Anneth mengangkat jari-jemarinya yang gemetaran dan mulai mengigit-gigit kukunya. Dia tidak mampu lagi menyembunyikan kegelisahannya saat duduk di kursi.
Anneth yang baru saja keluar dari ruangan Pak Devisser diselimuti penyesalan. Karena terus didesak Anneth terpaksa berterus terang mengenai pernikahannya dan menjelaskan kondisinya yang sedang hamil pada Pak Devisser dan Savvy.
Sekarang Anneth hanya bisa pasrah menanti pengumuman yang akan disampaikan oleh Pak Devisser melalui atasannya Savvy mengenai statusnya di hotel Pandawa.
"Akankah Pak Devisser memecatku?" tanya Anneth semakin tak tenang.
Sambil memainkan gelang persahabatannya dengan Devaro alias Lea, Anneth memandang keluar melalui jendela kac
TIK… TOK… TIK… TOK… Jam dinding kuno berdetak keras. Anneth terkesiap. Napasnya berderu kencang. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Anneth masih saja duduk bertahan di ruang kerjanya seorang diri. KRUK… KRUK… KRUK… Perutnya yang kosong mulai keroncongan. Tak ada makanan atau cemilan yang tersedia di meja kerjanya. GLUK…
"Aku bisa memberimu Surat Peringatan 1 saat ini juga karena kelalaianmu.", ujar Anneth. "Ya, Pak, maaf, saya tau kesalahan saya, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi." "Halah… Sudah tiga kali ini kau berjanji, kau masih terus saja melakukan kesalahan. Kapan hari masuk ke kamar hotel pelanggan tanpa mengetuk pintu dulu sampai mereka melakukan pengaduan, tidak becus membersihkan debu di meja kamar sampai tamu komplain dan sekarang lupa mengganti linen bernoda. Besok kesalahan apa lagi yang kau buat sampai tamu akan melakukan pengaduan lagi ?" "Tidak akan ada pengaduan lagi karena kesalahan yang saya buat, Pak. Saya bukannya lupa mengganti linen bernoda itu hanya saja tad
Saat di ruang loker sekaligus ruang ganti baju, tersiar kasak - kusuk yang membuat telinga Anneth gatal mendengarnya. Rekan - rekan wanitanya bergosip mengenai Savvy. Mereka bergosip kepala tata graha mereka sebenarnya adalah anak dari pemilik hotel Pandawa. Hah, gosip murahan, mana mungkin dia anak pemilik hotel ini, sungguh tak berdasar, dia memang tampan tapi tidak ada bau - bau anak orang tajir melintir, benaknya. "Kenapa kalian bergosip seperti itu apa buktinya kalau Pak Savvy anak Pak Devisser, pemilik hotel ini ?" "Itu karena kemarin Fandy tak sengaja melihat Pak Savvy mencium tangan Pak Devisser dan mendengar ia memanggil Pak D
"Terima kasih." "Apa ?" "Iya, terima kasih karena kau telah membantu tamu hotel kita ketika kondisinya sekarat dan bersedia menjaganya selama di rumah sakit." "Memangnya, kenapa dia sampai melakukan perbuatan konyol itu ?" "Aku tidak tau. Alasan dia melakukan percobaan bunuh diri itu tak perlu dibahas, biarlah menjadi urusan pribadinya." "Sayang sekali dia sampai melakukan hal itu, dia juga masih muda. Hidupnya masih panjang. Betul begitu kan Pak ?"
"Hey, Anneth, apa kau sudah tau, kita kedatangan anggota baru ?" "Benarkah itu ? Siapa dia ?" "Ya, tapi dia berbeda kelas dengan kita. Samara. Assisten Front Office Manajer kita yang baru." "Wah, berarti Pak Leo, Front Office Manajer kita sudah punya wakil dong." "Begitulah. Semoga orang
"Kau sudah dengar, Pak Savvy berkencan dengan Samara, Asmen FO itu sepulang kantor ?", cetus Naomi. "Belum, memangnya kenapa kalau mereka berkencan, apa kau cemburu ?" "Tentu saja tidak. Hanya saja betapa beruntungnya dia, baru masuk kantor hari pertama langsung diajak nonton konser dan ke restoran dengan Pak Savvy. Aku tidak bisa membayangkan kalau Pak Savvy benar anak Pak Devisser, aku pasti langsung bertekuk lutut di hadapannya." Uhuuukkk… "Hey, Ann, kau tersedak, ada apa ? cepat minum ini."
"Tidak seperti yang kau pikir, aku baru saja pulang dari olahraga tenis malam, apa kau tidak lihat bajuku ?" "Ya, tentu saja aku bisa melihatnya tapi kau selalu hadir dalam hidupku. Kenapa ? Apa kau sengaja melakukannya ?" "Tidak sepenuhnya tapi memang ada benarnya." "Apa maksudmu ?" "Ya, aku memang sengaja hadir dalam hidupmu untuk menghantuimu." "Tidak lucu !" "Karena aku memang bukan pelawak." Anneth berusaha mengendalikan nafasnya. "Siapa kau sebenarnya ? Jawab aku sekarang atau jangan pernah lagi menemui dan mendekatiku."
Akhirnya, Anneth telah meninggalkan tempat penginapan lamanya dan sekarang sudah menjadi penghuni baru di salah satu kamar Sakura House. Ia juga telah melakukan pelunasan pada Bu Mona untuk satu bulan menyewa kamar itu, jadi ia tidak memusingkan lagi soal biaya kamar. Anneth juga merasa lebih aman berada disini karena bisa terhindar dari para pria kekar jahat selamanya, mungkin. Ia menganggap mereka telah lenyap dari bumi untuk selamanya. Anneth menganggap area sekitar Sakura House lebih aman dan beruntungnya ia karena letaknya yang terjangkau dari tempat kerjanya di Hotel Pandawa dan kampus, tentu saja. Hari minggu telah berlalu. Anneth hanya bisa mengerahkan segenap kendali diri agar tidak meluapkan emosinya. Pria misterius itu telah mengingkari janjinya.