"Lebih baik kita putus. Aku sudah bosan denganmu!"
Dengan wajah tanpa ekspresi, wanita itu memutuskan kekasihnya secara sarkas dan tak berperasaan. Dia pun hendak pergi meninggalkan pria itu.
Namun, kekasihnya itu mencoba menahan dan memohon agar wanita itu tidak memutuskannya, "Gel, tunggu dulu! Kenapa kamu bosan sama aku? Apa yang salah denganku?" Wanita itu menyeringai, "Pikir saja sendiri apa kesalahanmu!"
Dialah Angel. Apabila sudah merasa bosan atau tidak cocok, dia akan memutuskan kekasihnya itu, tanpa memikirkan perasaan orang tersebut. Dia manusia bak malaikat sekaligus setan dalam percintaan. Hatinya beku bagaikan es di Kutub Utara. Tak ada satu pun pria yang mampu menaklukan hatinya.
Sebenarnya, Angel tidak sengaja menjadi seorang playgirl. Hanya saja, dia sedang memilih pria mana yang benar-benar pantas untuknya. Terkadang, dia juga merasa lelah dan frustrasi. Karena sampai saat ini, dia belum menemukan pria idamannya.
Malamnya, Angel merenung di dalam kamarnya. Dia mengeluh, mengapa Tuhan mempertemukannya dengan pria yang tidak tepat? "Tuhan, Aku lelah. Aku tidak ingin menyakiti hati pria lagi."
Keesokan harinya, Angel bekerja seperti biasa. Dia terkejut ketika menerima laporan dari bawahannya.
"Laporan macam apa ini!"
Wanita berambut cokelat itu melemparkan dokumen tersebut ke atas meja kerjanya. Dia nampak geram ketika melihat isi laporan keuangannya tidak akurat.
"Kamu pikir saya bodoh, heuh! Sudah jelas ini neraca nggak balance, kenapa tidak dicari permasalahannya? Cepat selesaikan hari ini juga!" perintah wanita itu dengan tegas.
"Semua pria sama saja. Selain payah dalam urusan percintaan, mereka juga tidak memiliki kemampuan dalam bekerja." batin Angel.
Pria tersebut hanya mengangguk. Dengan wajah yang ditekuk, dia keluar dari ruangan Sang General Manager. Dia begitu lesu. Hal itu membuat rekan kerjanya terheran-heran.
Salah satu dari mereka bertanya kepada pria itu, "Lu kenapa, Bro?" Pria itu menjawab, "Biasalah, Bro. Bu Angel minta revisi. Mana harus beres hari ini lagi. Aduh ... pusing otak gue!"
Temannya merespons, "Wah keterlaluan Bu Angel! Yang bener aja laporan rumit gitu harus diberesin hari ini? Parah! Gak ada kebijakan sama sekali."
Sementara itu, Sigit, Sang Asisten Manager yang kebetulan lewat hanya mendengarkan percakapan mereka berdua.
"Wah, ada berita bagus nih buat Bu Angel!" batin Sigit sambil menyeringai.
Kemudian, Sigit pergi menuju ruangan General Manager. Dia pun melaporkan apa yang telah didengar.
"Bu Angel, barusan saya dengar karyawan lain membicarakan Ibu. Kata mereka, Ibu tuh kejam dan tidak berperasaan kalau ngasih kerjaan." adu Sigit.
Dengan raut wajah yang datar, Angel sama sekali tidak merespons laporan Sigit. Dia tetap fokus pada layar laptopnya.
Wajah Sigit memerah. Dia menundukkan kepala, merasa malu karena tidak ditanggapi. Dia berdeham. Angel hanya melirik sekilas dengan tatapan sinis.
Angel memang tidak menyukai seseorang yang mencari muka kepadanya. Selama jam kerja, dia hanya fokus pada kerjaannya. Dia nampak serius ketika melihat sebuah dokumen.
