Home / Fantasi / Artemis Hunter / Rubah Api ch. 9 : Makhluk yang Tak Pernah Ada

Share

Rubah Api ch. 9 : Makhluk yang Tak Pernah Ada

Author: ArinaAsh
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Ini adalah atmosfir makan siang paling buruk selama lima puluh tahun kehidupanku. Kalau tahu jadinya akan seperti ini, lebih baik aku ke Mcdonals dan makan sendiri. Luc memainkan kursi dan kentang gorengnya acuh. Dia tidak peduli pada Daniel yang menatapnya kesal, Naomi yang malu-malu, dan aku yang ingin pergi saja.

“Maaf ya,” kataku pada Naomi. “Aku ingin membelikanmu makan siang untuk terima kasih, karena meminjamkanku buku kemarin lusa, tetapi malah membuatmu terjebak di sini.”

Naomi mengangguk. “Tidak masalah.”

Akhirnya sepuluh menit berlalu, dan Daniel tidak sabar lagi. “Kau mengacaukan segalanya. Kau tiba-tiba datang dan sok kenal, dan sekarang ikut seenaknya saja ikut dengan kami. Kau ini siapa, Bung?” Luc mengangkat kentang gorengnya dan memakannya sambil memainkan kursi. Seenaknya saja. Sontak, hal itu membuat Daniel semakin kesal. “Hei!”

“Lucas Manson,” katanya acuh. “Sepupu Hydenia. Hyde pindah kemari karena dia dikejar penguntit di Phoenix, dan ibunya tidak tega membiarkannya tinggal sendiri. Jadi, aku akan tinggal dengannya mulai sekarang,” dia menatap Daniel tajam, “puas dengan jawaban itu?”

Aku mendelik. “Tidak akan.”

Luc menatapku dan senyum miringnya tak bisa dibantah. “Ibumu sangat khawatir, Hyde.”

Apanya yang ibu. Ibuku sudah meninggal puluhan tahun yang lalu, dan cerita karangan itu sulit untuk dibantah. Daniel menatapku dalam-dalam seolah baru menemukan sesuatu yang aneh padaku. Aku memijat kepalaku.

“Kau dikerjar penguntit?” tanya Daniel prihatin. “Itukah alasan kau pindah kemari sendirian?”

“Ya,” sambar Luc. Dia menantang Daniel terang-terangan. “Dan Bajingan itu memulai aksinya dengan bersikap sangat baik. Setengah dari itu salah Hyde, karena dia terlalu baik untuk menolaknya.”

“Hei!” bentakku kesal. “Hentikan itu!”

Luc menatapku sembari mengangkat alisnya. “Aku hanya berkata jujur, penguntit itu sangat mengganggumu sebelumnya, dan di sini, aku melihat orang yang sama.”

Wajah Daniel memerah. “Aku bukan penguntit. Aku tidak akan menguntitnya.”

“Itu yang dia katakan sebelumnya.”

Aku segera berdiri. “Oke berhenti!” Daniel dan Luc mendongak. Sementara itu, Naomi terlihat semakin mengecil. Astaga, aku memang tidak ingin Danel bertanya-tanya tentang Luc karena itulah aku mengajak Naomi, tetapi kalau seperti ini semuanya akan berantakan. Orang-orang bahkan mulai melihat ke arah kami. “Luc, aku tahu tentang itu. Jadi, tolong jangan coba-coba membuat keributan dengan Daniel! Aku bisa menjaga diri.”

“Ya. Kau benar-benar bisa menjaga diri,” gerutu Luc sembari melirik Daniel. Daniel menggeram kesal. Luc mendengus ketika melihatku mendelik. “Aku hanya memperingatkannya.”

“Itu yang kumaksud!” geramku kesal. Luc tidak menjawab. Dia hanya memainkan kentang gorengnya, dan mulai tidak peduli dengan sekitar. Aku kembali duduk. “Maafkan aku. Dia hanya  khawatir.”

“Apa itu benar tentang penguntit?” tanya Naomi.

“Yeah,” balasku berbohong. Aku sudah melakukannya bertahun-tahun hingga terbiasa untuk mengikuti kebohongan rekanku. Akan tetapi, ini adalah kali pertama seseorang berbohong tentang aku yang menjadi incaran sesuatu. Entah karena Luc ingin menjauhkan Daniel, atau dia pembohong yang payah. “Sesuatu yang gila kadang terjadi.”

“Maafkan aku,” kata Daniel, seolah dirinya bertanggung jawab atas hal itu. “Aku tidak tahu kau baru saja melewati hal yang mengerikan.”

