Angel kembali mengingat masa lalunya. Sekitar enam tahun yang lalu, tepatnya tanggal 1 Januari 2012, Angel diterima kerja sebagai staf admin di sebuah distributor alat kecantikan. Waktu itu, Angel baru saja lulus SMA.
Sebelum menjadi karyawan tetap, Angel harus menjalani masa training dulu selama 3 bulan lamanya. Di hari pertama dia bekerja, dia masih malu-malu dan belum pandai beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.
Hari kedua pun masih sama. Akan tetapi, dia mulai memberanikan diri untuk saling berkomunikasi dengan rekan kerjanya.
Angel masih ingat, orang pertama yang mengajaknya bicara adalah Anto. Bisa dibilang dialah senior yang paling ramah di kantor itu. Dari situlah, Angel banyak berkomunikasi dengan dia mengenai pekerjaan.
"Oh ya Kak Anto, kalau boleh tahu, sudah berapa lama Kakak bekerja di sini?" tanya Angel penasaran.
"Ehmm ... belum lama sih, Gel. Ya baru 3 tahunanlah Kakak bekerja di sini."
Angel merespons, "Oh lumayan lama juga ya. Berarti Kakak betah dong kerja di sini?"
Anto menjawab, "Engg ... nggak juga sih, cuma ya berhubung belum ada penggantinya, ya mau nggak mau, kerja dulu aja di sini." Angel hanya mengangguk.
Selama 3 bulan itu, Angel mengalami peningkatan dalam kinerjanya. Dia pun diangkat menjadi karyawan tetap. Atasannya, Pak Sopian tidak menyangka kalau dia begitu cekatan dalam bekerja. Dia seringkali mendapat pujian dari atasannya itu.
Waktu demi waktu telah dilewati olehnya. Tak terasa, sudah setahun lamanya Angel bekerja di sana. Dia mulai merasa nyaman dengan pekerjaannya.
Suatu hari, Angel diajak oleh teman SMA-nya untuk menghadiri acara reuni. Sebenarnya, Angel enggan untuk menghadiri acara itu, karena dia tahu akan maksud dan tujuannya. Namun, salah satu teman Angel, memaksanya agar dia hadir dalam acara tersebut.
Merasa tak enak, Angel pun menghadiri acara yang menurutnya 'konyol' itu. "Kira-kira, mereka mau pamer apa ya?" pikir Angel.
Setibanya di Restoran Mamih Ungu, Angel menyapa semua teman-temannya. Kemudian, dia mengambil posisi duduk dekat dengan Ferdi. Teman-teman Angel membawa pasangannya masing-masing, sedangkan Angel hanya datang seorang diri.
"Sial! Tahu gitu aku nggak bakalan ikutan." umpat Angel dalam hati.
Tak lama kemudian, datanglah Sang Primadona kelas beserta kekasihnya. Namanya Tamara. Teman-teman begitu antusias melihat kedatangan Tamara, namun tidak bagi Angel dan Ferdi.
Angel melihat ekspresi Ferdi ketika melihat Tamara. Terselip rasa cemburu di dalam raut wajahnya. Dengan gayanya yang pecicilan, Tamara memperkenalkan kekasih barunya itu kepada teman-teman.
"Guys, kenalin! Dia Aldo, pacar baru aku."
Teman-teman menyapa kekasih baru Tamara. Bahkan, sebagian dari mereka memuji ketampanannya. Bisa dibilang bahwa Tamara memang ahli dalam menggaet pria tampan.
Dari situlah ajang pameran pun dimulai. Sambil menunggu makanan, mereka saling bertukar cerita mengenai kehidupannya masing-masing.
Sebagian dari mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang S1. Ada juga dari mereka yang sudah berencana untuk menikah.
Angel mengeluh dengan suara pelan, "Hehmm ... lagi-lagi mereka pamer. Gak ada obrolan lain apa?" Ferdi yang ada di sebelahnya mendengar keluhan Angel.
Dia pun merespons, "Ya namanya juga reuni. Kalau nggak pamer kan nggak seru." Angel terkekeh mendengarnya. Dia pun membenarkan ucapan Ferdi.
