Retak menanti belah. Sebuah peribahasa yang cocok dengan keadaan Angel saat ini. Rasa cemburu yang menggila membuat seseorang bisa mengubah masa depan orang yang tak bersalah.
Angel memutuskan untuk mengundurkan diri demi kebaikan Pak Sopian. Lebih baik dia menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Dengan berat hati, dia memberikan surat pengunduran diri kepada atasannya itu. Pak Sopian merasa heran. Kemudian, dia membuka surat tersebut. Dia syok ...
"Tidak! Kamu tidak boleh keluar dari perusahaan ini!" Pak Sopian geram sambil merobek surat pengunduran diri Angel.
Angel menitikkan air mata. Sebenarnya dia tidak ingin berhenti, namun psikologisnya terguncang. Dia sudah lelah ... dituduh, dituduh, dan dituduh setiap hari oleh istri Bos. Dia sudah merasa capek dan muak.
"Mohon maaf Pak. Saya sudah tidak tahan lagi dengan perangai istri Bapak. Saya sudah lelah dituduh dan difitnah oleh istri Bapak. Saya mohon Anda mengerti." Angel menangis sejadi-jadinya.
Pak Sopian merasa tak tega melihat Angel menangis seperti itu. Dia pun meminta maaf kepada Angel atas kesalahan istrinya.
Akhirnya dia mengizinkan Angel untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Selain itu, dia juga memberikan biaya kompensasi kepada Angel.
Angel segera mengemasi barang-barangnya. Dia memastikan bahwa tidak ada satu barang pun yang tertinggal. Dengan tergesa-gesa dia pergi meninggalkan perusahaan. Dadanya terasa sesak jika terus berada di sana.
***
Angel beristirahat untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Dia masih belum siap untuk melamar kerja di perusahaan lain.
Beberapa hari kemudian, dia merasa kondisinya sudah pulih. Dia merasa kalau jadi pengangguran itu ternyata tidak enak.
Merasa bosan, dia pergi keluar untuk menghirup udara segar di pagi hari. Rasanya sudah lama dia tak merenggangkan tubuhnya.
Dia pergi ke salah satu taman yang dekat dengan rumahnya. Ketika sedang jogging, secara tak sengaja ia bertemu dengan Ferdi di Taman Cikondang.
Dia menyapa Ferdi, begitu juga sebaliknya. Mereka berhenti dan mencari tempat duduk yang teduh. Akhirnya, mereka duduk di bawah pohon yang dekat dengan air mancur.
Ferdi menanyakan apakah Angel masih bekerja di distributor alat kecantikan. Dia menjawab kalau sekarang dia sudah menjadi pengangguran.
Ferdi menanyakan alasannya. Angel sedikit ragu untuk bercerita, jadi dia hanya memberi sedikit gambaran atas kejadian yang telah menimpanya.
Ferdi teringat akan sesuatu, "Oh ya Gel, sebelumnya aku turut berduka cita atas kepergian ayahmu. Aku minta maaf karena nggak sempet datang ke pemakaman."
Angel tersenyum sambil menepuk pelan tangan Ferdi, "It's okay Fer. Cukup kirim doa aja buat ayah aku."
Angel bertanya balik mengenai kesibukan Ferdi akhir-akhir ini. "Kalau kamu sibuk apa Fer sekarang-sekarang?"
"Ya seperti biasa, aku sibuk mengurus ketampananku sendiri." gurau Ferdi.
"Masa sih? Coba aku lihat!" ucap Angel sambil mendekati wajahnya ke arah Ferdi.
Ferdi merasa canggung. Karena itu, dia menggunakan satu tangannya untuk menutup wajah Angel agar menjauh dari hadapannya.
"Aduh ... apa-apaan kamu ini?" Angel menggerutu.
Ferdi terkekeh, "Udah jangan deket-deket! Nanti kena virus lagi."
"Huh ... sembarangan. Oh ya, Fer, kamu punya info lowongan kerja nggak?"
Ferdi menjawab kalau dia tidak memiliki info lowongan kerja. Angel kecewa mendengarnya. Akan tetapi, Ferdi menawarkan suatu pekerjaan sampingan kepada Angel, yaitu membuat artikel.
