Share

Antara Cinta Dan Kesalahan
Antara Cinta Dan Kesalahan
Penulis: Zeya

Bab 1

Penulis: Zeya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 11:48:00

Situasi tidak bisa di ubah, sungguh ironis bahwa yang di ketahui Luna Orlando tentang Clay Ganeston hanyalah sebatas nama pria itu. Clay pasti kaya, pikir Luna sambil mengamati ruang depan yang megah, dan kini ada di depan matanya.

Bagian dalam ruang depan yang megah, itu menyingkap sebuah ruang tamu formal. Dengan paduan warna putih dan emas, di bagian atasnya terdapat lampu gantung yang terbuat dari kristal dengan ukuran besar.

"Rumahnya besar banget." Gumam Luna takjub.

Di belakang Luna, terdapat tangga yang mengarah ke lantai dua. Sedangkan di hadapannya, berdiri pintu dobel, sebuah meja besar yang kaki ukirannya menyentuh karpet seperti ujung jari seorang balerina.

Lampu beraksen kuningan yang di pantulkan oleh cermin berbingkai emas, menambah kesan elegant sekaligus glamor secara bersamaan.

"Sepertinya cermin itu harganya lebih mahal dari rumahku." Cetus Luna terkekeh sendiri.

Di samping cermin, terdapat vas besar yang juga terbuat dari kuningan, yang berisi daun kayu putih kering yang sangat harum.

Bau yang mencolok menembus indra penciuman Luna, membuatnya merasa pusing.

Luna mengalihkan pandangan ke arah pintu besar yang terbuat dari kayu pohon ek. Kenopnya memiliki bentuk yang unik, dan baru pertama kali Luna lihat. Bentuknya menyiku dan melengkung, seperti gagang pisau mewah.

"Kira-kira berapa harga satu kenop pintu itu, ya?"

Luna bertanya-tanya sendiri, belum lagi kursi megah yang saat ini di dudukinya. Kursi itu berlapis beledu coklat yang empuk, tanpa lengan dan berumbai. Luna bisa menebak jika harga sofa itu sangat mahal, dan hanya mampu di beli oleh orang yang sangat kaya saja.

Semua hal yang ada di depan ini merupakan hasil karya seni mewah dan megah. Segalanya terasa pas... kecuali Luna Orlando.

Gadis itu cukup menarik, kulitnya yang berwarna aprikot dan rambutnya yang pirang terang. Memperlihatkan kesan sehat dan segar.

Luna memiliki sosok yang mempesona, hidung lurus dan mancung. Bibir berbentuk sempurna, dan mata biru di bawah alis melengkung.

Hanya saja, pakaian yang dia kenakan mengganggu kecantikannya. Gadis itu mengenakan celana longgar, dan warnanya sudah pudar akibat terlalu sering di pakai.

Warna kemejanya usang, akibat seringnya dia memakai kemeja tersebut. Semua pakaian yang melekat ada tubuhnya, merupakan hasil buatan tangan dengan bahan yang relatif murah.

Luna menunduk memperhatikan penampilannya lagi, dia merasa minder berada di tengah ruang tamu yang mewah sedangkan dirinya seperti seonggok sampah yang tergeletak tanpa tentu arah.

"Setidaknya aku di sini masih berpakaian lengkap." Pikir gadis itu.

Namun, penampilannya yang bersih, rapi dan kulit yang segar membuat Luna tidak terlihat seperti gelandangan. Juga karena pembawaan diri Luna yang percaya diri.

Sayangnya kepercayaan diri miliknya perlahan menyusut, seiring waktu berlalu. Luna sadar, dia tengah di perlakukan layaknya anak nakal yang hendak di hukum, dan fakta sebenarnya tidak terlalu jauh dari itu.

Sambil menghela napas panjang, Luna menyandarkan kepalanya ke dinding di belakangnya. Diam-diam, dia bertanya-tanya apakah orang kaya seperti keluarga Maverick akan keberatan jika gadis miskin sepertinya, menyenderkan kepala di kertas dinding mereka yang elegant.