Mata Luc memicing ketika menatap Daniel. Aku segera berkata, “Tidak apa. Itu sudah terlewat. Dia sudah ditangkap dan diberi ultimatum. Aku juga sudah pindah. Jadi, semuanya baik-baik saja.” Luc hendak mengatakan sesuatu, tetapi aku menendang kakinya. “Diamlah!”

Luc menggerutu kesal, tetapi pada akhirnya diam juga.

“Kuharap begitu. Kalau ada sesuatu kau bisa menghubungiku,” tawar Daniel sungguh-sungguh.

“Aku juga,” kata Naomi malu-malu. “Uh ... kau bisa menyimpan nomorku.”

“Terima kasih,” jawabku. Aku dengan senang hati menyimpan nomor mereka, meski kesulitan saat melakukannya. Setelah lima menit berlalu dengan bantuan Daniel, akhirnya aku berhasil menyimpan nomor mereka. Aku tertawa malu, dan menggoyangkan telepon pintarku. “Handphone baru. Maaf.”

“Tidak masalah,” jawab Daniel sembari terkikik geli. “Ternyata kau ada sisi manisnya.”

“Oke cukup,” gertak Luc tidak sabar. Dia segera berdiri dan menarik tanganku. “Kita sudah makan siang. Saatnya pulang!”

“Hei!” Daniel mencoba untuk menghentikan Luc, tetapi tangannya berhenti di udara. Aku bisa melihat dia ingin menolong, tetapi tidak tahu sampai mana dia bisa ikut campur. “Jangan terlalu kasar dengannya!”

“Tak apa.” Aku mengangkat tanganku yang bebas, dan Daniel tampak keberatan. Aku tersenyum. “Ayo! Aku akan mengantar kalian ke sekolah.”

Kami mengikuti Luc yang pergi lebih dulu. Dia segera masuk ke kursi samping kemudi, yang membuat Daniel semakin kesal. Sialan. Makhluk ini benar-benar bersikap seenaknya. Dia tidak mempedulikan Daniel ataupun Naomi. Dia hanya menopang dagu dan menatap ke luar jendela. Sehingga aku hanya bisa mendesah lelah, dan mengemudikan mobil ke sekolah.

Luc akhirnya berhenti membuat ulah setelah aku menurunkan Daniel dan Naomi. Sebagai gantinya, dia membuka tasku tanpa permisi. Aku tidak berniat melarangnya, tidak ada hal yang benar-benar berharga hingga aku tidak ingin dia melihatnya di sana. Akan tetapi, aku masih kesal dengan perilakunya tadi.

“Kau benar-benar mengacaukan suasana, Luc. Apa-apaan dengan penguntit?”

“Apa lebih baik aku memberi tahunya bahwa dia adalah Makhluk yang tak seharusnya ada?” tukas Luc sengit. Dia mengambil kertas dalam tas, dan membukanya. “Temui aku di tempat kemarin, dan ajak rekanmu. Gadis itu benar-benar berpikir kau tidak mengenalinya, ya?”

Aku mengambil kertas itu kesal dan memasukkannya ke tas. “Aku berjanji untuk bergerak di jarak amannya.” Luc tampak keberatan dengan itu tetapi dia tidak memprotes. “Kupikir kau akan pergi setelah tadi pagi.”

Luc memutar bola matanya. “Aku tahu kau ceroboh, tetapi memposisikan dirimu di tengah dua makhluk berbahaya. Astaga, apa kau gila?”

“Mereka bukan makhluk berbahaya.”

“Satu Makhluk yang tak seharusnya ada dan Rubah Api yang kemungkinan adalah pelakunya. Ya, mereka benar-benar tidak berbahaya.”

Aku menatap Luc tajam. Tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini. “Apa yang kau dapatkan, Luc?”

“Aku akan menjelaskan tentang pembakaran itu nanti ketika kita bertemu Rubah Api kolegamu. Itu pun kalau dia bisa dipercaya.” Dia menatapku mencemooh. Aku memutar bola mata sebal. “Dan aku punya banyak hal untuk Lelaki cantik kesukaaanmu.”

Aku memarkirkan mobil begitu sampai di pelataran apartemen, dan segera masuk dengan diikuti Luc. Makhluk ini sudah memutuskan untuk tinggal bersamaku, dan aku tidak bisa menolaknya begitu saja. Percuma juga ditolak. Luc pasti datang seenaknya, meski aku menutup pintu rapat-rapat. Malaikat Maut dan sistem berpindahnya yang menjengkelkan.

“Ceritakan.”