Ferdi tahu bahwa selama sekolah, Angel selalu mendapat nilai bagus di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dia menawarkan pekerjaan tersebut kepada Angel.
Sistem kerjanya yaitu Angel harus menulis artikel sesuai dengan permintaan Ferdi. Dalam sehari, dia harus kerjakan maksimal 5 artikel. Bayaran yang ditawarkan memang tidak seberapa, namun apabila Angel rutin mengerjakannya, pendapatannya akan jauh lebih besar.
Angel berpikir sejenak mengenai tawaran Ferdi. Mungkin tidak ada salahnya untuk mencoba. Sebelum pulang ke rumah masing-masing, mereka saling bertukar nomor ponsel.
Sesampainya di rumah, Angel dihubungi Ferdi. Dia meminta Angel untuk membuat artikel tentang "Bagaimana Menjadi Penulis Novel Yang Handal?" Dari situlah, Angel memulai proyeknya dengan Ferdi.
Baru sebulan proyek berjalan, Angel mendapat penghasilan yang lumayan besar. Dia pun jadi ketagihan dan semakin gencar membuat artikel. Dia pun mengajukan beberapa idenya kepada Ferdi.
Lambat-laun, Angel merasa kalau penghasilannya itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga biaya sekolah adiknya. Dia juga ingin melanjutkan kuliahnya kembali supaya dia cepat lulus sarjana. Dengan begitu, dia bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar di Jakarta.
***
"Kak Angel, gimana sih cara mengerjakan soal yang ini?" pinta Sasha, adik Angel, sambil menyodorkan kertas yang bertuliskan soal matematika.
Angel melihat kertas itu. Dia meraih kertas lalu mengerjakan soal tersebut. Tidak butuh lama, Angel selesai mengerjakannya. Sasha terkagum-kagum melihat kakaknya yang begitu cerdas.
Sasha memiliki ide, "Oh iya ... Kak Angel kan pinter matematika. Gimana kalau Kakak buka les privat gitu? Lumayan kan kalau Kakak punya banyak murid. Selain untuk ngebiayain aku, Kakak juga bisa lanjut kuliah lagi."
"Ehmm ... boleh juga idemu, Sha. Okay deh, nanti Kakak coba."
Angel memasang sebuah kertas yang bertuliskan "Les Privat" di depan rumahnya. Dia juga memberikan selebaran-selebaran kepada para siswa SD dan SMP. Dia berharap semoga sebagian dari mereka ada yang berminat.
Ternyata, mendapatkan klien itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sudah 5 hari Angel belum juga mendapatkan murid. Angel pasrah dan tidak terlalu berharap.
Akhirnya, dia melakukan sesuatu di luar dugaan.
"Hai!" Seseorang menyapa Angel melalui pesan daring. Wanita berambut pendek itu menghela napas sambil mengeluh, "Hemm ... lagi-lagi, pesan tidak jelas." Dia pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerja. Namun, ponselnya kembali berbunyi. Angel melirik ponselnya dan melihat notifikasi yang masuk. Ternyata, itu pesan dari nomor yang sama. Kali ini pesan tersebut bertuliskan, "Hai! Apakah ini nomor Angel?" Angel terkejut. Jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir, "Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal aku sama sekali tidak mengenal nomor ini?" Karena penasaran, dia membalas pesan tersebut. "Maaf, ini dengan siapa?"
