"Berpaling?" gumam Anggraini seolah pada diri sendiri.Merry mengangguk hati-hati. Jujur saja ia takut Anggraini merasa tersinggung, namun untungnya saja wanita itu malah tertawa terbahak-bahak. Hal itu membuat Merry mengernyitkan keningnya."Ya? Kamu nggak takut suamimu berpaling?" tanyanya ulang."Nggaklah, untuk apa takut? Kalau memang dia mau berpaling tidak akan ada yang bisa menghalangi itu sekalipun kami punya anak. Memangnya kamu sendiri yakin dengan memiliki anak suami tidak akan selingkuh?" Anggraini bertanya balik pada Merry.Merry mengangkat pundaknya."Mungkin tidak, namun misalpun suami berpaling pada wanita yang lain, masih ada anak yang akan jadi pelipur lara untuk kita. Mungkin pendapat ini tidak akan selaras dengan orang-orang yang punya prinsip childfree tapi bagi sebagian orang khususnya ibu, kehadiran anak jauh lebih berharga dibandingkan dengan keberadaan suami. Bahkan saat kita tua, akan ada anak yang akan mengurus kita," kata Merry tenang dan terlihat seperti 'm
"Maaf nih, Tar. Rumahku agak sedikit berantakan. Padahal tadi aku sudah sempatin untuk beberes. Pasti kerjaannya Shakila lagi nih. Hufft … nasib … nasib. Beginilah kalau jadi ibu rumah tangga. Baru diberesin dikit eh si bocil sudah berantakin lagi," keluh Merry sambil memungut beberapa boneka yang tergeletak di lantai.Anggraini tidak merespon. Ia bahkan tidak mendengar Merry sedang mengajaknya bicara saat ini. Matanya terpaku pada figura foto pengantin itu.Diamnya Anggrini membuat Merry spontan mencari keberadaan instruktur senam yang dia ketahui bernama Tari itu. Melihat Anggraini yang sedang menatap lekat ke arah foto pernikahannya membuat Merry mundur kembali menghampiri Anggraini."Itu foto pernikahanku. Jelek ya?" tanyanya meminta pendapat Anggraini.Anggraini tersentak dalam lamunannya. Ia sempat tergagap sebentar sebelum ia berhasil menguasai dirinya. Untungnya Merry tidak menaruh curiga pada ekspresi yang sempat ditunjukkannya tadi."Hmm? Apa tadi?""Aku tanya, aku di foto
"Temanmu yang mana? Siapa emangnya?" Di ujung telepon sana, Teguh mengernyitkan keningnya mendengar permintaan Anggraini raini yang meminta dirinya menebak di rumah siapa wanita itu saat ini."Ciee … yang penasaran!"Teguh geleng-geleng kepala mendengar sahutan Anggraini yang terdengar tidak masuk akal. Tadi disuruh tebak, giliran ditanya siapa malah ngeledekin. Ngeselin nggak sih?"Nggak penasaran. Terserah kamu mau di rumah temanmu yang mana. Yang penting jangan aneh-aneh," kata Teguh memperingatkan.Anggraini mendengus dalam hati. "Perasaan aku nggak pernah aneh-aneh deh. Mas kali yang suka aneh-aneh di pintu belakangku," Anggraini balik menuduh."Hufft!! Ngejawab terus. Tinggal jawab iya aja nggak bisa apa?""Iya, iya. Bisa. Aku jawab iya sekarang. Puas?" "Kacangnya sudah selesai aku goreng semua nih. Ini nggak kebanyakan apa?" tanya Merry tiba-tiba.Refleks Anggraini langsung menutup ponselnya dengan tangan. Jangan sampai Teguh bisa mendengar suara Merry. Bisa berabe nanti."H
"Sekali lagi aku minta maaf ya karena sudah teleponan tidak sopan begitu di area rumahmu," ucap Anggraini meminta maaf pada Merry.Bukannya langsung menjawab, Merry malah memandang Anggraini dengan tatapan menggoda untuk membuat Anggraini salah tingkah."Ih, apaan kamu ngelihat aku kayak begitu? Aku serius minta maaf nih. Aku benar-benar nggak enak sama kamu," desak Anggraini salah tingkah.Kali ini Merry tertawa terbahak-bahak melihat upayanya membuat Anggraini salah tingkah berhasil."Cie, yang mesra-mesraan secara virtual. Tenang aja. Aku paham kok. Paham banget malah. Aku juga LDR soalnya. Hihihi, aku jadi kepo nih. Kamu sama suami kamu kalau lagi kangen suka berhubungan 'itu' by phone nggak?" tanya Merry tanpa terduga oleh Anggraini sama sekali.Anggraini sangat mengerti maksud dari pertanyaan Merry itu. Yang dia tidak mengerti bisa-bisanya Merry menanyakan hal seprivat itu itu padanya. Padahal Anggraini pikir selama ini sosok Merry adalah seorang wanita yang kalem."Nggak. Suam
