-05-27
  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 8 : Petunjuk Pertama

    Kelas kembali berjalan seperti yang seharusnya, tanpa membicarakan Luc lagi. Pengaruh Luc telah hilang bersama kepergiannya, tetapi dia telah meninggalkan tanda tanya di benak Daniel. Lelaki itu sering menoleh padaku seolah ingin mengatakan sesuatu, kemudian kembali berbicara dengan teman-temannya lagi. Tentu saja, aku tahu dia akan bertanya cepat atau lambat, terutama ketika aku mendengar dia bertanya pada teman-temannya, dan tidak ada satu pun dari mereka yang mengerti.Rasa penasaran akhirnya benar-benar mengalahkannya di pergantian kelas ke dua, Daniel segera berdiri dan mendatangi mejaku. Joce memandang terheran-heran. Ada sedikit kecemburuan konyol yang dia arahkan padaku, tetapi dia menarik tali tasnya dan melambai. Aku tidak bisa menyalahkannya, Daniel memang mempesona, dan tentu saja dia menyukainya.“Tentang cowok tadi,” kata Daniel tanpa menungguku menatapnya. “Siapa dia?”“Kenalan.”Aku berjala

    Last Updated : 2021-05-28
  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 9 : Makhluk yang Tak Pernah Ada

    Ini adalah atmosfir makan siang paling buruk selama lima puluh tahun kehidupanku. Kalau tahu jadinya akan seperti ini, lebih baik aku ke Mcdonals dan makan sendiri. Luc memainkan kursi dan kentang gorengnya acuh. Dia tidak peduli pada Daniel yang menatapnya kesal, Naomi yang malu-malu, dan aku yang ingin pergi saja.“Maaf ya,” kataku pada Naomi. “Aku ingin membelikanmu makan siang untuk terima kasih, karena meminjamkanku buku kemarin lusa, tetapi malah membuatmu terjebak di sini.”Naomi mengangguk. “Tidak masalah.”Akhirnya sepuluh menit berlalu, dan Daniel tidak sabar lagi. “Kau mengacaukan segalanya. Kau tiba-tiba datang dan sok kenal, dan sekarang ikut seenaknya saja ikut dengan kami. Kau ini siapa, Bung?” Luc mengangkat kentang gorengnya dan memakannya sambil memainkan kursi. Seenaknya saja. Sontak, hal itu membuat Daniel semakin kesal. “Hei!”“Lucas Manson,” katanya

    Last Updated : 2021-05-29
  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 10 : Api

    Chapter 10 : Api“Dia terlambat.”Luc mengetuk jarinya ke kemudi mobil dengan tidak sabar. Aku mendongak sambil lalu, dan melihat jam. Setengah jam berlalu sejak kami sampai di sini, dan kembali membaca kertas penyelidikan kepolisian yang kucuri tadi siang. Tidak ada hal baru yang bisa kudapatkan. Setidaknya, dengan mengambil kertas penyelidikan mereka menggambarkan kondisi korban apa adanya.“Kau dengar tidak?” ketus Luc tidak sabar. Aku menatapnya malas. “Telepon dia! Kau punya nomornya.”“Aku tidak akan meneleponnya,” gumamku, lantas kembali membaca. Sekalipun tidak ada hal baru yang bisa kutemukan. Korban tetap terbakar habis, tetapi pakaiannya tidak. Luc kembali menggeram, dan aku menjatuhkan kertas itu ke pangkuan dan menatapnya tajam. “Dengar, Luc! Selama dia tidak mengaku, aku akan tetap berpura-pura tidak mengetahuinya.”Luc mengerang. “Kenapa kau selalu membuat segala hal l

    Last Updated : 2021-05-31
  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 11 : Daniel

    Kejadian semalam menghebohkan seluruh kota. Beruntung, Daniel menjelaskan semuanya pada ayahnya dengan ‘masuk akal’. Dia berkata seseorang membakar Adam Taylor, kebetulan aku dan Luc tengah berkendara, kami mencoba menyelamatkannya, dan orang itu malah mulai melembarkan bensinnya dengan membabi buta, hingga membakar sekitarnya. Kepolisian masih mengerutkan keningnya karena tidak ada jejak bensin di sana, tetapi itu adalah hal terbaik yang bisa mereka dapatkan sekarang. Sehingga mereka mencatat kesaksian kami dan membiarkan kami pergi, dengan catatan melapor bila terjadi sesuatu. Agaknya mereka khawatir pelakunya akan menyerang kami. Kekhawatiran mereka tidak salah. Kemungkinan Rubah itu menyerang kami sangat tinggi. Luc mendapat perawatan karena lukanya tidak menutup dengan cepat seperti biasa, dan Daniel anehnya tidak terbakar sama sekali. Dia tidak menanyakan apa pun tadi malam, hanya mengkhatirkanku, dan itu manis sekali. Luc seperti biasa bersungut-sungut