Sebelum berpamitan, Riki memberi sesuatu kepada Angel. Ternyata, itu sebuah kartu nama. Angel menerima kartu tersebut, kemudian membacanya. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dia terkejut ketika melihat tulisan "CEO" tersemat di bawah nama Riki. Riki heran ketika melihat mimik wajah Angel seperti itu. Dia bertanya, "Kenapa Gel? Kok kamu melotot kayak gitu? Apa ada yang aneh dengan tulisannya?" Angel menyangkal, "Oh nggak kok, Ki, nggak ada yang aneh. Cuma ... kamu hebat aja gitu udah jadi CEO di umur segini." Riki terkekeh, "Kamu bisa aja Gel. Lagian, aku cuma nerusin usaha papaku, jadi nggak ada yang istimewa. Nah berhubung aku lagi butuh karyawan, kamu mau nggak kerja di perusahaanku? Jika kamu berminat, besok kamu bisa langsung dateng ke kantorku. Alamatnya sudah tertera di kartu itu." &nbs
"Hah! Apa aku tidak salah lihat?" batin Angel. Baru kali ini dia melihat ada orang seaneh itu parasnya. Selain itu, lingkungan di dalam pabriknya pun sangat tidak nyaman. Banyak kabel berserakan dimana-mana dan juga kondisi bangunannya pun sudah lapuk.Angel merasa risih melihat para pekerja dari tadi memerhatikannya. Tatapan mereka layaknya singa kelaparan yang sedang mengawasi mangsanya. Dia pun berusaha untuk tidak menghiraukannya.Para pekerja terheran-heran melihat kedatangan Angel. Beberapa dari mereka pun banyak yang berbisik-bisik."Siapa ya wanita cantik itu?""Kayaknya dia pengganti Bang Jono deh.""Ah masa sih? Emang dia bisa jadi Supervisor di pabrik ini?"Emang dia bakal betah kerja di sini?""Entahlah, sepertinya dia akan
" ... sudah waktunya kamu memiliki pasangan hidup." lanjut Ibu. Angel hanya terdiam. Baginya, kalimat itu cukup sederhana untuk diucapkan, namun begitu menyakitkan bila didengar. "Bukankah tiga tahun yang lalu, Ibu menginginkanku untuk fokus pada karirku hingga usia 27 tahun? Lantas, mengapa sekarang Ibu mendesakku untuk menikah?" tanya Angel terheran-heran. "Bukannya mendesak, Angel. Ibu hanya sekadar mengingatkan. Saudara sepupumu saja sudah banyak yang menikah di usia muda. Masa kamu belum?" Pernyataan Ibu seolah-olah menyindir Angel. Merasa tak terima diolok-olok seperti itu, dia pun membalas perkataan Ibunya, "Ini semua kan salah Ibu sendiri. Mengapa waktu itu, Ibu tidak merestui hubunganku dengan Ardi? Kalau saja Ibu merestui hubungan kita berdua, mungkin sekarang ... aku sudah berkeluarga dan Ibu tidak akan malu di hadapan saudara-saudara Ibu." Mendengar hal tersebut, Ibu langsung marah. Wajahnya memerah seperti buah tomat yang sudah matang. Wanita tua itu mulai meninggika
Sambil memejamkan mata, Angel meng-klik tombol 'Daftar'. Alhasil, muncullah sebuah kalimat "Selamat! Anda terdaftar di komunitas Menikah Yuk!" di layar leptopnya. Perlahan-lahan, wanita itu membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya dia melihat tulisan tersebut. "Ya Tuhan, aku tak menyangka akan mengikuti komunitas semacam ini!"Baru saja daftar, Angel menerima banyak notifikasi pesan masuk di beranda profilnya. Dia membaca satu per satu pesan tersebut sambil mengecek profil pengirimnya. Wanita itu terkejut bukan main. Karena kebanyakan dari mereka adalah pria berusia 35 tahun ke atas.Namun, ada satu akun yang mampu menarik perhatian Angel. Namanya Yudha. Umurnya 30 tahun. Berasal dari Banyumas. Tinggi badan 165 cm, berat badan 70 kg. Dia bekerja sebagai Engineering di United Tractor. Hobinya olahraga sepeda dan kulineran. Kriteria wanita idamannya yaitu sama-sama suka olahraga, seiman, cantik, pintar, dan bisa diajak diskusi."Wah wah! Ribet juga ya kriterianya. Aku jadi penasaran,