Sepertinya begitu, dengan kerasa kepala Luna tetap menyandarkan kepalanya di sana. Kelopak matanya tertutup, menyingkirkan semua kemewahan di depannya. Tatapi, dia tidak bisa menyingkirkan nada suara marah yang terdengar dari ruang kerja.

Suara ayahnya yang kasar dan bernada menuduh, di ikuti suara marah yang tertahan dari kepala keluarga Maverick.

'Kenapa aku justru masih ada di sini?' tanya Luna dalam hati.

Namun, semua sudah ada jawabannya. Jika dia berlari keluar dan pergi, maka begitu tiba di rumah dan bertemu ayahnya, dia pasti akan merasakan lehernya sakit akibat cekikan ayahnya.

Dan, tentu saja dia tidak bisa meninggalkan ibunya seorang diri. Dia perlu mempertimbangkan semuanya, agar sang ibu tetap aman dari pukulan ayahnya.

Tentu saja, saat ini ibunya juga berada di dalam ruang kerja bersama suami-istri Ganeston yang sedang sial. Dan, kaya atau pun tidak mereka sama sekali tidak melakukan kesalahan apa pun, hingga pantas mendapat caci maki dari orang gila seperti ayahnya.

Luna tidak berniat membuat semua kekacauan ini terjadi, dia masih ingat dengan jelas bagaimana raut syok di wajah suami-istri Maverick saat ayahnya menerobos masuk ke dalam rumah mereka saat sedang melakukan doa malam, dan melontarkan kata-kata kasar pada pasangan itu.

Awalnya keluarga Ganeston berusaha untuk bersikap layaknya orang beradab, menyarankan mereka semua untuk duduk lebih dulu dengan tenang di ruang tamu dan membicarakan titik awal masalah yang muncul.

Namun, semua berakhir sia-sia. Santo Orlando menunjuk kursi kosong di sisinya, dan berteriak pada putrinya. "Duduk di sana, Luna! jangan bergerak sedikit pun, atau aku akan memukulmu hingga babak belur!"

Seketika raut terkejut kembali muncul pada pasangan Ganeston, Luna merasa tidak enak hati pada pasangan itu. Mereka tidak melakukan kesalahan apa pun, hingga harus mendengarkan cercaan dari orang gila seperti Santo Orlando.

Luna menelan salivanya kasar, bibirnya terasa kering begitu juga dengan tenggorokannya. Hingga, secara tiba-tiba pintu depan terbuka lebar. Membiarkan udara malam menyusup masuk ke dalam rumah. Aroma segar dedaunan menusuk indra penciuman Luna.

Bersama dengan itu, muncul sesosok pria yang pakaiannya seolah sengaja di rancang agar menyatu dengan ruang depan. Pria itu melangkah masuk, dia mengenakan celana berwarna hitam dari bahan wol yang lembut dengan potongan khas eropa.

Terlihat serasi dengan atasan kemeja berwarna biru navy. Jaket olah raga yang juga berwarna senada, menyelimuti bahu pria itu seperti permen lembut yang siap untuk di santap.

Luna mengamati dalam diam sosok pria itu, dasi yang tidak terikat memperlihatkan kalung emas melingkari leher pria itu. Seakan alam ikut bekerja sama dalam menciptakan skema warna pria itu, kulitnya berwarna kecoklatan akibat terbakar matahari, dan rambutnya berwarna merah keemasan.

Pria itu bersiul saat masuk, tidak menyadari kehadiran Luna yang setengah tertutup oleh pohon kayu putih. Luna menempelkan punggungnya di dinding, memanfaatkan posisinya yang tersembunyi.

Mengamati pria itu saat berjalan ke arah meja dan mengambil surat harian, Luna menangkap wajah tampan yang klasik di cermin. Dengan hidung yang lurus, pipi panjang, dan alis bagaikan di pahat sempurna.

