"Hai!"
Seseorang menyapa Angel melalui pesan daring. Wanita berambut pendek itu menghela napas sambil mengeluh, "Hemm ... lagi-lagi, pesan tidak jelas." Dia pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerja.
Namun, ponselnya kembali berbunyi. Angel melirik ponselnya dan melihat notifikasi yang masuk. Ternyata, itu pesan dari nomor yang sama. Kali ini pesan tersebut bertuliskan, "Hai! Apakah ini nomor Angel?"
Angel terkejut. Jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir, "Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal aku sama sekali tidak mengenal nomor ini?"
Karena penasaran, dia membalas pesan tersebut. "Maaf, ini dengan siapa?"
Sambil menunggu balasan darinya, Angel kembali melanjutkan pekerjaan. Sekitar setengah jam kemudian, akhirnya orang itu membalas, "Ini aku, Riki. Apakah kamu masih ingat?"
Angel terdiam. Dia mencoba mengingat sambil memejamkan kedua matanya, "Riki ... Riki ... Riki ..." Dia melafalkan nama tersebut secara berulang-ulang. Angel tersentak. Jantungnya berdebar kencang tak karuan. Tiba-tiba, dia teringat akan sesuatu.
***
Riki adalah cinta pertama Angel. Dia sosok pria misterius sekaligus membingungkan. Saat masih SMA, Angel sempat mengutarakan perasaannya kepada Riki, namun diabaikan.
Angel berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hati Riki. Dia seringkali mencari perhatian agar Riki memerhatikannya. Cara yang dilakukan Angel untuk mencuri perhatian memanglah berbeda dengan siswi lain pada umumnya. Dia belajar dengan giat supaya mendapatkan predikat juara umum di sekolah.
Perjuangannya tidaklah sia-sia. Pada akhir semester, dia berhasil menjadi juara umum di sekolahnya. Namun sayang, usahanya itu tidak mampu meluluhkan hati Riki.
Riki tetap tidak memedulikannya. Pria itu malah mendekati April, sahabat Angel dan menjadikannya sebagai kekasih. Padahal, sahabatnya itu tidaklah secantik dan sepintar Angel.
Dari situlah semuanya menjadi kacau. April yang kini menjadi kekasih Riki, tiba-tiba memusuhinya tanpa alasan. Begitu juga dengan Riki, dia semakin membenci Angel dan tidak mau menyapanya sampai mereka lulus sekolah.
Sampai pada akhirnya, Angel menyerah. Setelah lulus SMA, dia mulai melupakan Riki. Butuh waktu lama bagi Angel untuk melupakan cinta pertamanya itu.
Dalam batinnya, dia selalu membandingkan pria yang berkenalan dengannya itu dengan Riki. Hal itulah yang membuat Angel seringkali gagal dalam menjalani hubungan.
Angel sering kali mengingatkan dirinya sendiri untuk melupakan sosok Riki di dalam pikirannya, "Ayolah Angel! Kamu harus melupakannya! Kamu harus ingat kalau dia itu membencimu! Ya, dia sangat sangat dan sangat membencimu!"
Seberapa keras Angel berusaha untuk melupakannya, namun Tuhan berkehendak lain. Takdir mempertemukan mereka kembali dengan cara yang tak terduga.
Mereka berdua bertemu pada saat Angel sedang mempromosikan jasa les privatnya di Mall. Saat itu, Angel mengenakan kostum Sailormoon. Tanpa merasa malu, dia membagikan brosur tersebut kepada orang-orang yang lewat sambil tersenyum ramah.
"Silakan dibaca brosurnya, Kakak. Barangkali ber ... " ucapannya terhenti ketika dia melihat sosok yang berdiri di hadapannya. Angel terkejut. Ternyata, sosok itu adalah Riki.
Berbeda dengan biasanya, kali ini pria dingin itu terlihat ramah, "Hai Angel! Sudah lama ya kita tidak bertemu."
Deg ... Angel hanya terdiam, tak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia menggeleng-gelengkan kepala. Batinnya berkata, "Hah, tidak ... tidak mungkin. Pasti penglihatanku salah. Dia bukanlah Riki. Ya, bukan. Dia tidak mungkin ramah seperti itu."