Tiba-tiba, salah satu teman Angel bernama Dewi bertanya kepadanya, "Oh ya Gel, kamu sendiri punya kesibukan apa sekarang?"
"Seperti biasa aku sibuk bekerja." jawab Angel singkat.
"Jadi, kamu nggak kuliah?" tanyanya lagi.
"Kayaknya nggak dulu deh. Soalnya aku belum kepikiran buat kuliah." jawab Angel.
"Ihh sayang banget, padahal kan kamu pinter, kenapa nggak lanjut S1?"
Angel hanya tersenyum.
"Terus, pacar kamu mana?" Dewi bermaksud memancing Angel dengan cara melontarkan pertanyaan tersebut.
Angel bingung harus menjawab apa. Angel berpikir apabila dia berbohong, maka teman-temannya akan menanyakan di mana kekasihnya bekerja, dan mengapa tidak diajak. Dia memilih diam dan tidak menjawab pertanyaan.
"Oh iya, kamu kan kutu buku. Ya mana mungkin punya pacar. Bener nggak, guys?" sindir Dewi sambil tertawa. Teman-teman Angel yang lain pun ikut tertawa dan membenarkan pernyataan Dewi.
"Ucapanmu salah Dewi. Akulah pacarnya Angel." tiba-tiba Ferdi melontarkan kata-kata tersebut di hadapan teman-teman. Angel kaget bukan main.
Teman-teman merasa tak percaya dengan ucapan Ferdi, "Ah yang bener Fer? Kok kita-kita nggak tahu ya?"
Ferdi menimpali ucapan mereka, "Untuk apa kalian tahu tentang hubungan kita. Lagian, ini kan privasi." Ferdi meraih tangan Angel, lalu membawanya pergi keluar.
Angel berterima kasih kepada Ferdi karena telah membantunya. Angel merasa dirinya lelah. Dia meminta Ferdi untuk mengantarnya pulang ke rumah.
***
Selama di rumah, Angel hanya diam dan tidak berbicara sepatah kata pun dengan penghuni rumah. Ibunya tahu bahwa Angel sedang berada dalam masalah. Dia mencoba bertanya kepada anaknya itu.
"Kamu kenapa, Nak? Kok daritadi diem terus?"
Angel masih bungkam. Ibunya tidak memaksa dia untuk bercerita.
Angel sudah merasa tenang. Dia pun mulai menceritakan kejadian buruk yang telah menimpanya kepada ibu. Di tengah pembicaraan tersebut, ayah Angel datang menghampiri keduanya.
"Angel, Ayah sarankan kamu kuliah. Benar apa kata teman-temanmu, sangat disayangkan jika kamu tidak melanjutkan sekolah. Kamu itu cerdas. Ayah akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyekolahkanmu hingga lulus kuliah."
Angel menitikkan air mata. Dia terharu mendengar ucapan ayahnya. Dia memeluk kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang.
"Lalu, bagaimana dengan pekerjaanku?"
Ayah meminta Angel untuk berhenti bekerja jika dia sudah mulai kuliah. Dia ingin anaknya fokus belajar.
Keesokan harinya, Angel ditemani ayahnya daftar kuliah. Dia meminta brosur dari satu kampus ke kampus lainnya.
Angel tercengang melihat rincian biaya yang harus dikeluarkan. Dia menjadi ragu apakah dia harus kuliah atau tidak.
"Jangan khawatir, Nak! Masalah biaya biar ayah yang memikirkan."
Angel tak tega melihat ayahnya yang tua ini masih membiayainya sekolah. Dia tidak mau merepotkan orang tuanya yang sudah tua renta.
Tiba-tiba, muncul sebuah ide. Angel mencoba menghubungi kampus-kampus tersebut, menanyakan apakah di sana bisa kuliah sambil kerja. Dan ternyata, di beberapa kampus menyediakan kelas karyawan untuk mahasiswa yang sudah bekerja.
Angel pun memberitahu ayahnya kalau dia tidak perlu keluar kerja. Dia bisa kuliah sambil kerja dengan cara daftar di kelas karyawan. Pada awalnya ayah tidak mengizinkan, karena khawatir akan mengganggu kesehatan Angel.