Tak lama kemudian, Angel buka suara, "Sigit, tolong infokan kepada seluruh manager bahwa besok saya akan mengadakan rapat darurat pukul 13.00! Selain itu, diharapkan seluruh manager hadir dalam rapat tersebut ... ."
Selama berbicara, Sigit menulis semua perintah GM-nya itu dengan kecepatan penuh. Angel menuntut semua karyawannya bekerja secara disiplin, teliti, dan cekatan. Dia tidak menyukai pekerja yang berleha-leha dan sering melakukan kesalahan.
Setelah selesai mencatat, Sigit menyerahkan sebuah dokumen yang berisikan data karyawan magang. Angel membuka dokumen tersebut.
Perhatian Angel tertuju pada salah satu data karyawan yang bernama 'Alex'. Dia merasa pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya.
Sigit heran melihat Angel tiba-tiba terdiam seperti itu. Lalu, dia mencoba menyadarkan, "Bu Angel, apakah ada yang salah dengan dokumen itu?"
"Oh ya Sigit, tolong carikan info lengkap tentang dia!" perintah Angel sambil menunjukkan data Alex.
***
Semua perintah Angel segera dilaksanakan. Hal pertama yang Sigit lakukan adalah membuat surat undangan rapat untuk seluruh manager.
Setelah itu, dia membuat daftar hadir rapat, menyusun agenda rapat, mengumpulkan data yang diperlukan, menyiapkan tempat untuk rapat, mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, dan menyiapkan notula.
Karena pekerjaannya masih menumpuk, dia lembur hingga pukul 23.00. Melihat hal tersebut, Angel membelikan makanan beserta cemilan untuk Sang Asisten. Walau hatinya dingin bagaikan es, namun masih terselip rasa peduli terhadap karyawannya.
"Isi perut kamu yang kosong itu terlebih dahulu, baru selesaikan pekerjaanmu." ucap Angel sambil berlalu.
"Terima kasih Bu Angel atas makanannya. Oh ya apakah Ibu sendiri sudah makan?" tanya Sigit.
Angel menghentikan langkahnya. Tanpa membalikkan badan, dia menjawab, "Cepat habiskan makananmu! Setelah itu, selesaikan pekerjaanmu! Dan ingat, jangan sampai ada yang terlewat satu pun!"
Bulu kuduk Sigit meremang ketika mendengar kata-kata Angel. Sungguh mengintimidasi!
Keesokan harinya, Sigit memeriksa kembali semua kebutuhan rapat. Dia merasa lega karena semuanya sudah siap dan sesuai dengan yang diharapkan.
Di lain tempat, Angel sedang mempersiapkan dokumen yang akan dibawa pada saat rapat. Di dalam dokumen tersebut, dia menyelipkan sebuah CD sambil menyeringai.
Angel, Sigit, dan seluruh manager sudah berkumpul di ruangan. Rapat pun dimulai. Angel selaku moderator membuka acara. Dia menyapa semua hadirin terlebih dahulu. Kemudian, dia memperlihatkan data-data tentang perkembangan perusahaan selama 3 bulan terakhir. "Perusahaan kita di bidang properti mengalami kenaikan penjualan sebesar 25%, dari yang sebelumnya 500 unit menjadi 625 unit. Selain itu, keuntungan yang kita peroleh dari kenaikan tersebut adalah sebesar 350 Milyar." Semua orang bertepuk tangan. Tiba-tiba, Angel menginterupsi, "Akan tetapi, itu hanyalah data fiktif yang saya terima dari anak buah Bapak Thamrin selaku Manager bagian properti ... " Semua orang yang ada dalam rapat itu dibuat bingung olehnya. "Setelah saya telusuri datanya lebih mendalam, seharusnya, keuntungan yang diperoleh perusahaan se