Riki heran melihat Angel menatapnya tajam seperti itu. "Kamu kenapa Angel? Kamu udah lupa sama aku? Ini aku, Riki."
Mendengar hal itu, Angel lari dari hadapannya. Dia melepas kedua sepatu haknya agar bisa lari dengan sangat cepat. Secara spontan, Riki pun mengejar wanita itu sambil memanggil namanya, "Angel berhenti! Jangan lari!"
Wanita itu tidak menghiraukan teriakan cinta pertamanya itu. Dia terus berlari, berlari, dan berlari, berusaha menghindar dari hadapan pria dingin itu. Dia tidak mau kenangan buruk itu hadir kembali di dalam benaknya.
Namun sayang, Riki mampu mengejarnya. Pria itu meraih tangan Angel. Seketika membuat wanita itu berhenti berlari. Kemudian menarik tangannya, lalu membalikkan tubuh wanita itu ke hadapannya.
"Gel ... tunggu! Heuh ... kamuh ... kenapah lari pas ketemu akuh? Emang akuh salah ya nyapa kamuh?" tanya Riki dengan nafas yang terengah-engah. Angel tidak menjawab. Dia memalingkan wajah ke arah lain, karena dia enggan menatap Riki.
Kemudian, Riki teringat akan sesuatu, " Oh aku tahu. Kamu pasti masih marah kan sama aku, gara-gara kejadian waktu dulu?" Wanita itu tetap saja diam, tidak membuka suara sedikit pun. Meskipun begitu, Riki tak peduli. Dia masih melanjutkan pembicaraannya.
"Aku merasa bersyukur banget bisa ketemu kamu di sini. Sebelumnya, aku mau minta maaf atas perlakuan burukku pas sekolah. Sebenernya, aku nggak bermaksud untuk berbuat seperti itu sama kamu, hanya saja ... " tiba-tiba, Riki menghentikan perkataannya dan itu berhasil membuat Angel penasaran.
"Hanya apa? Ngomong kok setengah-setengah?" tanya Angel dengan sinisnya sambil berkacak pinggang.
Sejenak Riki terdiam. Dia menghela nafas kemudian menjelaskan secara panjang lebar, "Hanya saja aku merasa tidak pantas jika dirumorkan denganmu. Kamu itu murid berprestasi, sedangkan aku ... hanya murid bodoh. Orang-orang mengenalku hanya karena modal tampang dan kekayaan orang tua. Menurutku, itu bukanlah hal yang istimewa. Jadi, saat itu aku berpikir, lebih baik aku menghindarimu."
Riki menambahkan bahwa sejak saat itu dia diselimuti rasa bersalah. Butuh waktu dua tahun baginya untuk mencari informasi mengenai Angel. Dia bertanya ke beberapa temannya, namun sayang mereka sama sekali tidak tahu.
Riki merasa frustrasi. Sejak saat itu, dia pun pasrah. Sampai pada akhirnya, dia sangat bersyukur dan senang karena telah menemukan Angel dengan cara yang tak terduga.
***
Riki mengajak Angel makan berdua di sebuah foodcourt favoritnya, yang berada di Jalan RE. Martadinata. Setibanya di sana, pria dingin sekaligus menyebalkan itu memesan makanan favoritnya yaitu sate. Sedangkan Angel memesan tomyum seafood.
Sambil menunggu makanan, keduanya berbincang seperti biasa dan tak terlihat canggung sama sekali.
"Oh ya Gel, kenapa tadi kamu menyebarkan brosur les privat? Apa kamu sedang tidak bekerja?" tanya Riki penasaran.
"Untuk sementara, aku tidak bekerja dulu. Ya bisa dibilang rehat sejenaklah. Meskipun begitu, aku bukanlah seorang pengangguran karena masih tetap fokus dan sibuk dengan rutinitasku." jawab Angel dengan santainya.
Riki terkekeh mendengar jawabannya, "Selain pintar secara akademis, ternyata kamu itu pintar menyangkal juga ya."
Angel tersenyum, "Iya begitulah. Tapi ada juga loh, orang yang lebih pintar menyangkal, bahkan sampai bertahun-tahun selain aku?"