Luc mendengus, tetapi dia belum mulai menceritakannya bahkan hingga kami sampai di apartemen. Rasanya aneh membawa Luc ke dalam apartemenku begini, terutama setelah yang terjadi tadi pagi. Bukankah akan terasa aneh jika aku membawa seseorang yang kuancam akan kubunuh ke dalam apartemen?

Aku menjilat sudut bibir. “Kau serius akan tinggal di sini?”

Luc menatapku cukup lama. Aku tidak begitu mengerti apa arti tatapannya, tetapi kemudian tatapan itu berubah menjadi pandangan mencemooh. “Kau sudah hidup lima puluh tahun, tetapi masih bersikap seperti gadis remaja.”

“Maaf saja. Aku masih remaja,” gerutuku. “Dan akan terus begitu.”

Luc duduk di sofa. Kakinya terangkat ke meja. Aku terlalu lelah untuk mengingatkannya, jadi aku memilih pergi ke dapur dan mengambil air. Luc tidak mengatakan apa pun dalam beberapa menit. Bukan berarti aku berharap kita mengobrol atau apa, hanya saja meninggalkan Luc di ruang tamu begitu saja tidak terlalu menenangkan.

Saking diamnya, kupikir Luc telah pergi, ternyata dia masih di sana. Dia tengah menopang dagu dan larut dalam pemikirannya. Aku meletakkan gelas air di depannya. Luc tersentak ketika melihat gelas air di sebelah kakinya, dia terdiam sekilas kemudian tertawa. Aku selalu menyukai tawa Luc. Caranya tertawa membuatnya terlihat lebih hidup. Dari seluruh Malaikat Maut yang kutemui, Luc adalah orang yang paling dekat dengan kehidupan. Akan tetapi, kejadian dua tahun lalu kembali mengingatkanku bahwa Luc tetaplah Malaikat Maut yang tidak memiliki belas kasih.

Hanya saja, disaat-saat seperti ini. Saat kami bisa meletakkan status kami sebagai makhluk non manusia—setidaknya tidak sepenuhnya untukku—Luc dan aku tak ubahnya dua teman yang saling bersenda gurau.

“Kau tetap saja naif,” ujarnya. “Padahal kau berniat membunuhku tadi pagi.”

Aku memutar bola mata. “Kau di sini. Dan aku biasa memberimu minum.”

“Yeah,” katanya merenung. Dia menurunkan kakinya, mengambil gelas, dan meminumnya dalam tegukan-tegukan panjang. Luc menatap gelas itu seolah dia sangat merindukannya. Kalau dia sehaus itu, kenapa tidak mengambil air sendiri saja? “Kau benar. Kita terbiasa menjadi teman sebelumnya.”

Aku terdiam. Luc bukan haus akan air, melainkan hubungan kami yang rusak.

“Tidakkah kita bisa kembali pada seharusnya kita di masa lalu?”

Luc enggan menatapku, dan aku tidak tahu harus mengatakan apa. Memang benar kita dulu berteman. Pertemanan yang jauh lebih baik daripada seluruh hubungan Malaikat Maut dan Pemburu Artemis yang pernah ada. Luc dan aku sering terlibat dalam masalah yang sama. Kami sering bekerja sama untuk menghadapinya. Kami sering bersenda gurau sebelumnya. Aku sering memberinya air putih setiap kali dia datang. Akan tetapi, semua itu hancur. Aku tidak tahu apakah aku sudah bisa memaafkannya, apalagi kembali menjadi teman. Kesedihan di mata Luc segera menghilang bersama dengan suara benturan gelas pada meja kaca, seolah kesedihan itu tak pernah hinggap di sana.

“Tentang bocah itu.”

“Daniel,” koreksiku. Ikut bermain dalam ketenangannya yang dipaksakan. Dia tidak ingin membahas pertemanan kami lebih jauh, begitupula denganku. “Ada apa dengannya?”

“Jiwa yang melarikan diri dari Negeri Orang Mati adalah ibunya,” katanya. “Tidak secara teknis ibunya. Tetapi, dia memasuki tubuh ibunya saat Daniel berusia dua bulan dalam kandungan.”

“Aku tahu,” gumamku. “Ayahnya adalah Sherif.”

Luc mendengus. “Jiwa itu sudah kembali, dan memenuhi hukumannya. Akan tetapi, dia tidak pernah mengatakan telah melahirkan seseorang. Aku juga tidak mengatakan apa pun soal Daniel, kalau kau mau tahu.”

“Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?”

“Kau melarangku melakukan sesuatu padanya,” gerutu Luc. Dia tidak mau menatapku. “Selama dia tidak berbahaya, aku akan membiarkannya.”

