Share

Bab 2

Penulis: Zeya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 11:50:28

Luna mengamati Clay yang berjalan menuruni tangga, jika situasinya berbeda mungkin Luna akan merasa kasihan pada Clay Ganeston. Suara siulan pria itu telah lenyap.

Luna hanya mendengar suara langkah kaki yang pelan semakin mendekat, Luna meremas tulang jemarinya berusaha meredam serangan panik yang menyerangnya.

'Jangan biarkan dia melihatku.' Batin Luna.

Namun, akal sehat gadis itu mengatakan jika dia tidak mungkin selamanya menghindari Clay. Cepat atau lambat, pria itu akan mengetahui bahwa dia ada di sana.

Clay muncul di anak tangga terbawah, memakai jaketnya kembali. Seakan dia ingin menegaskan pada Luna, bagaimana hubungan anak dan ayah tersebut.

Jantung Luna berdetak begitu keras, seakan ingin melompat naik ke tenggorokannya. Luna menahan napas, rona malu kini sudah menjalar di pipinya.

Clay melangkah ke depan cermin, memeriksa dasi dan rambutnya. Bagi Luna, selama beberapa detik, pria itu tampak rentan jika di amati dari belakang.

Namun, Luna mengingatkan dirinya sendiri bahwa Clay bukan hanya kaya raya, tapi juga bersalah. Clay pantas menerima apa yang seharusnya di dapatkan pria itu.

Clay bergerak, dan pantulan wajah Luna tampak jelas di cermin. Mata Clay menunjukan keterkejutan, lalu pria itu berbalik untuk menatapnya.

"Oh, hai," sapa Clay pada Luna. "Aku tidak melihatmu bersembunyi di situ."

Seketika itu juga, Luna menyadari detak jantungnya yang sangat cepat. Tapi, dengan hati-hati dia menjaga ekspresi wajahnya agar tetap terlihat tenang.

Dia hanya mengangguk sekilas, tanpa mengeluarkan suara. Karena dia tidak berniat untuk bertemu dengan pria itu lagi, dia sama sekali belum siap untuk menghadapi semua ini.

"Permisi," tambah Clay dengan sopan, seolah dia adalah klien yang sering menunggu di sana untuk urusan bisnis dengan Theodore Ganeston.

Clay berbalik, dan melangkah memasuki ruang kerja ayahnya. Dari dalam, terdengar perintah tegas dari kepala keluarga Ganeston.

"Tutup pintunya, Clay!"

Kelopak mata Luna terpejam, 'Clay tidak mengingatku?' pikir Luna.

Luna membuka mata, menatap pintu yang baru saja ditutup. Dia merasa lega karena tidak perlu lagi berhadapan dengan Clay. Namun, pertanyaan itu terus menghantui pikirannya, mengapa Clay tidak mengingatnya?

Luna mengambil napas dalam-dalam, berusaha mengusir kenangan pahit masa lalu. Dia berjalan menuju jendela, menatap kota yang terhampar di bawah.

Secara tiba-tiba fakta itu membuat Luna ingin menangis, meskipun hal itu sama sekali tidak masuk akal. Karena sebelumnya dia sendiri yang berharap Clay melewatinya seperti orang asing, dan itulah yang tadi Clay lakukan.

Luna menegur dirinya sendiri, mengingatkan pada batinnya bahwa hal itu yang dia inginkan. Luna mengumpulkan amarahnya sebagai pengganti air mata, yang tidak pernah dia izinkan untuk menetes.

Dari semua tempat yang pernah dia datangi, tangisan merupakan kelemahan dan kelemahan adalah kebodohan. Itu yang selalu Luna terapkan sejak dulu.

Luna Orlando bukanlah gadis yang lemah, atau bodoh. Saat ini situasinya tampak bertolak belakang, namun dalam dua puluh empat jam ke depan semuanya akan berbeda.

Dari balik pintu ruang kerja, terdengar suara Clay yang meledak. "Siapa!"