Oh, jadi makhluk seperti inilah yang kamu inginkan ada di sisimu dan menjadi penyemangatmu, ya Mas? batin Anggraini.Saat ini dirinya sedang berdiri di ambang pintu kamar mandi yang berada di dalam kamar Shakila. Bocah itu sendiri sudah berada di dalam bathtub khusus anak sambil melihat pada Anggraini dengan wajah menyelidik."Ante, kenapa cuma beldili saja? Katanya mo mandiin Qila?" tanyanya dengan lidah cadelnya.Anggraini melihat Shakila lekat-lekat. Senyum jahat tersungging di bibirnya. Namun Anggraini juga salut pada bocah ini. Sedikitpun Shakila tak terlihat takut padanya. Padahal kata orang konon anak kecil sangat perasa. Mereka bisa membedakan mana orang jahat mana orang baik. Tapi tunggu, tunggu. Anggraini tidak merasa kalau dia jahat walaupun dia mengakui secara sadar bahwa ia sedang berniat jahat saat ini."Ante tidak bisa bicala ya? Qila aja umulnya masih segini bisa bicala," oceh bocil itu lagi sambil menunjukkan beberapa ruas jari-jarinya.Tanpa sadar Anggraini tertawa
Anggraini dengan perlahan dan hati-hati meletakkan bookongnya pada sofa yang terasa berbahan padat dan kencang itu.Menjijikan!Jadi disinilah suaminya itu sering bercinta dengan Merry, istri gelapnya itu?Ekspresi Anggraini pada wajahnya mengeras seperti emoticon batu pada keyword ponselnya. Tak bisa ia ungkapkan betapa geli dan jijiknya dia saat ini ketika ingin duduk sofa ini.Entah sudah berapa banyak cairan hasil percintaan kedua manusia laknat itu yang telah menempel di sofa ini."Eh, astaga. Ya ampun! Kok kamu duduk di situ, Tar? Pindah, pindah! Duduk di situ saja!" tunjuk Merry pada kursi di meja rias.Anggraini memasang muka bodoh di depan Merry. Ia berlagak tidak tahu. Bukannya tadi Merry yang menyuruhnya untuk duduk di sini? Atau jangan-jangan wanita ini sedang ingin show up padanya?"Memangnya kenapa? Nggak boleh memang duduk di sini? Kan tadi kamu yang nyuruh?"Merry memutar bola matanya."Halah, kamu nih pura-pura nggak tau aja itu sofa buat apaan. Tadi tuh aku lagi nggak
Teguh masih saja terpana melihat benda yang ada di hadapannya itu. "Kok bengong sih? Tau nggak sih, Mas? Sofa ini tuh lagi rame diperbincangkan sama teman-temanku. Kata mereka ini tuh bisa bikin rumah tangga jadi harmonis. Dan pernikahan yang sudah lama pun akan mesra kembali seperti ketika masih menjadi pengantin baru," kata Anggraini menjelaskan. Teguh mengedipkan kelopak matanya hingga beberapa kali. Ia kemudian geleng-geleng kepala."Terus kamu langsung termakan omongan mereka, begitu?" "Maksudnya?" Anggraini malah bertanya balik.Teguh berldecak."Biar Mas tebak deh. Pasti salah seorang dari temanmu ada yang memiliki usaha furniture atau justru bekerja sebagai sales di toko perabot. Terus mereka menjadikan kamu target market mereka. Dan kamu dengan bodohnya mau aja beli barang beginian? Buat apa sih, Anggre? Kamu itu makin lama makin nggak masuk akal tahu nggak?"Anggraini mengernyitkan kening seolah tidak paham apa yang membuat Teguh menjadi terpicu untuk marah. Padahal just
"Temani aku, Pi. Datang ke sini. Aku sedang berada di midnight club sekarang. Kamu datang donk!" ajak Anggraini pada Sophia melalui panggilan telepon."Heh! Kamu ngapain di sana? Sama siapa? Anggre, ini sudah jam setengah dua belas malam loh!"Sophia di seberang telepon sana tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu akhir-akhir ini. Sejak Anggraini tahu kalau Teguh telah menikah lagi diam-diam tanpa sepengetahuannya.Kini Sophia bertanya-tanya dalam hati apakah keputusannya kemarin-kemarin membongkar hal itu pada Anggraini adalah keputusan yang tepat atau justru itu adalah keputusan yang salah? Masalahnya Anggraini jadi moody-an dan tidak dapat ditebak jalan pikirannya. Tadinya Sophia pikir dengan memberi tahu kebusukan Teguh, Anggraini akan melabrak keduanya dan menggugat Teguh. Setelah itu mereka berpisah dan Anggraini kemudian berhak mendapat pasangan yang lebih baik.Sesimpel itu harapan Sophia. Tapi sekarang kenapa lagi dengan Anggraini? Sophia sangat yakin itu pasti a