Share

GELISAH

Author: Yuzee Nadnad
last update Last Updated: 2021-05-23 17:31:36

Aku tak bisa berhenti memikirkan Sky di luar sana, bertemu dengan kekasihnya. Membayangkan mereka berdua bersenda gurau saja, kepala ini rasanya ingin meledak. Raga ini disini, memeluk bass dan membetotnya dengan sekuat tenaga, tapi perasaan ini terus terbang entah kemana-mana.

Terlintas di benakku, senyum Sky saat sedang berbicara, lalu pikiran ini berselancar hingga ke arah jurang kotor yang tak semestinya. Mereka melakukan hal di luar kendali. Hingga pada akhirnya, aku mulai tak berkonsentrasi dengan permainan bass ini.

Lang!” Bentak Rey.

Sorry ...,” ucapku.

Iya, ngga apa-apa. Kita maklum kalau lu masih banyak salah. Tapi kayanya lu ngga konsen. Lagi mikirin apa sih?” tanya Rey lagi dengan wajah penasarannya.

Ngga, ngga! Lagi ngga mikirin apa-apa koq. Gue belum terbiasa aja sama senar bass. Lebih gede-gede dari senar gitar soalnya.” Aku berbohong, lalu segera melepas bass yang aku pakai daritadi. “Sisa lima menit lagi kan waktu latihan kita? Udahan dulu aja gimana? Daripada maksain terus, tapi guenya ngga konsen, mending udahan aja. Besok kalau emang mau latihan lagi, ngga apa-apa deh.”

Jujur, sebenarnya aku ingin segera pulang ke rumah demi menenangkan diri. Dalam keadaan perasaan seperti ini, rasanya kamar adalah tempat terbaik. Sekedar mendengarkan musik lewat headphone lalu berbaring di atas kasur, itu adalah cara yang ampuh untuk sekedar mengembalikan mood atau mengembalikan pikiran positifku.

Oke! Besok kita latihan di jam segini aja lagi yah?” Rangga meletakkan gitarnya ke stand. Lalu berjalan menghampiriku.

Ini kali pertama aku bertemu dalam waktu yang agak lama. Sebelumnya kami hanya sekedar berpapasan di koridor sekolah. Dia terlihat lebih ramah dari saat-saat sebelumnya, setelah kini dia tepat berdiri di sampingku, dia lalu merngkulku bahuku erat. Lalu berbisik.

Kejar bro ..., jangan sampai lepas.”

Aku sontak menatapnya, dia malah tersenyum sambil melepas rangkulannya. Ternyata gelagatku begitu ketara, sehingga dia mampu menebak kegelisahan ini.

Mau nongkrong dulu ngga nih?” tanya Rey.

Sorry, gue skip dulu ya? Ada urusan, kudu buru-buru pulang.” Aku langsung merapikan ranselku yang tergeletak di karpet studio.

Titi DJ Lang!” Rangga melambai padaku sembari memberikan senyuman meledek. Aku menimpuknya dengan ransel yang masih aku pegang.

Gue balik yah?” Kataku seraya meninggalkan mereka.

*****

Lagu milik Band MCR(My Chemical Romance) serasa menggema di kepalaku. Pintu kamar sudah ku tutup rapat-rapat, agar siapapun tak bisa masuk mengganggu. Sekali lagi ku lirik angka yang menunjukan jam setengah enam sore di layar ponsel. Sebentar lagi Maghrib, harusnya dia sudah berada di rumah sekarang.

Perlahan aku mengecilkan volume lagu yang sedang mengalun kencang ini. Lalu melepas headphone dan meletakkannya di atas kasur. Bangkit dan terdiam, memandang nanar ke arah pintu kamar. Aku ingin turun sekarang, mengambil telepon tanpa kabel yang biasa. Membawanya ke dalam kamar, lalu segera menelpon Sky.

Segera aku membuka pintu kamar, lalu turun ke bawah. Ku dapati kak Hana sedang memakai telepon itu. Sedikit kecewa, tapi aku memutuskan ke kamar mandi lalu berwudu. Adzan magrib hampir berkumandang sesaat lagi. Ada baiknya jika aku menunggu di Mushalla rumah ini.

