Share

BAB 27

last update Last Updated: 2025-04-28 13:47:56

Pagi harinya ia dibuat linglung dengan semuanya.

"Elena!"

Suara Grace yang lantang dan tiba-tiba menggema di ruangan, memecah keheningan yang sejak tadi membungkus Elena dalam lamunannya yang begitu dalam. Sejak ia meninggalkan rumah hingga kini duduk di kursinya di kantor, pikirannya tak pernah benar-benar berada di dunia nyata. Ia tenggelam dalam pusaran pikirannya sendiri, membiarkan kesadarannya melayang entah ke mana, terhanyut oleh sesuatu yang tak bisa ia abaikan begitu saja.

Panggilan Grace yang mendadak itu membuatnya tersentak, tubuhnya sedikit menegang sebelum akhirnya ia menoleh dengan cepat ke arah sumber suara. Matanya yang sedari tadi tampak kosong dan tak bernyawa kini memancarkan keterkejutan yang begitu jelas, seolah-olah baru saja ditarik kembali ke dunia nyata dari alam pikirannya yang kacau.

Di hadapannya, Grace berdiri dengan tangan terlipat di dada, sorot matanya memancarkan ekspresi yang merupakan perpaduan antara kekhawatiran dan sedikit kekesalan. Wajahnya ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 28

    Sambil perlahan mengaduk kopi dalam cangkir porselennya, Elena menatap cairan hitam pekat itu dengan tatapan kosong, seolah mencoba menemukan jawaban yang tak kunjung datang di dalam pusaran cairan yang berputar perlahan.Aroma kopi yang biasanya mampu memberikan ketenangan dan sedikit hiburan di tengah kepenatan kini terasa berbeda—seakan tidak lagi cukup kuat untuk mengusir bayang-bayang Ren yang masih membayangi pikirannya, menyesakkan dadanya dengan beban yang sulit dijelaskan.Di sisi lain meja pantry, Grace memperhatikannya dengan saksama, menyandarkan tubuhnya pada counter dapur sambil menyilangkan tangan di depan dada, ekspresinya mencerminkan keingintahuan yang bercampur kekhawatiran.“Kau terlihat seperti seseorang yang baru saja mengalami sesuatu yang cukup mengguncang,” ujarnya pelan, nada suaranya hati-hati, seolah ingin memberi ruang bagi Elena untuk berbicara tanpa merasa terpaksa. “Apa terjadi sesuatu yang buruk saat kau berada di Grasse?”Elena masih menatap kopi di t

    Last Updated : 2025-04-28
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 29

    Saat tiba di depan pintu ruang kerja Mr. Caiden, Elena berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sebelum akhirnya mengangkat tangannya dan mengetuk pintu dengan tiga ketukan tegas. Ia tahu bahwa pertemuan ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap ringan, dan ia harus mempersiapkan dirinya untuk apa pun yang akan terjadi selanjutnya."Masuk," terdengar suara berat dari dalam ruangan, tegas namun tanpa nada tergesa-gesa, seperti seseorang yang sudah terbiasa memegang kendali atas setiap situasi.Tanpa ragu, Elena meraih gagang pintu, membukanya perlahan, lalu melangkah masuk ke dalam ruangan yang langsung disambut oleh aroma khas kayu cendana yang menyebar halus di udara. Aroma itu memberikan kesan tenang namun tetap berwibawa, menciptakan atmosfer yang mencerminkan karakter pemilik ruangan—kuat, terstruktur, dan penuh perhitungan.Di balik meja besar berlapis kaca yang tertata rapi tanpa satu pun dokumen berserakan, duduklah Mr. Caiden dengan posturnya yang te

    Last Updated : 2025-04-29
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 30

    Masa kini, lima bulan kemudian. Musim panas. Ottawa, Kanada.Sesampainya di Bandara Internasional Ottawa Macdonald–Cartier, Elena melangkah keluar dari area kedatangan dengan langkah mantap, meskipun tubuhnya masih terasa sedikit kaku setelah penerbangan panjang. Udara bandara yang sejuk langsung menyambutnya, membawa aroma khas campuran kopi, logam pesawat, dan kesibukan manusia yang berlalu-lalang di sekitarnya.Matanya langsung menyapu kerumunan, mencari sosok yang seharusnya menjemputnya. Ia sudah diberitahu sebelumnya bahwa seseorang dari tim akan datang untuk mengantarnya ke tempat tinggal sementaranya di Ottawa. Namun, sejauh matanya memandang, tak ada satu pun wajah yang tampak familiar.“Miss Elena Hadley?”Dari arah belakangnya seorang wanita muda seusianya, mengenakan pakaian kerja formal dengan bingkai kacamata perak yang bertengger di hidungnya, melangkah mendekat dengan ekspresi profesional. Suaranya terdengar jelas meskipun kebisingan bandara masih ramai di sekitar me