Perkenalan Angel dan Yudha tidak berjalan dengan baik. Secara terang-terangan, Yudha mengungkapkan rasa sukanya kepada rekan kerjanya itu di akun Instagramnya, tanpa memikirkan perasaan Angel. Dia sama sekali tidak punya perasaan.Angel tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut. Dia pun tidak mau berlarut-larut tenggelam dalam rasa kecewa. Pada akhirnya, dia memblokir nomor Yudha, lalu menghapusnya. Dia berusaha ikhlas menerima kenyataan yang telah menimpanya. Angel beraktivitas kembali seperti semula. Kali ini, dia begitu bersemangat dalam bekerja. Dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum deadline. Hal itu membuat Bu Vanya keheranan, "Tumben kamu kerjanya cepat? Biasanya kan kamu suka keteteran?"Angel hanya menjawab dengan singkat dengan nada yang begitu santai, "Sekarang saya sudah terbiasa, Bu."Pada jam istirahat, Angel duduk sendiri di kantin. Dia seorang yang introvert, sehingga dia lebih suka menyendiri daripada berbaur dengan orang lain. Ketik
"Aku janji akan menemuimu akhir bulan ini." ucap Benny. "Benarkah? Abang tidak bohong, kan?" tanya Angel untuk meyakinkan hatinya. "Tidaklah, Angel. Untuk apa Abang bohong sama kamu? Nanti Abang jadi dapat dosa dong?" jawab Benny sambil terkekeh. Di seberang sana, Angel tersenyum sumringah ketika mendengar jawaban dari Benny."Baiklah kalau begitu. Aku percaya dengan ucapan Abang. Hehmm ... jadi tidak sabar ingin cepat bertemu." ucap Angel. "Iya, pokoknya kamu sabar dulu ya Angel! Sebentar lagi kita akan bertemu. Oh iya, berhubung sudah larut malam, Abang sudahi dulu ya obrolannya! Kamu istirahat yang cukup, jangan begadang! Tidak baik untuk kesehatanmu." ujar Benny. "Iya, Abang! Ya sudah, aku tutup ya teleponnya? Selamat malam, Bang Benny! Semoga tidurnya nyenyak!" Benny hanya mengiyakan. Perbincangan mereka selesai sampai di situ. Karena sudah lelah, Angel pun segera naik ke tempat tidur, kemudian mengambil posisi untuk tidur. Saking senangnya, Angel kesulitan untuk memejamkan
"Lebih baik kita putus. Aku sudah bosan denganmu!" Dengan wajah tanpa ekspresi, wanita itu memutuskan kekasihnya secara sarkas dan tak berperasaan. Dia pun hendak pergi meninggalkan pria itu. Namun, kekasihnya itu mencoba menahan dan memohon agar wanita itu tidak memutuskannya, "Gel, tunggu dulu! Kenapa kamu bosan sama aku? Apa yang salah denganku?" Wanita itu menyeringai, "Pikir saja sendiri apa kesalahanmu!" Dialah Angel. Apabila sudah merasa bosan atau tidak cocok, dia akan memutuskan kekasihnya itu, tanpa memikirkan perasaan orang tersebut. Dia manusia bak malaikat sekaligus setan dalam percintaan. Hatinya beku bagaikan es di Kutub Utara. Tak ada satu pun pria yang mampu menaklukan hatinya. Sebenarnya, Angel tidak sengaja menjadi seorang playgirl. Hanya saja, dia sedang
"Aku janji akan menemuimu akhir bulan ini." ucap Benny. "Benarkah? Abang tidak bohong, kan?" tanya Angel untuk meyakinkan hatinya. "Tidaklah, Angel. Untuk apa Abang bohong sama kamu? Nanti Abang jadi dapat dosa dong?" jawab Benny sambil terkekeh. Di seberang sana, Angel tersenyum sumringah ketika mendengar jawaban dari Benny."Baiklah kalau begitu. Aku percaya dengan ucapan Abang. Hehmm ... jadi tidak sabar ingin cepat bertemu." ucap Angel. "Iya, pokoknya kamu sabar dulu ya Angel! Sebentar lagi kita akan bertemu. Oh iya, berhubung sudah larut malam, Abang sudahi dulu ya obrolannya! Kamu istirahat yang cukup, jangan begadang! Tidak baik untuk kesehatanmu." ujar Benny. "Iya, Abang! Ya sudah, aku tutup ya teleponnya? Selamat malam, Bang Benny! Semoga tidurnya nyenyak!" Benny hanya mengiyakan. Perbincangan mereka selesai sampai di situ. Karena sudah lelah, Angel pun segera naik ke tempat tidur, kemudian mengambil posisi untuk tidur. Saking senangnya, Angel kesulitan untuk memejamkan