Namun, Angel memastikan ayahnya bahwa dia bisa menjaga kesehatannya. Terpaksa ayah mengizinkannya meskipun dalam hati dia masih ragu-ragu.
Ketika daftar, Angel memilih kelas malam di hari Senin sampai Rabu. Karena dia tidak mau hari liburnya dipakai untuk kuliah.
***
Angel mengetuk pintu ruangan atasannya. Dari dalam terdengar suara, "Masuk!" Angel pun masuk ke dalam ruangan itu. Dia memberi selembar surat kepada Pak Sopian.
Karena penasaran, Pak Sopian membuka surat tersebut. Isinya tentang permohonan izin untuk mengikuti ospek. Seketika dia bertanya, "Kamu kuliah?" Angel mengiyakan.
"Wah bagus dong kalau kamu kuliah. Jika kamu sudah lulus, saya janji akan menaikkan jabatan kamu sebagai Manager di perusahaan ini." tuturnya.
Angel semakin bersemangat untuk kuliah ketika mendengar ucapan Pak Sopian. Dia mengucapkan terima kasih kepada pimpinannya karena telah memberinya dukungan.
Selama setahun lebih, semuanya berjalan dengan baik. Akan tetapi, semenjak Pak Sopian sakit-sakitan, keadaan pun berubah drastis. Selama beliau sakit, perusahaan dipegang oleh istrinya Pak Sopian, yaitu Bu Widya.
Semua peraturan dan kebijakan perusahaan diubah olehnya. Mulai dari aturan jam kerja, lembur, gaji, hari libur, sampai waktu cuti pun dia yang mengatur. Hal itu membuat jadwal kuliah Angel menjadi kacau balau.
Angel mengeluhkan hal tersebut. Dia merasa keberatan dengan aturan baru perusahaan. Dia berharap Pak Sopian cepat pulih dan bisa memimpin perusahaan kembali.
Suatu hari, ketika Angel sedang bekerja. Dia mendapat telepon dari ibunya. Tiba-tiba, Angel memiliki firasat buruk.
"Gel, kamu dimana? Cepat pulang!"
"A-ada apa Bu?" tanya Angel terbata-bata.
"Ayahmu Angel ... ayahmu ... dia meninggal." jawab ibunya sambil menangis histeris di telepon.
Seketika Angel terkulai lemas, dia masih tak percaya bahwa orang yang sangat ia sayangi meninggalkannya begitu cepat. Tanpa berpikir panjang, dia segera meraih tasnya lalu pulang.
Angel mematung di hadapan mayat ayahnya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Entah mengapa dia merasa sulit sekali untuk meneteskan air mata.
Angel memeluk ibunya yang sedang menangis tersedu-sedu. Dia berusaha menenangkan ibunya agar tidak larut dalam kesedihan.
"Sudah Bu, ikhlaskan kepergian Ayah! Kasian Ayah di alam sana! Dia akan ikut sedih jika melihat Ibu menangis seperti ini."
***
Mengingat kembali mendiang ayahnya membuat Angel menangis terisak-isak. Dia tersadar bahwa dari tadi dia sedang melamun di dalam toilet. Dia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas, lalu melihat jam. Ternyata, sudah sejam lebih dia berada di sini.
Angel mengelap air matanya dengan tisu dan merapikan make upnya. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, dia melangkah keluar menghadapi masa depan.
Dia masuk ke dalam ruangannya. Ketika duduk, dia kembali mengingat kejadian sehari setelah kematian ayahnya.
Bu Widya memarahi Angel atas kejadian kemarin. Dia tidak mau mendengar alasan Angel meninggalkan pekerjaannya. Dia menuntut Angel untuk bekerja lembur hari ini tanpa dibayar sebagai penggantinya.
Angel keberatan atas sanksi yang dia dapat, karena malam ini adalah jadwal kuliahnya. Dia pun meminta kebijakan kepada Bu Widya, agar sanksinya diganti ke hari esok, namun permohonannya ditolak. Secara terpaksa, Angel menuruti perintah bos kejamnya itu.