    Last Updated : 2025-04-29
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 1

    Malam terasa menusuk dengan dinginnya, tapi tidak bagi dua insan yang kini tengah terperangkap dalam kehangatan penuh gairah di dalam sebuah ruangan yang didominasi warna putih. Dinding putih, sprei kasur putih, hingga perabotan yang semuanya bewarna seragam menciptakan nuansa steril yang justru kontras dengan panas yang mulai membakar di antara mereka. Di atas ranjang, tubuh mereka saling melekat erat, napas memburu, dan kulit yang semakin lembab oleh keringat. Aroma hasrat memenuhi udara. Jari-jari mencengkeram erat, tubuh bergetar dalam irama yang semakin menggila. “Ahh...” erangan panjang meluncur dari bibir Elena Hadley, tubuhnya melengkung, dan matanya setengah terbuka dengan pandangan kabur oleh kenikmatan yang tak tertahankan. Pria di bawahnya, yang bertubuh kokoh selayaknya mahakarya pahatan patung yang sempurna, bergerak tanpa ampun. Ketebalan dan panjang penisnya yang luar biasa memenuhi dirinya dengan cara yang begitu menyesakkan, mendominasi ruang sempitnya dengan pa

    Last Updated : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 2

    Flashback, lima bulan yang lalu. Musim dingin. Ottawa, Kanada Elena Hadley duduk tegak di kursinya. Tangannya dengan lembut menggenggam sebuah botol kecil berisi cairan bening yang memancarkan aroma segar dan elegan. Wajahnya memancarkan ketenangan dan keyakinan saat ia menatap Mrs. Davis, seorang wanita dengan penampilan anggun dan profesional, yang duduk di seberangnya. “Terima kasih atas kepercayaan Anda terhadap perusahaan kami, Mrs. Davis. Saya berjanji akan mengolah bibit parfum ini menjadi sesuatu yang tidak hanya mewah, tetapi juga menyegarkan dan memiliki ciri khas tersendiri bagi para konsumen,” ucap Elena dengan tulus, suaranya penuh keyakinan. Mrs. Davis tersenyum tipis, menyilangkan jemarinya di atas meja sambil mengangguk pelan. “Saya pun menantikan hasil akhirnya, Miss Hadley. Saya sangat yakin bahwa bibit parfum dari perusahaan kami memiliki keunggulan dan nilai eksklusif yang tak tertandingi,” jawabnya dengan nada percaya diri. Sejenak, suasana di dalam ruang

    Last Updated : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 3

    Udara pagi di Ottawa terasa segar, dingin, dan penuh semangat. Cahaya matahari musim dingin yang samar memantul di atas salju yang menutupi trotoar, menciptakan suasana yang hampir magis. Di dalam kamar hotelnya, Elena telah bersiap-siap untuk menikmati hari yang sudah lama ingin ia rasakan kembali—hari tanpa pekerjaan, tanpa tekanan, hanya dirinya sendiri dan kesenangan sederhana menikmati festival musim dingin terbesar di kota ini, Winterlude.Ia melilitkan syal hangat di lehernya, memastikan jaket tebalnya telah menutup tubuhnya dengan sempurna. Rambut merahnya sengaja ia biarkan terurai agar lehernya tetap hangat, sementara topi dan penutup telinga menambah perlindungan dari angin dingin yang berembus. Sepasang sarung tangan tebal ia kenakan sebelum mengambil tas kecilnya dan memeriksa bahwa semua yang ia butuhkan sudah dibawa."Oke, ini sudah cukup hangat. Karena aku akan berada di luar seharian, jadi lebih baik tidak kedinginan," gumamnya sambil memeriksa dirinya sekali lagi.