Tumben banget udah duluan disini!”

Suara itu mengagetkanku, entah sejak kapan kak Hana berada di syaf belakang, lengkap dengan mukena berwarna pinknya. Aku tak menanggapi sindiran darinya. Kembali fokus pada ponsel yang memang daritadi aku tatap.

Tak berapa lama kemudaian adzan berkumandang, seluruh anggota keluarga ini berkumpul semuanya disini, menunaikan kewajiban, lalu kembali ke kegiatan masing-masing. Termasuk aku, yang buru-buru membawa telepon nirkabel itu ke dalam kamar.

Nada sambung ini terdengar begitu datar saat ini. Sky masih belum mengangkat ponselnya. Aku mencoba positf thinking, barangkali dia sedang shalat juga sekarang. Ku letakkan telepon itu di atas meja belajar, lalu beralih ke ponsel di atas kasur. Ku putuskan untuk mengirim chat saja.

[lu udah di rumah?]

ketikku.

Tiga menit berlalu, dia belum membalas chat dariku. Perasaanku mulai tak karuan. Bahkan aku tak bisa berkonsentrasi saat ingin mengulang pelajaran dari sekolah. Sudah setengah jam berlalu, dia masih belum membalas chat itu.

DOK! DOK! DOK!

Seseorang mengetuk pintu kamar, aku tak menggubrisnya.

Lang, Mama suruh makan dulu tuh, biar Mama ngga dua kali ngeberesin meja,” suara kak Hana.

Iya!” Aku bangkit, lalu membuka pintu. “Lima menit lagi gue turun.”

Oke!” Dia berlalu.

Aku kembali menutup pintu, lalu meraih telepon nirkabel yang tergeletak, menekan tombol redial. Mencoba meneleponnya sekali lagi. Masih tak ada jawaban. Aku menyerah akhirnya, turun ke bawah menjadi solusi paling tepat saat ini.

*****


Lang! Ntar jam tiga ya!” Rey merangkulku saat aku sedang tak fokus berjalan sendirian di koridor.

Hah?” aku tetap tak fokus walau di berhasil mengagetkanku. “Heeh ...”

Rey berlalu sembari menyapa temannya yang lain. Sementara aku masih tetap sibuk dengan pikiranku yang tak karuan.

SEMUA SISWA DAN SISWI DI HARAP BERKUMPUL DI LAPANGAN UPACARA!

Himbauan itu terdengar dari pengeras suara. Aku mempercepat langkah menuju kelas, meletakkan ransel di atas meja, lalu bergegas menuju lapangan. Beberapa anak terlihat berlari, ada yang saling merangkul dan bersenda gurau. Semetara aku masih terpaku pada pikiranku tentang Sky.

Weits! Yang kemaren pacaran sampe malem!” suara itu terdengar dari balik punggungku. Sontak aku menoleh.

Tiga orang kakak kelas yang salah satunya aku tau tapi tak kenal. Ya, dia Kaze. Wajahnya tampak sumringah mendengar ocehan temannya barusan. Jelas merka sedang membahas Sky saat ini. Mereka bertiga menyalip langkahku. Dadaku mendadak penuh sesak.

Dapet? Dapet ngga?” Masih keluar dari mulut orang yang sama, salah satu temannya yang daritadi merangkulnya.

Ntah apa yang mereka bahas, tapi pikiranku jelas makin kacau sekarang.


Related chapters

  • Antara Langit, Awan dan Udara   SAINGAN?

    Sesuai intruksi dari Kepala Sekolah, seluruh siswa berkumpul di Lapangan upacara. Walau sebenarnya pasti ada beberapa siswa yang tak taat pada instruksi, tetap tak bergerak diari tempat persembunyiannya di Kantin sekolah. Aku yang biasanya selalu memilih untuk berdiri di barisan paling belakang, hari ini memutuskan untuk berdiri di deretan paling depan. Alasannya karena, sepele sebenarnya, karena Kaze ku lihat berdiri di deretan paling depan tepat di seberang sana. Berdiri tegak, terkesan menantangku

    Last Updated : 2021-05-24
  • Antara Langit, Awan dan Udara   PERTEMUAN DENGANNYA