Aku tersenyum, tetapi Luc hanya tersentak dan sedikit kesedihan itu kembali ke matanya sebentar. Aku berpura-pura tidak menyadarinya.

“Kalau mereka mati, maksudku orang yang tak pernah ada, apa yang akan terjadi pada jiwa mereka? Secara teknis bukankah mereka seharusnya tak ada?”

Luc mengernyit. Dia memainkan ujung gelas di meja. “Dia akan menjadi bagian dari kami.” Darahku terasa membeku. Karena tidak mendengar responku, Luc melanjutkan, “Kami adalah jiwa-jiwa yang tidak seharusnya ada. Saat kami mati, kami akan dihukum bertahun-tahun kemudian diberi pilihan. Menjadi Malaikat Maut dan bersumpah tidak akan melanggar aturan, atau dilenyapkan.”

Aku menjilat sudut bibir gugup. Tidak ada kata-kata yang keluar di kepalaku.

“Sekalipun kami memilih menjadi Malaikat Maut, rasanya tetap seperti hukuman. Semakin lama kami hidup sebagai manusia, semakin menyakitkan bagi kita untuk mengambil nyawa orang-orang itu. Semakin dekat kita dengan manusia, semakin menyakitkan saat mengambil nyawanya.” Dia tersenyum miring. “Kehidupan memang selalu menyakitkan. Kalau kau ingin Daniel melewati itu juga, terserah padamu. Tetapi, menjadi manusia sekarang akan membuatnya seperti berlian emas yang berkilau. Semua makhluk menginginkannya. Menjadi manusia yang seharusnya tak pernah ada berarti memiliki fisik lemah yang bisa dimanfaatkan makhluk supernatural lain. Vampir akan sangat kuat dengan meminum darahnya. Dan dia bisa merobek gerbang negeri orang mati bila menginginkannya. Karena itulah, kami harus segera membawanya kembali. Terima kasih untuk seseorang yang melarangku melakukannya.”

Aku tahu Luc ingin menutupi kesedihannya dengan bersikap kurang ajar. Dia selalu begitu, tetapi matanya yang semerah darah itu tidak bisa berbohong, sebaik apa pun dia mencoba menyembunyikannya di balik seringai miring menyebalkannya.

“Dan kau juga melaluinya. Seluruh hukuman itu. Kau juga mencabut nyawa-nyawa manusia. Melihat mereka sekarang di sepanjang hidupmu. Apa kau tetap kesulitan menghadapinya?”

Luc tersenyum kejam. “Waktu itu sudah lama berlalu.”

Akan tetapi, rasa sakit itu tidak pernah hilang hingga sekarang, itulah yang dikatakan matanya. Atau begitulah menurutku.

TBC

Kaugnay na kabanata

  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 10 : Api

    Chapter 10 : Api“Dia terlambat.”Luc mengetuk jarinya ke kemudi mobil dengan tidak sabar. Aku mendongak sambil lalu, dan melihat jam. Setengah jam berlalu sejak kami sampai di sini, dan kembali membaca kertas penyelidikan kepolisian yang kucuri tadi siang. Tidak ada hal baru yang bisa kudapatkan. Setidaknya, dengan mengambil kertas penyelidikan mereka menggambarkan kondisi korban apa adanya.“Kau dengar tidak?” ketus Luc tidak sabar. Aku menatapnya malas. “Telepon dia! Kau punya nomornya.”“Aku tidak akan meneleponnya,” gumamku, lantas kembali membaca. Sekalipun tidak ada hal baru yang bisa kutemukan. Korban tetap terbakar habis, tetapi pakaiannya tidak. Luc kembali menggeram, dan aku menjatuhkan kertas itu ke pangkuan dan menatapnya tajam. “Dengar, Luc! Selama dia tidak mengaku, aku akan tetap berpura-pura tidak mengetahuinya.”Luc mengerang. “Kenapa kau selalu membuat segala hal l

  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 11 : Daniel

    Kejadian semalam menghebohkan seluruh kota. Beruntung, Daniel menjelaskan semuanya pada ayahnya dengan ‘masuk akal’. Dia berkata seseorang membakar Adam Taylor, kebetulan aku dan Luc tengah berkendara, kami mencoba menyelamatkannya, dan orang itu malah mulai melembarkan bensinnya dengan membabi buta, hingga membakar sekitarnya. Kepolisian masih mengerutkan keningnya karena tidak ada jejak bensin di sana, tetapi itu adalah hal terbaik yang bisa mereka dapatkan sekarang. Sehingga mereka mencatat kesaksian kami dan membiarkan kami pergi, dengan catatan melapor bila terjadi sesuatu. Agaknya mereka khawatir pelakunya akan menyerang kami. Kekhawatiran mereka tidak salah. Kemungkinan Rubah itu menyerang kami sangat tinggi. Luc mendapat perawatan karena lukanya tidak menutup dengan cepat seperti biasa, dan Daniel anehnya tidak terbakar sama sekali. Dia tidak menanyakan apa pun tadi malam, hanya mengkhatirkanku, dan itu manis sekali. Luc seperti biasa bersungut-sungut

