Anggraini dengan perlahan dan hati-hati meletakkan bookongnya pada sofa yang terasa berbahan padat dan kencang itu.Menjijikan!Jadi disinilah suaminya itu sering bercinta dengan Merry, istri gelapnya itu?Ekspresi Anggraini pada wajahnya mengeras seperti emoticon batu pada keyword ponselnya. Tak bisa ia ungkapkan betapa geli dan jijiknya dia saat ini ketika ingin duduk sofa ini.Entah sudah berapa banyak cairan hasil percintaan kedua manusia laknat itu yang telah menempel di sofa ini."Eh, astaga. Ya ampun! Kok kamu duduk di situ, Tar? Pindah, pindah! Duduk di situ saja!" tunjuk Merry pada kursi di meja rias.Anggraini memasang muka bodoh di depan Merry. Ia berlagak tidak tahu. Bukannya tadi Merry yang menyuruhnya untuk duduk di sini? Atau jangan-jangan wanita ini sedang ingin show up padanya?"Memangnya kenapa? Nggak boleh memang duduk di sini? Kan tadi kamu yang nyuruh?"Merry memutar bola matanya."Halah, kamu nih pura-pura nggak tau aja itu sofa buat apaan. Tadi tuh aku lagi nggak
Teguh masih saja terpana melihat benda yang ada di hadapannya itu. "Kok bengong sih? Tau nggak sih, Mas? Sofa ini tuh lagi rame diperbincangkan sama teman-temanku. Kata mereka ini tuh bisa bikin rumah tangga jadi harmonis. Dan pernikahan yang sudah lama pun akan mesra kembali seperti ketika masih menjadi pengantin baru," kata Anggraini menjelaskan. Teguh mengedipkan kelopak matanya hingga beberapa kali. Ia kemudian geleng-geleng kepala."Terus kamu langsung termakan omongan mereka, begitu?" "Maksudnya?" Anggraini malah bertanya balik.Teguh berldecak."Biar Mas tebak deh. Pasti salah seorang dari temanmu ada yang memiliki usaha furniture atau justru bekerja sebagai sales di toko perabot. Terus mereka menjadikan kamu target market mereka. Dan kamu dengan bodohnya mau aja beli barang beginian? Buat apa sih, Anggre? Kamu itu makin lama makin nggak masuk akal tahu nggak?"Anggraini mengernyitkan kening seolah tidak paham apa yang membuat Teguh menjadi terpicu untuk marah. Padahal just
"Temani aku, Pi. Datang ke sini. Aku sedang berada di midnight club sekarang. Kamu datang donk!" ajak Anggraini pada Sophia melalui panggilan telepon."Heh! Kamu ngapain di sana? Sama siapa? Anggre, ini sudah jam setengah dua belas malam loh!"Sophia di seberang telepon sana tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu akhir-akhir ini. Sejak Anggraini tahu kalau Teguh telah menikah lagi diam-diam tanpa sepengetahuannya.Kini Sophia bertanya-tanya dalam hati apakah keputusannya kemarin-kemarin membongkar hal itu pada Anggraini adalah keputusan yang tepat atau justru itu adalah keputusan yang salah? Masalahnya Anggraini jadi moody-an dan tidak dapat ditebak jalan pikirannya. Tadinya Sophia pikir dengan memberi tahu kebusukan Teguh, Anggraini akan melabrak keduanya dan menggugat Teguh. Setelah itu mereka berpisah dan Anggraini kemudian berhak mendapat pasangan yang lebih baik.Sesimpel itu harapan Sophia. Tapi sekarang kenapa lagi dengan Anggraini? Sophia sangat yakin itu pasti a
"Silahkan, ini pesanan anda!"Seorang waiters bar menyorongkan minuman yang telah dipesan oleh Anggraini tadi tepat di hadapan wanita itu."Oh, terimakasih," sahut Anggraini.Waiters itu pun berlalu dari hadapannya. Anggraini tanpa menunggu lama langsung meraih gelas pesanannya dan menyesapnya sedikit."Tequila Sunrise? Ck, jauh-jauh datang ke sini kau hanya memesan Tequila? Kenapa tidak sekalian mocktail saja?"Anggraini terperangah mendengar komentar pria yang berada di sebelahnya itu. Lancang sekali mengomentarinya. Dia pikir dia siapa? "Heii, Tuan Ikut Campur. Kamu jauh-jauh datang ke sini cuma ingin mengomentariku? Kalau kau merasa seorang peminum yang hebat kamu silahkan pesan sendiri minumanmu," balas Anggraini jengkel."Ckck, aku baru tahu ternyata kau pemarah juga. Aku pikir orang yang suka melakukan olahraga biasanya memiliki kepribadian yang lebih kalem dan tenang. Nyonya, kau memiliki masalah pribadi di rumah dan ingin kau lampiaskan di sini?" Anggraini bukannya menjaw