Riki bertanya-tanya, "Oh ya? Siapa orangnya?"
Angel mengarahkan jari telunjuknya ke arah Riki, "Kamu."
Pria dingin itu pun tertawa terbahak-bahak. "Ah kamu bisa saja."
Tak lama kemudian, pesanan datang. Mereka menghentikan obrolan sejenak demi menikmati makanan yang telah dipesan. Secara kebetulan, foodcourt tersebut mengadakan acara nonton bareng (nobar) pertandingan bola.
Riki menepuk jidatnya, "Oh iya, aku baru inget kalau malam ini ada pertandingan Persib lawan Persija. Gel, nggak apa-apa kan kamu pulang agak malem? Aku mau nonton bola dulu di sini. Nanti kalau udah selesai, aku bakal antar kamu pulang."
Sebenarnya Angel merasa keberatan, tapi apa boleh buat, "Ya udah kita nonton bola dulu. Habis itu jangan lupa anter aku pulang!"
Riki mengangguk, "Iya aku janji."
Suasana yang awalnya hening pun berubah menjadi riuh dan penuh sorak ketika pertandingan dimulai. Angel celingak celinguk melihat keadaan sekitar.
"Ternyata, semua orang yang ada di sini pada ngedukung Persib ya?" celetuk Angel.
"Lah! Memangnya kamu ngedukung siapa?" tanya Riki heran.
"Kayaknya Persija."
Secara refleks, Riki menutup mulut Angel.
"Ssuut ... Jangan kenceng-kenceng ngomongnya! Kalau mereka tahu bahwa kamu itu ngedukung Persija, bisa-bisa kamu diserang sama fans fanatiknya Persib."
Angel bengong, "Oh gitu, maaf aku nggak tahu sama sekali soal itu."
Riki tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Ya udah nggak apa-apa, Gel. Lagian wajar kok kalau kamu nggak tahu, karena kebanyakan cewek nggak pada suka bola."
Angel menanggapi hanya dengan senyuman.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 21.23. Satu per satu orang meninggalkan foodcourt dengan rasa kecewa. Ternyata Persija berhasil mengalahkan Persib dengan skor 4-2.
Riki pun menggerutu, "Yah, Persib kalah. Padahal tadi pemainnya pada bagus-bagus tuh, cuma sayang banget salah formasi mereka tuh. Harusnya ... "
Angel mencoba menenangkan, "Udahlah namanya juga pertandingan. Menang atau kalah itu hal biasa."
Riki mengiyakan. Kemudian, Angel menagih janji kepada Riki untuk mengantarnya pulang.
Sesampainya di rumah, Riki berterima kasih kepada Angel karena telah menemaninya seharian. Sebelum berpamitan, dia memberi sesuatu kepada wanita itu.
Sebelum berpamitan, Riki memberi sesuatu kepada Angel. Ternyata, itu sebuah kartu nama. Angel menerima kartu tersebut, kemudian membacanya. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dia terkejut ketika melihat tulisan "CEO" tersemat di bawah nama Riki. Riki heran ketika melihat mimik wajah Angel seperti itu. Dia bertanya, "Kenapa Gel? Kok kamu melotot kayak gitu? Apa ada yang aneh dengan tulisannya?" Angel menyangkal, "Oh nggak kok, Ki, nggak ada yang aneh. Cuma ... kamu hebat aja gitu udah jadi CEO di umur segini." Riki terkekeh, "Kamu bisa aja Gel. Lagian, aku cuma nerusin usaha papaku, jadi nggak ada yang istimewa. Nah berhubung aku lagi butuh karyawan, kamu mau nggak kerja di perusahaanku? Jika kamu berminat, besok kamu bisa langsung dateng ke kantorku. Alamatnya sudah tertera di kartu itu." &nbs
"Hah! Apa aku tidak salah lihat?" batin Angel. Baru kali ini dia melihat ada orang seaneh itu parasnya. Selain itu, lingkungan di dalam pabriknya pun sangat tidak nyaman. Banyak kabel berserakan dimana-mana dan juga kondisi bangunannya pun sudah lapuk.Angel merasa risih melihat para pekerja dari tadi memerhatikannya. Tatapan mereka layaknya singa kelaparan yang sedang mengawasi mangsanya. Dia pun berusaha untuk tidak menghiraukannya.Para pekerja terheran-heran melihat kedatangan Angel. Beberapa dari mereka pun banyak yang berbisik-bisik."Siapa ya wanita cantik itu?""Kayaknya dia pengganti Bang Jono deh.""Ah masa sih? Emang dia bisa jadi Supervisor di pabrik ini?"Emang dia bakal betah kerja di sini?""Entahlah, sepertinya dia akan