Wajah itu terlihat seperti perunggu, yang tidak memiliki cela. Namun, mulut pria itu... ah, terlalu sempurna, terlalu mempesona, dan melekat dalam ingatan untuk di anggap sekedar daging dan darah.

'Ah, sial.' Batin Luna memberontak, memintanya untuk kembali sadar.

Tanpa menyadari keberadaan Luna, pria itu melepas jaket olah raganya yang bergaya. Dia menyampirkan dengan santai di salah satu lengannya, dan mulai menaiki anak tangga.

Luna terus menempel pada dinding, layaknya cicak yang takut ketahuan oleh manusia.

Namun, saat itu juga tubuh Luna kembali menegang saat pintu ruang kerja kembali terbuka. Menampilkan sosok kepala keluarga Maverick berdiri di depan lemari buku.

Matanya yang berwarna abu-abu, tampak di bawah alis yang tebal dengan ekspresi mengerikan. Jelas sekali, pria paruh baya itu sedang menahan emosinya. Theodore Ganeston menoleh sekilas ke arah gadis yang duduk di kursi, lalu kembali menatap ke arah tangga.

"Clay!" nada suara tegas darinya menghentikan langkah pria muda yang tadi sedang menaiki tangga.

"Ayah?"

Semua itu masih sama seperti yang diingat Luna, meskipun nada kebingungannya terlihat jelas.

"Aku rasa sebaiknya kau masuk ke ruang kerja." Kemudian Theodore kembali masuk, dan membiarkan pintu ruang kerjanya tetap terbuka untuk putranya.

Bab terkait

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 2

    Luna mengamati Clay yang berjalan menuruni tangga, jika situasinya berbeda mungkin Luna akan merasa kasihan pada Clay Ganeston. Suara siulan pria itu telah lenyap.Luna hanya mendengar suara langkah kaki yang pelan semakin mendekat, Luna meremas tulang jemarinya berusaha meredam serangan panik yang menyerangnya.'Jangan biarkan dia melihatku.' Batin Luna.Namun, akal sehat gadis itu mengatakan jika dia tidak mungkin selamanya menghindari Clay. Cepat atau lambat, pria itu akan mengetahui bahwa dia ada di sana.Clay muncul di anak tangga terbawah, memakai jaketnya kembali. Seakan dia ingin menegaskan pada Luna, bagaimana hubungan anak dan ayah tersebut.Jantung Luna berdetak begitu keras, seakan ingin melompat naik ke tenggorokannya. Luna menahan napas, rona malu kini sudah menjalar di pipinya. Clay melangkah ke depan cermin, memeriksa dasi dan rambutnya. Bagi Luna, selama beberapa detik, pria itu tampak rentan jika di amati dari belakang.Namun, Luna mengingatkan dirinya sendiri bahwa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 3

    Suasana mendadak tegang, otot-otot di leher Santo tampak menonjol. Bagi pria pemabuk itu, kesempatan seperti saat ini sudah dia nantikan sejak lama. Dan, sekarang... di depan matanya kesempatan itu muncul layaknya kartu kemenangan yang jatuh ke tangannya.Santo berbalik menatap Clay secara langsung, "Coba katakan, bajingan. Jika kau tidak pernah bertemu dengan anakku, maka aku akan menjadikanmu mahluk paling menjijikan di muka bumi ini."Semua orang bungkam, sikap arogan pria itu sangat buruk dan membuat Luna merasa ingin muntah."Jangan berpikir hanya karena kau kaya, kau bisa tidur dengan semua orang yang memakai rok dan memberikannya uang tutup mulut." Ejek Santo.Meskipun merasa sangat malu, Luna tahu tidak ada gunanya mendebat ayahnya saat ini. Sepanjang hari, pris itu sudah mabuk-mabukan. Dia sengaja mempersiapkan diri untuk menghadapi pertemuan hari ini.Sejak awal Luna sudah bisa menebak apa yang akan ayahnya lakukan, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa. Jika dia bertindak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 4

