Siang ini Mulan tidak memiliki pekerjaan apa pun. Memangnya apa yang bisa dikerjakannya di sini? Dirinya sudah bak seorang ratu yang terus dilayani. Bila menginginkan sesuatu, tinggal meminta pada pelayan. Bahkan untuk mengerjakan pekerjaan hal kecil pun dilarang keras oleh Alex. Lelaki itu terlalu takut terjadi hal buruk pada kandungannya.
Mulan menggelengkan kepala pelan. Merasa lucu dengan perhatian berlebihan yang Alex berikan. Meski dalam hati, dia tak berhenti bersyukur. Kepedulian Alex membuat hatinya menghangat. Mulan merasa keberadaan lelaki itu sangat penting di masa sulitnya ini.
“Mulan, kamu sudah bersiap?”
Alex datang dan langsung duduk di sampingnya. Lelaki itu melonggarkan dasinya yang terasa mencekik, kemudian menggulung lengannya sampai siku.
“
“Kandungannya sehat. Sejauh ini janin berkembang dengan baik, tapi tetap saja Nyonya Mulan harus menjaga asupan makanan dan banyak beristirahat. Jangan terlalu banyak melakukan kegiatan berat agar tidak mudah lelah,” jelas sang dokter kandungan dengan suara ramahnya.Mulan mengangguk paham. Dia berkali-kali melirik Alex yang berada di sampingnya. Lelaki itu tidak sedikit pun meninggalkannya. Ikut melihat ke arah yang sama di mana satu titik tertera jelas di layar monitor.“Ini?” Alex menggantungkan kalimatnya. Dia tidak tahu harus berbicara apa. Yang jelas, dia merasakan perasaan hangat kala dokter menjelaskan itu adalah janin yang berkembang. Tatapan Alex kemudian berpaling pada Mulan, tatapannya tampak rumit.“Dia sehat,” beritahunya dengan suara serak.Mulan mengangguk, dengan rasa haru yang juga merayapi hatinya. “Dia akan selalu sehat dan tumbuh dengan baik,” balas Mulan dengan perasaan yang sulit
Setelah perbincangannya dengan Kriss, Juan memilih menghampiri Maya di kamarnya. Dia sudah mendapatkan izin dari sang ayah. Juan hanya ingin memastikan keadan wanita itu baik-baik saja. Tiba di depan kamar sang wanita, Juan langsung membuka pintu dengan hati-hati. Langkah kakinya masuk dengan pelan, hingga tatapannya menangkap Maya yang sedang duduk di depan meja riasnya.Sepertinya Maya sedang melamun karena wanita itu tidak menyadari kedatangannya. Maya baru sadar saat merasakan sebuah pelukan dari belakang. Dari pantulan cermin dia bisa melihat ternyata Juanlah pelakunya.Maya tersenyum lebar. Dia mengusap lengan lelaki itu dengan mesra. Rasanya dia senang bisa melihat Juan saat ini.“Bagaimana kabarmu?” tanya Juan, dengan kepala yang berada di ceruk leher sang kekasih. Menghirup dalam aroma sang wanita yang terasa menenangkan. Sesekali memberikan kecupan singkat di sana.Maya sebenarnya merasa geli, tapi dia membiarkan saja tingkah lelaki
Sejak tadi Alex mencari keberadaan Mulan hampir di setiap tempat, tapi wanita hamil itu belum juga kelihatan batang hidungnya. Alex hampir berteriak frutasi menyuruh para pelayan untuk ikut mencari, sebelum netranya menangkap sosok wanita yang duduk di gazebo dengan posisi membelakanginya.Tanpa sadar Alex menarik napas panjang, merasa kelegaan membajiri hatinya. Dia segara menghampiri wanita itu, berusaha tidak menimbulkan suara dan langsung duduk di sampingnya.Mulan yang merasakan kehadiran seseorang menoleh dengan ekspresi kagetnya. Bibirnya sampai terbuka sedikit dengan mata membola. “Alex?” pekiknya dengan nada tertahan. Alex malah memberikan senyum manis, tampak tak bersalah sudah membuat wanita itu hampir jantungan. “Sedang apa? Aku mencarimu sejak tadi.”“Untuk apa mencariku? Ada masalah?” Mulan malah bertanya balik dengan ekspresi bingungnya.Alex menggeleng pelan, “Hanya ingin saja.”
