Maya lekas membuka pintu hingga memperlihatkan sang kakak keduanya yang sudah berdiri di sana. Maya berusaha memasang wajah tenang, meski gemuruh di dadanya tak mau berhenti. Dalam hati dia meyakinkan diri berharap tidak ada yang mencurigakan dari penampilannya.
“Kakak?” sapa Maya dengan senyum tipisnya.
“Boleh masuk?”
Maya mengangguk. Ada kerutan samar di keningnya melihat Julian yang tampak tak biasa. Senyum pria itu bahkan terasa sangat dipaksakan. Maya makin bingung saat pria itu banyak diam dan hanya menghembuskan napas kasar.
“Kenapa, Kak?” tanya Maya lebih dulu. Mulai tidak sabar dengan keterdiaman sang kakak.
“Kamu kenal Mulan?” tanya Julian dengan nada rendahnya.
'Mulan lagi,' rutuk Maya dengan kekesalannya. Dia mulai sedikit curiga dengan sikap sang kakak. Dia memberikan anggukan kaku, menunggu maksud pertanyaan sang kakak. “Juan sempat menceritakan tentang dia.”<
“Tunggu!” teriak Juan yang sudah mencekal Mulan lebih dulu.Mulan yang sejak tadi berlari tak tentu arah, menghentikan kakinya dengan tubuh tegang. Dia kira sejak tadi yang mengejarnya adalah Alex, tapi kenapa malah Juan yang kini berdiri tegap di depannya. Ke mana perginya Alex?Mulan berusaha menarik lengannya yang masih dicekal Juan, tapi pria itu seakan tidak ingin melepaskannya dengan mudah.Juan malah makin mengeratkan cekalannya.“Lepas!” sentak Mulan dengan wajah marahnya.“Sebenarnya apa yang ada di pikiran kamu! Kamu tidak ingat sedang hamil, kenapa harus lari-larian,” omel Juan yang sejak tadi merasa khawatir. Padahal niatnya ingin berkata halus dan dan membujuk wanita itu, tapi tetap saja, rasa khawatir malah membuatnya kesal.Juan sudah menahan diri untuk tidak memeluk Mulan saat ini. Bagaimanapun, Juan tahu etikanya. Mulan pasti akan risih bila dirinya terlalu agresif.“Kamu baru saja se
Alex menemui Mulan, duduk berdampingan dengan wanita itu. Mereka masih di rumah sakit, tertahan karena Juan dan Joe yang terus mengintai keberadaan mereka. Seakan tidak membiarkan sesenti saja hilang dari pandangan. Dua bersaudara itu terus memaksa Mulan untuk tinggal dengan mereka, padahal Mulan pun sudah tegas menolak.Alex sudah ingin membawa Mulan ke apartemennya sendiri. Namun, bila berhadapan dengan dua pria dan pengawalnya yang lumayan banyak, tetap saja Alex mengalah. Dia hanya tidak ingin menimbulkan kericuhan“Maaf, ya, kamu juga terjebak di sini karena aku,” sesal Mulan, menatap Alex dengan rasa bersalahnya.Alex memberikan senyum menenangkan, mengusap surai hitam Mulan dengan lembut. Hal kecil yang tak luput dalam perhatian Juan. Alex tersenyum dalam hati. Memiliki kesenangan sendiri menggoda pria yang tampaknya sangat gengsian itu.“Jangan pikirkan itu. Aku tidak masalah di sini sama kamu,” katanya sok manis.Mu
Bruce menyelipkan sebatang rokok di sela jarinya. Menghisap nikotin itu sedalam-dalamnya, dan memainkan asapnya keluar perlahan dari mulut. Pikirannya sedang tidak tenang, dan beberapa batang nikotin mungkin bisa membantu menenangkan sarafnya.Pikirannya kembali melayang tentang Maya. Pada pertemuan mereka pertama kali dan bagaimana perasaannya terpikat pada wanita itu.Bruce yang saat itu baru menyelesaikan pendidikan militernya, mendapatkan tawaran dari Kriss sebagai pengawal pribadi pria itu. Bruce jelas menolak. Cita-citanya ingin menjadi prajurit negara, bukan malah melindungi sebuah keluarga dengan bisnis besarnya.Namun, saat tak sengaja Bruce melihat Kriss dengan putrinya pertama kali, saat itulah ada yang berdesir di dadanya. Wajahnya yang datar hanya menatap Maya dengan tajam. Merekam setiap sikap anggun dan tutur lembut yang mampu menggetarkan dadanya.Untuk pertama kalinya, Bruce melakukan sesuatu yang irasional. Dia menyetujui permintaan Kris