  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 12 : Keputusan

    “Dia tidak akan melakukannya!”Luc tidak peduli. Dia hanya terus mengendarai mobil, dan sesekali memastikan mobil putih Daniel tetap mengikutinya. Dari sekian banyak sikapnya, ini adalah hal yang paling kubenci. Sekali Luc memutuskan siapa yang akan bertindak, tidak mudah untuk mengubah keputusannya. Sekalipun, aku juga berpikir, keputusannya selalu tepat sasaran, tetapi setelah Gadis Rembulan itu, aku tidak bisa berpikiran sama.“Kau ingin menyimpannya,” jawab Luc mengejek. “Kalau kau ingin dia tetap hidup, sebaiknya dia membantu.”Aku menggertakkan gigi. “Sebenarnya apa maumu, Luc?”Luc terdiam. Dia hanya memerharikan jalanan untuk beberapa waktu. Kupikir dia tidak akan menjawab, tetapi pada akhirnya dia berbisik, “Keselamatanmu.”“Apa?”Hanya itu. Luc tidak menjawab, tidak menjelaskan, dan bahkan tidak menatapku, hingga aku merasa salah dengar. Akan teta

  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 13 : Janji

    Seminggu berlalu sejak Daniel menjadi bagian dari kami. Naomi tidak masuk, sehingga aku khawatir sesuatu terjadi padanya. Berdasarkan apa yang dikatakan guru, mereka juga tidak bisa menghubungi keluarganya. Aku meneleponnya beberapa kali, tidak bisa memenuhi janjiku untuk bergerak di garis amannya, tetapi nihil. Ponselnya hanya berdering dan masuk ke kotak suara.Di sisi lain, Daniel dan aku lebih sering bersama. Hal itu membuat Joce semakin kesal denganku. Tanpa kusadari, kami tidak lagi akrab. Aku tidak pernah duduk dengannya saat makan siang, sehingga Daniel mengajakku bergabung dengan kelompoknya, atau terkadang kami hanya makan berdua. Aku berteman dengan Makenzie, salah satu gadis tercantik yang pernah kutemui, dia adalah penggila fashion, sehingga sulit untuk mengobrol dengannya. Dia tidak begitu peduli dengan sekitarnya, sedikit narsistik, tetapi dia orang baik.“Kau sudah akrab dengan Makenzie, ya?” kata Daniel saat berjalan bersama ke kel

  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 14 : Sekutu

    Rumah keluarga Brown sepi. Aku sungguh berharap mereka baik-baik saja, tetapi tidak ada cara lain untuk memastikannya. Aku keluar dari mobil dan Daniel menangkap tanganku. “Kau mau kemana?” Sebelah alisku terangkat. “Mengeceknya?” “Aku akan menemanimu.” “Tidak!” tukasku ketika Daniel hendak membuka pintu. “Kau akan menunggu. Pastikan tidak ada orang yang memangil ayahmu kemari.” Daniel hendak memprotes, tetapi aku segera keluar dan menyusup ke rumah keluarga Brown. Rumah mereka tampak normal, hanya saja tidak terproteksi dengan baik. Aku bisa dengan mudah membuka pintunya dengan kunci buatan. Tidak ada orang di dalam sana. Jendela tertutup rapat sehingga kupikir mereka sudah pindah. Tidak ada tanda-tanda penyerangan sehingga aku menghela napas. Setidaknya mereka baik-baik saja. Aku melewati tangga ke lantai dua dan membuka satu persatu pintu. Semua kamar itu kosong. Hanya ada perabotan yang ditinggalkan, seolah mereka ti

  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 15 : Pemburu Artemis dan Malaikat Maut

