Share

116. Saya Bukan Perebut Pacar Orang

"Hallo, kita perlu bicara Ana!" Stanley berseru dengan sangat cepat. Napasnya terengah-engah.

"Iya, boleh. Tapi bolehkah malam hari aja, karena sekarang-"

"Sekarang. Aku perlunya kita bicara sekarang. Aku sudah di Jakarta. Aku ingin ketemu kamu sekarang,"

"Tapi aku lagi-"

"Sekarang Ana! Aku mohon! Atau aku akan menderita dan akan menjadi mayat hidup seumur hidup aku,"

"Ley, jangan ngomong gitu dong! Mulut kamu itu jangan suka berkata sembarangan,"

"Justru itu, makanya kita ketemuan sekarang. Bagikan lokasi kamu sekarang, aku akan ke sana. Please!"

"Oke. Tapi ... setelah aku tanya dengan Pak Nicho ya,"

"Apa kamu bilang barusan? Pak Nicho! Kamu ke Jakarta bareng Pak Nicho, atasan kamu itu?"

"I-iya. Maaf, kemarin aku belum sempat jelasin. Lalu, dari tadi pagi aku sudah harus ke kantor dan bantuin Pak Nicho. Jadinya, aku belum sempat jelasin ke kamu,"

"Aku nggak mau tahu alasannya. Bagikan lokasimu sekarang!"

"Iya."

"Kenapa Stanley jadi seram begini? Dia ke Jakarta? Aku nggak habis pikir,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status