    Last Updated : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 4

    Elena terbangun dengan tubuh yang terasa pegal dan nyeri di hampir setiap sendinya. Ia mengerang pelan, mencoba menggerakkan bahunya yang kaku akibat berjalan terlalu lama di udara dingin semalam. “Lelahnya… kenapa aku bisa se-nekat itu untuk mengejarnya,” gumamnya sambil mengelus tengkuknya yang tegang. Setelah berjam-jam mengitari daerah Rideau Canal demi mencari pria misterius beraroma musim panas itu, ia akhirnya harus menerima kenyataan bahwa usahanya sia-sia. Pria itu tetap tidak ditemukan. Dengan berat hati, Elena duduk di tepi ranjang, menekan pelipisnya yang sedikit berdenyut. Dingin yang menusuk semalam tampaknya juga meninggalkan efek menggigil pada tubuhnya. Ia melirik jam di meja samping tempat tidur—pukul 06:30 pagi. Masih terlalu pagi untuk seseorang yang baru saja mengalami pencarian panjang yang tak membuahkan hasil. Namun, hari ini ia tidak bisa berlama-lama berbaring. “Ayo bangun, Elena! Kamu bukan liburan di sini!” ucapnya pada diri sendiri sambil menar

    Last Updated : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 5

    Elena masih terpaku di depan lukisan itu, matanya menelusuri setiap detail sapuan kuas yang begitu halus, menciptakan ilusi tekstur kelopak lavender yang seakan-akan bisa ia sentuh. Aroma yang menguar dari kanvas semakin membuatnya tenggelam dalam suasana, membangkitkan kenangan yang selama ini terkubur di sudut pikirannya. Ia menoleh ke arah Mr. Daniel, yang masih mengamatinya dengan ekspresi penuh kepuasan. “Teknologi seperti apa yang memungkinkan untuk membuat lukisan bisa seperti ini?” tanyanya, suaranya penuh kekaguman sekaligus rasa ingin tahu. Mr. Daniel menyilangkan tangannya di depan dada. “Mr. Rain—pelukis gambar ini, mengembangkan teknik mikroenkapsulasi aroma yang dapat dilepaskan saat ada perubahan suhu atau ketika seseorang bergerak mendekat. Partikel wewangian ini ditanamkan ke dalam pigmen cat khusus yang digunakan oleh para seniman. Hasilnya, lukisan ini tidak hanya berbicara melalui warna dan bentuk, tetapi juga melalui aroma yang membangkitkan emosi dan ingata

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 30

    Masa kini, lima bulan kemudian. Musim panas. Ottawa, Kanada.Sesampainya di Bandara Internasional Ottawa Macdonald–Cartier, Elena melangkah keluar dari area kedatangan dengan langkah mantap, meskipun tubuhnya masih terasa sedikit kaku setelah penerbangan panjang. Udara bandara yang sejuk langsung menyambutnya, membawa aroma khas campuran kopi, logam pesawat, dan kesibukan manusia yang berlalu-lalang di sekitarnya.Matanya langsung menyapu kerumunan, mencari sosok yang seharusnya menjemputnya. Ia sudah diberitahu sebelumnya bahwa seseorang dari tim akan datang untuk mengantarnya ke tempat tinggal sementaranya di Ottawa. Namun, sejauh matanya memandang, tak ada satu pun wajah yang tampak familiar.“Miss Elena Hadley?”Dari arah belakangnya seorang wanita muda seusianya, mengenakan pakaian kerja formal dengan bingkai kacamata perak yang bertengger di hidungnya, melangkah mendekat dengan ekspresi profesional. Suaranya terdengar jelas meskipun kebisingan bandara masih ramai di sekitar me

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 29

    Saat tiba di depan pintu ruang kerja Mr. Caiden, Elena berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sebelum akhirnya mengangkat tangannya dan mengetuk pintu dengan tiga ketukan tegas. Ia tahu bahwa pertemuan ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap ringan, dan ia harus mempersiapkan dirinya untuk apa pun yang akan terjadi selanjutnya."Masuk," terdengar suara berat dari dalam ruangan, tegas namun tanpa nada tergesa-gesa, seperti seseorang yang sudah terbiasa memegang kendali atas setiap situasi.Tanpa ragu, Elena meraih gagang pintu, membukanya perlahan, lalu melangkah masuk ke dalam ruangan yang langsung disambut oleh aroma khas kayu cendana yang menyebar halus di udara. Aroma itu memberikan kesan tenang namun tetap berwibawa, menciptakan atmosfer yang mencerminkan karakter pemilik ruangan—kuat, terstruktur, dan penuh perhitungan.Di balik meja besar berlapis kaca yang tertata rapi tanpa satu pun dokumen berserakan, duduklah Mr. Caiden dengan posturnya yang te