Julian melangkah lebar, mencari keberadaan Juan yang katanya berada di ruang kerja. Dengan sekali dorong, pintu terbuka kasar yang mengagetkan orang di dalam sana. Julian tidak perduli. Dia menghampiri Juan menggebrak meja dengan kasar. Tatapannya tampak membara pada sang kakak.Brak.“Apa-apaan kamu!” bentak Juan dengan tatapan nyalang pada adiknya itu. Dia berdiri dan saling berhadapan dengan sang adik.“Aku yang harusnya berkata demikian! Apa maksud kamu menyuruh orang untuk mencari Mulan, hah?”Juan mengerutkan keningnya dengan ekspresi bingung. “Kenapa kamu semarah ini hanya karena aku mencari Mulan?” tanyanya tak mengerti.“Jelas aku marah, sialan! Kamu tidak memikirkan perasaan Maya? Dia pasti sedih karena kamu mencari wanita lain, apalagi ini Mulan. Maya akan merasa tersisihkan karena keberadaan wanita itu.” Julian mengutakan semua pemikirannya dalam satu tarikan n
Setelah acara pengungkapan perasaan yang dilakukan Alex, tidak ada yang berubah. Semua berjalan seperti biasanya. Alex masih cukup perhatian dan peduli padanya. Bahkan lelaki itu semakin sering menanyakan keadaannya, memastikan dirinya dalam keadaan baik. Apalagi di trisemester pertama ini, Mulan sudah mulai merasakan mual dengan nafsu makan yang menurun drastis.Alex jelas yang paling khawatir. Mulan sampai merasa tak enak hati pada lelaki itu.“Kenapa kamu sangat baik?” Akhirnya Mulan bertanya juga. Dia memandang penasaran pada lelaki itu.Alex yang baru datang dengan nampan di kedua tangannya memilih tak menjawab dulu. Dia meletakkan nampan di atas nakas dan menyiapkan sarapan untuk wanita hamil itu. Memang pagi ini Mulan mengeluh sedang lemas dan tak ingin sarapan. Namun Alex bersikeras agar ada asupan yang masuk.“Kamu makan dulu, ya? Lima suap asal ada makanan yang masuk,” bujuk Alex yang memilih mengabaikan pertanyaan Mulan
Sejak tadi Mulan hanya memberikan tatapan datar dengan ekspresi kakunya. Dia bersikap apatis pada setiap perhatian yang berusaha Kriss berikan. Lelaki paruh baya itu jelas sangat senang melihat Mulan yang berdiri di depan pintu. Kriss menyambut keadatangan putrinya dengan senyum lebar, tapi saat tangannya merentang, ingin memeluk Mulan, maka dengan cepat wanita itu menghindar. Memberi gesture penolakan secara terang-terangan.Kriss tersenyum kecut. Namun masih berusaha kuat. Dia langsung mengumpulkan semua anggota keluarga yang lain di ruang tengah. Duduk dalam diam selama beberapa menit.“Bagaimana kabarmu, Sayang?” tanya Kriss dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya. Dia menatap teduh pada putri yang baru ditemukannya.Mulan berdecih pelan. Kedua tangannya yang bersidekap di depan dada semakin memberi kesan angkuh padanya. “Saya baik.”“Dad sangat senang kamu mau tinggal di sini.”“Tapi saya
Kini Mulan sudah berada di dalam kamar barunya. Dia langsung duduk di tepi ranjang dan menatap ponsel di tangannya. Tanpa membuang banyak waktu, dia segera menekan nomer yang sudah dihapalnya di luar kepala.Tak menunggu waktu lama, panggilan terhubung dan suara berat Alex terdengar di gendang telinganya.“Alex?” panggil Mulan dengan sediki ragu. Jujur saja dia takut karena pergi tanpa berpamitan. Bayangan kepanikan lelaki itu bermain-main di pikirannya.“Astaga, ini Mulan? Oh, thanks God. Kamu di mana sekarang? Kenapa pergi tidak bilang-bilang, huh? Sekarang kirim alamatmu, aku akan menjemputmu segera!” Suara Alex terdengar tergesa.Mulan memejamkan matanya rapat. Dia seakan bisa merasakan kecemasan lelaki itu. “Maaf, Alex. Tadi ada sedikit masalah, kamu tidak perlu khawatir.”“Sekarang kamu di mana?” Mulan menggigit bibirnya sendiri, merasa ragu untuk bercerita. “Aku