    Last Updated : 2021-06-02
  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 12 : Keputusan

    “Dia tidak akan melakukannya!”Luc tidak peduli. Dia hanya terus mengendarai mobil, dan sesekali memastikan mobil putih Daniel tetap mengikutinya. Dari sekian banyak sikapnya, ini adalah hal yang paling kubenci. Sekali Luc memutuskan siapa yang akan bertindak, tidak mudah untuk mengubah keputusannya. Sekalipun, aku juga berpikir, keputusannya selalu tepat sasaran, tetapi setelah Gadis Rembulan itu, aku tidak bisa berpikiran sama.“Kau ingin menyimpannya,” jawab Luc mengejek. “Kalau kau ingin dia tetap hidup, sebaiknya dia membantu.”Aku menggertakkan gigi. “Sebenarnya apa maumu, Luc?”Luc terdiam. Dia hanya memerharikan jalanan untuk beberapa waktu. Kupikir dia tidak akan menjawab, tetapi pada akhirnya dia berbisik, “Keselamatanmu.”“Apa?”Hanya itu. Luc tidak menjawab, tidak menjelaskan, dan bahkan tidak menatapku, hingga aku merasa salah dengar. Akan teta

    Last Updated : 2021-06-09
  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 13 : Janji

    Seminggu berlalu sejak Daniel menjadi bagian dari kami. Naomi tidak masuk, sehingga aku khawatir sesuatu terjadi padanya. Berdasarkan apa yang dikatakan guru, mereka juga tidak bisa menghubungi keluarganya. Aku meneleponnya beberapa kali, tidak bisa memenuhi janjiku untuk bergerak di garis amannya, tetapi nihil. Ponselnya hanya berdering dan masuk ke kotak suara.Di sisi lain, Daniel dan aku lebih sering bersama. Hal itu membuat Joce semakin kesal denganku. Tanpa kusadari, kami tidak lagi akrab. Aku tidak pernah duduk dengannya saat makan siang, sehingga Daniel mengajakku bergabung dengan kelompoknya, atau terkadang kami hanya makan berdua. Aku berteman dengan Makenzie, salah satu gadis tercantik yang pernah kutemui, dia adalah penggila fashion, sehingga sulit untuk mengobrol dengannya. Dia tidak begitu peduli dengan sekitarnya, sedikit narsistik, tetapi dia orang baik.“Kau sudah akrab dengan Makenzie, ya?” kata Daniel saat berjalan bersama ke kel

    Last Updated : 2021-06-27

Latest chapter

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 29 : Luc vs Sang Penyusup

    Hydenia ditelan kekuatannya.“Sialan!”Luc harus menyelesaikan hal ini secepat mungkin, atau tidak ada waktu untuk menarik gadis itu kembali dari kegilaannya. Semakin lama orang itu hidup, semakin banyak penderitaan yang dimilikinya. Black Mist memakan penderitaan itu, mengembalikan trauma yang terkubur dalam, menjadikannya lemah, dan pada akhirnya membuat pemiliknya gila.Black Mist seharusnya tidak dimiliki manusia manapun, tetapi Hydenia memilikinya.Itu adalah alasan Luc bersamanya. Bukan hanya karena gadis itu pemberani dan sangat menarik, tetapi juga kekuatan gila yang mengendap di dasar tubuhnya. Sebuah pasir hitam yang mengerikan. Begitu melihatnya, Luc bisa melihat kengerian yang akan ditimbulkannya bila dia lepas kendali.Meski begitu, Hydenia adalah orang yang sangat menganggumkan. Kepercayaan dirinya. Caranya mengangkat kepala. Keanggunannya saat bertarung. Semua itu membuatnya terus berada di sebelahnya. Keinginan ‘ak