    Seperti pagi-pagi lainnya, aku terbangun tepat pada pukul 5 pagi. Membuka jendela kamar, lalu segera melakukan semua kewajibanku.Namaku Langit, Langit Bumantara. Yang berarti angin di langit yang luas. Aku tak mengerti, mengapa orang tuaku memberi aku nama itu. Tapi yang jelas aku suka dengan nama itu.Aku di lahirkan di tengah-tengah keluarga yang cukup berada. Mempunyai seorang kakak dan adik perempuan. Aku adalah anak lelaki satu-satunya. Jadi secara tidak langsung aku adalah anak yang paling di harapkan menjadi penerus keluarga ini.Kakakku hanya berbeda umur setahun denganku. Bernama Hana Rasina dan adikku yang berjarak lumayan jauh dariku dan kak Hana. Jarak kami berdua sekitar 7 tahun. Dia bernama Raline Sahila. Aku dan adikku tak cukup dekat. Karena jarak umur tadi.Setelah mandi dan mengenakan seragam sekolah, aku bergegas turun ke bawah untuk sarapan bersama keluargaku di lantai bawah.Papaku yang bekerja sebagai pemilik perusahaan kecil

    Last Updated : 2021-05-02
  • Antara Langit, Awan dan Udara   TINDAKAN TAK RASIONAL

    “Gue Langit, Langit Bumantara.” Kataku.“Wah! Aku langit, kamu langit. Kebetulan banget yah?” Serunya.“Eh, Iya!” Ucapku canggung. Tapi dia malah tiba-tiba langsung duduk di sampingku.Aku menatapnya canggung. Lalu saat dia balas menatap, aku langsung tertunduk lesu.“Disini ngga pake formulir pendaftaran segala. Langsung ketemu sama gurunya yang keren. Udah deh, langsung belajar. Soal pembayaran, ngga ribet. Cuma seikhlasnya kita aja. Ngga di patokin.” Dia terus berceloteh dengan santai.Aku masih berusaha santai juga. Sesekali meliriknya, yang berbicara sambil melihat ke arahku.“Tapi lu bisa main gitar kan?” Tanyanya lagi.“Bisa,” Jawabku singkat.“Punya band?”“Belum, ini baru di ajakin. Makanya mau belajar dulu.” Aku mulai nyaman dengan gadis bawel ini.“Lu sekolah dimana?”“Hah? Oh, SMA Persada 5. Kamu?” Aku mulai bisa balas menatapnya.“Wah! Sekolah paling favorit, gue langsung minder. Gue di SMA Mutiara.

    Last Updated : 2021-05-05
  • Antara Langit, Awan dan Udara   KAZE(UDARA)

    “Sky Evelyn …,” gumamku sambil menulis nama itu di kolom pencarian salah satu sosial media. Sayang, dia mengunci akun miliknya. Jadi aku tak bisa mendapatakan banyak informasi dari sana. Aku coba membuka sosial media yang lain, berharap bisa menemukannya disana. Nihil, tak ada yang bisa ku temukan.

    Last Updated : 2021-05-06
  • Antara Langit, Awan dan Udara   APA BERLEBIHAN?

    Dia teman sekelas kakakku. Cowok dengan postur proposional, berkulit putih bersih, dengan rambut tebal. Seperti namanya, sepertinya dia memang keturunan Jepang. Seperti Mamaku, yang keturunan Jepang juga.Kaze Haruto, dia berdiri di dekatku saat ini. Ku pandangi dia, dia tengah sibuk menatap poster yang terpajang di Mading itu. Tersenyum, jelas terlihat ada rasa bangga di tatapannya itu. Melihat pacarnya terpampang di poster dengan foto close up. Ya, Sky terlihat sempurna di poster itu.Dia, dia pacar Sky, cewek yang membuat jantungku berdegup tak menentu sejak kemarin. Pantas, dia terlihat sangat pantas berdiri di samping Sky. Tapi aku juga merasa sangat pantas berdiri di samping Sky juga. Mulai detik ini, aku memutuskan untuk bersaing dengan Kaze Haruto. Tanpa ku sadari, aku terus menatapnya saat ini. Ada perasaan membara di dalam dada. Yang tak bisa aku tepis sama sekali.“Hei? Lu adiknya Hana kan?” Pertanyaan itu membuat aku sedikit tersentak. Ka