" ... sudah waktunya kamu memiliki pasangan hidup." lanjut Ibu. Angel hanya terdiam. Baginya, kalimat itu cukup sederhana untuk diucapkan, namun begitu menyakitkan bila didengar. "Bukankah tiga tahun yang lalu, Ibu menginginkanku untuk fokus pada karirku hingga usia 27 tahun? Lantas, mengapa sekarang Ibu mendesakku untuk menikah?" tanya Angel terheran-heran. "Bukannya mendesak, Angel. Ibu hanya sekadar mengingatkan. Saudara sepupumu saja sudah banyak yang menikah di usia muda. Masa kamu belum?" Pernyataan Ibu seolah-olah menyindir Angel. Merasa tak terima diolok-olok seperti itu, dia pun membalas perkataan Ibunya, "Ini semua kan salah Ibu sendiri. Mengapa waktu itu, Ibu tidak merestui hubunganku dengan Ardi? Kalau saja Ibu merestui hubungan kita berdua, mungkin sekarang ... aku sudah berkeluarga dan Ibu tidak akan malu di hadapan saudara-saudara Ibu." Mendengar hal tersebut, Ibu langsung marah. Wajahnya memerah seperti buah tomat yang sudah matang. Wanita tua itu mulai meninggika
Sambil memejamkan mata, Angel meng-klik tombol 'Daftar'. Alhasil, muncullah sebuah kalimat "Selamat! Anda terdaftar di komunitas Menikah Yuk!" di layar leptopnya. Perlahan-lahan, wanita itu membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya dia melihat tulisan tersebut. "Ya Tuhan, aku tak menyangka akan mengikuti komunitas semacam ini!"Baru saja daftar, Angel menerima banyak notifikasi pesan masuk di beranda profilnya. Dia membaca satu per satu pesan tersebut sambil mengecek profil pengirimnya. Wanita itu terkejut bukan main. Karena kebanyakan dari mereka adalah pria berusia 35 tahun ke atas.Namun, ada satu akun yang mampu menarik perhatian Angel. Namanya Yudha. Umurnya 30 tahun. Berasal dari Banyumas. Tinggi badan 165 cm, berat badan 70 kg. Dia bekerja sebagai Engineering di United Tractor. Hobinya olahraga sepeda dan kulineran. Kriteria wanita idamannya yaitu sama-sama suka olahraga, seiman, cantik, pintar, dan bisa diajak diskusi."Wah wah! Ribet juga ya kriterianya. Aku jadi penasaran,
Perkenalan Angel dan Yudha tidak berjalan dengan baik. Secara terang-terangan, Yudha mengungkapkan rasa sukanya kepada rekan kerjanya itu di akun Instagramnya, tanpa memikirkan perasaan Angel. Dia sama sekali tidak punya perasaan.Angel tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut. Dia pun tidak mau berlarut-larut tenggelam dalam rasa kecewa. Pada akhirnya, dia memblokir nomor Yudha, lalu menghapusnya. Dia berusaha ikhlas menerima kenyataan yang telah menimpanya. Angel beraktivitas kembali seperti semula. Kali ini, dia begitu bersemangat dalam bekerja. Dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum deadline. Hal itu membuat Bu Vanya keheranan, "Tumben kamu kerjanya cepat? Biasanya kan kamu suka keteteran?"Angel hanya menjawab dengan singkat dengan nada yang begitu santai, "Sekarang saya sudah terbiasa, Bu."Pada jam istirahat, Angel duduk sendiri di kantin. Dia seorang yang introvert, sehingga dia lebih suka menyendiri daripada berbaur dengan orang lain. Ketik