Angel kembali mengingat masa lalunya. Sekitar enam tahun yang lalu, tepatnya tanggal 1 Januari 2012, Angel diterima kerja sebagai staf admin di sebuah distributor alat kecantikan. Waktu itu, Angel baru saja lulus SMA. Sebelum menjadi karyawan tetap, Angel harus menjalani masa training dulu selama 3 bulan lamanya. Di hari pertama dia bekerja, dia masih malu-malu dan belum pandai beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Hari kedua pun masih sama. Akan tetapi, dia mulai memberanikan diri untuk saling berkomunikasi dengan rekan kerjanya. Angel masih ingat, orang pertama yang mengajaknya bicara adalah Anto. Bisa dibilang dialah senior yang paling ramah di kantor itu. Dari situlah, Angel banyak berkomunikasi dengan dia mengenai pekerjaan. "Oh ya Kak Anto, kalau boleh tahu, su
Retak menanti belah. Sebuah peribahasa yang cocok dengan keadaan Angel saat ini. Rasa cemburu yang menggila membuat seseorang bisa mengubah masa depan orang yang tak bersalah. Angel memutuskan untuk mengundurkan diri demi kebaikan Pak Sopian. Lebih baik dia menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dengan berat hati, dia memberikan surat pengunduran diri kepada atasannya itu. Pak Sopian merasa heran. Kemudian, dia membuka surat tersebut. Dia syok ... "Tidak! Kamu tidak boleh keluar dari perusahaan ini!" Pak Sopian geram sambil merobek surat pengunduran diri Angel. Angel menitikkan air mata. Sebenarnya dia tidak ingin berhenti, namun psikologisnya terguncang. Dia sudah lelah ... dituduh, dituduh, dan dituduh setiap hari oleh istri Bos. Dia sudah merasa capek dan
"Hai!" Seseorang menyapa Angel melalui pesan daring. Wanita berambut pendek itu menghela napas sambil mengeluh, "Hemm ... lagi-lagi, pesan tidak jelas." Dia pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerja. Namun, ponselnya kembali berbunyi. Angel melirik ponselnya dan melihat notifikasi yang masuk. Ternyata, itu pesan dari nomor yang sama. Kali ini pesan tersebut bertuliskan, "Hai! Apakah ini nomor Angel?" Angel terkejut. Jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir, "Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal aku sama sekali tidak mengenal nomor ini?" Karena penasaran, dia membalas pesan tersebut. "Maaf, ini dengan siapa?"
Sebelum berpamitan, Riki memberi sesuatu kepada Angel. Ternyata, itu sebuah kartu nama. Angel menerima kartu tersebut, kemudian membacanya. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dia terkejut ketika melihat tulisan "CEO" tersemat di bawah nama Riki. Riki heran ketika melihat mimik wajah Angel seperti itu. Dia bertanya, "Kenapa Gel? Kok kamu melotot kayak gitu? Apa ada yang aneh dengan tulisannya?" Angel menyangkal, "Oh nggak kok, Ki, nggak ada yang aneh. Cuma ... kamu hebat aja gitu udah jadi CEO di umur segini." Riki terkekeh, "Kamu bisa aja Gel. Lagian, aku cuma nerusin usaha papaku, jadi nggak ada yang istimewa. Nah berhubung aku lagi butuh karyawan, kamu mau nggak kerja di perusahaanku? Jika kamu berminat, besok kamu bisa langsung dateng ke kantorku. Alamatnya sudah tertera di kartu itu." &nbs
"Hah! Apa aku tidak salah lihat?" batin Angel. Baru kali ini dia melihat ada orang seaneh itu parasnya. Selain itu, lingkungan di dalam pabriknya pun sangat tidak nyaman. Banyak kabel berserakan dimana-mana dan juga kondisi bangunannya pun sudah lapuk.Angel merasa risih melihat para pekerja dari tadi memerhatikannya. Tatapan mereka layaknya singa kelaparan yang sedang mengawasi mangsanya. Dia pun berusaha untuk tidak menghiraukannya.Para pekerja terheran-heran melihat kedatangan Angel. Beberapa dari mereka pun banyak yang berbisik-bisik."Siapa ya wanita cantik itu?""Kayaknya dia pengganti Bang Jono deh.""Ah masa sih? Emang dia bisa jadi Supervisor di pabrik ini?"Emang dia bakal betah kerja di sini?""Entahlah, sepertinya dia akan