Seketika itu, mata Luna yang sempat terpejam kembali terbuka lebar. Clay tidak mengingatku, pikir Luna lagi.

Dia menegakan bahunya, dan mengatakan ada diri sendiri bahwa hal itu tidak boleh mengganggunya.

Pintu ruang kerja kembali terbuka, Luna berusaha untuk tetap tenang dan tidak peduli saat Clay berdiri menatapnya dari ambang pintu. Persis seperti yang di lakukan ayah pria itu sebelumnya.

Mata Clay yang berwarna hazel menusuk Luna, sorot matanya begitu dingin dan tajam. Ekspresi masam di wajah Clay, mengatakan bahwa pria itu tidak mempercayai tuduhan ayahnya.

"Luna?" tanya Clay kemudian.

Luna mengira akan mendengar amarah dari pria itu, akan tetapi nada suara Clay justru terkesan dingin.

"Halo, Clay." Jawab Luna tenang, mencoba untuk pura-pura tidak peduli.

Clay melihat Luna bangun dari tempat duduknya, yakin tanpa adanya keraguan. Hampir terkesan angkuh, untuk seukuran gadis seperti itu. Pikir Clay. Tapi, jelas Luna tidak terlihat takut, atau pun memiliki niat memohon.

"Kau juga di minta masuk ke ruang kerja," tegas Clay ketus.

Dia tetap memandang Luna dengan sorot mata meremehkan, sementara Luna memberikan tatapan dingin pada pria itu.

Kemudian, Luna berjalan melewati Clay menuju ruang kerja. Perasaan muak terbaca jelas dari raut wajah Clay. Bahkan, Luna nyaris bisa menciumnya saat jarak mereka begitu dekat.

Ruang kerja milik Theodore Ganeston terlihat seperti di dalam dunia dongeng, kaca bening menutupi seluruh permukaan meja yang telah di poles. Buku berjejer rapi di lemari yang menempel, di bagian dinding. Dan ada beberapa lukisan cat minyak sebagai pelengkapnya.

"Kelihatannya putraku tidak mengingatmu, iya, kan?" suara Theodore seperti lapisan es pertama di danau Bourget di bulan november, dingin, tajam, dan tipis.

"Ya, dia tidak mengingatku." Jawab Luna menatap langsung Theodore.

"Apa kau mengingatnya?" tanya Theodore pada putranya, meminta dia untuk berkata jujur.

"Tidak." Jawab Clay, yang langsung membangkitkan kemarahan Luna.

Bukan karena Luna ingin di ingat, namun dia bisa melihat bahwa Clay sedang berbohong. Lagi pula, dia tidak berharap pria itu akan mengatakan yang sebenarnya. Iya, kan?

Lebih dari sekali, Luna menduga jika Clay memiliki banyak uang, untuk mendukung segala macam kebohongan yang dia inginkan. Meskipun begitu, jawaban Clay tetap sangat meyakinkan.

Saat Luna berbalik, dia mendapati Clay berdiri terlalu dekat dengannya, hingga membuat gadis itu merasa tak nyaman. Luna menatap Clay dengan sorot mata dingin, sama seperti yang di lakukan oleh ayah pria itu.

Clay mengamati sosok Luna dengan teliti, lalu beranjak ke rambut gadis itu. Terlihat pantulan cahaya lampu jatuh di atas rambutnya, Clay menduga bahwa Luna merawat dirinya dengan baik.

Sesaat ingatan malam itu kembali muncul, Clay mulai mengingatnya. Namun, dia berusaha untuk tidak menunjukkannya di depan mereka semua.

"Sebenarnya, apa maksud semua ini? apa kau menjebak ku?" tuduh Clay.

"Sayangnya bukan, dan kau jelas tahu itu," jawab Luna sambil bertanya-tanya berapa lama dia bisa berpura-pura tenang seperti ini.