    Mobil Ferarri warna silver terparkir di jalanan yang berbentuk seperti tapal kuda, tepat di belakang mobil keluarga Luna. Tanpa menunggu, Clay membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.Kemudian duduk dengan tatapan tajam ke arah depan, sedangkan Luna masih mengukur seberapa besar risiko jika dia pergi bersama pria itu. Toh, dia sama sekali tidak mengenal Clay dengan baik.Entah pria itu memiliki tempramen seperti ayahnya atau tidak? atau Clay bisa melakukan kekerasan jika sudah terpojok? atau kemungkinan terburuk yang Luna pikirkan adalah, bagaimana pria itu akan mencegahnya melakukan masalah dalam kehidupan pria itu yang nyaman dan damai.Clay menoleh ke arah Luna, dan melihat wanita itu masih menatap murung ke arah pintu rumahnya, seakan berharap seseorang muncul dan membantunya."Ayolah, kita harus secepatnya menyelesaikan masalah ini." Ucapan Clay sama sekali tidak membuat perasaan Luna membaik."Aku.... aku benar-benar tidak ingin pergi ke mana pun," ujar Luna gugup. Pikirannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 5

    Hening. Luna mengepalkan kedua tangan yang berada di sisi tubuhnya. Dia melemparkan tatapan tak suka pada Clay."Aku tidak pernah memaksamu, Tuan Ganeston." Sanggah Luna geram.Clay mengabaikan kekesalan Luna, "Apa kau berharap aku akan percaya? setelah semua tuduhan yang kau lemparkan padaku.""Terserah apa katamu, mau kau percaya atau tidak itu urusanmu." Tegas Luna, dia kembali menatap ke arah depan di mana jalanan lurus terbentang. "Aku tidak menginginkan apa pun, kecuali kau membiarkan aku sendirian.""Kalau begitu mengapa kau datang?" Saat Luna masih diam, Clay kembali mendesaknya. "Katakan!"Dengan keras kepala, Luna tetap memilih diam. Dia sama sekali tidak menginginkan simpati, uang, atau pun nama yang kini melekat padanya. Yang dia inginkan hanya pagi segera tiba, agar dia bisa pergi dari sini.Clay merasa marah atas tindakan keras kepala Luna dan sikap ketidakpedulian wanita itu, Clay mengangkat tangan dan menjatuhkannya di bahu Luna. Dia menekan bahu Luna dengan kasar."De

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 6

    "Kau menyakitiku lagi," ujar Luna dengan suara pelan, membuat Clay menyadari jika kini dia sudah meremas pipi Luna terlalu kuat.Clay menurunkan tangannya, dia terus mengamati wanita di sampingnya. Luna memiliki wajah yang tidak mudah untuk di lupakan, hidung mancung dan lurus, pipi tinggi dengan rona kemerahan, mata biru yang berusaha tidak berkedip yang saat ini sedang menatapnya secara langsung.Bibir Luna saat ini tampak cemberut, tapi dia ingat saat bibir itu menyunggingkan senyum. Rambut Luna panjang sepinggang, dengan warna hitam kelam. Dan, ada beberapa helai yang jatuh di atas kening.Luna memiliki tubuh yang ramping dan mungil, meskipun Clay tidak bisa mengingatnya dengan jelas, dia bisa menduga jika tubuh Luna sesuai dengan tubuh wanita idamannya. Berkaki panjang, pinggul yang berlekuk, dan bagian dadanya tidak terlalu besar.Seperti Venus, pikir Clay.Setelah merasa lebih tenang dengan memikirkan Venus, Clay kembali lagi mencoba untuk mengingat apa yang telah terjadi di a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 7