Penderitaan Angel tidak hanya di situ saja. Dia benar-benar dikerjai oleh Bu Widya. Angel dipaksa membersihkan ruangannya. Setelah itu, dia juga disuruh bolak-balik pergi ke luar membeli barang maupun makanan.
Hal itu harus ia lakukan setiap hari. Selain itu, dia dicaci maki, dihina, bahkan sering dituduh oleh Bu Widya. Angel bingung, mengapa hanya dia yang diperlakukan semena-mena? Sedangkan karyawan lain yang melakukan kesalahan tidak pernah ditegur sama sekali.
Angel tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintahnya. Karena dia sangat membutuhkan biaya untuk kehidupannya sehari-hari. Dia terpaksa cuti kuliah selama dua semester karena dia harus membiayai adiknya sekolah.
Setahun kemudian, kondisi kesehatan Pak Sopian benar-benar pulih. Kini, perusahaan kembali dipegang olehnya. Angel merasa lega karena semua kembali seperti semula. Akan tetapi, istrinya masih ikut campur dalam mengelola perusahaan.
Kembalinya Pak Sopian disambut hangat oleh semua karyawannya. Mereka pun mengucapkan selamat atas kesembuhannya. Pak Sopian merasa heran, kenapa Angel tidak ada di kantor?
Dia pun menanyakan hal tersebut kepada karyawannya. Salah satu dari mereka memberitahu bahwa Angel sedang membersihkan gudang. Pak Sopian terkejut mendengarnya. Dia pun memarahi semua karyawannya.
"Angel itu bagian staf. Dia memegang peranan penting dalam perusahaan. Mengapa kalian membiarkannya membersihkan gudang?" Mereka hanya terdiam.
"Apa gunanya ada Office Boy kalau staf saya jadi tukang bersih-bersih? Siapa di antara kalian yang berani menyuruh Angel? Hayo ngaku, sebelum saya memecat kalian semua!" Tidak ada seorang pun yang mengakuinya.
"Kalau saya pelakunya, apa yang akan Anda lakukan?" Pak Sopian menoleh ke belakang. Amarahnya memuncak. Dia membawa istrinya masuk ke dalam ruangan.
Kemudian, dia menanyakan alasan istrinya mengganti posisi Angel menjadi Office Boy. Ternyata, selama ini dia cemburu kepada Angel.
Pak Sopian seringkali menceritakan dan memuji kecerdasan Angel di hadapannya, membuat istrinya merasa lemah dan tak berguna.
Kemudian, istrinya merencanakan sesuatu yang buruk. Dia menaburkan obat yang berbahaya ke dalam makanan Pak Sopian. Obat tersebut sengaja diberikan agar Pak Sopian jatuh sakit dan perusahaan bisa diambil alih oleh istrinya.
Ketika mengetahui hal tersebut, Angel merasa seperti tersambar petir di siang bolong. Dia merasa tak enak kepada Pak Sopian. Dia pun berpikir mungkin lebih baik dia ...
Retak menanti belah. Sebuah peribahasa yang cocok dengan keadaan Angel saat ini. Rasa cemburu yang menggila membuat seseorang bisa mengubah masa depan orang yang tak bersalah. Angel memutuskan untuk mengundurkan diri demi kebaikan Pak Sopian. Lebih baik dia menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dengan berat hati, dia memberikan surat pengunduran diri kepada atasannya itu. Pak Sopian merasa heran. Kemudian, dia membuka surat tersebut. Dia syok ... "Tidak! Kamu tidak boleh keluar dari perusahaan ini!" Pak Sopian geram sambil merobek surat pengunduran diri Angel. Angel menitikkan air mata. Sebenarnya dia tidak ingin berhenti, namun psikologisnya terguncang. Dia sudah lelah ... dituduh, dituduh, dan dituduh setiap hari oleh istri Bos. Dia sudah merasa capek dan
"Hai!" Seseorang menyapa Angel melalui pesan daring. Wanita berambut pendek itu menghela napas sambil mengeluh, "Hemm ... lagi-lagi, pesan tidak jelas." Dia pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerja. Namun, ponselnya kembali berbunyi. Angel melirik ponselnya dan melihat notifikasi yang masuk. Ternyata, itu pesan dari nomor yang sama. Kali ini pesan tersebut bertuliskan, "Hai! Apakah ini nomor Angel?" Angel terkejut. Jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir, "Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal aku sama sekali tidak mengenal nomor ini?" Karena penasaran, dia membalas pesan tersebut. "Maaf, ini dengan siapa?"