Namun Santo Orlando menyela dengan cepat, dia berteriak dan menunjuk Clay, "Sudah pasti ini bukan jebakan, bajingan. Jadi jangan berpikir untuk meng-"

"Kau sedang berada di rumahku," sela Theodore dengan tajam. "Dan jika kau ingin... diskusi ini tetap berjalan, kau harus menjaga sikapmu selama kau berada di sini."

Terdapat kesan sinis yang tak tertahankan, dalam penyebutan kata diskusi. Jelas sekali kalau Jakson Orlando tidak mengerti makna kata tersebut.

"Lakukan apa pun yang kau mau, untuk membuat bajingan ini buka mulut. Atau aku yang akan memaksanya untuk berkata jujur, seperti yang aku lakukan pada Luna."

Seperti ada sesuatu yang merangkak keluar dari dalam diri Clay, pria itu menoleh dengan tajam ke arah Luna. Tapi, gadis itu tetap terlihat tenang, dengan mata yang terus menatap ke atas meja tempat tangan ayahnya yang sudah tampak memutih.

"Kau harus tetap bisa berpikir dengan rasional, Pak. Atau kau dan istrimu harus pergi sekarang juga dari rumahku, dan bawa putrimu bersamamu!" perintah Theodore tegas.

Bab terkait

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 3

    Suasana mendadak tegang, otot-otot di leher Santo tampak menonjol. Bagi pria pemabuk itu, kesempatan seperti saat ini sudah dia nantikan sejak lama. Dan, sekarang... di depan matanya kesempatan itu muncul layaknya kartu kemenangan yang jatuh ke tangannya.Santo berbalik menatap Clay secara langsung, "Coba katakan, bajingan. Jika kau tidak pernah bertemu dengan anakku, maka aku akan menjadikanmu mahluk paling menjijikan di muka bumi ini."Semua orang bungkam, sikap arogan pria itu sangat buruk dan membuat Luna merasa ingin muntah."Jangan berpikir hanya karena kau kaya, kau bisa tidur dengan semua orang yang memakai rok dan memberikannya uang tutup mulut." Ejek Santo.Meskipun merasa sangat malu, Luna tahu tidak ada gunanya mendebat ayahnya saat ini. Sepanjang hari, pris itu sudah mabuk-mabukan. Dia sengaja mempersiapkan diri untuk menghadapi pertemuan hari ini.Sejak awal Luna sudah bisa menebak apa yang akan ayahnya lakukan, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa. Jika dia bertindak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 4

    Mobil Ferarri warna silver terparkir di jalanan yang berbentuk seperti tapal kuda, tepat di belakang mobil keluarga Luna. Tanpa menunggu, Clay membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.Kemudian duduk dengan tatapan tajam ke arah depan, sedangkan Luna masih mengukur seberapa besar risiko jika dia pergi bersama pria itu. Toh, dia sama sekali tidak mengenal Clay dengan baik.Entah pria itu memiliki tempramen seperti ayahnya atau tidak? atau Clay bisa melakukan kekerasan jika sudah terpojok? atau kemungkinan terburuk yang Luna pikirkan adalah, bagaimana pria itu akan mencegahnya melakukan masalah dalam kehidupan pria itu yang nyaman dan damai.Clay menoleh ke arah Luna, dan melihat wanita itu masih menatap murung ke arah pintu rumahnya, seakan berharap seseorang muncul dan membantunya."Ayolah, kita harus secepatnya menyelesaikan masalah ini." Ucapan Clay sama sekali tidak membuat perasaan Luna membaik."Aku.... aku benar-benar tidak ingin pergi ke mana pun," ujar Luna gugup. Pikirannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 5