    Last Updated : 2021-05-06
  • Antara Langit, Awan dan Udara   ORANG-ORANG DI SEKITARNYA

    [Gue jemput sekarang]Tulisku di layar ponsel, lalu mengirimkannya ke Sky. Seperti janji kami kemarin, kami akan berangkat kursus bersama.Dua puluh menit kemudian, aku tiba di depan Toko Teratai. Tampak Sky yang tengah duduk di depan Toko menungguku. Dia cantik dengan kaos berwarna lavender, rambutnya kali ini tidak di gerai begitu saja. Dia menata rambutnya dengan model ponytail. Dia melambai, lalu menghampiriku.Setengah perjalanan, kami hanya saling diam. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Aku juga bingung, harus membuka percakapan yang bagaimana. Lagipula kami pakai helm kan? Dia juga memberi jarak yang agak jauh, jadi aku tak yakin. Jika aku mengajaknya mengobrol, dia akan mendengar suaraku.Aku sengaja mengambil rute yang agak jauh, agar aku bisa sedikit mengulur waktu, untuk bisa lebih lama lagi dengannya. Aku merasakan sesuatu, Sky menggeser duduknya, lebih maju.“Koq lewat sini?” Dia tiba-ti

    Last Updated : 2021-05-06

Latest chapter

  • Antara Langit, Awan dan Udara   SAINGAN?

    Sesuai intruksi dari Kepala Sekolah, seluruh siswa berkumpul di Lapangan upacara. Walau sebenarnya pasti ada beberapa siswa yang tak taat pada instruksi, tetap tak bergerak diari tempat persembunyiannya di Kantin sekolah. Aku yang biasanya selalu memilih untuk berdiri di barisan paling belakang, hari ini memutuskan untuk berdiri di deretan paling depan. Alasannya karena, sepele sebenarnya, karena Kaze ku lihat berdiri di deretan paling depan tepat di seberang sana. Berdiri tegak, terkesan menantangku

  • Antara Langit, Awan dan Udara   GELISAH

    Aku tak bisa berhenti memikirkan Sky di luar sana, bertemu dengan kekasihnya. Membayangkan mereka berdua bersenda gurau saja, kepala ini rasanya ingin meledak. Raga ini disini, memeluk bass dan membetotnya dengan sekuat tenaga, tapi perasaan ini terus terbang entah kemana-mana. Terlintas di benakku, senyum Sky saat sedang berbicara, lalu pikiran ini berselancar hingga ke arah jurang kotor yang tak semestinya. Mereka melakukan hal di luar kendali. Hingga pada akhirnya, aku mulai tak berkonsentrasi dengan permainan bass ini.

  • Antara Langit, Awan dan Udara   ORANG-ORANG DI SEKITARNYA

    [Gue jemput sekarang]Tulisku di layar ponsel, lalu mengirimkannya ke Sky. Seperti janji kami kemarin, kami akan berangkat kursus bersama.Dua puluh menit kemudian, aku tiba di depan Toko Teratai. Tampak Sky yang tengah duduk di depan Toko menungguku. Dia cantik dengan kaos berwarna lavender, rambutnya kali ini tidak di gerai begitu saja. Dia menata rambutnya dengan model ponytail. Dia melambai, lalu menghampiriku.Setengah perjalanan, kami hanya saling diam. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Aku juga bingung, harus membuka percakapan yang bagaimana. Lagipula kami pakai helm kan? Dia juga memberi jarak yang agak jauh, jadi aku tak yakin. Jika aku mengajaknya mengobrol, dia akan mendengar suaraku.Aku sengaja mengambil rute yang agak jauh, agar aku bisa sedikit mengulur waktu, untuk bisa lebih lama lagi dengannya. Aku merasakan sesuatu, Sky menggeser duduknya, lebih maju.“Koq lewat sini?” Dia tiba-ti

  • Antara Langit, Awan dan Udara   APA BERLEBIHAN?