    Luc kembali malam itu. Dia tampak tidak terkejut dengan keberadaan Naomi di apartemenku. Seolah dia sudah memperkirakan hal itu dan malah jengkel karena aku terlalu lama melakukannya. Luc memang selalu seperti itu. Dia menjatuhkan dirinya ke sofa di depanku dan menyilangkan kakinya.“Jadi, akhirnya kau menerobos jarak amannya?”Aku melirik ke Naomi yang agak ketakutan. Dia berdiri di dapur dan masih terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Luc dari ketiadaan. Teleportasi adalah hal yang amat langka. Kecuali mereka yang tak memiliki wujud dan Malaikat Maut, tidak ada makhluk lain yang mampu berpindah tempat secara instan. Tentu saja, itu akan membuat Naomi terkejut.“Aku melakukan apa yang perlu kulakukan.”Luc melirik Naomi sekilas, kemudian mengangat bahu. “Aku tidak menemukan apa pun tentang orang itu, tetapi aku mendengar desas desus manusia yang keluar masuk Negeri Orang Mati tanpa terdeteksi.”“Bagaimana b

  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 16 : Pertarungan Pertama

    Hari yang telah kami tunggu datang terlalu cepat. Matahari bersinar begitu cerah, awan-awan putih menutupi langit dengan jumlah yang pas, sehingga hari tidak terasa terlalu terik. Waktu yang tepat untuk berpiknik.“Kau ingin piknik juga?” tanya Daniel sembari memainkan ponselnya. Dia menutup ponselnya dan menoleh padaku sembari tersenyum. Kami menunggu di jalan menuju pantai yang disebutkan Joce. Naomi pergi dengan mobilnya yang tidak mencolok. Dia akan menghubungiku begitu mereka berangkat. Luc belum kembali sejak hari itu. “Ini hari yang sangat cerah.”“Tidak akan secerah itu sebentar lagi,” kataku. “Mereka akan kecelakaan, terjun ke jurang, tewas. Sementara kita akan menghadapi makhluk berbahaya yang akan membunuh kita.”“Jangan mengatakannya begitu!”“Mulai menyesal sudah ikut?”“Kau mengembalikan kata-kataku,” gerutunya. Kami tertawa bersama. “Yah,

  • Artemis Hunter   Rubah Api ch. 17 : Rubah Api

    Dari semua orang, aku benar-benar tidak menyangka Angela lah orang yang membunuh mereka. Dia menatap kami sengit, kedua tanganna sudah kuborgol dengan sihirku, sehingga dia tidak bisa melepaskannya. Aku harus membunuhnya, tetapi mungkin nanti ketika Daniel sudah pergi. Hal itu menjelaskan kenapa dia ada di buku kematian.Daniel selesai menelpon dan kembali kemari. Rupanya, Naomi yang kuminta ke rumah Angela tidak menemukannya dan segera menelpon Daniel. Pilihan yang bagus.“Dia akan datang secepatnya.”“Bagus,” gumamku. Aku berjongkok di depan Angela. “Jadi, kenapa kau melakukannya?”Angela tersenyum meremehkan. “Kau peduli sekarang, Pemburu Artemis?”“Kenapa tidak? Kau membunuh orang-orang yang tidak bersalah, tentu saja, kami harus peduli.”Angela tertawa histeris. Hal itu bahkan membuat tubuhnya bergetar dan sihir apinya memercik. Aku melompat mundur, tetapi kemudian tawa histeri

Pinakabagong kabanata

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 29 : Luc vs Sang Penyusup

    Hydenia ditelan kekuatannya.“Sialan!”Luc harus menyelesaikan hal ini secepat mungkin, atau tidak ada waktu untuk menarik gadis itu kembali dari kegilaannya. Semakin lama orang itu hidup, semakin banyak penderitaan yang dimilikinya. Black Mist memakan penderitaan itu, mengembalikan trauma yang terkubur dalam, menjadikannya lemah, dan pada akhirnya membuat pemiliknya gila.Black Mist seharusnya tidak dimiliki manusia manapun, tetapi Hydenia memilikinya.Itu adalah alasan Luc bersamanya. Bukan hanya karena gadis itu pemberani dan sangat menarik, tetapi juga kekuatan gila yang mengendap di dasar tubuhnya. Sebuah pasir hitam yang mengerikan. Begitu melihatnya, Luc bisa melihat kengerian yang akan ditimbulkannya bila dia lepas kendali.Meski begitu, Hydenia adalah orang yang sangat menganggumkan. Kepercayaan dirinya. Caranya mengangkat kepala. Keanggunannya saat bertarung. Semua itu membuatnya terus berada di sebelahnya. Keinginan ‘ak