"Aku janji akan menemuimu akhir bulan ini." ucap Benny. "Benarkah? Abang tidak bohong, kan?" tanya Angel untuk meyakinkan hatinya. "Tidaklah, Angel. Untuk apa Abang bohong sama kamu? Nanti Abang jadi dapat dosa dong?" jawab Benny sambil terkekeh. Di seberang sana, Angel tersenyum sumringah ketika mendengar jawaban dari Benny."Baiklah kalau begitu. Aku percaya dengan ucapan Abang. Hehmm ... jadi tidak sabar ingin cepat bertemu." ucap Angel. "Iya, pokoknya kamu sabar dulu ya Angel! Sebentar lagi kita akan bertemu. Oh iya, berhubung sudah larut malam, Abang sudahi dulu ya obrolannya! Kamu istirahat yang cukup, jangan begadang! Tidak baik untuk kesehatanmu." ujar Benny. "Iya, Abang! Ya sudah, aku tutup ya teleponnya? Selamat malam, Bang Benny! Semoga tidurnya nyenyak!" Benny hanya mengiyakan. Perbincangan mereka selesai sampai di situ. Karena sudah lelah, Angel pun segera naik ke tempat tidur, kemudian mengambil posisi untuk tidur. Saking senangnya, Angel kesulitan untuk memejamkan
"Lebih baik kita putus. Aku sudah bosan denganmu!" Dengan wajah tanpa ekspresi, wanita itu memutuskan kekasihnya secara sarkas dan tak berperasaan. Dia pun hendak pergi meninggalkan pria itu. Namun, kekasihnya itu mencoba menahan dan memohon agar wanita itu tidak memutuskannya, "Gel, tunggu dulu! Kenapa kamu bosan sama aku? Apa yang salah denganku?" Wanita itu menyeringai, "Pikir saja sendiri apa kesalahanmu!" Dialah Angel. Apabila sudah merasa bosan atau tidak cocok, dia akan memutuskan kekasihnya itu, tanpa memikirkan perasaan orang tersebut. Dia manusia bak malaikat sekaligus setan dalam percintaan. Hatinya beku bagaikan es di Kutub Utara. Tak ada satu pun pria yang mampu menaklukan hatinya. Sebenarnya, Angel tidak sengaja menjadi seorang playgirl. Hanya saja, dia sedang
Angel, Sigit, dan seluruh manager sudah berkumpul di ruangan. Rapat pun dimulai. Angel selaku moderator membuka acara. Dia menyapa semua hadirin terlebih dahulu. Kemudian, dia memperlihatkan data-data tentang perkembangan perusahaan selama 3 bulan terakhir. "Perusahaan kita di bidang properti mengalami kenaikan penjualan sebesar 25%, dari yang sebelumnya 500 unit menjadi 625 unit. Selain itu, keuntungan yang kita peroleh dari kenaikan tersebut adalah sebesar 350 Milyar." Semua orang bertepuk tangan. Tiba-tiba, Angel menginterupsi, "Akan tetapi, itu hanyalah data fiktif yang saya terima dari anak buah Bapak Thamrin selaku Manager bagian properti ... " Semua orang yang ada dalam rapat itu dibuat bingung olehnya. "Setelah saya telusuri datanya lebih mendalam, seharusnya, keuntungan yang diperoleh perusahaan se
"Aku janji akan menemuimu akhir bulan ini." ucap Benny. "Benarkah? Abang tidak bohong, kan?" tanya Angel untuk meyakinkan hatinya. "Tidaklah, Angel. Untuk apa Abang bohong sama kamu? Nanti Abang jadi dapat dosa dong?" jawab Benny sambil terkekeh. Di seberang sana, Angel tersenyum sumringah ketika mendengar jawaban dari Benny."Baiklah kalau begitu. Aku percaya dengan ucapan Abang. Hehmm ... jadi tidak sabar ingin cepat bertemu." ucap Angel. "Iya, pokoknya kamu sabar dulu ya Angel! Sebentar lagi kita akan bertemu. Oh iya, berhubung sudah larut malam, Abang sudahi dulu ya obrolannya! Kamu istirahat yang cukup, jangan begadang! Tidak baik untuk kesehatanmu." ujar Benny. "Iya, Abang! Ya sudah, aku tutup ya teleponnya? Selamat malam, Bang Benny! Semoga tidurnya nyenyak!" Benny hanya mengiyakan. Perbincangan mereka selesai sampai di situ. Karena sudah lelah, Angel pun segera naik ke tempat tidur, kemudian mengambil posisi untuk tidur. Saking senangnya, Angel kesulitan untuk memejamkan