    Hening sejenak, Luna awalnya sudah tidak ingin berdebat dengan pria itu. Sangat melelahkan untuknya beradu argumen dengan Clay, tapi komentar pedas Clay berhasil membuat amarah Luna tidak lagi terbendung.Dengan gerakan cepat, dia membalikan tubuhnya lalu memberikan pukulan keras di tengah tulang dada Clay.Akibat tidak waspada, Clay terkesiap dan terhuyung ke belakang. "Aduh, itu sakit, sialan!""Wow, yang benar saja! memuakan sekali bicara denganmu, kau sendiri yang pikun dan melupakan kejadian itu. Bisa-bisanya sekarang kau menuduhku berbohong? dasar kau bandot egois!" Sambil mengusap dadanya yang sakit, Clay bergumam. "Apa kau selalu seperti ini?"Luna mengedikan kedua bahunya, "Aku tak tak tahu. Ini pertama kalinya aku memukul pria. Bukankah kau sudah terbiasa dengan pukulan kecil seperti itu, ketika pacarmu hamil? atau bagaimana reaksi mereka?"Dengan hati-hati Clay menjaga jarak dengan Luna, dia tidak ingin mendapat pukulan untuk yang kedua. "Bagaimana jika sekarang kita berhe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 8

    Wajah Clay berubah pias, bukan hanya terkejut mendengar pengakuan Luna. Dia juga tak menyangka jika wanita itu akan berkata demikian tentang ayahnya, kebencian terasa begitu jelas saat Luna mengatakan tentang ayahnya. "Lantas, apa yang di inginkan ayahmu dari keluargaku?" Clay kembali bertanya. Luna memikirkannya sejenak, dia mempertimbangkan pada akhirnya dia memilih untuk bicara terus terang. "Uang." Luna bisa melihat mimik wajah Clay tampak syok, bibirnya sedikit terbuka dan kedua bola matanya melotot seakan dia sedang memastikan pendengaran. Clay mengamati Luna melalui cahaya remang-remang yang berasal dari mobil, lalu berseru, "Kau mengakuinya?" "Tentu saja aku mengakuinya. Sangat bodoh jika aku tidak bisa melihat apa yang ayahku inginkan. Dia mencium uang dari situasi ini, selama ini dia tidak pernah merasa cukup dengan uang." Luna menjeda sejenak ucapannya, dia menghela napas panjang dan kembali melanjutkan ucapannya. "Dia berpikir bisa memanfaatkan situasi saat ini untu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 8

    Wajah Clay berubah pias, bukan hanya terkejut mendengar pengakuan Luna. Dia juga tak menyangka jika wanita itu akan berkata demikian tentang ayahnya, kebencian terasa begitu jelas saat Luna mengatakan tentang ayahnya. "Lantas, apa yang di inginkan ayahmu dari keluargaku?" Clay kembali bertanya. Luna memikirkannya sejenak, dia mempertimbangkan pada akhirnya dia memilih untuk bicara terus terang. "Uang." Luna bisa melihat mimik wajah Clay tampak syok, bibirnya sedikit terbuka dan kedua bola matanya melotot seakan dia sedang memastikan pendengaran. Clay mengamati Luna melalui cahaya remang-remang yang berasal dari mobil, lalu berseru, "Kau mengakuinya?" "Tentu saja aku mengakuinya. Sangat bodoh jika aku tidak bisa melihat apa yang ayahku inginkan. Dia mencium uang dari situasi ini, selama ini dia tidak pernah merasa cukup dengan uang." Luna menjeda sejenak ucapannya, dia menghela napas panjang dan kembali melanjutkan ucapannya. "Dia berpikir bisa memanfaatkan situasi saat ini untu

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 7

    Hening sejenak, Luna awalnya sudah tidak ingin berdebat dengan pria itu. Sangat melelahkan untuknya beradu argumen dengan Clay, tapi komentar pedas Clay berhasil membuat amarah Luna tidak lagi terbendung.Dengan gerakan cepat, dia membalikan tubuhnya lalu memberikan pukulan keras di tengah tulang dada Clay.Akibat tidak waspada, Clay terkesiap dan terhuyung ke belakang. "Aduh, itu sakit, sialan!""Wow, yang benar saja! memuakan sekali bicara denganmu, kau sendiri yang pikun dan melupakan kejadian itu. Bisa-bisanya sekarang kau menuduhku berbohong? dasar kau bandot egois!" Sambil mengusap dadanya yang sakit, Clay bergumam. "Apa kau selalu seperti ini?"Luna mengedikan kedua bahunya, "Aku tak tak tahu. Ini pertama kalinya aku memukul pria. Bukankah kau sudah terbiasa dengan pukulan kecil seperti itu, ketika pacarmu hamil? atau bagaimana reaksi mereka?"Dengan hati-hati Clay menjaga jarak dengan Luna, dia tidak ingin mendapat pukulan untuk yang kedua. "Bagaimana jika sekarang kita berhe