Perkenalan Angel dan Yudha tidak berjalan dengan baik. Secara terang-terangan, Yudha mengungkapkan rasa sukanya kepada rekan kerjanya itu di akun Instagramnya, tanpa memikirkan perasaan Angel. Dia sama sekali tidak punya perasaan.Angel tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut. Dia pun tidak mau berlarut-larut tenggelam dalam rasa kecewa. Pada akhirnya, dia memblokir nomor Yudha, lalu menghapusnya. Dia berusaha ikhlas menerima kenyataan yang telah menimpanya. Angel beraktivitas kembali seperti semula. Kali ini, dia begitu bersemangat dalam bekerja. Dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum deadline. Hal itu membuat Bu Vanya keheranan, "Tumben kamu kerjanya cepat? Biasanya kan kamu suka keteteran?"Angel hanya menjawab dengan singkat dengan nada yang begitu santai, "Sekarang saya sudah terbiasa, Bu."Pada jam istirahat, Angel duduk sendiri di kantin. Dia seorang yang introvert, sehingga dia lebih suka menyendiri daripada berbaur dengan orang lain. Ketik
Sambil memejamkan mata, Angel meng-klik tombol 'Daftar'. Alhasil, muncullah sebuah kalimat "Selamat! Anda terdaftar di komunitas Menikah Yuk!" di layar leptopnya. Perlahan-lahan, wanita itu membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya dia melihat tulisan tersebut. "Ya Tuhan, aku tak menyangka akan mengikuti komunitas semacam ini!"Baru saja daftar, Angel menerima banyak notifikasi pesan masuk di beranda profilnya. Dia membaca satu per satu pesan tersebut sambil mengecek profil pengirimnya. Wanita itu terkejut bukan main. Karena kebanyakan dari mereka adalah pria berusia 35 tahun ke atas.Namun, ada satu akun yang mampu menarik perhatian Angel. Namanya Yudha. Umurnya 30 tahun. Berasal dari Banyumas. Tinggi badan 165 cm, berat badan 70 kg. Dia bekerja sebagai Engineering di United Tractor. Hobinya olahraga sepeda dan kulineran. Kriteria wanita idamannya yaitu sama-sama suka olahraga, seiman, cantik, pintar, dan bisa diajak diskusi."Wah wah! Ribet juga ya kriterianya. Aku jadi penasaran,
" ... sudah waktunya kamu memiliki pasangan hidup." lanjut Ibu. Angel hanya terdiam. Baginya, kalimat itu cukup sederhana untuk diucapkan, namun begitu menyakitkan bila didengar. "Bukankah tiga tahun yang lalu, Ibu menginginkanku untuk fokus pada karirku hingga usia 27 tahun? Lantas, mengapa sekarang Ibu mendesakku untuk menikah?" tanya Angel terheran-heran. "Bukannya mendesak, Angel. Ibu hanya sekadar mengingatkan. Saudara sepupumu saja sudah banyak yang menikah di usia muda. Masa kamu belum?" Pernyataan Ibu seolah-olah menyindir Angel. Merasa tak terima diolok-olok seperti itu, dia pun membalas perkataan Ibunya, "Ini semua kan salah Ibu sendiri. Mengapa waktu itu, Ibu tidak merestui hubunganku dengan Ardi? Kalau saja Ibu merestui hubungan kita berdua, mungkin sekarang ... aku sudah berkeluarga dan Ibu tidak akan malu di hadapan saudara-saudara Ibu." Mendengar hal tersebut, Ibu langsung marah. Wajahnya memerah seperti buah tomat yang sudah matang. Wanita tua itu mulai meninggika