Sebelum berpamitan, Riki memberi sesuatu kepada Angel. Ternyata, itu sebuah kartu nama. Angel menerima kartu tersebut, kemudian membacanya. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dia terkejut ketika melihat tulisan "CEO" tersemat di bawah nama Riki. Riki heran ketika melihat mimik wajah Angel seperti itu. Dia bertanya, "Kenapa Gel? Kok kamu melotot kayak gitu? Apa ada yang aneh dengan tulisannya?" Angel menyangkal, "Oh nggak kok, Ki, nggak ada yang aneh. Cuma ... kamu hebat aja gitu udah jadi CEO di umur segini." Riki terkekeh, "Kamu bisa aja Gel. Lagian, aku cuma nerusin usaha papaku, jadi nggak ada yang istimewa. Nah berhubung aku lagi butuh karyawan, kamu mau nggak kerja di perusahaanku? Jika kamu berminat, besok kamu bisa langsung dateng ke kantorku. Alamatnya sudah tertera di kartu itu." &nbs
"Hah! Apa aku tidak salah lihat?" batin Angel. Baru kali ini dia melihat ada orang seaneh itu parasnya. Selain itu, lingkungan di dalam pabriknya pun sangat tidak nyaman. Banyak kabel berserakan dimana-mana dan juga kondisi bangunannya pun sudah lapuk.Angel merasa risih melihat para pekerja dari tadi memerhatikannya. Tatapan mereka layaknya singa kelaparan yang sedang mengawasi mangsanya. Dia pun berusaha untuk tidak menghiraukannya.Para pekerja terheran-heran melihat kedatangan Angel. Beberapa dari mereka pun banyak yang berbisik-bisik."Siapa ya wanita cantik itu?""Kayaknya dia pengganti Bang Jono deh.""Ah masa sih? Emang dia bisa jadi Supervisor di pabrik ini?"Emang dia bakal betah kerja di sini?""Entahlah, sepertinya dia akan
" ... sudah waktunya kamu memiliki pasangan hidup." lanjut Ibu. Angel hanya terdiam. Baginya, kalimat itu cukup sederhana untuk diucapkan, namun begitu menyakitkan bila didengar. "Bukankah tiga tahun yang lalu, Ibu menginginkanku untuk fokus pada karirku hingga usia 27 tahun? Lantas, mengapa sekarang Ibu mendesakku untuk menikah?" tanya Angel terheran-heran. "Bukannya mendesak, Angel. Ibu hanya sekadar mengingatkan. Saudara sepupumu saja sudah banyak yang menikah di usia muda. Masa kamu belum?" Pernyataan Ibu seolah-olah menyindir Angel. Merasa tak terima diolok-olok seperti itu, dia pun membalas perkataan Ibunya, "Ini semua kan salah Ibu sendiri. Mengapa waktu itu, Ibu tidak merestui hubunganku dengan Ardi? Kalau saja Ibu merestui hubungan kita berdua, mungkin sekarang ... aku sudah berkeluarga dan Ibu tidak akan malu di hadapan saudara-saudara Ibu." Mendengar hal tersebut, Ibu langsung marah. Wajahnya memerah seperti buah tomat yang sudah matang. Wanita tua itu mulai meninggika
Sambil memejamkan mata, Angel meng-klik tombol 'Daftar'. Alhasil, muncullah sebuah kalimat "Selamat! Anda terdaftar di komunitas Menikah Yuk!" di layar leptopnya. Perlahan-lahan, wanita itu membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya dia melihat tulisan tersebut. "Ya Tuhan, aku tak menyangka akan mengikuti komunitas semacam ini!"Baru saja daftar, Angel menerima banyak notifikasi pesan masuk di beranda profilnya. Dia membaca satu per satu pesan tersebut sambil mengecek profil pengirimnya. Wanita itu terkejut bukan main. Karena kebanyakan dari mereka adalah pria berusia 35 tahun ke atas.Namun, ada satu akun yang mampu menarik perhatian Angel. Namanya Yudha. Umurnya 30 tahun. Berasal dari Banyumas. Tinggi badan 165 cm, berat badan 70 kg. Dia bekerja sebagai Engineering di United Tractor. Hobinya olahraga sepeda dan kulineran. Kriteria wanita idamannya yaitu sama-sama suka olahraga, seiman, cantik, pintar, dan bisa diajak diskusi."Wah wah! Ribet juga ya kriterianya. Aku jadi penasaran,