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 6

    "Kau menyakitiku lagi," ujar Luna dengan suara pelan, membuat Clay menyadari jika kini dia sudah meremas pipi Luna terlalu kuat.Clay menurunkan tangannya, dia terus mengamati wanita di sampingnya. Luna memiliki wajah yang tidak mudah untuk di lupakan, hidung mancung dan lurus, pipi tinggi dengan rona kemerahan, mata biru yang berusaha tidak berkedip yang saat ini sedang menatapnya secara langsung.Bibir Luna saat ini tampak cemberut, tapi dia ingat saat bibir itu menyunggingkan senyum. Rambut Luna panjang sepinggang, dengan warna hitam kelam. Dan, ada beberapa helai yang jatuh di atas kening.Luna memiliki tubuh yang ramping dan mungil, meskipun Clay tidak bisa mengingatnya dengan jelas, dia bisa menduga jika tubuh Luna sesuai dengan tubuh wanita idamannya. Berkaki panjang, pinggul yang berlekuk, dan bagian dadanya tidak terlalu besar.Seperti Venus, pikir Clay.Setelah merasa lebih tenang dengan memikirkan Venus, Clay kembali lagi mencoba untuk mengingat apa yang telah terjadi di a

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 5

    Hening. Luna mengepalkan kedua tangan yang berada di sisi tubuhnya. Dia melemparkan tatapan tak suka pada Clay."Aku tidak pernah memaksamu, Tuan Ganeston." Sanggah Luna geram.Clay mengabaikan kekesalan Luna, "Apa kau berharap aku akan percaya? setelah semua tuduhan yang kau lemparkan padaku.""Terserah apa katamu, mau kau percaya atau tidak itu urusanmu." Tegas Luna, dia kembali menatap ke arah depan di mana jalanan lurus terbentang. "Aku tidak menginginkan apa pun, kecuali kau membiarkan aku sendirian.""Kalau begitu mengapa kau datang?" Saat Luna masih diam, Clay kembali mendesaknya. "Katakan!"Dengan keras kepala, Luna tetap memilih diam. Dia sama sekali tidak menginginkan simpati, uang, atau pun nama yang kini melekat padanya. Yang dia inginkan hanya pagi segera tiba, agar dia bisa pergi dari sini.Clay merasa marah atas tindakan keras kepala Luna dan sikap ketidakpedulian wanita itu, Clay mengangkat tangan dan menjatuhkannya di bahu Luna. Dia menekan bahu Luna dengan kasar."De

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 4

    Mobil Ferarri warna silver terparkir di jalanan yang berbentuk seperti tapal kuda, tepat di belakang mobil keluarga Luna. Tanpa menunggu, Clay membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.Kemudian duduk dengan tatapan tajam ke arah depan, sedangkan Luna masih mengukur seberapa besar risiko jika dia pergi bersama pria itu. Toh, dia sama sekali tidak mengenal Clay dengan baik.Entah pria itu memiliki tempramen seperti ayahnya atau tidak? atau Clay bisa melakukan kekerasan jika sudah terpojok? atau kemungkinan terburuk yang Luna pikirkan adalah, bagaimana pria itu akan mencegahnya melakukan masalah dalam kehidupan pria itu yang nyaman dan damai.Clay menoleh ke arah Luna, dan melihat wanita itu masih menatap murung ke arah pintu rumahnya, seakan berharap seseorang muncul dan membantunya."Ayolah, kita harus secepatnya menyelesaikan masalah ini." Ucapan Clay sama sekali tidak membuat perasaan Luna membaik."Aku.... aku benar-benar tidak ingin pergi ke mana pun," ujar Luna gugup. Pikirannya