Setelah malam panjang yang berpeluh, Maya bangun lebih dulu dengan badan yang remuk. Kawanitaannya terasa lecet dan juga sedikit perih. Dia ingat bagaimana Bruce yang menggempurnya tanpa henti. Andai dirinya tidak pingsan karena kelelahan, mungkin lelaki itu pun tidak akan berhenti. Lelaki itu seperti hewan buas yang tak pernah puas memangsa buruannya.Maya menoleh ke samping dan menemukan Bruce yang masih terpejam. Keadaan lelaki itu tak beda jauh dengan dirinya yang telanjang. Wajahnya tampak damai dan polos. Beda saat terbangun yang lebih menyerupai iblis.Maya mendengkus melihat betapa berantakannya penampilan mereka. Mereka baru menyudahi kegiatan panas itu tiga jam yang lalu. Dan kini Maya merasa haus karena terlalu sering berteriak.Tiba-tiba semburat merah menjalar di pipinya. Maya merona mengingat bagaimana liarnya dia semalaman. Namun dia juga mengumpat dirinya ya
“Saya kira Anda akan terus sakit dan akhirnya mati,” sarkas Mulan saat melihat Kriss yang sudah berdiri tegap di depannya. Lelaki itu bahkan tampak bugar seperti sedia kala.Mulan berdecak kagum. Orang-orang yang memiliki uang dan kekuasaan memang sangat mudah mengendalikan semua hal. Padahal terakhir kali, anak buah Alex sudah memberikan racun yang cukup berbahaya. Namun bajingan itu tetap bisa lolos dari maut.Kriss tidak tersinggung sama sekali dengan sapaan sarkas putrinya. Dia masih mempertahankan senyum lebarnya. Suasana hatinya sangat bahagia saat ini. Bukan hanya karena dia sudah sembuh, tapi hari ini dia akan pulang dan berkumpul dengan keluarganya. Kakinya maju beberapa langkah dengan kedua tangan yang direntangkan lebar. Dia berniat memeluk Mulan, tapi respon sang anak membuatnya tersenyum kecut.Mulan mala
Alex memandang Mulan yang sejak tadi banyak diam. Sejak masuk ke dalam mobil, wanita itu tidak membuka suara sama sekali. Alex jadi ketar-ketir sendiri dengan keadaan wanita itu. Dia hanya tidak ingin Mulan terlalu bersedih dan berefek pada kandungannya.“Kamu nggak apa-apa?” tanya Alex hati-hati. Dia melirik sekilas sebelum kembali fokus pada kemudinya.Mulan menoleh dengan senyum sangat tipis. “Aku baik. Kenapa bertanya begitu?”“Tidak apa. Hanya saja wajahmu terlihat murung. Aku kira kamu menyesal karena menolak ajakan Kriss,” jawab Alex mengutarakan pemikirannya.Mulan terkekeh kecil. “Mana mungkin aku menyesal. Sudah aku bilang, aku tidak sudi tinggal dengan mereka.”“T
Juan membuka pintu kamar dengan pelan, berusaha agar tidak menimbulkan bunyi sedikit pun agar si empunya kamar tidak terbangun. Dengan pelan pula kakinya melangkah menghampiri ranjang dan duduk di sisi kosong. Tatapannya lekat pada wajah wanita yang tampak lelap dalam tidurnya. Sangat damai, seakan tidak ada beban yang ditanggung.Juan merapikan helai rambut yang menutupi wajah cantik itu. Mengamati setiap inci kecantikan yang terpampang di depannya.Bila ditelisik lebih dalam, meski Maya dan Mulan kembar, keduanya memiliki aura yang berbeda. Mulan lebih beraura kuat, sedangkan Maya lebih menenangkan. Juan merasa gila karena berpikir pernah bertemu Mulan sebelumnya. Aura wanita itu terasa tidak asing. Ada rasa nyaman yang tiba-tiba melingkupi hatinya.Namun Juan lekas menepis pikiran gilanya. Itu jelas hal mustahil. Dia tidak per
Keesokan paginya, seperti yang Juan katakan. Hari ini lelaki itu akan meminta restu keluarga untuk hubungan mereka. Maya bisa sedikit lega karena kedua kakaknya yang lain sudah tahu kondisi sebenarnya dan sudah jauh hari merestui hubungan mereka. Namun kali ini Maya akan berhadapan dengan sang ayah. Jujur saja dia tidak sanggup harus melihat sorot kecewa sang ayah nantinya. Dia sudah gagal menjadi seorang anak yang membanggakan.“Bersikaplah biasa,” bisik Juan yang melangkah berdampingan dengannya. Lelaki itu bahkan membantu Maya turun dari tangga dengan hati-hati. Seakan takut hal buruk terjadi pada kandungannya.Tiba di meja makan, Maya menatap penuh kerinduan pada lelaki paruh baya di depannya. Dia segera berlari, menghiraukan teguran ketiga kakaknya. Maya hanya ingin memeluk sang ayah dan meluapkan perasaannya..&