" ... sudah waktunya kamu memiliki pasangan hidup." lanjut Ibu. Angel hanya terdiam. Baginya, kalimat itu cukup sederhana untuk diucapkan, namun begitu menyakitkan bila didengar. "Bukankah tiga tahun yang lalu, Ibu menginginkanku untuk fokus pada karirku hingga usia 27 tahun? Lantas, mengapa sekarang Ibu mendesakku untuk menikah?" tanya Angel terheran-heran. "Bukannya mendesak, Angel. Ibu hanya sekadar mengingatkan. Saudara sepupumu saja sudah banyak yang menikah di usia muda. Masa kamu belum?" Pernyataan Ibu seolah-olah menyindir Angel. Merasa tak terima diolok-olok seperti itu, dia pun membalas perkataan Ibunya, "Ini semua kan salah Ibu sendiri. Mengapa waktu itu, Ibu tidak merestui hubunganku dengan Ardi? Kalau saja Ibu merestui hubungan kita berdua, mungkin sekarang ... aku sudah berkeluarga dan Ibu tidak akan malu di hadapan saudara-saudara Ibu." Mendengar hal tersebut, Ibu langsung marah. Wajahnya memerah seperti buah tomat yang sudah matang. Wanita tua itu mulai meninggika
Sambil memejamkan mata, Angel meng-klik tombol 'Daftar'. Alhasil, muncullah sebuah kalimat "Selamat! Anda terdaftar di komunitas Menikah Yuk!" di layar leptopnya. Perlahan-lahan, wanita itu membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya dia melihat tulisan tersebut. "Ya Tuhan, aku tak menyangka akan mengikuti komunitas semacam ini!"Baru saja daftar, Angel menerima banyak notifikasi pesan masuk di beranda profilnya. Dia membaca satu per satu pesan tersebut sambil mengecek profil pengirimnya. Wanita itu terkejut bukan main. Karena kebanyakan dari mereka adalah pria berusia 35 tahun ke atas.Namun, ada satu akun yang mampu menarik perhatian Angel. Namanya Yudha. Umurnya 30 tahun. Berasal dari Banyumas. Tinggi badan 165 cm, berat badan 70 kg. Dia bekerja sebagai Engineering di United Tractor. Hobinya olahraga sepeda dan kulineran. Kriteria wanita idamannya yaitu sama-sama suka olahraga, seiman, cantik, pintar, dan bisa diajak diskusi."Wah wah! Ribet juga ya kriterianya. Aku jadi penasaran,
"Aku janji akan menemuimu akhir bulan ini." ucap Benny. "Benarkah? Abang tidak bohong, kan?" tanya Angel untuk meyakinkan hatinya. "Tidaklah, Angel. Untuk apa Abang bohong sama kamu? Nanti Abang jadi dapat dosa dong?" jawab Benny sambil terkekeh. Di seberang sana, Angel tersenyum sumringah ketika mendengar jawaban dari Benny."Baiklah kalau begitu. Aku percaya dengan ucapan Abang. Hehmm ... jadi tidak sabar ingin cepat bertemu." ucap Angel. "Iya, pokoknya kamu sabar dulu ya Angel! Sebentar lagi kita akan bertemu. Oh iya, berhubung sudah larut malam, Abang sudahi dulu ya obrolannya! Kamu istirahat yang cukup, jangan begadang! Tidak baik untuk kesehatanmu." ujar Benny. "Iya, Abang! Ya sudah, aku tutup ya teleponnya? Selamat malam, Bang Benny! Semoga tidurnya nyenyak!" Benny hanya mengiyakan. Perbincangan mereka selesai sampai di situ. Karena sudah lelah, Angel pun segera naik ke tempat tidur, kemudian mengambil posisi untuk tidur. Saking senangnya, Angel kesulitan untuk memejamkan