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 28

    Sambil perlahan mengaduk kopi dalam cangkir porselennya, Elena menatap cairan hitam pekat itu dengan tatapan kosong, seolah mencoba menemukan jawaban yang tak kunjung datang di dalam pusaran cairan yang berputar perlahan.Aroma kopi yang biasanya mampu memberikan ketenangan dan sedikit hiburan di tengah kepenatan kini terasa berbeda—seakan tidak lagi cukup kuat untuk mengusir bayang-bayang Ren yang masih membayangi pikirannya, menyesakkan dadanya dengan beban yang sulit dijelaskan.Di sisi lain meja pantry, Grace memperhatikannya dengan saksama, menyandarkan tubuhnya pada counter dapur sambil menyilangkan tangan di depan dada, ekspresinya mencerminkan keingintahuan yang bercampur kekhawatiran.“Kau terlihat seperti seseorang yang baru saja mengalami sesuatu yang cukup mengguncang,” ujarnya pelan, nada suaranya hati-hati, seolah ingin memberi ruang bagi Elena untuk berbicara tanpa merasa terpaksa. “Apa terjadi sesuatu yang buruk saat kau berada di Grasse?”Elena masih menatap kopi di t

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 27

    Pagi harinya ia dibuat linglung dengan semuanya."Elena!"Suara Grace yang lantang dan tiba-tiba menggema di ruangan, memecah keheningan yang sejak tadi membungkus Elena dalam lamunannya yang begitu dalam. Sejak ia meninggalkan rumah hingga kini duduk di kursinya di kantor, pikirannya tak pernah benar-benar berada di dunia nyata. Ia tenggelam dalam pusaran pikirannya sendiri, membiarkan kesadarannya melayang entah ke mana, terhanyut oleh sesuatu yang tak bisa ia abaikan begitu saja.Panggilan Grace yang mendadak itu membuatnya tersentak, tubuhnya sedikit menegang sebelum akhirnya ia menoleh dengan cepat ke arah sumber suara. Matanya yang sedari tadi tampak kosong dan tak bernyawa kini memancarkan keterkejutan yang begitu jelas, seolah-olah baru saja ditarik kembali ke dunia nyata dari alam pikirannya yang kacau.Di hadapannya, Grace berdiri dengan tangan terlipat di dada, sorot matanya memancarkan ekspresi yang merupakan perpaduan antara kekhawatiran dan sedikit kekesalan. Wajahnya ta

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 26

    Suara tamparan basah yang saling bertubrukan akibat daging mereka menempel satu sama lain tanpa henti, seolah-olah mereka kelaparan, saling bergesekan dengan suara basah yang menggoda. Setiap kali batang tebal Ren menusuk melalui lubang sempit Elena, cairan kenikmatan yang bercampur dengan pre-cum dan pelumas alami milik Elena mengalir turun, membasahi paha bagian dalamnya, berkilauan di bawah cahaya lampu. Elena mendesah, merasakan kejantanan Ren memompa keluar masuk dari dirinya dengan kecepatan yang memabukkan. Kecepatan permainan Ren sangat cepat sehingga pikirannya tidak dapat mengejarnya, tubuhnya hanya bisa pasrah menerima setiap tusukan yang membuatnya menjerit tertahan. “Wah, ahh, Ren, pelan-pelan saja!” Elena menggelengkan kepalanya dan memohon dengan perasaan yang berkelebat di depannya, memohon agar Ren memperlambat gerakannya, memberinya waktu untuk bernapas, untuk menikmati setiap sensasi yang luar biasa. Namun Ren tidak mendengarkan bujukannya, hasratnya yang m