    Hening. Luna mengepalkan kedua tangan yang berada di sisi tubuhnya. Dia melemparkan tatapan tak suka pada Clay."Aku tidak pernah memaksamu, Tuan Ganeston." Sanggah Luna geram.Clay mengabaikan kekesalan Luna, "Apa kau berharap aku akan percaya? setelah semua tuduhan yang kau lemparkan padaku.""Terserah apa katamu, mau kau percaya atau tidak itu urusanmu." Tegas Luna, dia kembali menatap ke arah depan di mana jalanan lurus terbentang. "Aku tidak menginginkan apa pun, kecuali kau membiarkan aku sendirian.""Kalau begitu mengapa kau datang?" Saat Luna masih diam, Clay kembali mendesaknya. "Katakan!"Dengan keras kepala, Luna tetap memilih diam. Dia sama sekali tidak menginginkan simpati, uang, atau pun nama yang kini melekat padanya. Yang dia inginkan hanya pagi segera tiba, agar dia bisa pergi dari sini.Clay merasa marah atas tindakan keras kepala Luna dan sikap ketidakpedulian wanita itu, Clay mengangkat tangan dan menjatuhkannya di bahu Luna. Dia menekan bahu Luna dengan kasar."De

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 6

    "Kau menyakitiku lagi," ujar Luna dengan suara pelan, membuat Clay menyadari jika kini dia sudah meremas pipi Luna terlalu kuat.Clay menurunkan tangannya, dia terus mengamati wanita di sampingnya. Luna memiliki wajah yang tidak mudah untuk di lupakan, hidung mancung dan lurus, pipi tinggi dengan rona kemerahan, mata biru yang berusaha tidak berkedip yang saat ini sedang menatapnya secara langsung.Bibir Luna saat ini tampak cemberut, tapi dia ingat saat bibir itu menyunggingkan senyum. Rambut Luna panjang sepinggang, dengan warna hitam kelam. Dan, ada beberapa helai yang jatuh di atas kening.Luna memiliki tubuh yang ramping dan mungil, meskipun Clay tidak bisa mengingatnya dengan jelas, dia bisa menduga jika tubuh Luna sesuai dengan tubuh wanita idamannya. Berkaki panjang, pinggul yang berlekuk, dan bagian dadanya tidak terlalu besar.Seperti Venus, pikir Clay.Setelah merasa lebih tenang dengan memikirkan Venus, Clay kembali lagi mencoba untuk mengingat apa yang telah terjadi di a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 7

    Hening sejenak, Luna awalnya sudah tidak ingin berdebat dengan pria itu. Sangat melelahkan untuknya beradu argumen dengan Clay, tapi komentar pedas Clay berhasil membuat amarah Luna tidak lagi terbendung.Dengan gerakan cepat, dia membalikan tubuhnya lalu memberikan pukulan keras di tengah tulang dada Clay.Akibat tidak waspada, Clay terkesiap dan terhuyung ke belakang. "Aduh, itu sakit, sialan!""Wow, yang benar saja! memuakan sekali bicara denganmu, kau sendiri yang pikun dan melupakan kejadian itu. Bisa-bisanya sekarang kau menuduhku berbohong? dasar kau bandot egois!" Sambil mengusap dadanya yang sakit, Clay bergumam. "Apa kau selalu seperti ini?"Luna mengedikan kedua bahunya, "Aku tak tak tahu. Ini pertama kalinya aku memukul pria. Bukankah kau sudah terbiasa dengan pukulan kecil seperti itu, ketika pacarmu hamil? atau bagaimana reaksi mereka?"Dengan hati-hati Clay menjaga jarak dengan Luna, dia tidak ingin mendapat pukulan untuk yang kedua. "Bagaimana jika sekarang kita berhe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 8