Malan ini Mulan keluar kamarnya dan menuju ke dapur. Tenggorokannya terasa haus dan tidak ada air minum di kamarnya. Dia mengamati situasi sekitar yang tampak sepi. Entah ke mana perginya orang-orang yang jelas dia tidak peduli. Mulan terus melangkah sampai tiba di dapur. Di sana ada beberapa pelayan yang tampaknya sedang menyiapkan makan malam. Memang dua jam ke depan akan berlangsung makan malam dan Mulan berencana melewatkannya. Dia tidak perlu terus berkumpul dengan mereka apalagi mengakrabkan diri. Tujuannya di sini hanya sampai Juan dan Maya menikah. Selebihnya, dia akan bersikap seperti orang asing.“Maaf, Nona butuh sesuatu?” tanya salah satu dari mereka dengan sopan.Mulan tersenyum tipis sebelum menjawab. “Aku hanya ingin mengambil air. Kalian bisa lanjutkan perkerjaannya.”Pelayan itu mengangguk patuh dan kembali melanjutkan kegiatan masing-masing. Sementara Mulan membuka lemari pendingin dan menuangkan air ke dalam gelasnya. D
Maya menatap minumannya dengan tatapan kosong. Tangannya menari di sekitar pinggiran gelas yang masih penuh. Baru seteguk, dan dia sudah merasa tidak berselera.Lagi, Maya beralih menatap sekitar, melihat hilir mudik orang-orang dengan koper besarnya. Suara mendayu resepsionis yang memberitahukan penerbangan menjadi pengisi suasana malam ini. Dirinya hanya duduk dan menikmati semua yang tertangkap matanya.Ya, Maya sudah membulatkan tekadnya untuk mengikuti Bruce ke Inggris. Selain untuk memulai hidup baru, tidak salahnya juga dia bersama pria itu. Sudah terbukti, hanya Bruce yang bisa menjaganya dan memberi rasa aman. Pria itu seakan menjamin sesuatu yang Maya cari; tempat berpulang.Keluarganya pun tidak ada yang melarang. Mereka seakan memasrahkan dirinya pada Bruce. Bahkan ayahnya berharap dirinya mau membuka hati segera. Kriss selalu menegaskan bahwa apa yang Bruce lakukan sejak dulu adalah ketulusan, bukti kesungguhan pria itu padanya. Maya hanya menjawab dengan senyuman kaku.D
Sedangkan di kamarnya, Mulan juga tak kalah sedih. Meski awalnya dia berusaha kuat, berpura-pura tidak peduli. Nyatanya dia sangat terpukul dengan kepergian Maya. Ada semacam beban di hatinya yang tidak terangkat, dan malah membuatnya terluka dari dalam. Bahkan mereka belum berbaikan. Mereka masih terlibat banyak masalah dan belum diselesaikan. Keduanya memiliki ego yang sama-sama tinggi tanpa ada satupun yang berniat mengalah."Sayang, jangan terlalu bersedih. Ingat anak kita," bujuk Juan yang mulai cemas dengan keadaan Mulan. Apalagi perempuan itu sampai terisak keras, bahunya bahkan bergetar hebat. Juan mulai khawatir berlebihan. Dia bukannya tidak ingin memahami kesedihan Mulan, tapi dia tidak ingin kesedihan wanita itu malah berakibat fatal pada calon buah hati mereka. "Aku hanya merasa bersalah pada Maya. Bagaimanapun secara tidak langsung aku yang sudah membuat hidupnya hancur. Andai dulu kami tidak pernah bertemu, mungkin Maya masih hidup bahagia. Maya tidak akan mengalami k