Perkenalan Angel dan Yudha tidak berjalan dengan baik. Secara terang-terangan, Yudha mengungkapkan rasa sukanya kepada rekan kerjanya itu di akun Instagramnya, tanpa memikirkan perasaan Angel. Dia sama sekali tidak punya perasaan.Angel tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut. Dia pun tidak mau berlarut-larut tenggelam dalam rasa kecewa. Pada akhirnya, dia memblokir nomor Yudha, lalu menghapusnya. Dia berusaha ikhlas menerima kenyataan yang telah menimpanya. Angel beraktivitas kembali seperti semula. Kali ini, dia begitu bersemangat dalam bekerja. Dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum deadline. Hal itu membuat Bu Vanya keheranan, "Tumben kamu kerjanya cepat? Biasanya kan kamu suka keteteran?"Angel hanya menjawab dengan singkat dengan nada yang begitu santai, "Sekarang saya sudah terbiasa, Bu."Pada jam istirahat, Angel duduk sendiri di kantin. Dia seorang yang introvert, sehingga dia lebih suka menyendiri daripada berbaur dengan orang lain. Ketik
Sambil memejamkan mata, Angel meng-klik tombol 'Daftar'. Alhasil, muncullah sebuah kalimat "Selamat! Anda terdaftar di komunitas Menikah Yuk!" di layar leptopnya. Perlahan-lahan, wanita itu membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya dia melihat tulisan tersebut. "Ya Tuhan, aku tak menyangka akan mengikuti komunitas semacam ini!"Baru saja daftar, Angel menerima banyak notifikasi pesan masuk di beranda profilnya. Dia membaca satu per satu pesan tersebut sambil mengecek profil pengirimnya. Wanita itu terkejut bukan main. Karena kebanyakan dari mereka adalah pria berusia 35 tahun ke atas.Namun, ada satu akun yang mampu menarik perhatian Angel. Namanya Yudha. Umurnya 30 tahun. Berasal dari Banyumas. Tinggi badan 165 cm, berat badan 70 kg. Dia bekerja sebagai Engineering di United Tractor. Hobinya olahraga sepeda dan kulineran. Kriteria wanita idamannya yaitu sama-sama suka olahraga, seiman, cantik, pintar, dan bisa diajak diskusi."Wah wah! Ribet juga ya kriterianya. Aku jadi penasaran,
" ... sudah waktunya kamu memiliki pasangan hidup." lanjut Ibu. Angel hanya terdiam. Baginya, kalimat itu cukup sederhana untuk diucapkan, namun begitu menyakitkan bila didengar. "Bukankah tiga tahun yang lalu, Ibu menginginkanku untuk fokus pada karirku hingga usia 27 tahun? Lantas, mengapa sekarang Ibu mendesakku untuk menikah?" tanya Angel terheran-heran. "Bukannya mendesak, Angel. Ibu hanya sekadar mengingatkan. Saudara sepupumu saja sudah banyak yang menikah di usia muda. Masa kamu belum?" Pernyataan Ibu seolah-olah menyindir Angel. Merasa tak terima diolok-olok seperti itu, dia pun membalas perkataan Ibunya, "Ini semua kan salah Ibu sendiri. Mengapa waktu itu, Ibu tidak merestui hubunganku dengan Ardi? Kalau saja Ibu merestui hubungan kita berdua, mungkin sekarang ... aku sudah berkeluarga dan Ibu tidak akan malu di hadapan saudara-saudara Ibu." Mendengar hal tersebut, Ibu langsung marah. Wajahnya memerah seperti buah tomat yang sudah matang. Wanita tua itu mulai meninggika
"Hah! Apa aku tidak salah lihat?" batin Angel. Baru kali ini dia melihat ada orang seaneh itu parasnya. Selain itu, lingkungan di dalam pabriknya pun sangat tidak nyaman. Banyak kabel berserakan dimana-mana dan juga kondisi bangunannya pun sudah lapuk.Angel merasa risih melihat para pekerja dari tadi memerhatikannya. Tatapan mereka layaknya singa kelaparan yang sedang mengawasi mangsanya. Dia pun berusaha untuk tidak menghiraukannya.Para pekerja terheran-heran melihat kedatangan Angel. Beberapa dari mereka pun banyak yang berbisik-bisik."Siapa ya wanita cantik itu?""Kayaknya dia pengganti Bang Jono deh.""Ah masa sih? Emang dia bisa jadi Supervisor di pabrik ini?"Emang dia bakal betah kerja di sini?""Entahlah, sepertinya dia akan