Perkenalan Angel dan Yudha tidak berjalan dengan baik. Secara terang-terangan, Yudha mengungkapkan rasa sukanya kepada rekan kerjanya itu di akun Instagramnya, tanpa memikirkan perasaan Angel. Dia sama sekali tidak punya perasaan.Angel tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut. Dia pun tidak mau berlarut-larut tenggelam dalam rasa kecewa. Pada akhirnya, dia memblokir nomor Yudha, lalu menghapusnya. Dia berusaha ikhlas menerima kenyataan yang telah menimpanya. Angel beraktivitas kembali seperti semula. Kali ini, dia begitu bersemangat dalam bekerja. Dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum deadline. Hal itu membuat Bu Vanya keheranan, "Tumben kamu kerjanya cepat? Biasanya kan kamu suka keteteran?"Angel hanya menjawab dengan singkat dengan nada yang begitu santai, "Sekarang saya sudah terbiasa, Bu."Pada jam istirahat, Angel duduk sendiri di kantin. Dia seorang yang introvert, sehingga dia lebih suka menyendiri daripada berbaur dengan orang lain. Ketik
"Aku janji akan menemuimu akhir bulan ini." ucap Benny. "Benarkah? Abang tidak bohong, kan?" tanya Angel untuk meyakinkan hatinya. "Tidaklah, Angel. Untuk apa Abang bohong sama kamu? Nanti Abang jadi dapat dosa dong?" jawab Benny sambil terkekeh. Di seberang sana, Angel tersenyum sumringah ketika mendengar jawaban dari Benny."Baiklah kalau begitu. Aku percaya dengan ucapan Abang. Hehmm ... jadi tidak sabar ingin cepat bertemu." ucap Angel. "Iya, pokoknya kamu sabar dulu ya Angel! Sebentar lagi kita akan bertemu. Oh iya, berhubung sudah larut malam, Abang sudahi dulu ya obrolannya! Kamu istirahat yang cukup, jangan begadang! Tidak baik untuk kesehatanmu." ujar Benny. "Iya, Abang! Ya sudah, aku tutup ya teleponnya? Selamat malam, Bang Benny! Semoga tidurnya nyenyak!" Benny hanya mengiyakan. Perbincangan mereka selesai sampai di situ. Karena sudah lelah, Angel pun segera naik ke tempat tidur, kemudian mengambil posisi untuk tidur. Saking senangnya, Angel kesulitan untuk memejamkan
"Aku janji akan menemuimu akhir bulan ini." ucap Benny. "Benarkah? Abang tidak bohong, kan?" tanya Angel untuk meyakinkan hatinya. "Tidaklah, Angel. Untuk apa Abang bohong sama kamu? Nanti Abang jadi dapat dosa dong?" jawab Benny sambil terkekeh. Di seberang sana, Angel tersenyum sumringah ketika mendengar jawaban dari Benny."Baiklah kalau begitu. Aku percaya dengan ucapan Abang. Hehmm ... jadi tidak sabar ingin cepat bertemu." ucap Angel. "Iya, pokoknya kamu sabar dulu ya Angel! Sebentar lagi kita akan bertemu. Oh iya, berhubung sudah larut malam, Abang sudahi dulu ya obrolannya! Kamu istirahat yang cukup, jangan begadang! Tidak baik untuk kesehatanmu." ujar Benny. "Iya, Abang! Ya sudah, aku tutup ya teleponnya? Selamat malam, Bang Benny! Semoga tidurnya nyenyak!" Benny hanya mengiyakan. Perbincangan mereka selesai sampai di situ. Karena sudah lelah, Angel pun segera naik ke tempat tidur, kemudian mengambil posisi untuk tidur. Saking senangnya, Angel kesulitan untuk memejamkan