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 28 : The Black Mist

    Sihir adalah sesuatu yang paling misterius. Akan tetapi, ada hal yang lebih misterius daripada sihir.Kekuatanku.Awalnya, aku adalah Pemburu Artemis biasa yang menggunakan senjata. Ibu mengajariku dengan baik, tetapi hanya sampai sana. Aku bukan pemilik sihir. Aku bukan pemburu yang mengagumkan. Akan tetapi, aku bukan orang naif.Aku membunuh dan membunuh bila diperlukan. Bahkan tanpa ragu. Aku pemberani dan tidak kenal takut. Aku tak peduli pada siapa yang ada dihadapanku. Sehingga aku bisa menantang malaikat maut dengan kata tak sopan tanpa takut mereka akan mencabut nyawaku.Karena mereka takkan melakukannya.Saat Luc kuberitahu alasannya, dia tertawa sangat keras. “Kau benar. Aku takkan membunuhmu. Kecuali apa yang ada di dalamku mulai membuat masalah.”Dulu, aku masih begitu muda dan bertanya, “Apa yang ada di dalamku?”“Pedang bermata dua. Sesuatu yang hebat. Sesuatu yang berbahaya.&r

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 27 : I am a Monster

    Tubuhku terpelanting saat cakar Smith menghantam dengan kekuatan penuh.Kekuatannya terlalu besar untuk ditahan. Aku hanya mampu menghindarinya dan bila pedang dan cakar kami bertabrakan, aku pasti kalah. Pertama, aku harus menyelesaikan ini dengan kecepatan, jadi aku mengubah pedangku menjadi lebih kecil dan mudah digunakan. Pemikiran itu berjalan lurus ke tanganku, dan pedang panjang itu berubah menjadi belati.Smith menyerang lagi. Kali ini serangan itu berhasil kuhindari dan pohon di belakangku hancur sebagian. Cakar itu bahkan bisa menghancurkan sebagian pohon yang solid. Tenang, Hyde. Kau telah menghabiskan hidupmu dengan bertarung dan hanya hidup dengan bertarung. Melawan serigala seperti ini takkan ada bedanya dengan hari-hari sebelumnya.Akan tetapi, aku tetap khawatir dengan Daniel. Semua rencana ini akan berhasil bila Daniel selamat, atau dibunuh saja. Sayangnya, aku tak tega melakukannya. Oleh karena itu, pilihan kami hanya satu menyelamatkannya dan

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 26 : Pertarungan 1

    Orang-orang itu berteriak bersahut-sahutan. Aku tidak bisa memastikan mereka yang mengetahui penyergapan kami adalah hal baik atau buruk, tetapi yang paling penitng, aku bersyukur kami telah berpencar.Aku melemparkan pedang panjang untung Luc. Kami tidak ingin menggunakan sabitnya, jadi Luc selalu meminjam kekuatanku. Sementara aku mulai membidik dengan busur. Serigala-serigala itu terus bermunculan selagi kami mulai menyerbu ke tempat ritual.Tiga serigala kembali muncul dan pasti ada lebih banyak. Luc menapak tanah, kemudian dia menghilang. Dalam satu kedipan lelaki itu berada di belakang mereka, siap menebas, tetapi tampaknya mereka sudah mendapat pelatihan. Mereka tidak menolah, hanya langsung melompat pergi.Sang Penyusup pasti memberitahu mereka cara melawan malaikat maut.Malaikat Maut memiliki kecenderungan bertarung dengan teknik teleportasinya. Teknik itu hanya dimiliki oleh Malaikat maut, karena mereka menggunakan gerbang menuju negeri orang m

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 25 Penyusupan

    Air terjun. Pohon raksasa kembar. Jalan setapak. Mobil-mobil.Serena segera menyadari tempat apa yang kami bicarakan. Dua hari kemudian kami segera menyusun rencana. Serena sudah sembuh sepenuhnya, Kei telah sadar. Aku dan Luc masih belum mencapai kesepakatan untuk menceritakan kejadian sebenarnya, tapi kami telah berbaikan.“Kita akan bertarung bersama lagi,” katanya. Dia mencium tanganku perlahan. “Kita akan sama-sama keluar dari kekacauan ini.”Aku tertawa kecil. “Kau bahkan tidak bisa mati.”“Kehilanganmu sama saja mati bagiku.”Itu terdengar seperti lagi-lagi pernyataan cinta, tetapi Luc hanya tersenyum. Satu dari sedikit senyumnya yang tulus dan kami bersiap berangkat.Ada banyak ambulan yang siap masuk begitu kami selesai. Entah apa yang dikatakan Sheriff Steel, tetapi yang terpenting mereka akan di sana begitu kami menghentikan banyak manusia serigala.Di pertempuran, kematian ad