"Apa yang terjadi di sana? Astaga …" Seorang gadis muda dengan pakaian minim beserta temannya baru saja keluar dari ruang ganti dan melihat keributan di tiang pole, tempat di mana seharusnya mereka melakukan atraksi striptis sebagai dancer profesional klub malam tersebut.Seorang pria tengah menginjak pergelangan tangan seorang pengunjung yang berada di bawah panggung."Argggh!!" jerit pria itu."Aku sudah mengatakan sedari tadi untuk menyingkirkan tanganmu dari perempuan ini, tapi tangan ini masih saja tidak mengerti perkataan manusia," kata pria yang menginjak pergelangan tangan orang yang menjerit tadi.Beberapa dari pengunjung itu mencoba untuk membantu melepaskan kaki sang pria muda dari tangan orang yang diinjaknyai itu.Asyif adalah orang yang telah melakukan itu, akhirnya berbaik hati melepaskan kakinya dari si pria hidung belang itu.Usai pergelangan tangannya terbebas, pria itu menggeram sambil memukul-mukulkan tangannya ke udara agar rasa sakitnya pada pergelangan tanganny
"Aduuuhhh!! Kau memukulku, Mas. Tak cuma berselingkuh, sekarang kau juga berani KDRT kepadaku? Huhuhu ..!" Asyif menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Entah bagaimana lagi dia harus menghadapi wanita mabuk ini. "Hei, tidak ada yang memukulmu. Kepalamu cuma terbentur! Jangan berlebihan!" kata Asyif memperingatkan Anggraini yang sedang mengusap-usap keningnya.Bukannya sadar dengan apa yang dikatakan oleh Asyif, Anggraini yang masih di bawah pengaruh alkohol, kini mendongakkan kepalanya untuk bisa melihat Asyif."Jadi kau juga membenturkan kepalaku? Kau tak hanya mendua di belakangku, tapi kau juga memukulku? Dan membenturkan kepalaku?!" pekik Anggraini dengan nada yang sangat dramatis.Asyif memejamkan matanya sambil menghirup udara dalam-dalam. Benar-benar sangat menguji kesabarannya."Kau sedang mabuk. Dan jujur saja ini sangat merepotkanku. Sekarang begini saja, katakan di mana alamat rumahmu. Aku akan menyuruh orang untuk mengantarmu pulang," katanya.Asyif berharap saat in
"Astaga! Jadi Anggre belum pulang? Dia tidak ada di rumah?" pekik Sophia yang mendengar suara bingung dan panik Teguh melalui sambungan teleponTeguh yang tadinya berniat untuk mencari Anggraini di luar kamar mereka karena berpikir Anggraini mungkin sedang ke dapur mencari makanan atau minuman, kini mengurungkan niatnya untuk membuka pintu kamar."Apa maksudmu Anggre belum pulang? Dia pergi kemana? Maksudku dari tadi aku balik dari Singapura ada dia di sini. Kalian pergi kemana? Anggre tidak berpamitan padaku?" Teguh memberondong Sophia dengan banyak pertanyaan.Teguh bermaksud akan menyalahkan Anggraini lagi karena pergi diam-diam tanpa berpamitan padanya. Dan lagipula jam berapa ini, astaga?!"Heh! Kok kamu jadi seperti nyalahin aku? Harusnya kamu itu salahkan dirimu sendiri. Kamu pasti bertengkar dengan Anggre sampai dia stress dan pergi ke klub malam kan? Gila kamu ya? Suami apaan nggak ada tanggung jawabnya. Istri pergi dari rumah malah kamu nggak tahu-tahu, enak-enakan tidur. Ma
Tok! Tok! Tok!"Mbak …" panggil Asyif dengan suara yang tidak terlalu nyaring.Butuh beberapa kali panggilan hingga pintu yang dia ketuk benar-benar dibukakan.Seorang wanita yang masih cukup muda keluar dari kamar dengan raut wajah sangat mengantuk."Eh, Mas Asyif. Kenapa, Mas?" tanyanya sambil menguap Asyif bingung sambil garuk-garuk kepala. Dia sesekali melongok ke dalam kamar membuat perempuan itu ikut juga melihat ke dalam sambil mengernyitkan kening melihat anak majikannya itu."Nenek tidur?" tanya Asyif berbasa-basi.Gadis berusia sekitar dua puluh tiga tahunan itu mengangguk kebingungan."Iya, Mas. Kenapa ya?"Asyif mengangguk-angguk. Sesungguhnya dia sedang kesulitan mengutarakan maksudnya saat ini."Nggak, nggak ada apa-apa. Aku cuma pengen tahu keadaan nenek saja," jawabnya masih dengan salah tingkah.Gadis itu mengangguk namun dengan raut wajah yang masih belum paham maksud dari Asyif."Oh, Ibu Haji baik-baik saja, kok," jawabnya.Asyif menghela napas. Betapa sulitnya men