Perkenalan Angel dan Yudha tidak berjalan dengan baik. Secara terang-terangan, Yudha mengungkapkan rasa sukanya kepada rekan kerjanya itu di akun Instagramnya, tanpa memikirkan perasaan Angel. Dia sama sekali tidak punya perasaan.Angel tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut. Dia pun tidak mau berlarut-larut tenggelam dalam rasa kecewa. Pada akhirnya, dia memblokir nomor Yudha, lalu menghapusnya. Dia berusaha ikhlas menerima kenyataan yang telah menimpanya. Angel beraktivitas kembali seperti semula. Kali ini, dia begitu bersemangat dalam bekerja. Dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum deadline. Hal itu membuat Bu Vanya keheranan, "Tumben kamu kerjanya cepat? Biasanya kan kamu suka keteteran?"Angel hanya menjawab dengan singkat dengan nada yang begitu santai, "Sekarang saya sudah terbiasa, Bu."Pada jam istirahat, Angel duduk sendiri di kantin. Dia seorang yang introvert, sehingga dia lebih suka menyendiri daripada berbaur dengan orang lain. Ketik
Sambil memejamkan mata, Angel meng-klik tombol 'Daftar'. Alhasil, muncullah sebuah kalimat "Selamat! Anda terdaftar di komunitas Menikah Yuk!" di layar leptopnya. Perlahan-lahan, wanita itu membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya dia melihat tulisan tersebut. "Ya Tuhan, aku tak menyangka akan mengikuti komunitas semacam ini!"Baru saja daftar, Angel menerima banyak notifikasi pesan masuk di beranda profilnya. Dia membaca satu per satu pesan tersebut sambil mengecek profil pengirimnya. Wanita itu terkejut bukan main. Karena kebanyakan dari mereka adalah pria berusia 35 tahun ke atas.Namun, ada satu akun yang mampu menarik perhatian Angel. Namanya Yudha. Umurnya 30 tahun. Berasal dari Banyumas. Tinggi badan 165 cm, berat badan 70 kg. Dia bekerja sebagai Engineering di United Tractor. Hobinya olahraga sepeda dan kulineran. Kriteria wanita idamannya yaitu sama-sama suka olahraga, seiman, cantik, pintar, dan bisa diajak diskusi."Wah wah! Ribet juga ya kriterianya. Aku jadi penasaran,
" ... sudah waktunya kamu memiliki pasangan hidup." lanjut Ibu. Angel hanya terdiam. Baginya, kalimat itu cukup sederhana untuk diucapkan, namun begitu menyakitkan bila didengar. "Bukankah tiga tahun yang lalu, Ibu menginginkanku untuk fokus pada karirku hingga usia 27 tahun? Lantas, mengapa sekarang Ibu mendesakku untuk menikah?" tanya Angel terheran-heran. "Bukannya mendesak, Angel. Ibu hanya sekadar mengingatkan. Saudara sepupumu saja sudah banyak yang menikah di usia muda. Masa kamu belum?" Pernyataan Ibu seolah-olah menyindir Angel. Merasa tak terima diolok-olok seperti itu, dia pun membalas perkataan Ibunya, "Ini semua kan salah Ibu sendiri. Mengapa waktu itu, Ibu tidak merestui hubunganku dengan Ardi? Kalau saja Ibu merestui hubungan kita berdua, mungkin sekarang ... aku sudah berkeluarga dan Ibu tidak akan malu di hadapan saudara-saudara Ibu." Mendengar hal tersebut, Ibu langsung marah. Wajahnya memerah seperti buah tomat yang sudah matang. Wanita tua itu mulai meninggika
"Hah! Apa aku tidak salah lihat?" batin Angel. Baru kali ini dia melihat ada orang seaneh itu parasnya. Selain itu, lingkungan di dalam pabriknya pun sangat tidak nyaman. Banyak kabel berserakan dimana-mana dan juga kondisi bangunannya pun sudah lapuk.Angel merasa risih melihat para pekerja dari tadi memerhatikannya. Tatapan mereka layaknya singa kelaparan yang sedang mengawasi mangsanya. Dia pun berusaha untuk tidak menghiraukannya.Para pekerja terheran-heran melihat kedatangan Angel. Beberapa dari mereka pun banyak yang berbisik-bisik."Siapa ya wanita cantik itu?""Kayaknya dia pengganti Bang Jono deh.""Ah masa sih? Emang dia bisa jadi Supervisor di pabrik ini?"Emang dia bakal betah kerja di sini?""Entahlah, sepertinya dia akan