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 28 : The Black Mist

    Sihir adalah sesuatu yang paling misterius. Akan tetapi, ada hal yang lebih misterius daripada sihir.Kekuatanku.Awalnya, aku adalah Pemburu Artemis biasa yang menggunakan senjata. Ibu mengajariku dengan baik, tetapi hanya sampai sana. Aku bukan pemilik sihir. Aku bukan pemburu yang mengagumkan. Akan tetapi, aku bukan orang naif.Aku membunuh dan membunuh bila diperlukan. Bahkan tanpa ragu. Aku pemberani dan tidak kenal takut. Aku tak peduli pada siapa yang ada dihadapanku. Sehingga aku bisa menantang malaikat maut dengan kata tak sopan tanpa takut mereka akan mencabut nyawaku.Karena mereka takkan melakukannya.Saat Luc kuberitahu alasannya, dia tertawa sangat keras. “Kau benar. Aku takkan membunuhmu. Kecuali apa yang ada di dalamku mulai membuat masalah.”Dulu, aku masih begitu muda dan bertanya, “Apa yang ada di dalamku?”“Pedang bermata dua. Sesuatu yang hebat. Sesuatu yang berbahaya.&r

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 27 : I am a Monster

    Tubuhku terpelanting saat cakar Smith menghantam dengan kekuatan penuh.Kekuatannya terlalu besar untuk ditahan. Aku hanya mampu menghindarinya dan bila pedang dan cakar kami bertabrakan, aku pasti kalah. Pertama, aku harus menyelesaikan ini dengan kecepatan, jadi aku mengubah pedangku menjadi lebih kecil dan mudah digunakan. Pemikiran itu berjalan lurus ke tanganku, dan pedang panjang itu berubah menjadi belati.Smith menyerang lagi. Kali ini serangan itu berhasil kuhindari dan pohon di belakangku hancur sebagian. Cakar itu bahkan bisa menghancurkan sebagian pohon yang solid. Tenang, Hyde. Kau telah menghabiskan hidupmu dengan bertarung dan hanya hidup dengan bertarung. Melawan serigala seperti ini takkan ada bedanya dengan hari-hari sebelumnya.Akan tetapi, aku tetap khawatir dengan Daniel. Semua rencana ini akan berhasil bila Daniel selamat, atau dibunuh saja. Sayangnya, aku tak tega melakukannya. Oleh karena itu, pilihan kami hanya satu menyelamatkannya dan

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 26 : Pertarungan 1

    Orang-orang itu berteriak bersahut-sahutan. Aku tidak bisa memastikan mereka yang mengetahui penyergapan kami adalah hal baik atau buruk, tetapi yang paling penitng, aku bersyukur kami telah berpencar.Aku melemparkan pedang panjang untung Luc. Kami tidak ingin menggunakan sabitnya, jadi Luc selalu meminjam kekuatanku. Sementara aku mulai membidik dengan busur. Serigala-serigala itu terus bermunculan selagi kami mulai menyerbu ke tempat ritual.Tiga serigala kembali muncul dan pasti ada lebih banyak. Luc menapak tanah, kemudian dia menghilang. Dalam satu kedipan lelaki itu berada di belakang mereka, siap menebas, tetapi tampaknya mereka sudah mendapat pelatihan. Mereka tidak menolah, hanya langsung melompat pergi.Sang Penyusup pasti memberitahu mereka cara melawan malaikat maut.Malaikat Maut memiliki kecenderungan bertarung dengan teknik teleportasinya. Teknik itu hanya dimiliki oleh Malaikat maut, karena mereka menggunakan gerbang menuju negeri orang m

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 25 Penyusupan

    Air terjun. Pohon raksasa kembar. Jalan setapak. Mobil-mobil.Serena segera menyadari tempat apa yang kami bicarakan. Dua hari kemudian kami segera menyusun rencana. Serena sudah sembuh sepenuhnya, Kei telah sadar. Aku dan Luc masih belum mencapai kesepakatan untuk menceritakan kejadian sebenarnya, tapi kami telah berbaikan.“Kita akan bertarung bersama lagi,” katanya. Dia mencium tanganku perlahan. “Kita akan sama-sama keluar dari kekacauan ini.”Aku tertawa kecil. “Kau bahkan tidak bisa mati.”“Kehilanganmu sama saja mati bagiku.”Itu terdengar seperti lagi-lagi pernyataan cinta, tetapi Luc hanya tersenyum. Satu dari sedikit senyumnya yang tulus dan kami bersiap berangkat.Ada banyak ambulan yang siap masuk begitu kami selesai. Entah apa yang dikatakan Sheriff Steel, tetapi yang terpenting mereka akan di sana begitu kami menghentikan banyak manusia serigala.Di pertempuran, kematian ad