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 24 : Kenangan

    “Kau harus kembali jika sesuatu terjadi.”Itu adalah kali kelima, atau mungkin lebih, Luc mengatakannya. Dia menuntunku ke tempat tidur seolah aku adalah orang sakit, tetapi aku tidak tega menolaknya. Aku menyentuh lengan Luc.“Aku akan baik-baik saja,” kataku untuk kesekian kalinya.Naomi bergerak gelisah di pintu kamar dan Serena hanya bersungut-sungut. Mereka diberitahu tentang bahaya perjalanan Link itu, tetapi kami tahu itu adalah satu-satunya cara. Aku harus menemukan Daniel dan orang-orang itu secepat mungkin. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padanya. Bila mereka tiba-tiba saja memutuskan akan melakukan ritual itu sekarang, tidak ada yang bisa menyelamatkan Daniel lagi.Aku menarik napas perlahan dan mengeluarkannya dari hidung.Tangan Luc menggenggamku. Cukup erat, tetapi tidak menyakitkan. Ekspresinya masih menunjukkan ketidak terimaaan, tetapi aku cukup keras kepala untuk menolaknya.Aku merilekskan

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 23 : Dunia Hampa

    “Kupikir aku sudah memintamu tidur.”Aku mendongak.Luc muncul dari ketiadaan di antara orang-orang yang memulai aktivitas pagi. Aku duduk di bangku taman dua jam belakangan. Di mulai dari matahari yang masih tersembunyi, orang-orang yang menyalakan lampu, polisi yang baru pulang—yang menyapaku karena sekarang sebagian besar polisi mengenalku—dan memintaku pulang, sampai matahari menyala di atas sana, mobil-mobil berlalu lalang di jalanan, anak sekolah dasar yang berjalan bersama menuju halte untuk menunggu bis jemputan.Taman yang sepi sekarang diisi oleh para Mama yang baru selesai melakukan pekerjaan rumahnya. Sekarang mereka sedang menjaga kebugaran mereka sendiri. Polisi penjaga baru diturunkan. Regu pencari menurunkan tim baru sementara tim sebelumnya beristirahat sebelum memulai pencarian nanti sore.Daniel belum ditemukan. Begitu pula lima belas orang lain. Satu-satunya yang kutahu hanyalah mereka sekarang masih hidup, seti

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 22 : tekad

    Nama itu telah membuktikan sesuatu. Siapa pun sang penyusup yang menyerang dan merencanakan semua masalah ini memiliki hubungan dengan masa laluku. Pertama, dia memberikan link dan dengan keras kepala menginginkanku menjadi bagiannya. Kedua, dia mengetahui tentang ibu. Sekarang, dia tahu nama asliku. Nama yang telah kulupakan dan tak pernah kusebutkan sejak berpisah dengan ibu.Pertanyaan berikutnya yang memenuhi kepalaku adalah siapa dia? Siapa orang itu dan bagaimana dia memiliki hubungan dengan ibu? Lebih spesikfik lagi dia itu apa?Luc terus memperhatikanku berjalan mondar-mandir. Serena hanya diam. Naomi masih melakukan pemeriksaan karena pertempurannya untuk mempertahankan Daniel. Sheriff melakukan pembatasan besar-besaran dan pencarian intensif. Sebentar lagi mungkin akan ada bantuan dari pemerintah pusat, tetapi mereka mungkin takkan membantu banyak.“Orang itu tahu tentangku,” gumamku. Aku memegangi kepala, rasanya seperti

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 21 : Name

    Luc menghilang. Aku segera bangkit dan membangunkan Serena. Wanita itu mengerjap bingung dan segera waspada ketika melihat ekspresiku. Sheriff Steel mencoba menenangkan diri. Dia menceritakan kronologinya dengan lugas ketika aku kami berjalan turun.Sejak kami berpisah, rupanya Daniel dan Naomi kunjung kembali. Karena mereka khawatir, Sheriff Steel mengirim salah satu anak buahnya yang berpatroli untuk memberitahunya bila seseorang melihat Daniel. Sayangnya, yang mereka temukan adalah Naomi yang berlari di sepanjang jalan. Gadis itu ada di rumah sakit sekarang, mengalami luka ringan, tetapi dia bersaksi seseorang membawa Daniel. Yah, setidaknya kami tahu serigala lah yang dia maksud.Luc datang ketika kami sampai di mobil. Dia segera memerintah.“Tetaplah di tempatmu, pastikan tidak ada kekacauan lebih buruk di kota dan kami akan menyelamatkan anakmu,” perintahnya dengan gelombang pengaruh yang membuatku tercekik. Sheriff S

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status