Sebelum berpamitan, Riki memberi sesuatu kepada Angel. Ternyata, itu sebuah kartu nama. Angel menerima kartu tersebut, kemudian membacanya. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Dia terkejut ketika melihat tulisan "CEO" tersemat di bawah nama Riki. Riki heran ketika melihat mimik wajah Angel seperti itu. Dia bertanya, "Kenapa Gel? Kok kamu melotot kayak gitu? Apa ada yang aneh dengan tulisannya?" Angel menyangkal, "Oh nggak kok, Ki, nggak ada yang aneh. Cuma ... kamu hebat aja gitu udah jadi CEO di umur segini." Riki terkekeh, "Kamu bisa aja Gel. Lagian, aku cuma nerusin usaha papaku, jadi nggak ada yang istimewa. Nah berhubung aku lagi butuh karyawan, kamu mau nggak kerja di perusahaanku? Jika kamu berminat, besok kamu bisa langsung dateng ke kantorku. Alamatnya sudah tertera di kartu itu." &nbs
"Hai!" Seseorang menyapa Angel melalui pesan daring. Wanita berambut pendek itu menghela napas sambil mengeluh, "Hemm ... lagi-lagi, pesan tidak jelas." Dia pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerja. Namun, ponselnya kembali berbunyi. Angel melirik ponselnya dan melihat notifikasi yang masuk. Ternyata, itu pesan dari nomor yang sama. Kali ini pesan tersebut bertuliskan, "Hai! Apakah ini nomor Angel?" Angel terkejut. Jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir, "Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal aku sama sekali tidak mengenal nomor ini?" Karena penasaran, dia membalas pesan tersebut. "Maaf, ini dengan siapa?"
Retak menanti belah. Sebuah peribahasa yang cocok dengan keadaan Angel saat ini. Rasa cemburu yang menggila membuat seseorang bisa mengubah masa depan orang yang tak bersalah. Angel memutuskan untuk mengundurkan diri demi kebaikan Pak Sopian. Lebih baik dia menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dengan berat hati, dia memberikan surat pengunduran diri kepada atasannya itu. Pak Sopian merasa heran. Kemudian, dia membuka surat tersebut. Dia syok ... "Tidak! Kamu tidak boleh keluar dari perusahaan ini!" Pak Sopian geram sambil merobek surat pengunduran diri Angel. Angel menitikkan air mata. Sebenarnya dia tidak ingin berhenti, namun psikologisnya terguncang. Dia sudah lelah ... dituduh, dituduh, dan dituduh setiap hari oleh istri Bos. Dia sudah merasa capek dan
Angel kembali mengingat masa lalunya. Sekitar enam tahun yang lalu, tepatnya tanggal 1 Januari 2012, Angel diterima kerja sebagai staf admin di sebuah distributor alat kecantikan. Waktu itu, Angel baru saja lulus SMA. Sebelum menjadi karyawan tetap, Angel harus menjalani masa training dulu selama 3 bulan lamanya. Di hari pertama dia bekerja, dia masih malu-malu dan belum pandai beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Hari kedua pun masih sama. Akan tetapi, dia mulai memberanikan diri untuk saling berkomunikasi dengan rekan kerjanya. Angel masih ingat, orang pertama yang mengajaknya bicara adalah Anto. Bisa dibilang dialah senior yang paling ramah di kantor itu. Dari situlah, Angel banyak berkomunikasi dengan dia mengenai pekerjaan. "Oh ya Kak Anto, kalau boleh tahu, su