Perkenalan Angel dan Yudha tidak berjalan dengan baik. Secara terang-terangan, Yudha mengungkapkan rasa sukanya kepada rekan kerjanya itu di akun Instagramnya, tanpa memikirkan perasaan Angel. Dia sama sekali tidak punya perasaan.Angel tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut. Dia pun tidak mau berlarut-larut tenggelam dalam rasa kecewa. Pada akhirnya, dia memblokir nomor Yudha, lalu menghapusnya. Dia berusaha ikhlas menerima kenyataan yang telah menimpanya. Angel beraktivitas kembali seperti semula. Kali ini, dia begitu bersemangat dalam bekerja. Dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum deadline. Hal itu membuat Bu Vanya keheranan, "Tumben kamu kerjanya cepat? Biasanya kan kamu suka keteteran?"Angel hanya menjawab dengan singkat dengan nada yang begitu santai, "Sekarang saya sudah terbiasa, Bu."Pada jam istirahat, Angel duduk sendiri di kantin. Dia seorang yang introvert, sehingga dia lebih suka menyendiri daripada berbaur dengan orang lain. Ketik
Sambil memejamkan mata, Angel meng-klik tombol 'Daftar'. Alhasil, muncullah sebuah kalimat "Selamat! Anda terdaftar di komunitas Menikah Yuk!" di layar leptopnya. Perlahan-lahan, wanita itu membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya dia melihat tulisan tersebut. "Ya Tuhan, aku tak menyangka akan mengikuti komunitas semacam ini!"Baru saja daftar, Angel menerima banyak notifikasi pesan masuk di beranda profilnya. Dia membaca satu per satu pesan tersebut sambil mengecek profil pengirimnya. Wanita itu terkejut bukan main. Karena kebanyakan dari mereka adalah pria berusia 35 tahun ke atas.Namun, ada satu akun yang mampu menarik perhatian Angel. Namanya Yudha. Umurnya 30 tahun. Berasal dari Banyumas. Tinggi badan 165 cm, berat badan 70 kg. Dia bekerja sebagai Engineering di United Tractor. Hobinya olahraga sepeda dan kulineran. Kriteria wanita idamannya yaitu sama-sama suka olahraga, seiman, cantik, pintar, dan bisa diajak diskusi."Wah wah! Ribet juga ya kriterianya. Aku jadi penasaran,
" ... sudah waktunya kamu memiliki pasangan hidup." lanjut Ibu. Angel hanya terdiam. Baginya, kalimat itu cukup sederhana untuk diucapkan, namun begitu menyakitkan bila didengar. "Bukankah tiga tahun yang lalu, Ibu menginginkanku untuk fokus pada karirku hingga usia 27 tahun? Lantas, mengapa sekarang Ibu mendesakku untuk menikah?" tanya Angel terheran-heran. "Bukannya mendesak, Angel. Ibu hanya sekadar mengingatkan. Saudara sepupumu saja sudah banyak yang menikah di usia muda. Masa kamu belum?" Pernyataan Ibu seolah-olah menyindir Angel. Merasa tak terima diolok-olok seperti itu, dia pun membalas perkataan Ibunya, "Ini semua kan salah Ibu sendiri. Mengapa waktu itu, Ibu tidak merestui hubunganku dengan Ardi? Kalau saja Ibu merestui hubungan kita berdua, mungkin sekarang ... aku sudah berkeluarga dan Ibu tidak akan malu di hadapan saudara-saudara Ibu." Mendengar hal tersebut, Ibu langsung marah. Wajahnya memerah seperti buah tomat yang sudah matang. Wanita tua itu mulai meninggika
"Hah! Apa aku tidak salah lihat?" batin Angel. Baru kali ini dia melihat ada orang seaneh itu parasnya. Selain itu, lingkungan di dalam pabriknya pun sangat tidak nyaman. Banyak kabel berserakan dimana-mana dan juga kondisi bangunannya pun sudah lapuk.Angel merasa risih melihat para pekerja dari tadi memerhatikannya. Tatapan mereka layaknya singa kelaparan yang sedang mengawasi mangsanya. Dia pun berusaha untuk tidak menghiraukannya.Para pekerja terheran-heran melihat kedatangan Angel. Beberapa dari mereka pun banyak yang berbisik-bisik."Siapa ya wanita cantik itu?""Kayaknya dia pengganti Bang Jono deh.""Ah masa sih? Emang dia bisa jadi Supervisor di pabrik ini?"Emang dia bakal betah kerja di sini?""Entahlah, sepertinya dia akan