    Wajah Clay berubah pias, bukan hanya terkejut mendengar pengakuan Luna. Dia juga tak menyangka jika wanita itu akan berkata demikian tentang ayahnya, kebencian terasa begitu jelas saat Luna mengatakan tentang ayahnya. "Lantas, apa yang di inginkan ayahmu dari keluargaku?" Clay kembali bertanya. Luna memikirkannya sejenak, dia mempertimbangkan pada akhirnya dia memilih untuk bicara terus terang. "Uang." Luna bisa melihat mimik wajah Clay tampak syok, bibirnya sedikit terbuka dan kedua bola matanya melotot seakan dia sedang memastikan pendengaran. Clay mengamati Luna melalui cahaya remang-remang yang berasal dari mobil, lalu berseru, "Kau mengakuinya?" "Tentu saja aku mengakuinya. Sangat bodoh jika aku tidak bisa melihat apa yang ayahku inginkan. Dia mencium uang dari situasi ini, selama ini dia tidak pernah merasa cukup dengan uang." Luna menjeda sejenak ucapannya, dia menghela napas panjang dan kembali melanjutkan ucapannya. "Dia berpikir bisa memanfaatkan situasi saat ini untu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 1

    Situasi tidak bisa di ubah, sungguh ironis bahwa yang di ketahui Luna Orlando tentang Clay Ganeston hanyalah sebatas nama pria itu. Clay pasti kaya, pikir Luna sambil mengamati ruang depan yang megah, dan kini ada di depan matanya.Bagian dalam ruang depan yang megah, itu menyingkap sebuah ruang tamu formal. Dengan paduan warna putih dan emas, di bagian atasnya terdapat lampu gantung yang terbuat dari kristal dengan ukuran besar."Rumahnya besar banget." Gumam Luna takjub.Di belakang Luna, terdapat tangga yang mengarah ke lantai dua. Sedangkan di hadapannya, berdiri pintu dobel, sebuah meja besar yang kaki ukirannya menyentuh karpet seperti ujung jari seorang balerina.Lampu beraksen kuningan yang di pantulkan oleh cermin berbingkai emas, menambah kesan elegant sekaligus glamor secara bersamaan."Sepertinya cermin itu harganya lebih mahal dari rumahku." Cetus Luna terkekeh sendiri.Di samping cermin, terdapat vas besar yang juga terbuat dari kuningan, yang berisi daun kayu putih keri

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 8

    Wajah Clay berubah pias, bukan hanya terkejut mendengar pengakuan Luna. Dia juga tak menyangka jika wanita itu akan berkata demikian tentang ayahnya, kebencian terasa begitu jelas saat Luna mengatakan tentang ayahnya. "Lantas, apa yang di inginkan ayahmu dari keluargaku?" Clay kembali bertanya. Luna memikirkannya sejenak, dia mempertimbangkan pada akhirnya dia memilih untuk bicara terus terang. "Uang." Luna bisa melihat mimik wajah Clay tampak syok, bibirnya sedikit terbuka dan kedua bola matanya melotot seakan dia sedang memastikan pendengaran. Clay mengamati Luna melalui cahaya remang-remang yang berasal dari mobil, lalu berseru, "Kau mengakuinya?" "Tentu saja aku mengakuinya. Sangat bodoh jika aku tidak bisa melihat apa yang ayahku inginkan. Dia mencium uang dari situasi ini, selama ini dia tidak pernah merasa cukup dengan uang." Luna menjeda sejenak ucapannya, dia menghela napas panjang dan kembali melanjutkan ucapannya. "Dia berpikir bisa memanfaatkan situasi saat ini untu

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 7

    Hening sejenak, Luna awalnya sudah tidak ingin berdebat dengan pria itu. Sangat melelahkan untuknya beradu argumen dengan Clay, tapi komentar pedas Clay berhasil membuat amarah Luna tidak lagi terbendung.Dengan gerakan cepat, dia membalikan tubuhnya lalu memberikan pukulan keras di tengah tulang dada Clay.Akibat tidak waspada, Clay terkesiap dan terhuyung ke belakang. "Aduh, itu sakit, sialan!""Wow, yang benar saja! memuakan sekali bicara denganmu, kau sendiri yang pikun dan melupakan kejadian itu. Bisa-bisanya sekarang kau menuduhku berbohong? dasar kau bandot egois!" Sambil mengusap dadanya yang sakit, Clay bergumam. "Apa kau selalu seperti ini?"Luna mengedikan kedua bahunya, "Aku tak tak tahu. Ini pertama kalinya aku memukul pria. Bukankah kau sudah terbiasa dengan pukulan kecil seperti itu, ketika pacarmu hamil? atau bagaimana reaksi mereka?"Dengan hati-hati Clay menjaga jarak dengan Luna, dia tidak ingin mendapat pukulan untuk yang kedua. "Bagaimana jika sekarang kita berhe