Saat mendengar Kriss sudah pulang, Bruce segera menemui lelaki itu di ruang kerjanya. Setibanya di sana ternyata sudah ada Juan yang tengah berbincang dengan Kriss."Ada apa?" Kriss langsung bertanya dengan sebelah alis yang dinaikkan.Bruce menatap Juan sekilas sebelum memusatkan pandangannya pada Kriss. "Saya akan membawa Maya segera," katanya mantap.Kriss dan Juan yang mendengarnya menampilkan ekspresi berbeda. Mereka menatap Bruce yang tampaknya tak masalah dengan pandangan mereka."Kenapa cepat sekali?" tanya Kriss yang masih belum rela jika Maya pergi. Padahal baru beberapa waktu mereka berkumpul, dan sekarang sudah ada yang harus pergi lagi."Ini demi kesehatan Maya juga. Dia membutuhkan tempat dan suasana baru untuk kesehatannya. Di sini dia selalu merasa tertekan dan itu tidak baik untuk kesehatan bayinya.""Tunggu! Apa yang kamu bicarak
Dengan telaten, Bruce menguapi Maya. Bubur yang awalnya ditolak mentah kini sudah habis tanpa sisa. Lelaki itu tersenyum tipis, merasa bangga karena berhasil membujuk wanita itu. Setelah selesai, beberapa pelayan masuk dan mengambil piring kotor. Sementara Bruce membantu Maya minum."Sudah?" tanyanya dengan suara yang berusaha lembut. Meski Bruce merasa geli sendiri. Dia tidak terbiasa bersikap demikian, tapi demi Maya, dia akan belajar.Maya mengangguk pelan. Dia membetulkan posisi bersandarnya yang langsung dibantu oleh Bruce. Lelaki itu sangat sigap dan teliti pada hal kecil yang Maya butuhkan."Sudah nyaman, kan?""Iya."Setelah itu kepada hening. Maya hanya diam dengan tatapan lurus ke arah tembok. Suasana yang terlalu hening membuat keduanya mendengar deru napas masing-masing. Maya tidak berani menoleh saat merasakan tatapan intens dari sampingnya. D
Dengan sekali dobrak, Bruce berhasil masuk. Dia langsung berlari ke dalam dan mencari keberadaan Maya. Ranjang dalam keadaan kosong, langkah kakinya makin terburu. Kali ini dia masuk ke dalam kamar mandi. Tanpa permisi membukanya dan menemukan Maya yang tergeletak di sana. Bruce melotot kaget.“Maya!” serunya dan segera berjongkok di dekat wanita itu. Wajah wanita itu pucat dengan penampilan yang basah kuyub. Entah berapa lama wanita itu berada dalam keadaan tersebut.Maya masih setengah sadar. Dia menatap Bruce dengan sayu dan tak bertenaga. “Bruce?” panggilnya dengn suara lirih.“Maya, kamu bisa mendengar saya?”Maya mengangguk lemah. Bruce segera membopong wanita itu keluar dari sana. Dia membawa Maya ke ranjang dan meletakkannya dengan hati-hati. Setelah itu dia mencari baju hangat untuk wanita itu dan memakaikannya tanppa malu. Beruntung Maya tidak melakukan pemberontakan. Mungkin karena tenaganya sudah sangat lema
Maya mengurung diri. Sejak pertengkarannya dengan Juan, wanita itu menolak orang yang ingin menjenguknya. Bahkan dengan sengaja mengunci pintu dan menutup semua akses masuk ke kamarnya. Makannya bahkan tidak teratur, Maya seakan tidak memikirkan kandungannya. Semua orang khawatir, tidak terkecuali Mulan dan Juan. Keduanya cemas dan merasa bersalah. “Jadi, bagaimana ini?” Mulan bergerak gelisah. Dia terus menatap ke arah kamar yang masih tertutup rapat. Juan segera merengkuh Mulan dan memeluknya dengan erat. “Jangan berdiri terus. Tidak baik pada baby kita,” tegurnya dan menggiring Mulan agar kembali duduk di sofa panjang bersama yang lain. Julian dan Joe pun hanya bisa diam tanpa tahu harus melakukan apa. Mereka sudah bergantian membujuk Maya, meminta wanita itu membuka pintu dan menyelesaikan masalah baik-baik. Namun bukannya menurut, Maya malah berteriak dan marah pada mereka. Empat orang di ruang tengah itu duduk dengan pikiran masing-masi