Sebelum berpamitan, Riki memberi sesuatu kepada Angel. Ternyata, itu sebuah kartu nama. Angel menerima kartu tersebut, kemudian membacanya. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dia terkejut ketika melihat tulisan "CEO" tersemat di bawah nama Riki. Riki heran ketika melihat mimik wajah Angel seperti itu. Dia bertanya, "Kenapa Gel? Kok kamu melotot kayak gitu? Apa ada yang aneh dengan tulisannya?" Angel menyangkal, "Oh nggak kok, Ki, nggak ada yang aneh. Cuma ... kamu hebat aja gitu udah jadi CEO di umur segini." Riki terkekeh, "Kamu bisa aja Gel. Lagian, aku cuma nerusin usaha papaku, jadi nggak ada yang istimewa. Nah berhubung aku lagi butuh karyawan, kamu mau nggak kerja di perusahaanku? Jika kamu berminat, besok kamu bisa langsung dateng ke kantorku. Alamatnya sudah tertera di kartu itu." &nbs
"Hai!" Seseorang menyapa Angel melalui pesan daring. Wanita berambut pendek itu menghela napas sambil mengeluh, "Hemm ... lagi-lagi, pesan tidak jelas." Dia pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerja. Namun, ponselnya kembali berbunyi. Angel melirik ponselnya dan melihat notifikasi yang masuk. Ternyata, itu pesan dari nomor yang sama. Kali ini pesan tersebut bertuliskan, "Hai! Apakah ini nomor Angel?" Angel terkejut. Jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir, "Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal aku sama sekali tidak mengenal nomor ini?" Karena penasaran, dia membalas pesan tersebut. "Maaf, ini dengan siapa?"
Retak menanti belah. Sebuah peribahasa yang cocok dengan keadaan Angel saat ini. Rasa cemburu yang menggila membuat seseorang bisa mengubah masa depan orang yang tak bersalah. Angel memutuskan untuk mengundurkan diri demi kebaikan Pak Sopian. Lebih baik dia menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dengan berat hati, dia memberikan surat pengunduran diri kepada atasannya itu. Pak Sopian merasa heran. Kemudian, dia membuka surat tersebut. Dia syok ... "Tidak! Kamu tidak boleh keluar dari perusahaan ini!" Pak Sopian geram sambil merobek surat pengunduran diri Angel. Angel menitikkan air mata. Sebenarnya dia tidak ingin berhenti, namun psikologisnya terguncang. Dia sudah lelah ... dituduh, dituduh, dan dituduh setiap hari oleh istri Bos. Dia sudah merasa capek dan
Angel kembali mengingat masa lalunya. Sekitar enam tahun yang lalu, tepatnya tanggal 1 Januari 2012, Angel diterima kerja sebagai staf admin di sebuah distributor alat kecantikan. Waktu itu, Angel baru saja lulus SMA. Sebelum menjadi karyawan tetap, Angel harus menjalani masa training dulu selama 3 bulan lamanya. Di hari pertama dia bekerja, dia masih malu-malu dan belum pandai beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Hari kedua pun masih sama. Akan tetapi, dia mulai memberanikan diri untuk saling berkomunikasi dengan rekan kerjanya. Angel masih ingat, orang pertama yang mengajaknya bicara adalah Anto. Bisa dibilang dialah senior yang paling ramah di kantor itu. Dari situlah, Angel banyak berkomunikasi dengan dia mengenai pekerjaan. "Oh ya Kak Anto, kalau boleh tahu, su