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 6

    "Kau menyakitiku lagi," ujar Luna dengan suara pelan, membuat Clay menyadari jika kini dia sudah meremas pipi Luna terlalu kuat.Clay menurunkan tangannya, dia terus mengamati wanita di sampingnya. Luna memiliki wajah yang tidak mudah untuk di lupakan, hidung mancung dan lurus, pipi tinggi dengan rona kemerahan, mata biru yang berusaha tidak berkedip yang saat ini sedang menatapnya secara langsung.Bibir Luna saat ini tampak cemberut, tapi dia ingat saat bibir itu menyunggingkan senyum. Rambut Luna panjang sepinggang, dengan warna hitam kelam. Dan, ada beberapa helai yang jatuh di atas kening.Luna memiliki tubuh yang ramping dan mungil, meskipun Clay tidak bisa mengingatnya dengan jelas, dia bisa menduga jika tubuh Luna sesuai dengan tubuh wanita idamannya. Berkaki panjang, pinggul yang berlekuk, dan bagian dadanya tidak terlalu besar.Seperti Venus, pikir Clay.Setelah merasa lebih tenang dengan memikirkan Venus, Clay kembali lagi mencoba untuk mengingat apa yang telah terjadi di a

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 5

    Hening. Luna mengepalkan kedua tangan yang berada di sisi tubuhnya. Dia melemparkan tatapan tak suka pada Clay."Aku tidak pernah memaksamu, Tuan Ganeston." Sanggah Luna geram.Clay mengabaikan kekesalan Luna, "Apa kau berharap aku akan percaya? setelah semua tuduhan yang kau lemparkan padaku.""Terserah apa katamu, mau kau percaya atau tidak itu urusanmu." Tegas Luna, dia kembali menatap ke arah depan di mana jalanan lurus terbentang. "Aku tidak menginginkan apa pun, kecuali kau membiarkan aku sendirian.""Kalau begitu mengapa kau datang?" Saat Luna masih diam, Clay kembali mendesaknya. "Katakan!"Dengan keras kepala, Luna tetap memilih diam. Dia sama sekali tidak menginginkan simpati, uang, atau pun nama yang kini melekat padanya. Yang dia inginkan hanya pagi segera tiba, agar dia bisa pergi dari sini.Clay merasa marah atas tindakan keras kepala Luna dan sikap ketidakpedulian wanita itu, Clay mengangkat tangan dan menjatuhkannya di bahu Luna. Dia menekan bahu Luna dengan kasar."De

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 4

    Mobil Ferarri warna silver terparkir di jalanan yang berbentuk seperti tapal kuda, tepat di belakang mobil keluarga Luna. Tanpa menunggu, Clay membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.Kemudian duduk dengan tatapan tajam ke arah depan, sedangkan Luna masih mengukur seberapa besar risiko jika dia pergi bersama pria itu. Toh, dia sama sekali tidak mengenal Clay dengan baik.Entah pria itu memiliki tempramen seperti ayahnya atau tidak? atau Clay bisa melakukan kekerasan jika sudah terpojok? atau kemungkinan terburuk yang Luna pikirkan adalah, bagaimana pria itu akan mencegahnya melakukan masalah dalam kehidupan pria itu yang nyaman dan damai.Clay menoleh ke arah Luna, dan melihat wanita itu masih menatap murung ke arah pintu rumahnya, seakan berharap seseorang muncul dan membantunya."Ayolah, kita harus secepatnya menyelesaikan masalah ini." Ucapan Clay sama sekali tidak membuat perasaan Luna membaik."Aku.... aku benar-benar tidak ingin pergi ke mana pun," ujar Luna gugup. Pikirannya