“Ada apa?” tanya Juan tak mau basa-basi.Kini mereka berada di ruang pribadi Joe. Ruangan yang berada di paling ujung dan tersendiri. Tempat yang biasanya digunakan hanya untuk sekadar berdiam dan menenangkan pikiran. Tidak banyak yang menginjakkan kaki di sini, karena sejak awal pun, Joe sudah memberi larangan keras.“Setelah kamu tahu semuanya, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Joe dengan tatapan lurus pada sang kakak. Dia mengamati bagaimana setiap eskpresi lelaki itu yang tampak bingung dan frutasi sendiri. Kurang lebihnya, dia tahu apa yang dirasakan lelaki di depannya ini.Juan menarik napas panjangnya sebelum menjawab. “Yang jelas aku harus bertanggung jawab pada Mulan. Karena bayi dalam kandungannya adalah milikku,” jawabnya tegas.“Lalu Maya?”Kali ini Juan membalas tatapan Joe dengan lebih rumit. Tentang Maya, jelas dia belum berpikir lebih.“Kamu tahu kan dia juga sedang menga
Kali ini Juan bangun lebih dulu. Dia merasakan sebuah beban di dadanya. Sata dia menoleh, seulas senyum terbit di pagi ini melihat siapa yang tengah memeluknya dengan erat, tak lupa kepala yang bersandar di dadanya.Jika kemarin dia sempat kecolongan, saat ini dia sengaja terbangun lebih dulu. Sekadar memastikan bahwa wanita itu tidak pergi seperti sebelumnya. Masih di sisinya, masih berada dalam pelukannya. Juan tidak akan membiarkannya lepas meski hanya sedetik pun. Mengingat dari pengalaman, wanita-wanita di sekitarnya terlalu cerdik membuat bualan yang membuatnya bingung sendiri.Saat ini Juan sudah tidak lagi bimbang. Dia sudah mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya kemarin. Tentang perasaannya yang dipermainkan sedemikian rupa. Semalam adalah buktinya. Rasa wanita itu tidak pernah berubah. Masih sama, nikmat dan panas secara bersamaan.Juan merubah posisinya menjadi serong, agar makin leluasa menatap Mulan yang masih tertidur. Dia menyingkap anak rambu
Mulan yang ingin masuk ke dalam kamar, terpaksa menghentikan langkahnya. Dia menatap Juan yang tiba-tiba berdiri di samping pintu tanpa disadarinya. Entah sejak kapan pria itu di sana. Mungkin Mulan terlalu asyik melamun sampai tak menyadari hal tersebut. “Bisa bicara?” Mendengar pertanyaan pria itu, Mulan mengangguk. Kembali melanjutkan langkah dan membuka pintu kamar. “Di dalam saja,” katanya, sekaligus mempersilahkan Juan masuk. Juan mengikuti Mulan ke dalam. Duduk di single sofa panjang yang membawa mereka dalam kebisuan. Belum ada yang angkat bicara. Juan masih mengamati seluruh ruangan, menghapal setiap sisi kamar wanita itu dalam kepalanya. Sedangkan Mulan memilih diam dan menunggu apa yang akan pria itu katakan. Jujur saja dia masih sedikit canggung berdua dengan Juan. Sisi jalangnya selalu meronta, apalagi dengan hormon sialan ini. Rasanya Mulan ingin mengulang kejadian terakhir mereka. Saling menyentuh, saling memuaskan. Buru-buru Mulan meng