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 3

    Suasana mendadak tegang, otot-otot di leher Santo tampak menonjol. Bagi pria pemabuk itu, kesempatan seperti saat ini sudah dia nantikan sejak lama. Dan, sekarang... di depan matanya kesempatan itu muncul layaknya kartu kemenangan yang jatuh ke tangannya.Santo berbalik menatap Clay secara langsung, "Coba katakan, bajingan. Jika kau tidak pernah bertemu dengan anakku, maka aku akan menjadikanmu mahluk paling menjijikan di muka bumi ini."Semua orang bungkam, sikap arogan pria itu sangat buruk dan membuat Luna merasa ingin muntah."Jangan berpikir hanya karena kau kaya, kau bisa tidur dengan semua orang yang memakai rok dan memberikannya uang tutup mulut." Ejek Santo.Meskipun merasa sangat malu, Luna tahu tidak ada gunanya mendebat ayahnya saat ini. Sepanjang hari, pris itu sudah mabuk-mabukan. Dia sengaja mempersiapkan diri untuk menghadapi pertemuan hari ini.Sejak awal Luna sudah bisa menebak apa yang akan ayahnya lakukan, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa. Jika dia bertindak

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 2

    Luna mengamati Clay yang berjalan menuruni tangga, jika situasinya berbeda mungkin Luna akan merasa kasihan pada Clay Ganeston. Suara siulan pria itu telah lenyap.Luna hanya mendengar suara langkah kaki yang pelan semakin mendekat, Luna meremas tulang jemarinya berusaha meredam serangan panik yang menyerangnya.'Jangan biarkan dia melihatku.' Batin Luna.Namun, akal sehat gadis itu mengatakan jika dia tidak mungkin selamanya menghindari Clay. Cepat atau lambat, pria itu akan mengetahui bahwa dia ada di sana.Clay muncul di anak tangga terbawah, memakai jaketnya kembali. Seakan dia ingin menegaskan pada Luna, bagaimana hubungan anak dan ayah tersebut.Jantung Luna berdetak begitu keras, seakan ingin melompat naik ke tenggorokannya. Luna menahan napas, rona malu kini sudah menjalar di pipinya. Clay melangkah ke depan cermin, memeriksa dasi dan rambutnya. Bagi Luna, selama beberapa detik, pria itu tampak rentan jika di amati dari belakang.Namun, Luna mengingatkan dirinya sendiri bahwa

  • Antara Cinta Dan Kesalahan   Bab 1

    Situasi tidak bisa di ubah, sungguh ironis bahwa yang di ketahui Luna Orlando tentang Clay Ganeston hanyalah sebatas nama pria itu. Clay pasti kaya, pikir Luna sambil mengamati ruang depan yang megah, dan kini ada di depan matanya.Bagian dalam ruang depan yang megah, itu menyingkap sebuah ruang tamu formal. Dengan paduan warna putih dan emas, di bagian atasnya terdapat lampu gantung yang terbuat dari kristal dengan ukuran besar."Rumahnya besar banget." Gumam Luna takjub.Di belakang Luna, terdapat tangga yang mengarah ke lantai dua. Sedangkan di hadapannya, berdiri pintu dobel, sebuah meja besar yang kaki ukirannya menyentuh karpet seperti ujung jari seorang balerina.Lampu beraksen kuningan yang di pantulkan oleh cermin berbingkai emas, menambah kesan elegant sekaligus glamor secara bersamaan."Sepertinya cermin itu harganya lebih mahal dari rumahku." Cetus Luna terkekeh sendiri.Di samping cermin, terdapat vas besar yang juga terbuat dari kuningan, yang berisi daun kayu putih keri

DMCA.com Protection Status