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 3

    Suasana mendadak tegang, otot-otot di leher Santo tampak menonjol. Bagi pria pemabuk itu, kesempatan seperti saat ini sudah dia nantikan sejak lama. Dan, sekarang... di depan matanya kesempatan itu muncul layaknya kartu kemenangan yang jatuh ke tangannya.Santo berbalik menatap Clay secara langsung, "Coba katakan, bajingan. Jika kau tidak pernah bertemu dengan anakku, maka aku akan menjadikanmu mahluk paling menjijikan di muka bumi ini."Semua orang bungkam, sikap arogan pria itu sangat buruk dan membuat Luna merasa ingin muntah."Jangan berpikir hanya karena kau kaya, kau bisa tidur dengan semua orang yang memakai rok dan memberikannya uang tutup mulut." Ejek Santo.Meskipun merasa sangat malu, Luna tahu tidak ada gunanya mendebat ayahnya saat ini. Sepanjang hari, pris itu sudah mabuk-mabukan. Dia sengaja mempersiapkan diri untuk menghadapi pertemuan hari ini.Sejak awal Luna sudah bisa menebak apa yang akan ayahnya lakukan, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa. Jika dia bertindak

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 2

    Luna mengamati Clay yang berjalan menuruni tangga, jika situasinya berbeda mungkin Luna akan merasa kasihan pada Clay Ganeston. Suara siulan pria itu telah lenyap.Luna hanya mendengar suara langkah kaki yang pelan semakin mendekat, Luna meremas tulang jemarinya berusaha meredam serangan panik yang menyerangnya.'Jangan biarkan dia melihatku.' Batin Luna.Namun, akal sehat gadis itu mengatakan jika dia tidak mungkin selamanya menghindari Clay. Cepat atau lambat, pria itu akan mengetahui bahwa dia ada di sana.Clay muncul di anak tangga terbawah, memakai jaketnya kembali. Seakan dia ingin menegaskan pada Luna, bagaimana hubungan anak dan ayah tersebut.Jantung Luna berdetak begitu keras, seakan ingin melompat naik ke tenggorokannya. Luna menahan napas, rona malu kini sudah menjalar di pipinya. Clay melangkah ke depan cermin, memeriksa dasi dan rambutnya. Bagi Luna, selama beberapa detik, pria itu tampak rentan jika di amati dari belakang.Namun, Luna mengingatkan dirinya sendiri bahwa

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 1

    Situasi tidak bisa di ubah, sungguh ironis bahwa yang di ketahui Luna Orlando tentang Clay Ganeston hanyalah sebatas nama pria itu. Clay pasti kaya, pikir Luna sambil mengamati ruang depan yang megah, dan kini ada di depan matanya.Bagian dalam ruang depan yang megah, itu menyingkap sebuah ruang tamu formal. Dengan paduan warna putih dan emas, di bagian atasnya terdapat lampu gantung yang terbuat dari kristal dengan ukuran besar."Rumahnya besar banget." Gumam Luna takjub.Di belakang Luna, terdapat tangga yang mengarah ke lantai dua. Sedangkan di hadapannya, berdiri pintu dobel, sebuah meja besar yang kaki ukirannya menyentuh karpet seperti ujung jari seorang balerina.Lampu beraksen kuningan yang di pantulkan oleh cermin berbingkai emas, menambah kesan elegant sekaligus glamor secara bersamaan."Sepertinya cermin itu harganya lebih mahal dari rumahku." Cetus Luna terkekeh sendiri.Di samping cermin, terdapat vas besar yang juga terbuat dari kuningan, yang berisi daun kayu putih keri

DMCA.com Protection Status