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 24 : Kenangan

    “Kau harus kembali jika sesuatu terjadi.”Itu adalah kali kelima, atau mungkin lebih, Luc mengatakannya. Dia menuntunku ke tempat tidur seolah aku adalah orang sakit, tetapi aku tidak tega menolaknya. Aku menyentuh lengan Luc.“Aku akan baik-baik saja,” kataku untuk kesekian kalinya.Naomi bergerak gelisah di pintu kamar dan Serena hanya bersungut-sungut. Mereka diberitahu tentang bahaya perjalanan Link itu, tetapi kami tahu itu adalah satu-satunya cara. Aku harus menemukan Daniel dan orang-orang itu secepat mungkin. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padanya. Bila mereka tiba-tiba saja memutuskan akan melakukan ritual itu sekarang, tidak ada yang bisa menyelamatkan Daniel lagi.Aku menarik napas perlahan dan mengeluarkannya dari hidung.Tangan Luc menggenggamku. Cukup erat, tetapi tidak menyakitkan. Ekspresinya masih menunjukkan ketidak terimaaan, tetapi aku cukup keras kepala untuk menolaknya.Aku merilekskan

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 23 : Dunia Hampa

    “Kupikir aku sudah memintamu tidur.”Aku mendongak.Luc muncul dari ketiadaan di antara orang-orang yang memulai aktivitas pagi. Aku duduk di bangku taman dua jam belakangan. Di mulai dari matahari yang masih tersembunyi, orang-orang yang menyalakan lampu, polisi yang baru pulang—yang menyapaku karena sekarang sebagian besar polisi mengenalku—dan memintaku pulang, sampai matahari menyala di atas sana, mobil-mobil berlalu lalang di jalanan, anak sekolah dasar yang berjalan bersama menuju halte untuk menunggu bis jemputan.Taman yang sepi sekarang diisi oleh para Mama yang baru selesai melakukan pekerjaan rumahnya. Sekarang mereka sedang menjaga kebugaran mereka sendiri. Polisi penjaga baru diturunkan. Regu pencari menurunkan tim baru sementara tim sebelumnya beristirahat sebelum memulai pencarian nanti sore.Daniel belum ditemukan. Begitu pula lima belas orang lain. Satu-satunya yang kutahu hanyalah mereka sekarang masih hidup, seti

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 22 : tekad

    Nama itu telah membuktikan sesuatu. Siapa pun sang penyusup yang menyerang dan merencanakan semua masalah ini memiliki hubungan dengan masa laluku. Pertama, dia memberikan link dan dengan keras kepala menginginkanku menjadi bagiannya. Kedua, dia mengetahui tentang ibu. Sekarang, dia tahu nama asliku. Nama yang telah kulupakan dan tak pernah kusebutkan sejak berpisah dengan ibu.Pertanyaan berikutnya yang memenuhi kepalaku adalah siapa dia? Siapa orang itu dan bagaimana dia memiliki hubungan dengan ibu? Lebih spesikfik lagi dia itu apa?Luc terus memperhatikanku berjalan mondar-mandir. Serena hanya diam. Naomi masih melakukan pemeriksaan karena pertempurannya untuk mempertahankan Daniel. Sheriff melakukan pembatasan besar-besaran dan pencarian intensif. Sebentar lagi mungkin akan ada bantuan dari pemerintah pusat, tetapi mereka mungkin takkan membantu banyak.“Orang itu tahu tentangku,” gumamku. Aku memegangi kepala, rasanya seperti

  • Artemis Hunter   Lolongan Serigala ch. 21 : Name

    Luc menghilang. Aku segera bangkit dan membangunkan Serena. Wanita itu mengerjap bingung dan segera waspada ketika melihat ekspresiku. Sheriff Steel mencoba menenangkan diri. Dia menceritakan kronologinya dengan lugas ketika aku kami berjalan turun.Sejak kami berpisah, rupanya Daniel dan Naomi kunjung kembali. Karena mereka khawatir, Sheriff Steel mengirim salah satu anak buahnya yang berpatroli untuk memberitahunya bila seseorang melihat Daniel. Sayangnya, yang mereka temukan adalah Naomi yang berlari di sepanjang jalan. Gadis itu ada di rumah sakit sekarang, mengalami luka ringan, tetapi dia bersaksi seseorang membawa Daniel. Yah, setidaknya kami tahu serigala lah yang dia maksud.Luc datang ketika kami sampai di mobil. Dia segera memerintah.“Tetaplah di tempatmu, pastikan tidak ada kekacauan lebih buruk di kota dan kami akan menyelamatkan anakmu,” perintahnya dengan gelombang pengaruh yang membuatku tercekik. Sheriff S

DMCA.com Protection Status