    Dia teman sekelas kakakku. Cowok dengan postur proposional, berkulit putih bersih, dengan rambut tebal. Seperti namanya, sepertinya dia memang keturunan Jepang. Seperti Mamaku, yang keturunan Jepang juga.Kaze Haruto, dia berdiri di dekatku saat ini. Ku pandangi dia, dia tengah sibuk menatap poster yang terpajang di Mading itu. Tersenyum, jelas terlihat ada rasa bangga di tatapannya itu. Melihat pacarnya terpampang di poster dengan foto close up. Ya, Sky terlihat sempurna di poster itu.Dia, dia pacar Sky, cewek yang membuat jantungku berdegup tak menentu sejak kemarin. Pantas, dia terlihat sangat pantas berdiri di samping Sky. Tapi aku juga merasa sangat pantas berdiri di samping Sky juga. Mulai detik ini, aku memutuskan untuk bersaing dengan Kaze Haruto. Tanpa ku sadari, aku terus menatapnya saat ini. Ada perasaan membara di dalam dada. Yang tak bisa aku tepis sama sekali.“Hei? Lu adiknya Hana kan?” Pertanyaan itu membuat aku sedikit tersentak. Ka

  • Antara Langit, Awan dan Udara   KAZE(UDARA)

    “Sky Evelyn …,” gumamku sambil menulis nama itu di kolom pencarian salah satu sosial media. Sayang, dia mengunci akun miliknya. Jadi aku tak bisa mendapatakan banyak informasi dari sana. Aku coba membuka sosial media yang lain, berharap bisa menemukannya disana. Nihil, tak ada yang bisa ku temukan.

  • Antara Langit, Awan dan Udara   TINDAKAN TAK RASIONAL

    “Gue Langit, Langit Bumantara.” Kataku.“Wah! Aku langit, kamu langit. Kebetulan banget yah?” Serunya.“Eh, Iya!” Ucapku canggung. Tapi dia malah tiba-tiba langsung duduk di sampingku.Aku menatapnya canggung. Lalu saat dia balas menatap, aku langsung tertunduk lesu.“Disini ngga pake formulir pendaftaran segala. Langsung ketemu sama gurunya yang keren. Udah deh, langsung belajar. Soal pembayaran, ngga ribet. Cuma seikhlasnya kita aja. Ngga di patokin.” Dia terus berceloteh dengan santai.Aku masih berusaha santai juga. Sesekali meliriknya, yang berbicara sambil melihat ke arahku.“Tapi lu bisa main gitar kan?” Tanyanya lagi.“Bisa,” Jawabku singkat.“Punya band?”“Belum, ini baru di ajakin. Makanya mau belajar dulu.” Aku mulai nyaman dengan gadis bawel ini.“Lu sekolah dimana?”“Hah? Oh, SMA Persada 5. Kamu?” Aku mulai bisa balas menatapnya.“Wah! Sekolah paling favorit, gue langsung minder. Gue di SMA Mutiara.

  • Antara Langit, Awan dan Udara   PERTEMUAN DENGANNYA

    Seperti pagi-pagi lainnya, aku terbangun tepat pada pukul 5 pagi. Membuka jendela kamar, lalu segera melakukan semua kewajibanku.Namaku Langit, Langit Bumantara. Yang berarti angin di langit yang luas. Aku tak mengerti, mengapa orang tuaku memberi aku nama itu. Tapi yang jelas aku suka dengan nama itu.Aku di lahirkan di tengah-tengah keluarga yang cukup berada. Mempunyai seorang kakak dan adik perempuan. Aku adalah anak lelaki satu-satunya. Jadi secara tidak langsung aku adalah anak yang paling di harapkan menjadi penerus keluarga ini.Kakakku hanya berbeda umur setahun denganku. Bernama Hana Rasina dan adikku yang berjarak lumayan jauh dariku dan kak Hana. Jarak kami berdua sekitar 7 tahun. Dia bernama Raline Sahila. Aku dan adikku tak cukup dekat. Karena jarak umur tadi.Setelah mandi dan mengenakan seragam sekolah, aku bergegas turun ke bawah untuk sarapan bersama keluargaku di lantai bawah.Papaku yang bekerja sebagai pemilik perusahaan kecil

DMCA.com Protection Status