Sebelum berpamitan, Riki memberi sesuatu kepada Angel. Ternyata, itu sebuah kartu nama. Angel menerima kartu tersebut, kemudian membacanya. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dia terkejut ketika melihat tulisan "CEO" tersemat di bawah nama Riki. Riki heran ketika melihat mimik wajah Angel seperti itu. Dia bertanya, "Kenapa Gel? Kok kamu melotot kayak gitu? Apa ada yang aneh dengan tulisannya?" Angel menyangkal, "Oh nggak kok, Ki, nggak ada yang aneh. Cuma ... kamu hebat aja gitu udah jadi CEO di umur segini." Riki terkekeh, "Kamu bisa aja Gel. Lagian, aku cuma nerusin usaha papaku, jadi nggak ada yang istimewa. Nah berhubung aku lagi butuh karyawan, kamu mau nggak kerja di perusahaanku? Jika kamu berminat, besok kamu bisa langsung dateng ke kantorku. Alamatnya sudah tertera di kartu itu." &nbs
"Hai!" Seseorang menyapa Angel melalui pesan daring. Wanita berambut pendek itu menghela napas sambil mengeluh, "Hemm ... lagi-lagi, pesan tidak jelas." Dia pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerja. Namun, ponselnya kembali berbunyi. Angel melirik ponselnya dan melihat notifikasi yang masuk. Ternyata, itu pesan dari nomor yang sama. Kali ini pesan tersebut bertuliskan, "Hai! Apakah ini nomor Angel?" Angel terkejut. Jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir, "Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal aku sama sekali tidak mengenal nomor ini?" Karena penasaran, dia membalas pesan tersebut. "Maaf, ini dengan siapa?"
Retak menanti belah. Sebuah peribahasa yang cocok dengan keadaan Angel saat ini. Rasa cemburu yang menggila membuat seseorang bisa mengubah masa depan orang yang tak bersalah. Angel memutuskan untuk mengundurkan diri demi kebaikan Pak Sopian. Lebih baik dia menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dengan berat hati, dia memberikan surat pengunduran diri kepada atasannya itu. Pak Sopian merasa heran. Kemudian, dia membuka surat tersebut. Dia syok ... "Tidak! Kamu tidak boleh keluar dari perusahaan ini!" Pak Sopian geram sambil merobek surat pengunduran diri Angel. Angel menitikkan air mata. Sebenarnya dia tidak ingin berhenti, namun psikologisnya terguncang. Dia sudah lelah ... dituduh, dituduh, dan dituduh setiap hari oleh istri Bos. Dia sudah merasa capek dan
Angel kembali mengingat masa lalunya. Sekitar enam tahun yang lalu, tepatnya tanggal 1 Januari 2012, Angel diterima kerja sebagai staf admin di sebuah distributor alat kecantikan. Waktu itu, Angel baru saja lulus SMA. Sebelum menjadi karyawan tetap, Angel harus menjalani masa training dulu selama 3 bulan lamanya. Di hari pertama dia bekerja, dia masih malu-malu dan belum pandai beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Hari kedua pun masih sama. Akan tetapi, dia mulai memberanikan diri untuk saling berkomunikasi dengan rekan kerjanya. Angel masih ingat, orang pertama yang mengajaknya bicara adalah Anto. Bisa dibilang dialah senior yang paling ramah di kantor itu. Dari situlah, Angel banyak berkomunikasi dengan dia mengenai pekerjaan. "Oh ya Kak Anto, kalau boleh tahu, su