"Hah! Apa aku tidak salah lihat?" batin Angel. Baru kali ini dia melihat ada orang seaneh itu parasnya. Selain itu, lingkungan di dalam pabriknya pun sangat tidak nyaman. Banyak kabel berserakan dimana-mana dan juga kondisi bangunannya pun sudah lapuk.Angel merasa risih melihat para pekerja dari tadi memerhatikannya. Tatapan mereka layaknya singa kelaparan yang sedang mengawasi mangsanya. Dia pun berusaha untuk tidak menghiraukannya.Para pekerja terheran-heran melihat kedatangan Angel. Beberapa dari mereka pun banyak yang berbisik-bisik."Siapa ya wanita cantik itu?""Kayaknya dia pengganti Bang Jono deh.""Ah masa sih? Emang dia bisa jadi Supervisor di pabrik ini?"Emang dia bakal betah kerja di sini?""Entahlah, sepertinya dia akan
Sebelum berpamitan, Riki memberi sesuatu kepada Angel. Ternyata, itu sebuah kartu nama. Angel menerima kartu tersebut, kemudian membacanya. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dia terkejut ketika melihat tulisan "CEO" tersemat di bawah nama Riki. Riki heran ketika melihat mimik wajah Angel seperti itu. Dia bertanya, "Kenapa Gel? Kok kamu melotot kayak gitu? Apa ada yang aneh dengan tulisannya?" Angel menyangkal, "Oh nggak kok, Ki, nggak ada yang aneh. Cuma ... kamu hebat aja gitu udah jadi CEO di umur segini." Riki terkekeh, "Kamu bisa aja Gel. Lagian, aku cuma nerusin usaha papaku, jadi nggak ada yang istimewa. Nah berhubung aku lagi butuh karyawan, kamu mau nggak kerja di perusahaanku? Jika kamu berminat, besok kamu bisa langsung dateng ke kantorku. Alamatnya sudah tertera di kartu itu." &nbs
"Hai!" Seseorang menyapa Angel melalui pesan daring. Wanita berambut pendek itu menghela napas sambil mengeluh, "Hemm ... lagi-lagi, pesan tidak jelas." Dia pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerja. Namun, ponselnya kembali berbunyi. Angel melirik ponselnya dan melihat notifikasi yang masuk. Ternyata, itu pesan dari nomor yang sama. Kali ini pesan tersebut bertuliskan, "Hai! Apakah ini nomor Angel?" Angel terkejut. Jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir, "Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal aku sama sekali tidak mengenal nomor ini?" Karena penasaran, dia membalas pesan tersebut. "Maaf, ini dengan siapa?"
Retak menanti belah. Sebuah peribahasa yang cocok dengan keadaan Angel saat ini. Rasa cemburu yang menggila membuat seseorang bisa mengubah masa depan orang yang tak bersalah. Angel memutuskan untuk mengundurkan diri demi kebaikan Pak Sopian. Lebih baik dia menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dengan berat hati, dia memberikan surat pengunduran diri kepada atasannya itu. Pak Sopian merasa heran. Kemudian, dia membuka surat tersebut. Dia syok ... "Tidak! Kamu tidak boleh keluar dari perusahaan ini!" Pak Sopian geram sambil merobek surat pengunduran diri Angel. Angel menitikkan air mata. Sebenarnya dia tidak ingin berhenti, namun psikologisnya terguncang. Dia sudah lelah ... dituduh, dituduh, dan dituduh setiap hari oleh istri Bos. Dia sudah merasa capek dan
Angel kembali mengingat masa lalunya. Sekitar enam tahun yang lalu, tepatnya tanggal 1 Januari 2012, Angel diterima kerja sebagai staf admin di sebuah distributor alat kecantikan. Waktu itu, Angel baru saja lulus SMA. Sebelum menjadi karyawan tetap, Angel harus menjalani masa training dulu selama 3 bulan lamanya. Di hari pertama dia bekerja, dia masih malu-malu dan belum pandai beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Hari kedua pun masih sama. Akan tetapi, dia mulai memberanikan diri untuk saling berkomunikasi dengan rekan kerjanya. Angel masih ingat, orang pertama yang mengajaknya bicara adalah Anto. Bisa dibilang dialah senior yang paling ramah di kantor itu. Dari situlah, Angel banyak berkomunikasi dengan dia mengenai pekerjaan. "Oh ya Kak Anto, kalau boleh tahu, su