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 25

    Elena terkejut ketika benda keras dan tebal itu mencapai bagian dalam dirinya yang terdalam, bagian yang tidak bisa dijangkau oleh tangannya sendiri, bagian yang hanya bisa dimasuki oleh kejantanan seorang pria. Ia merasakan sensasi penuh dan panas yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, seperti kejantanan Ren meregangkan dinding vaginanya, mengisi setiap inci dirinya dengan kenikmatan yang menyakitkan. Ia menggeliat, merasakan gelombang hasrat membanjiri dirinya, membuatnya mendesah tertahan. Elena mencengkeram sprei dengan erat, merasakan kuku-kukunya memutih, menahan desahan yang hampir berubah menjadi teriakan, rasa sakit yang bercampur dengan kenikmatan yang tak tertahankan. Rasa sakit ini terasa begitu nyata, seperti ia melakukannya dalam kenyataan, bukan dalam mimpi, seperti kejantanan Ren benar-benar menusuk masuk ke dalam dirinya, mengisi dirinya dengan kehangatan dan kelembutan. “Uh....terlalu besar...” Rintih Elena. “Santai saja, kau terlalu tegang sekarang.” Ren t

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 24

    Ren terus menggerakkan jari-jarinya, memberikan sentuhan-sentuhan terakhir yang memabukkan, memastikan Elena mencapai puncak kenikmatannya yang mengguncang jiwa. Dinding vagina Elena mencengkeram jari-jari Ren dengan erat, denyutannya yang kuat dan panas, merasakan cairan kenikmatan membasahi jari-jarinya, bukti bahwa Elena telah mencapai puncaknya yang memekakkan telinga. “Mmmmgh...” Elena menjerit tertahan, tubuhnya melengkung ke atas, merasakan gelombang kenikmatan yang luar biasa membanjiri dirinya. Cairan kenikmatan Elena mengalir semakin deras, membasahi jari-jari Ren dan sebagian paha Elena, bukti nyata dari kenikmatan yang telah mereka berdua capai. Ren tersenyum puas, melihat Elena yang terengah-engah, wajahnya memerah, dan matanya yang sayu penuh kenikmatan. Ren menarik jari-jarinya keluar dari dalam Elena dengan perlahan, melepaskan cengkeraman ketat dari dinding vaginanya yang basah dan berdenyut. Dia menatap Elena dengan senyum puas, melihat wajahnya yang memerah d

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 23

    Elena terbangun dengan merasakan sensasi aneh di bagian bawah tubuhnya. Dengan mata yang perlahan terbuka, ia menyesuaikan pandangannya dengan cahaya remang-remang lampu tidur di ruangan itu. Ia mendapati dirinya kembali terperangkap dalam mimpi yang terasa begitu nyata, mimpi di mana sensasi aneh itu kembali menyerangnya. Penasaran, Elena menarik selimut yang menutupi tubuhnya, dan pemandangan di hadapannya membuatnya terkejut bukan main. Ren, dengan kepala tertunduk, menyibak celana dalamnya ke samping dan menjilati bagian kewanitaannya dengan penuh perhatian. "Ugh! Ren... Apa-apaan ini?!" seru Elena, suaranya bercampur antara keterkejutan dan rasa menggelitik yang ia rasakan di tubuh bagian bawahnya. Ia tidak menyangka akan mendapati Ren melakukan hal seperti itu, bahkan dalam mimpinya sekalipun. Wajahnya memerah, antara malu dan bingung, tidak tahu bagaimana harus bereaksi terhadap situasi yang tidak terduga ini. Ren mengalihkan pandangannya dari tindakannya yang sedang meng

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 22

    Langit pagi hari di kota Paris masih kelabu, mencerminkan suasana hati Elena yang gelisah saat ia menyeruput kopi hitamnya di dekat jendela apartemen. Hujan gerimis yang turun sejak semalam belum juga reda, menciptakan irama monoton di atas atap-atap bangunan dan jalanan berbatu yang basah, membentuk genangan kecil di sudut-sudut trotoar. Biasanya, suara hujan seperti ini memberikan ketenangan tersendiri bagi Elena, membantunya berpikir dengan jernih, bahkan terkadang membawanya ke dalam nostalgia yang lembut. Namun, tidak kali ini. Ada sesuatu yang membuatnya resah, sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak tadi malam—sesuatu yang lebih dari sekadar kelelahan akibat perjalanan panjang yang baru saja ia tempuh dari Grasse, kota parfum yang penuh kenangan dan intrik. Ren. Nama itu berputar di benaknya, menghantui pikirannya seperti bayangan yang enggan pergi. Ia tidak tahu bagaimana caranya agar bisa kembali memimpikan pria itu, seolah ada mekanisme tak terlihat yang mengatur ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status